Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian

Hubungan dan Distribusi Lokasi Fraktur Mandibula Terhadap Usia, Jenis


kelamin dan Penyebab Terjadinya Fraktur Pada Pasien
RSUD dr. Saiful Anwar

Irwan Baga *, Nenny Prasetyaningrum**, Patrialis Y. V. Z ***

*RSUD dr Saiful Anwar Malang,
**Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKUB


ABSTRAK

Zulkarnain, Patrialis Yuniardo Vidarta. 2013. Hubungan dan Distribusi Lokasi Fraktur
Mandibula Dengan Usia, Jenis kelamin dan Penyebab Terjadinya Fraktur
Pada Pasien di RSUD dr. Saiful Anwar Tahun 2008-2012. Tugas Akhir.
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) drg. Irwan
Baga, Sp.BM (2) drg. Nenny P., M.Ked


Letak dan struktur anatomis tulang mandibula menyebabkan tulang mandibula paling
rentan terhadap benturan, sehingga fraktur mandibula sering terjadi pada kasus fraktur
yang melibatkan tulang wajah. Penyebab fraktur mandibula antara lain benturan keras
pada wajah, kecelakaan berkendara, kecelakaan kerja, dan kasus trauma lainnya. Ada
berbagai tipe lokasi fraktur mandibula yaitu kondilus, angulus, bodi. Fraktur mandibula
dapat terjadi pada semua usia baik laki-laki ataupun perempuan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa hubungan dan distribusi lokasi fraktur mandibula dengan usia, jenis
kelamin, dan penyebab terjadinya fraktur mandibula. Penelitian ini merupakan studi
kasus analitik. Sampel yang digunakan adalah 161 data rekam medis pasien fraktur
mandibula RSUD dr. Saiful Anwar Malang mulai Januari 2008 sampai dengan
Desember 2012. Analisa data menggunakan korelasi spearman dan didapatkan nilai
signifikan p > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lokasi dengan
usia, jenis kelamin dan penyebab terjadinya fraktur. Dari analisa deskriptif didapatkan
distribusi lokasi fraktur mandibula terbanyak di daerah simpisis/parasimpisis, kelompok
usia terbanyak 15-64 tahun, pada laki-laki, dan penyebab terbanyak kecelakaan
berkendara. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lokasi
fraktur mandibula dengan usia, jenis kelamin dan penyebab terjadinya fraktur. Distribusi
lokasi fraktur mandibula terbanyak di daerah simpisis/parasimpisis.

Kata kunci : Fraktur Mandibula, Lokasi Fraktur Mandibula, Distribusi, RSUD dr. Saiful
Anwar Malang.



ABSTRACT

Zulkarnain, Patrialis Yuniardo Vidarta. 2013. Corelation and Distribution Location of
Mandible Fracture with Age, Gender and Etiology of Fracture in Patients
RSUD dr.Saiful Anwar 2008-2012 . Final Assignment, Dentistry Program,
Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) drg. Irwan Baga,
Sp.BM (2) drg. Nenny P., M.Ked
Jurnal Penelitian

The location and sturcture of the mandible cause the mandibular to the collision, so that
mandibular fractures are the most common fractures in the facial bones. Cases of
driving accidents, work accidents, and other trauma can cause a fracture of the
mandible. Mandibular fractures occur in various types of locations such as the condyle,
angle, body. Mandibular fractures can occur at any age, both men and women. The
purpose of this study to analize corelation and distribution mandibular fracture location
with age, sex, and cause of fractures. This is case study analytic. The sample used in
this study were 161 medical records mandibular fractures in RSUD dr. Saiful Anwar
Malang from January 2008 until December 2012. Data analysis using the Spearman
correlation indicated that the significant value of p> 0.05 then there is no relationship
between the location with age, sex and etiology of the mandibular fracture. Symphysis /
parasymphysis is the most common site of mandibular fracture, on man, and cause
driving accidents. In conclution, there was no correlation between the location with age,
sex and etiology of mandibular fractures. The result of distribution mandibular fracture
location most often occur in the symphysis / parasimpisis..

Keywords: Mandibular Fracture, Mandibular Fracture location, Distribution, RSUD dr.
Saiful Anwar Malang.

