Anda di halaman 1dari 17

1

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES
Dengan judul mata praktikum:





ANALISIS MINYAK NABATI







Disusun oleh:

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan
Indrayana Pratama 11/311446/TK/37551
Putri Julieta Dewi 11/319176/TK/38306








Yogyakarta,24 April 2013,
Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,






Budhijanto, S.T., M.T., Ph.D. Antonius Nurcahyo Wibowo
NIP. 19780609 200212 1 003

2

ANALISIS MINYAK NABATI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan
minyak nabati.

II. DASAR TEORI
Minyak nabati adalah trigliserid yang berarti triester dari gliserol atau ester dari
asam lemak dan gliserol. Senyawa ini bersifat non-volatil, tidak larut dalam air, tetapi dapat
larut dalam pelarut organik, seperti alkohol, eter, dan hidrokarbon. Perbedaan yang
langsung bisa diamati dari lemak dan minyak adalah pada suhu kamar lemak berwujud
padat, dan minyak berwujud cair. Kebanyakan trigliserid dalam hewan adalah lemak,
sedangkan trigliserid dalam tumbuhan berupa minyak, sehingga sering djumpai istilah
lemak hewani dan minyak nabati. Lemak hewani dan minyak nabati banyak digunakan
sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri kimia, farmasi, dan kosmetik.
Dari rumus bangunnya, lemak atau minyak dapat dipandang sebagai hasil kondensasi
satu molekul gliserol (gliserin) dengan 3 molekul asam lemak.


Gambar 1. Rumus Bangun Lemak atau Minyak
Minyak dan lemak mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia.
Sifat fisis lemak dan minyak :
1. Berat jenis lebih kecil daripada air.
2. Viskositas lebih besar daripada air.
3. Tidak Larut dalam air
4. Mudah larut dalam pelarut organik non-polar
5. Lemak dan minyak murni tidak berasa dan tidak berbau.
Sifat kimia lemak dan minyak :
3

1. Mudah dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol.
2. Mudah membentuk sabun.
3. Mudah dioksidasi spontan oleh oksigen.
4. Mudah dihidrogenasi oleh hidrogen menjadi jenuh.
5. Tidak dapat didistilasi pada tekanan normal tanpa mengalami dekomposisi
(werthein,1956)
Ketiga asam lemak penyusun trigliserid bisa sama atau berbeda. Apabila ketiga asam
lemak itu sama, lemaknya disebut trigliserid sederhana, sedangkan bila berbeda disebut
trigliserid campuran. Pemberian nama lemak atau minyak seringkali menggunakan derivat
asam-asam lemak, misalnya, gliseril tristearat diberi nama tristearin.
Asam-asam lemak penyusun minyak nabati mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tak bercabang, ada yang tidak mengandung ikatan rangkap (asam lemak jenuh),
dan ada pula yang mengandung ikatan rangkap (asam lemak tidak jenuh). Semakin
panjang rantai atom C, makin tinggi titik lebur dan titik didihnya. Asam-asam lemak yang
terkandung dalam beberapa minyak nabati ditunjukan pada Daftar 1.

Daftar I. Presentase Kandungan Asam Lemak pada Beberapa Contoh Minyak Nabati
Minyak
Nabati
Asam
Oleat
C
17
H
33
COOH
Asam
Linoleat
C
17
H
31
COOH
Asam
Stearat
C
17
H
35
COOH
Asam
Miristat
C
13
H
27
COOH

Asam
Palmitat
C
15
H
31
COOH

Asam
Arasidat
C
19
H
39
COOH
Kelapa 5,0 1,0 3,0 18,5 7,5 -
Kacang
tanah
42-72 13-28 2-4 - 6-12 5-7
Biji
kapuk
46,1-56,6 27,7-34,6 4,9-8,6 - 10,5-10,8 1
Jagung 43,4 39,1 3,3 - 7,3 0,4
Sawit 38,4 10,7 4,2 1,1 41,1 -

Ekivalen asam lemak bebas adalah kadar asam lemak yang tidak terikat atau tidak
teresterkan dengan gliserol yang dinyatakan dalam miligram ekivalen asam minyak atau
garam minyak. Jika nilai ini dikalikan dengan berat molekul NaOH (=40) akan diperoleh
bilangan asam. Sedangkan ekivalen asam lemak total yang dinyatakan dalam miligram
4

ekivalen asam atau garam minyak. Bilangan sabun diperoleh dengan mengalikan nilai ini
dengan berat molekul KOH(=56).
Reaksi Penyabunan yang terjadi:

