Anda di halaman 1dari 20

1 | P a g e

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menguasai konsep dasar dan asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan pada sistem kardiovaskular.

II. TRIGGER
Ny. Margaret, usia 45 tahun, janda dengan 5 anak. Klien berdagang kue untuk
membesarkan anak, sehingga klien tidak punya waktu beristirahat dan
mengontrol makanannya. Klien tiba-tiba mengeluh kepala pusing dan mual
ketika ada 3 anaknya perlu biaya banyak untuk sekolah. Klien belum pernah
mengalami kejadian ini sebelumnya. Data pemeriksaan fisik oleh perawat TB:
160 cm, BB: 102 kg, nadi 100 reguler, RR: 16x/menit, tekanan darah (duduk):
170/110 mmHg, suhu 37
0
C, tangan dan kaki teraba dingin dan kering, CRT 3
detik di tangan. Total serum kolesterol 245 mg/dL. Klien diberikan Captopril 25
mg 2 kali sehari. Besok pagi perawat berencana untuk memberikan
penyuluhan diet DASH pada klien.

III. BATASAN TOPIK
1. Definisi
2. Etiologi
3. Faktor resiko
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
6. Pemeriksaan diagnostik
7. Penatalaksanaan
8. Asuhan keperawatan





2 | P a g e


IV. PEMBAHASAN
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang
adalah lebih dari 140 mmHg (tekanan sistolik) dan/atau lebih dari 90 mmHg
(tekanan diastolik) ( Joint National Committe on Prevention Detection,
Evaluation, and Treatment of High PressureVII,2003).
Hipertensi sering digolongkan menjadi ringan, sedang, ataupun berat
berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan, apabila tekanan darah
diastolnya 95-104 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan darah
diastolnya 105-114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekananya lebih dari
115 mmHg. Hipertensi dengan penibgkatan systole tanpa disertai
peningkatan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi dengan
peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan systole
lebih sering terdapat pada dewasa muda.
Hipertensi sering disebut dengan silent killer, karena gangguan ini
pada tahap awal asimptomatis, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan
organ-organ vital. (arif Muttaqin, 2008)
Setiap peningkatan tekanan darah sebesar 10 mmHg, dapat meningkatkan
resiko penyakit jantung sebesar 30 %.
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003
Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Normal 120 80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat 1 140-150 90-99
Hipertensi derajat 2 160 100




3 | P a g e

2. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen
maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial
(Dosch, 2001 dalam DEPKES, 2006).
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau
idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya
(Shankie, 2001). Paling sedikit 90% dari semua penyakit hipertensi
dinamakan hipertensi primer (Saseen dan Carter, 2005).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini
sudah diketahui penyebabnya (Shankie, 2001). Terdapat 10% orang
menderita apa yang dinamakan hipertensi sekunder (Saseen dan Carter,
2005).

3. Faktor resiko
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu
sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia
lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan
diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam
4 | P a g e

menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur
pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit
dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat
adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang
dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung,
Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85
tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5% (Kamso,
2000).
Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada
wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi
terdapat pada wanita.
Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-
faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
5 | P a g e

yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya.
b. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat
dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara
kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan
oleh beberapa studi. Berat badandan indeks masa tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi
prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan,
pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat
badan lebih (overweight).
Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa
marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau
kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih
tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau
rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress adalah
suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu
6 | P a g e

dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan
sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri
seseorang (Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan lebih besar
pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional
yang tinggi (Pinzon, 1999).
Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan
proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokokjuga
meningkatkan denyutjantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai
ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.
Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum
jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam
menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan
langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya
melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak
apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya.
Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang
berlebihanberpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10%
hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang
berlebihan di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasaan
7 | P a g e

meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di kelompok
usia ini.
Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah
ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.
Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL
dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat.