PENDAHULUAN
Trauma maksilofasial salah satu
aspek dari trauma kepala dan leher
yang perlu mendapat perhatian. Trauma
maksilofasial mempunyai banyak variasi
: dapat berupa fraktur hidung, fraktur
maksila, fraktur mandibula, cedera
jaringan lunak sekitarnya atau
kombinasi (Thaib et al, 1985). Fraktur
mandibula merupakan fraktur yang
paling sering terjadi pada tulang wajah,
hal ini menggambarkan letak dan
sensitivitas mandibula terhadap
benturan.
Fraktur mandibula dan tulang muka
lebih sering disebut fraktur daerah
maksilofasial, makin banyak dijumpai
sejalan dengan kemajuan dibidang
transportasi dan olahraga terutama
pada masyarakat maju (Suhartati,
2003). Kasus kecelakaan lalu lintas di
kota besar meningkat tiap tahun, dan
dari kasus tersebut banyak didapatkan
trauma di regio wajah yang
mengakibatkan fraktur pada mandibula
(Iswadi, 2007). Kota Malang merupakan
daerah yang memiliki angka kecelakaan
yang cukup tinggi. Berdasarkan data
unit laka Polres Malang pada semester I
tahun 2009 terjadi sebanyak 203 kasus
dan semester II menjadi 283 kasus.
Melihat data tersebut, dapat dikatakan
bahwa kota Malang memiliki angka
kecelakaan yang cukup tinggi.
Kecelakaan berkendara dilaporkan
merupakan penyebab terbanyak fraktur
mandibula di negara berkembang
(Ajmal et al, 2007).
Fraktur mandibula dibedakan atas
beberapa tipe. Berdasarkan tipe injuri,
arah, dan energi trauma, fraktur
mandibula sering terjadi pada beberapa
lokasi. Salah satu klasifikasi dari fraktur
mandibula ialah berdasarkan lokasi
anatomis, yaitu kondilus, angulus, bodi,
simpisis, alveolar, ramus, dan koronoid
(Pedersen, 1996). Menurut Chang
(2008) daerah yang sering terkena
fraktur adalah kondilus (29%). Menurut
Stierman (2000), dikatakan bahwa
fraktur mandibula lebih sering terjadi
pada laki-laki dewasa. Selain itu, dalam
penelitian tersebut juga dilaporkan
bahwa 48% dari penderita fraktur
mandibula berada pada kisaran usia 21-
30 tahun.
Dengan semakin tingginya mobilitas
dan tingginya angka kecelakaan
berkendara di kota Malang menjadi latar
belakang dari penelitian tentang
hubungan dan distribusi lokasi fraktur
mandibula dengan usia, jenis kelamin,
Jurnal Penelitian
dan penyebab terjadinya fraktur di
RSUD dr. Saiful Anwar. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi tentang hubungan dan
distribusi lokasi fraktur mandibula
dengan usia, jenis kelamin, dan
penyebab terjadinya fraktur di RSUD dr.
Saiful Anwar berdasarkan data rekam
medis tahun 2008-2012.



METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi
kasus analitik. Studi kasus analitik
merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang
subjek atau satu tempat penyimpanan
dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Dokumen dalam penelitian ini adalah
data rekam medis pasien di RSUD dr.
Saiful Anwar Malang.

Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah
data rekam medis fraktur mandibula
RSUD dr. Saiful Anwar Malang dari
bulan Januari 2008 sampai dengan
Desember 2012, segala usia, jenis
kelamin pria ataupun wanita.

Jumlah Sampel
Besar sample ditentukan dengan
perumusan slovin dengan perhitungan
sebagai berikut :

n = N/(1 + Ne^2)
n = 207(1 + (207)(0,05)^2)
n = 161 rekam medis

n =Number of samples (jumlah
sampel)
N =Total population (jumlah
seluruh anggota populasi)
e = Error tolerance (toleransi
terjadinya galat; taraf
signifikansi; untuk sosial dan
pendidikan lazimnya 0,05) > (^2
= pangkat dua)
Variabel Penelitian
Variabel Terikat
Lokasi terjadinya fraktur mandibula

Variabel Bebas
Usia , Jenis kelamin, Penyebab
terjadinya fraktur .