Gambar 2. Reaksi Penyabunan dengan KOH.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas minyak atau lemak
mencakup antara lain:
1. Ekivalen asam lemak bebas atau analisis bilangan asam.
2. Ekivalen asam lemak total atau analisis bilangan penyabunan.
3. Analisis bilangan iodium.
Bilangan ini menunjukkan ketidakjenuhan suatu minyak, dinyatakan dengan berat
iodium diserap oleh 1000 gram minyak.
4. Bilangan Reichert-Meissi.
Adalah jumlah milimeter NaOH yang digunakan untuk penetralan asam lemak
uamg menguap dan larut dalam air yang diperoleh dari penyulingan 5 gram minyak
atau lemak pada kondisi tertentu.
5. Analisis bilangan Kirschner.
Digunakan untuk menetapkan besarnya asam lemak yang mudah menguap dan
dapat larut dalam air. Pengukurannya didasarkan pada pengukuran garam-garam perak
yang larut dalam hasil penetapan bilangan Reichert-Meissi, Kirschner value
dinyatakan dalam persamaan :

(1)


5

6. Bilangan Hehner.
Digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak yang tidak larut dalam air. Lemak
atau minyak yang mempunyai bilangan Reichert-Meissi yang tinggi akan mempunyai
bilangan Hehner yang rendah.
7. Bilangan asetil.
Digunakan untuk menetapkan jumlah gugus OH pada asam lemak hidroksi yang
terdapat pada lemak atau minyak yang jumlahnya sangat kecil (S.Ketaren,1986)
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah miligram NaOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dari 1 gram minyak. Bilangan asam
berbanding terbalik dengan kualitas minyak. Semakin kecil bilangan asam, asam lemak
bebas semakin kecil sehingga tidak mudah teroksidasi sehingga minyak tidak mudah tengik.
Bilangan sabun adalah bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Bilangan sabun berbanding lurus dengan
kualitas minyak. Semakin besar bilangan sabun, semakin besar pula jumlah KOH yang
bereaksi dengan minyak. Mol minyak yang bereaksi semakin besar dengan massa minyak
tetap,berarti berat molekul minyak semakin kecil. Berat molekul minyak kecil, berarti rantai
C pendek. Rantai C yang pendek menunjukkan bahwa ikatan tidak jenuh semakin sedikit
sehingga tidak mudah diserang oleh oksigen, dimana minyak yang semakin mudah
teroksidasi akan semakin mudah tengik dan rusak.
Tujuan dilakukannya pemanasan adalah memberikan energi kinetik yang lebih
besar pada molekul-molekul sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat. Selain itu untuk
melarukan minyak dan asam lemak karena kelarutannya lebih besar pada suhu tinggi.
Reaksi yang berlangsung selama pemanasan adalah reaksi penyabunan dimana
mekanismenya dapat dilihat pada Gambar 2.
Dalam percobaan ini, digunakan alkohol dengan kemurnian yang tinggi yaitu diatas
90%, yaitu ethanol 96% yang dinetralkan (agar ethanol yang bersifat asam, tidak
meningkatkan bilangan asamnya dan mempengaruhi proses titrasi lebih lanjut) terlebih
dahulu pada saat penentuan ekivalen asam lemak bebas dengan alasan :
1. Termasuk zat organik non polar yang dapat melarutkan minyak.
2. Mudah diperoleh dan harganya murah.
3. Jika konsentrasinya terlalu encer, maka sulit larut, sebaliknya apabila terlalu
pekat, maka akan mudah menguap karena volatil.
Tujuan Penggunaan KOH alkoholis pada penentuan ekivalen asam lemak total
adalah untuk menghidrolisis minyak. Alasan digunakan KOH adalah selain KOH alkoholis
6

juga berfungsi sebagai pelarut, KOH yang bersifat basa sehingga reaksi hidrolisis yang lebih
mudah terjadi mengingat minyak bersifat asam.
Berdasarkan SNI 3741:2002 , bilangan sabun yang baik berada dalam range nilai
diantara 196-206 mg KOH / gram minyak. Berdasarkan SNI 3751:2013 yang ditetapkan
pada SK Nomor 38/KEP/BSN/2/2013 oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN), syarat mutu
minyak goreng adalah sebagai berikut:

Daftar II. Standar Mutu Minyak Goreng
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan Uji
1.1 Bau - Normal
1.2 Warna - Normal
2 Kadar air dan Bahan menguap %(b/b) Maks. 0,15
3 Bilangan Asam mgNaOH/g Maks. 0,6
4 Bilangan Peroksida mekO2/kg Maks. 10
5 Minyak Pelikan - Negatif
6 Asam Linoenat (C18:3) dalam
komposisi asam lemak minyak
%
Maks. 2
7 Cemaran Logam
7.1 Kadnium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
7.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,1
7.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0/250,0
7.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks.0,05
8 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,1
Catatan : - Pengambilan contoh dalam bentuk kemasan di pabrik
- Dalam kemasan kaleng


7

III. PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Minyak goreng
2. Etanol 96 %
3. HCl 1 N
4. NaOH 0,1 N
5. KOH
6. Indikator phenolphtalein
7. Aquadest

B. Rangkaian Alat Percobaan
Keterangan :
1. Pendingin bola
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Statif + klem
4. Kompor listrik + asbes
5. Selang
6. Larutan blangko (larutan KOH)
7. Larutan etanol+minyak
8. Larutan KOH + minyak
9. Karet penyumbat
10. Knop pengatur daya kompor

Gambar 3. Rangkaian Alat Penentuan Asam Lemak Bebas dan Asam Lemak Total

C. Cara Kerja
1. Standardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan HCl 0,1 N
Mula mula diambil 10 mL larutan NaOH 0,1 N dengan pipet volum 10 mL.
Masukkan larutan ke dalam erlenmeyer 125 mL. Setelah itu, ditambahkan 3 tetes indikator
phenolphtalein. Setelah siap, larutan NaOH ini dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N standar
hingga titik ekivalen tercapai. Volum HCl yang digunakan untuk titrasi dicatat, kemudian
percobaan ini diulangi sekali lagi.

8

2. Penentuan ekivalen asam lemak bebas
Larutan etanol diambil 120 ml lalu ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein.
Selanjutnya, larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga titik ekivalen
menggunakan pipet tetes. Minyak ditimbang sekitar 4,9995 gram di dalam erlenmeyer 250
ml. Setelah itu ditambahkan 50 ml larutan etanol netral dan 3 tetes indikator phenolphtalein.
Air pendingin dialirkan dan kompor listrik dinyalakan selama 15 menit terhitung sejak
mendididh. Selanjutnya kompor listrik dimatikan dan larutan didinginkan. Setelah larutan
sudah dingin, seluruh isi erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik
ekivalen tercapai. Volume NaOH yang diperlukan kemudian dicatat dan percobaan diulangi
untuk sampel kedua.
3. Ekivalen asam lemak total
Etanol teknis diambil 250 ml lalu dituangkan ke dalam gelas beker 500 ml.
Selanjutnya, ditambahkan 7,5120 gram KOH dan diaduk hingga KOH terlarut sempurna.
Hasilnya adalah larutan KOH alkoholis 0,5 N. Minyak ditimbang sekitar 4,0208 gram di
dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml larutan KOH alkoholis menggunakan
pipet volum 25 ml. Selanjutnya, untuk larutan blangko diambil 50 ml larutan KOH alkoholis
menggunakan pipet volum 25 ml lalu dituangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian
ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein pada masing-masing larutan. Air pendingin
dialirkan dan kompor listrik dinyalakan selama 60 menit terhitung sejak mendididh.
Selanjutnya kompor listrik dimatikan dan larutan didinginkan. Setelah larutan sudah dingin,
masing-masing larutan dititrasi dengan larutan HCl 1 N sampai titik ekivalen tercapai.
Volume HCl yang diperlukan untuk titrasi sampel dan larutan blangko kemudian dicatat dan
percobaan diulangi sekali lagi.

D. Analisis Data
a) Standardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan HCl 0,1 N

(2)
Dengan : N
NaOH
: normalitas larutan NaOH, N
V
NaOH
: volume larutan NaOH yang dititrasi, mL

N
HCl
: normalitas larutan HCl, N
V
HCl
: volume HCl untuk titrasi, mL
N
NaOH
rata rata =
2
2 1
N N
(3)
9

Dengan : N1 = normalitas NaOH untuk sampel 1, N
N2 = normalitas NaOH untuk sampel 2, N
b) Ekivalen asam lemak bebas
Ekivalen asam lemak bebas=( V
NaOH
x N
NaOH
)/ (Berat cuplikan) (4)
Dengan : V
NaOH
= volume larutan NaOH untuk titrasi, mL
N
NaOH
= normalitas larutan NaOH, N
Berat cuplikan = massa minyak goreng yang ditimbang, gram