4. Patofisiologi (terlampir)

5. Manifestasi klinis
Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun, dan berupa : (Corwin, 2001)
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang diserai mual dan muntah,
akibat adanya peningkatan tekanan intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina karena
hipertensi atau bisa disebut retinopati, dimana keadaan retinopati ini
dapat dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :
Derajat 1
8 | P a g e

Penyempatan ringan atau sklerosis lumen arterior retina,
memberikan efek kawat perak (silver wing)
Derajat 2
Sklerosis arterior sedang atau berat, terlihat sebagai nipping
arteriovenosa.
Derajat 3
Perubahan progresif retina mengakibatkan edema, bintik cotton
wall dan perdarahan.
Derajat 4
Semua data diatas dengan edema papil
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan karena adanya peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glommerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan tekanan darah
Pada observasi awal, tekanan darah sebaiknya diperiksa pada
kedua lengan dan jika denyut ekstremitas bawah menghilang,
pengukuran tekanan darah dilakukan di tungkai untuk
menyingkirkan koarktasioaorta.
- Pemeriksaan retina
Perubahan retina pada hipertensi dapat merupakan tanda
prognosis yang lebih buruk jika terjadi perubahan derajat ll atau
lebih tinggi (dikatakan terjadi penyempitan jika diameter arteri
kurang dari 50 % diameter vena, Nampak seeperti kawat
tembaga atau perak, eksudat hemoragi atau papil edema)
- Pemeriksaan jantung dan arteri
9 | P a g e


b. Pemerisaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada hipertensi diantaranya adalah tes
urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
yang dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab
atau disebabkan oleh hipertensi adrenal (sekunder). Pemeriksaan
glukosa darah untuk memastikan dan menyingkirkan diagnose
diabetes atau intoleransi glukosa. Pemeriksaan kolesterol HDL
dan kolesterol total serum yang bertujuan untuk memperkirakan
resiko kardiovaskuler di masa depan. Pemeriksaan lipid plasma
sebagai indicator resiko terjadinya aterosklerosis, dan
pemeriksaan asam urat serum, karena peningkatan asam urat
serum merupakan kontraindikasi relative untuk terapi diuretic.
- Ultrasound ginjal
Digunakan untuk mendiagnosis penyakit ginjal primer (ginjal
polikistik, uropati obstruktif) atau kelainan renovaskuler dan
renogram isotop untuk diagnosis lanjut.
- Elektrocardiografi
Untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas atrium
kiri, iskemia, atau infark miokard
- Angiogram
Sejenis alat yang digunakan untuk meneliti aliran darah perifer
dan hasilnya digunakan untuk menentukan ada tidaknya
obstruksi dan sejauh mana derajat gangguan yang ditimbulkan.
- Foto thoraks
Untuk melihat adanya pembesaran jantung dengan konfigurasi
hipertensi bendungan atau edema paru.


10 | P a g e

7. Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
a. Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan
hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan
organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal
jantung, dan penyakit ginjal)
b. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan
pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang
menunjukkan pengurangan resiko.
Penatalaksanann non farmakologi :
Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk
memodifikasi gaya hidup, termasuk :
Penurunan berat badan jika kelebihan berat badan
Melakukan diet makanan, bisa dengan diet DASH (Dietary Approaches
to Stop Hypertension).
Prinsip diet yang berhubungan dengan hipertensi mencakup :
- Upaya mempertahankan berat badan yang ideal / normal menurut
tinggi badan dengan IMT yang tidak melebihi 22 dan lingkar perut
yang tidak lebih dari 90 cm pada laki-laki dan 80 cm pada
perempuan.
- Penerapan diet DASH yang kaya serat panagn dan mineral
tertentu disamping diet rendah garam, rendah kolesterol, lemak
terbatas serta diet kalori seimbang menurut penyakit penyertanya
(hipertensi, dislipidemia, serta diabetes melitus)
- Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gr/hari dengan
memperhatikan pemberian mineral seperti kalsium, kalium dan
magnesium menurut angka kecukupan gizi (AKG).
- Membatasi bahan aditif pangan yang kaya aka n natrium (MSG,
sodium bikarbonat, sodium nitrit, sodium benzoat).
- Olahraga aerobic secara teratur
11 | P a g e

Mengurangi konsumsi alcohol
Menghentikan kebiasaan merokok
Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
menontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
Melakukan olah raga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menrnbah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat
mengontrol tekanan darah.