Definisi Operasional
a. Pasien adalah semua penderita
yang dalam rekam medisnya
terdiagnosis fraktur mandibula di
RSUD dr. Saiful Anwar pada tahun
2008-2012
b. Fraktur mandibula adalah
rusaknya kontinuitas tulang
mandibular yang dapat
disebabkan oleh trauma baik
secara langsung atau tidak
langsung.
c. Lokasi fraktur mandibula yaitu
letak secara anatomis yang tertulis
dalam rekam medis, berupa fraktur
dentoalveolar, fraktur prosesus
kondiloideus, fraktur prosesus
koronoideus, fraktur ramus, fraktur
angulus, fraktur korpus, fraktur
simfisis dan parasimfisis.
d. Fraktur kompleks dalam penelitian
ini adalah frakur yang terjadi pada
beberapa lokasi di mandibula.
e. Usia adalah umur yang tertulis
dalam data rekam medis yang
dibagi berdasarkan komposisi
penduduk menurut Badan Pusat
Statistika (BPS), yaitu usia muda /
usia belum produktif (0-14 th), usia
dewasa / usia produktif (15-64 th),
dan usia tua / usia tidak produktif
(> 65 th).
f. Jenis Kelamin adalah perbedaan
antara perempuan dengan laki-laki
secara biologis sejak seseorang
lahir yang tercatat dalam rekam
medis.
g. Penyebab adalah hal yang
mengakibatkan terjadinya fraktur
mandibula berdasarkan data yang
tercatat dalam anamnesa rekam
medis, seperti kecelakaan
Jurnal Penelitian
berkendara, kecelakaan kerja,
serangan individu/kekerasan,
trauma olahraga, dan penyebab
lainnya.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA

Hasil Penelitian
1. Hasil Identifikasi Rekam Medis
Pada penelitian ini rekam medis
yang diteliti telah disediakan oleh pihak
bagian rekam medis RSUD dr. Saiful
anwar Malang. Rekam medis yang
disediakan berupa seluruh rekam medis
pasien dengan riwayat fraktur
mandibula baik berupa keluhan utama
ataupun tidak. Dalam rekam medis,
fraktur mandibula memiliki kode S02. 6.
Kode S02. 6 adalah kode untuk kasus
fraktur mandibula yang dengan mudah
dapat terlacak dengan komputer. Pada
data rekam medis dijelaskan secara
rinci tanggal pembuatan rekam medis,
identitas pasien, keluhan utama pasien,
hingga perawatan pasien secara
keseluruhan. Hal itu sangat
memudahkan dalam pengambilan data.
Masa aktif data rekam medis di RSUD
dr. Saiful Anwar Malang adalah 5 tahun,
dimana ketika data rekam medis telah
melebihi 5 tahun maka akan di
musnahkan. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini data rekam medis yang
digunakan adalah data rekam medis
tahun 2008-2012. Pengambilan waktu
selama 5 tahun tersebut dimaksudkan
agar didapatkan keakuratan data.
Dalam penelitian ini digunakan semua
jenis kelamin dan segala usia.

Gambar 1. Data Rekam Medis di RSUD
dr. Saiful Anwar Malang

2. Gambaran Pasien Fraktur
Mandibula
Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 161 rekam
medis yang tercatat dalam rentang
waktu 5 tahun yaitu 2008-2012. Jumlah
kasus terbanyak pada tahun 2010, yaitu
sebesar 30,4 %. Jumlah kasus paling
sedikit pada tahun 2009 hanya sebesar
10,6 %.

3. Hasil Pengamatan Lokasi Fraktur
Mandibula
Hasil data lokasi fraktur mandibula
berdasarkan data rekam medis di RSUD
dr. Saiful Anwar Malang menunjukkan
bahwa fraktur mandibula paling sering
terjadi di daerah simpisis/parasimpisis
mandibula, yaitu sebesar 43,5%. Fraktur
yang paling jarang terjadi adalah fraktur
pada kondilus, yaitu sebesar 0,6%.

4. Hasil Pengamatan Kelompok Usia
Pasien Fraktur Mandibula
Hasil pengamatan data rekam medis
pasien fraktur mandibula di RSUD dr.
Saiful Anwar Malang menunjukkan
bahwa usia dewasa / usia produktif (15-
64 th) menduduki peringkat teratas
(72,0%) dari seluruh total kasus yang
diamati. Pada kelompok usia tua / usia
tidak produktif / usia jompo (> 65 th)
hanya terjadi 17 kasus atau 10,6%.

5. Hasil Pengamatan Jenis Kelamin
Pasien Fraktur Mandibula
Kasus fraktur mandibula lebih sering
terjadi pada laki-laki, yaitu sebesar 72%
dari seluruh total kasus yang ada .