Ekivalen asam lemak bebas rata rata =
2
2 1 sampel sampel
(5)
Bilangan asam = Ekivalen asam lemak bebas x BM
NaOH
(6)

c) Ekivalen asam lemak total
Ekivalen asam lemak total=
kan Beratcupli
N V V
HCl HClsampel HClblangko
) (

(7)
Dengan : V
HCl blangko
= volume larutan HCl blangko, mL
V
HCl sampel
= volme larutan HCl sampel, mL
N
HCl
= normalitas larutan HCl, N
Berat cuplikan = massa minyak goreng yang ditimbang, gram
Ekivalen asam lemak total rata rata =
2
2 1 sampel sampel
(8)
Bilangan sabun = Ekivalen asam lemak total x BM
KOH
(9)


10

IV. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapatkan data sebagai berikut, yaitu ekivalen
asam lemak bebas dalam minyak untuk sampel pertama adalah sebesar 0,0294 mgrek asam
lemak/gram minyak, sedangkan untuk sampel kedua adalah sebesar 0,0293 mgrek asam
lemak/gram minyak. Bilangan asamnya sebesar 1,1740 mgram NaOH/gram minyak. Ekivalen
asam lemak total pada sampel pertama adalah sebesar 3,3226 mgrek asam lemak/gram
minyak, sedangkan ekivalen asam lemak total pada sampel kedua adalah sebesar 3,3813
mgrek asam lemak/gram minyak. Bilangan penyabunannya sebesar 188,0632 mgram
KOH/gram minyak.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
1. Pelarutan berlangsung secara sempurna
Jika pelarutan tidak berlangsung sempurna, maka antar jumlah yang ditimbang dengan
yang terlarut tidak sesuai. Padahal dalam perhitungan digunakan berat penimbangan
sehingga akan menyebabkan ketidaksesuaian hasil percobaan.
2. Ketelitian dalam melakukan penimbangan, pengenceran dan penetralan diasumsi tepat.
3. Penentuan titik akhir titrasi diasumsi tepat.
4. Dalam percobaan ini digunakan pendingin bola dengan fluida air sebagai pendingin.
Diasumsikan uap dari pemanasan larutan dapat terkondensasikan dengan sempurna
sehingga volume larutan tetap.
5. Diasumsikan bahwa KOH yang dipakai dalam reaksi penyabunan tepat sesuai dengan
asam lemak dalam minyak sehingga hasil perhitungan bilangan sabun tepat.
Dari hasil percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa nilai ekivalen asam lemak total lebih
besar dari asam lemak bebas. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang ada karena ekivalen asam
lemak total adalah kadar asam lemak bebas dan asam lemak yang terikat dengan gliserol
dalam suatu trigliserida.
Dari SNI No 01-3741-2002 diketahui bahwa nilai bilangan asam adalah sebesar 0,6 mg
KOH/gram minyak, sementara bilangan penyabunan adalah sebesar 196-206 mg KOH/gram
minyak. Teori yang ada seharusnya bilangan asam kecil serta bilangan penyabunan tinggi
maka akan menghasilkan kualitas minyak yang baik. Sementara minyak yang dianalisis ini
memiliki kualitas yang buruk karena bilangan asamnya terlalu tinggi dan bilangan
penyabunan terlalu rendah.


11

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Ekivalen asam lemak bebas adalah kadar asam lemak dalam trigliserida yang tidak terester
dengan gliserol.
2. Ekivalen asam lemak total adalah kadar asam lemak bebas dan asam lemak yang terikat
denga gliserol pada suatu trigliserida.
3. Bilangan asam adalah jumlah miligram NaOH yang digunakan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam satu gram minyak.
4. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang digunakan untuk penyabunan
satu gram minyak.
5. Salah satu sifat minyak adalah larut dalam alkohol (pelarut organik).
6. Hidrolisis minyak menghasilkan gliserol dan sama lemak bebas.
7. Salah satu cara untuk mengamati sifat-sifat kimia minyak adalah menentukan ekivalen
asam lemak bebas dan asam lemak total.
8. Semakin besar bilangan penyabunan, semakin baik kualitas minyak.
9. Semakin besar bilangan asam, semakin rendah kualitas minyak.
10. Kualitas dari minyak yang telah dianalisis tergolong buruk karena memiliki nilai bilangan
asamnya terlalu tinggi dan bilangan penyabunan terlalu rendah dibandingkan data yang
didapat dari SNI No 01-3741-2002.