12 | P a g e

Penatalaksanaan Farmakologi :
Pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :
Obat primer
- Diuretica
Obat-obat golongan diuretic mekanisme kerjanya adalah dengan
meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal sehingga
volume darah dan tekanan darah menurun.
Beberapa obat diuretika diantaranya adalah thiazide yang dipilih
untuk untuk menangani hipertensi dan agen diuretic yang efektif
untuk menurunkan tekanan darah.
- Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam
regulasi tekanan darah arteri). Sedangkan inhibitor ACE
mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II dan
mencegah degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis
senyawa vasodilator lainnya termasuk prostaglandin E
2
dan
prostasiklin. Sehingga inhibitor ACE ini dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita dengan aktivitas rennin plasma
normal, bradikinin dan produksi ACE yang penting dalam
hipertensi. Sediaan yang beredar diantaranya adalah kaptopril,
benazepril, delapril, fosinopril, dll
- Penghambat reseptor angiotensin II (ARB)
ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT), reseptor
yang memperantarai efek angiotensin II (vasokonstriksi,
pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormone
antidiuretik, dan konstriksi arteriol aferen glomerolus)
- blocker
Zat-zat ini memiliki sifat kimia yang sangat mirip dengan zat
adrenergic isoprenalin. Khasiat utamanya adalah anti-adrenergik
dengan jalan menempati secara bersaing reseptor -adrenergik.
13 | P a g e

Blockade reseptor ini mengakibatkan penurunan aktivitas
adrenalin dan noradrenalin, efeknya adalah pelemahan daya
kontraksi, penurunan frekuensi jantung. Misalnya asebutolol,
atenolol, bisoprolol, dll
- Penghambat saluran kalsium (CCB)
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yang sensitive terhadap tegangan
(voltage sensitif), sehingga mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot polos vaskuler
menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi
tekanan darah.
Obat sekunder
- blocker
zat-zat ini memblok reseptor alfa-adrenergik yang terdapat di otot
polos pembuluh (dinding), khususnya di pembuluh kulit dan
mukosa. Misalnya doksazosin, prazosin, tetrazosin, dll
-
2
agonis sentral
- Inhibitor Adrenergik
Mencegah vasokonstriksi dan menurunkan tekanan darah.
- Vasodilator
Vasodilator adalah zat-zat yang berkhasiat vasodilatasi langsung
terhadap arteriole dan dengan demikian dapat menurunkan
tekanan darah. Misalnya hidralazin, dihidralazin, dan monoksidil.

8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Identitas klien
Nama : Ny. Margaret
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : perempuan
14 | P a g e

Status : janda
Pekerjaan : pedagang kue
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : pusing dan mual
Faktor pencetus : beban hidup berat
Faktor pemberat : makan dan istirahat tidak terkontrol
Riwayat kesehatan saat ini
Ny. Margaret, usia 45 tahun, janda dengan 5 anak. Klien
berdagang kue untuk membesarkan anak, sehingga klien tidak
punya waktu beristirahat dan mengontrol makanannya. Klien tiba-
tiba mengeluh kepala pusing dan mual ketika ada 3 anaknya
perlu biaya banyak untuk sekolah. Klien belum pernah mengalami
kejadian ini sebelumnya.
Pola aktivitas latihan
Makan dan istirahat tidak terkontrol
Pola toleransi koping stress
Pengambilan keputusan : sendiri
Pola peran dan hubungan
Peran dalam keluarga : ibu dan tilang pungggung keluarga
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 170/110 mmHg
Nadi : 100 reguler
Suhu : 37
o
C
RR : 16 x/menit
- Tinggi badan : 160 cm
- Berat badan : 102 kg
- Ekstremitas : tangn dan kaki teraba dingin dan kering
- Kulit dan kuku : CRT 3 detik
15 | P a g e

Hasil pemeriksaan penunjang
Total serum kolesterol 245 mg/dL
Terapi
Diberikan Captopril 25 mg 2 kali sehari, dan pemberian
penyuluhan tentang diet DASH.

b. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS :
klien mengeluh
pusing dan mual
DO :
- CRT 3 detik
- Tangan dan kaki
teraba dingin dan
kering
- TD : 170/110
mmHg
- Nadi : 100x/menit
- RR : 16 x/menit
Pola makan tidak
terkontrol

Serum kolesterol

BB bertambah

Obesitas

Tahanan perifer
berkurang

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
DS :
Klien mengatakan
tidak punya waktu
untuk istirahat dan
mengontrol
makanannya
DO :
Pola makan tidak
terkontrol

Serum kolesterol tinggi

BB bertambah

Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
kebutuhan
16 | P a g e

- TB : 160 cm
- BB : 102 kg
- Total serum
kolesterol : 245
mg/dL
Obesitas

Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
kebutuhan
DS :
Klien mengatakan
tidak punya waktu
untuk istirahat dan
mengontrol
makanannya, belum
pernah mengalami
hal ini sebelumnya.
DO :
- TD : 170/110
mmHg
- TB : 160 cm
- BB : 102 kg
- Total serum
kolesterol 245
mg/dL
Istirahat kurang, beban
hidup tinggi

Koping tidak efektif

Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan

c. Diagnosa dan Intervensi keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam, perfusi jaringan perifer klien kembali efektif.
Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital stabil
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Tidak ada keluhan sakit kepala, pusing
- CRT < 3 detik
17 | P a g e

Intervensi keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tekanan darah saat
masuk pada kedua lengan,
tidur, berdiri dengan
pemantauan arteri jika
tersedia
2. Mendorong latihan jalan
sedang atau latihan
ekstremitas bertahan

3. Menurunkan ekstremitas di
bawah jantung
1. mengetahui tekanan darah
dalam batas normal dan
membandingkan dengan
bagian tubuh yang lain.

2. latihan otot memperbaiki
aliran darah dan
pertumbuhan sirkulasi
kolateral
3. ekstremitas bawah yg
tergantung memperlancar
suplai darah arteri

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, berat badan klien tidak bertambah atau dapat
berkurang.
Kriteria Hasil : klien dapat menunjukkan perubahan pola makan,
mempertahankan berat badan yang diinginkan
dengan pemeliharaan kesehatan optimal, melakukan /
mempertahankan program olahraga yang tepat
secara individual.
Intervensi keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pemahaman klien
tentang hubungan langsung
antara hipertensi dan
1. Kkegemukan adalah resiko
tambahan pada hipertensi,
karena curah jantung
18 | P a g e

kegemukan.

2. Kaji hasil tes laboratorium
(total kolesterol, trigliserida,
glukosa, dan level insulin)


3. Tetapkan motivasi klien
untuk menurunkan BB



4. Tetapkan penurunan BB
yang realistis, misalnya
penurunan 0,5 / minggu


5. Instruksikan dan bantu
memilih makanan yang
tepat, hindari makanan yang
kejenuhan lemak tinggi dan
kolesterol. Diskusikan untuk
modifikasi pencapaian BB
sehat
6. Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet

7. Kolaborasi dengan ahli gizi
sesuai indikasi
berkaitan dengan curah
jantung.
2. Berkaitan dengan obesitas
dan identifikasi faktor yang
kemungkinan akan
menghambat diet dan
pengobatan.
3. Motivasi keinginan
penurunan berat badan
adalah internal. Klien harus
termotivasi untuk
menurunkan berat badan.
4. Penurunan masukan kalori
sebanyak 500 kalori per hari
secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5
kg /minggu
5. Menghindari makanan tinggi
lemak jenuh dan kolesterol
penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis.



6. Menyesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan
faktor fisik dan aktivitas.
7. Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet klien
19 | P a g e

Kurang pengetahuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, klien dapat memahami tentang hipertensi.
Kriteria Hasil : klien paham tentang sebab hipertensi dan
pengobatannya serta klien dapat mempertahankan
tekanan darah dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien mengidentifikasi
faktor-faktor resiko hipertensi
(misalnya obesitas, stress)


2. Kaji tingkat pemahaman klien
tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, dan komplikasi
yang dapat timbul akibat
hipertensi.
3. Beri penyuluhan diet DASH,
koping adaptif.
1. Faktor resiko menunjukkan
hubungan dalam meninjang
hipertensi dan penyakit
kardiovaskular serta gagal
ginjal.
2. Penting untuk menentukan
intervensi




3. Membantu klien mengontrol
faktor resikonya.









20 | P a g e

V. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku Patofisiologi. Ed.3. penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan alat
kesehatan Departemen Kesehatan RI
Dipiro, Joshep T.et al. 2005. Pharmacotherapy : A pathophysiologic Approach
New York : Mc Graw Hill Medicine
Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencan Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dam Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta
Gray, Huan H.et al. 2005. Lecture Notes : Kardiologi. PT. gelora Aksara
Pratama: Jakarta
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Selemba Medika : Jakarta
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. EGC : Jakarta
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. 2006.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular : Direktorat Jendral PP
dan PL, Departemen kesehatan RI
Smeltzer, Suzanne. 2002. Biku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner &
Suddarth. EGC : Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2008. Obat Obat Penting: Kasiat,
penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Ed.6. Pt. Elex Media
Komputindo : Jakarta
Tambayong, Jan. 2000. Petofisiologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta
Tierney, Lawrence M.et al. 2002.Diagnosis dan terapi kedokteran : Penyakit
dalam. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Gangguan Proses Berpikir
    Gangguan Proses Berpikir
    Dokumen8 halaman
    Gangguan Proses Berpikir
    wawasatria
    100% (5)
  • Edema Paru Akut (ALO
    Edema Paru Akut (ALO
    Dokumen25 halaman
    Edema Paru Akut (ALO
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    100% (1)
  • Laporan HT
    Laporan HT
    Dokumen20 halaman
    Laporan HT
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Asma Pada Anak
    Penyakit Asma Pada Anak
    Dokumen7 halaman
    Penyakit Asma Pada Anak
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Dokumen5 halaman
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Retinopati Diabetik
    Retinopati Diabetik
    Dokumen7 halaman
    Retinopati Diabetik
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Dokumen5 halaman
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Askep Kejang
    Askep Kejang
    Dokumen20 halaman
    Askep Kejang
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tetralogi Fallot
    Tetralogi Fallot
    Dokumen2 halaman
    Tetralogi Fallot
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Dokumen15 halaman
    Infeksi Saluran Kemih
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Dokumen23 halaman
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Cornelius Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen16 halaman
    Sepsis
    Cornelius Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Batu Kalsium dan Faktor Terjadinya
    Batu Kalsium dan Faktor Terjadinya
    Dokumen2 halaman
    Batu Kalsium dan Faktor Terjadinya
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Askep Bayi Lahir Sakit
    Askep Bayi Lahir Sakit
    Dokumen20 halaman
    Askep Bayi Lahir Sakit
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • LP CKD +Gnc+Hemodialisa
    LP CKD +Gnc+Hemodialisa
    Dokumen27 halaman
    LP CKD +Gnc+Hemodialisa
    Reza Fitra Kusuma Negara
    Belum ada peringkat
  • INFEKSI POSTPARTUM
    INFEKSI POSTPARTUM
    Dokumen41 halaman
    INFEKSI POSTPARTUM
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Dokumen8 halaman
    LP Retensi Urin
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • INFEKSI POSTPARTUM
    INFEKSI POSTPARTUM
    Dokumen41 halaman
    INFEKSI POSTPARTUM
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen12 halaman
    Pneumonia
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Dokumen23 halaman
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Cornelius Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen17 halaman
    Sepsis
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Dokumen23 halaman
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Cornelius Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Dokumen8 halaman
    LP Retensi Urin
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Dokumen15 halaman
    Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Benny Afriansyah
    Belum ada peringkat
  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Dokumen16 halaman
    LP Retensi Urin
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • INFEKSI POSTPARTUM
    INFEKSI POSTPARTUM
    Dokumen41 halaman
    INFEKSI POSTPARTUM
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Dokumen5 halaman
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Post Partum
    Infeksi Post Partum
    Dokumen42 halaman
    Infeksi Post Partum
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    100% (1)
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Dokumen15 halaman
    Infeksi Saluran Kemih
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen12 halaman
    Pneumonia
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    Belum ada peringkat