VI. DAFTAR PUSTAKA
Griffin, R.C., 1927, Technical Methods of Analysis, 2 ed, pp. 309-311, McGraw Hill
Book Company, Inc., New York.
Ketaren, S., 1986, Minyak dan Lemak Pangan, hal 22-23, 61-72, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1950, Encyclopedia of Chemical Technology, vol 9, pp
817-819, Interscience Encyclopedia, Inc., New York.


12

VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
1. Hazard Proses
Pada percobaan ini digunakan suhu yang tinggi dan digunakan kompor listrik.Dengan
demikian, praktikan harus berhati hati dalam melakukan percobaan ini. Larutan
harus didinginkan terlebih dahulu agar aman untuk titrasi. Kompor listrik dan steker
juga harus dijaga agar tidak terkena cairan apapun karena bahaya hubungan singkat.
Jika praktikan tidak berhati hati, dapat terjadi luka bakar pada kulit.

2. Bahan Kimia
a. Kalium Hidroksida
Senyawa ini bersifat racun, non-flamable, higroskopis, korosif, iritan, non-explosive,
dan berwujud padatan. Jika mata terpapar, segera basuh dan siram mata dengan air
dingin minimal 15 menit secara terus menerus. Jika terhirup, korban segera dibawa
ke tempat dengan udara yang segar. Jika korban pingsan, segera diberi nafas buatan.
Jika kulit terkena senyawa ini, segera siram dengan banyak air minimal 15 menit.
b. Etanol 96 %
Senyawa ini bersifat volatil, flammable, non-explosive, irritant, dan toxic. Jika mata
terpapar, segera siram mata dengan air dingin minimal 15 menit. Jika terkena kulit,
segera siram dengan air dan gunakan sabun pada area kulit yang terkena bahan
kimia. Jika terhirup, segera bawa korban ke tempat terbuka. Jika korban pingsan,
beri korban pernapasan buatan. Jika tertelan, segera minum 1 3 gelas susu, dan
hubungi petugas medis.
c. Natrium hidroksida
Senyawa ini bersifat higroskopis, non-flammable, korosif, iritan, beracun, non-
explosive, dan berupa padatan. Jika mata terpapar, segera basuh dan siram mata
dengan banyak air dingin minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera siram dengan
air dan lepaskan pakaian yang terkena bahan kimia, cuci kulit dengan sabun
desinfektan, lalu oleskan krim anti-bakteri. Jika terhirup, segera bawa korban ke
tempat terbuka. Jika korban pingsan, beri napas buatan. Jika tertelan, segera hubungi
petugas medis.
d. Asam hidroklorida
Senyawa ini bersifat korosif, iritan, non-flamable, non-explosive, non-toxic, dan
berwujud cairan. Jika mata terpapar, segera basuh dan siram mata dengan banyak air
13

dingin minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera siram dengan banyak air pada
bagian kulit yang terkena minimal 15 menit, dan gunakan sabun desinfektan dan
krim anti-bakteri. Jika terhirup, segera bawa ke tempat terbuka dan diberi nafas
buatan jika pingsan. Jika tertelan, segera hubungi petugas medis.
e. Aquadest
Bahan kimia ini tidak berbahaya bagi manusia dan tidak perlu penanganan khusus
untuk penyimpanan dan pertolongan jika terpapar.
f. Phenolphtalein
Senyawa ini bersifat beracun, flammable, irritant, non-explosive, non-corrosive,
tidak berwarna, dan reaktif dengan oksidator. Jika mata terpapar, segera basuh dan
siram mata dengan banyak air dingin minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera
siram dengan banyak air minimal 15 menit dan gunakan sabun serta krim anti-
bakteri. Jika terhirup, segera bawa korban ke tempat terbuka dan beri pernapasan
buatan jika pingsan. Lepaskan aksesoris yang sifatnya menekan seperti ikat pinggang
dan berhati - hati pada saat memberi napas buatan supaya tidak ikut terpapar bahan
kimia beracun ini. Segera hubungi petugas medis jika keadaan semakin parah.
g. Minyak nabati (minyak goreng)
Minyak ini bersifat flammable. Jika berkontak dengan kulit, cuci dengan air dan
gunakan sabun. Jika terhirup, segera bawa korban ke tempat terbuka dengan udara
bebas. Jika keadaan semakin parah, hubungi petugas kesehatan.

B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Alat perlindungan diri yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Jas laboratorium lengan panjang untuk melindungi tubuh dari percikan zat berbahaya.
2. Masker untuk melindungi saluran pencernaan dan pernapasan dari bahan volatil dan
beracun.
3. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari zat yang iritan dan korosif.
4. Sepatu tertutup untuk melindungi kaki dari percikan bahan kimia korosif.
5. Goggle untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, iritan, dan beracun.

C. Manajemen Limbah
Limbah yang dihasilkan pada percobaan ini adalah :
1. Limbah NaOH.
14

Masukkan limbah ini ke dalam wadah limbah basa karena larutan ini tergolong basa
kuat.
2. Limbah HCl + NaOH.
Masukkan limbah ini ke dalam wadah limbah non-halogen meskipun mengandung ion
Cl
-
.
3. Limbah KOH alkoholisis.
Masukkan limbah ke wadah limbah non halogen.
4. Limbah minyak + KOH alkoholisis + HCl.
Limbah ini berasal dari proses penentuan asam lemak total. Masukkan limbah ini ke
wadah limbah non-halogen.

D. Data Percobaan
Jenis minyak yang dianalisis :

1. Standarisasi larutan NaOH 0.1 N dengan larutanHCl 0.1 N


Daftar III. Data Percobaan Hasil Standarisasi Larutan NaOH 0,1N dengan Larutan
HCl 0,1N

No. Volume Larutan NaOH, mL Volume Larutan HCl, mL
1. 10,00 8,20
2. 10,00 8,30



2. Penentuan asam lemak bebas
Berat minyak : 1. 4,9995 gram
2. 5,0036 gram
Lama pemanasan : 15,00 menit
Volume larutan etanol netral dalam larutan : 50,00 ml
Volume larutan NaOH untuk titrasi : 1. 1,80 ml
2. 1,80 ml
Perubahan warna larutan setelah titrasi : 1. Putih keruh-pink
2. Putih keruh-pink

3. Penentuan asam lemak total
Berat minyak : 1. 4,0208 gram
15

2. 4,0095 gram
Berat KOH : 1. 7,5120 gram
2.
Lama Pemanasan : 60,00 menit
Volume larutan KOH alkoholis dalam larutan : 50,00 ml
Volume larutan HCl untuk titrasi larutan blangko :1. 20,00 ml
2. 20,10 ml
Volume larutan HCl untuk titrasi larutan sampel :1. 6,50 ml
2. 6,40 ml
Perubahan warna larutan blangko setelah titrasi : pink-kuning muda
Perubahan warna larutan sampel setelah titrasi :1.Merah-bening kekuningan
2.Merah-bening kekuningan

E. Perhitungan
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan HCl 0,1 N
Dengan persamaan (2) diperoleh




= 0,0811 N

Dengan cara yang sama diperoleh data pada daftar III,


Daftar IV. Data Perhitungan Normalitas NaOH 0,1 N

No. N
HCl
, N V
HCl,
ml V
NaOH
, N N
NaOH,
ml
1. 10,00 8,20 10,00 0,0811
2. 10,00 8,30 10,00 0,0821





= 0,0816 N

2. Ekivalen asam lemak bebas
Dengan persamaan (4) diperoleh:
16





= 0,0294




Dengan cara yang sama diperoleh data pada daftar IV



Daftar V. Data Perhitungan Ekivalen Asam Lemak Bebas

No. V
NaOH,
ml N
NaOH
, N Berat cuplikan,
gram
Ekivalen asam
lemak bebas
1. 1,80 0,0816 4,9995 0,0294
2. 1,80 0,0816 5,0036 0,0293





= 0,0293




Bilangan asam = 0,0293


x 40,00 gram/ml
= 1,1740 mgram NaOH/gram minyak

3. Ekivalen asam lemak total
Dengan persamaan (7) diperoleh:




= 0,3226




Dengan cara yang sama diperoleh data pada daftar V


17



Daftar VI. Data Perhitungan Ekivalen Asam Lemak Total

No. V
HCl
blanko,
ml
V
HCl
sampel
, ml
N
HCl, N
Berat
cuplikan,
gram
Ekivalen
asam lemak
total
1. 20,00 6,50 0,9896 4,0208 3,3226
2. 20,10 6,40 0,9896 5,0095 3,3813





= 3,3519




Bilangan asam = 3,3519


x 56,11 gram/ml
= 188,0632 mgram KOH/gram minyak

Anda mungkin juga menyukai