6. Hasil Pengamatan Penyebab
Fraktur Mandibula (Etiologi)
Hasil penelitian menunjukan bahwa
penyebab terbanyak dari kasus fraktur
mandibula adalah kecelakaan
berkendara dengan terjadi 137 kasus
atau 85,1 % dari keseluruhan total
kasus. Sedangkan paling sedikit fraktur
yang disebabkan oleh trauma olahraga,
hanya terjadi 1 kasus atau 0,6 %.

Jurnal Penelitian


Analisa Data

1. Kajian Deskriptif Distribusi Lokasi
Fraktur Mandibula Berdasarkan
Kelompok Usia Pasien
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kelompok usia muda/usia belum
produktif fraktur mandibula lebih banyak
terjadi pada daerah
simpisis/parasimpisis yaitu 10 kasus.
Selanjutnya pada kelompk usia
dewasa/usia produktif sama seperti
pada usia muda yaitu lebih sering terjadi
pada daerah simpisis/parasimpisis yaitu
sebanyak 58 kasus. Fraktur kompleks
lebih banyak terjadi pada kelompok usia
tua/usia tidak prooduktif, yaitu 7 kasus.

2. Kajian Deskriptif Distribusi Lokasi
Fraktur Mandibula Berdasarkan
Jenis Kelamin Pasien
Pada jenis kelamin laki-laki lebih
banyak fraktur mandibula terjadi di
daerah simpisis/parasimpisis yaitu 48
kasus dari total 116 kasus yang terjadi.
Pada daerah alveolar/dentoalveolar,
koronoid, dan ramus masing-masing
terjadi 2 kasus dan hanya 1 kasus di
derah kondilus.
Sedangkan pada perempuan, tidak
jauh beda dengan laki-laki yaitu lebih
banyak kejadian fraktur mandibula
terjadi di daerah simpisis/parasimpisis
dengan 22 kasus. Pada perempuan
tidak terjadi fraktur mandibula di daerah
kondilus dan koronoid.

3. Kajian Deskriptif Distribusi Lokasi
Fraktur Mandibula Berdasarkan
Etiologi
Kecelakaan berkendara menjadi
penyebab terbanyak terjadinya fraktur
mandibula dan kebanyakan
mengakibatkan fraktur di daerah
simpisis/parasimpisis yaitu sebanyak 62
kasus. Tidak jauh beda dengan
kecelakaan berkendara, kecelakaan
kerja juga lebih banyak menyebabkan
fraktur di daerah simpisis/parasimpisis
yaitu sebanyak 5 kasus.
Serangan/kekerasan banyak
mengakibatkan terjadinya fraktur
kompleks, berdasarkan pengamatan
terdapat 3 kasus fraktur kompleks akibat
serangan/kekerasan.Penyebab lain
terjadinya mandibula seperti kelainan
patologis atau kelainan jaringan juga
menyebabkan terjadinya fraktur di
daerah korpus/bodi dan
simpisis/parasimisis masing-masing
sebanyak 2 kasus serta 1 kasus
menyebabkan terjadinya fraktur
kompleks.

4. Uji Korelasi Spearman
Untuk mengetahui hubungan dari
kedua variabel yang diteliti apakah
memiliki hubungan atau tidak maka
perlu dilakukan uji korelasi. Untuk
menentukan hubungan antara distribusi
lokasi dengan usia, jenis kelamin, dan
penyebab terjadinya fraktur mandibula
maka dalam penelitian kali ini digunakan
uji korelasi speaman. Berdasarkan uji
yang dilakukan maka didapat hasil
seperti pada tabel 1. Dari hasil uji
korelasi spearman yang dilakukan
didapatkan nilai signifikansi 0,965 (usia);
0,758 (jenis kelamin); dan 0,110
(etiologi) yang berarti dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dan jenis kelamin
pasien serta penyebab terjadinya
terhadap lokasi terjadinya fraktur
mandibula berdasarkan data rekam
medis di RSUD dr. Saiful Anwar
Malang. Sesuatu dikatakan memiliki
hubungan yang signifikan apabila nilai
signifikan < 0,05.





Jurnal Penelitian

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Spearman Lokasi dengan Usia, Jenis Kelamin, dan
Penyebab terjadinya fraktur

Nilai
Lokasi
Usia Jenis Kelamin Etiologi
Koefisien korelasi 0,004 0,025 -0,126
Signifikan 0, 965 0,758 0,110


PEMBAHASAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan dan distribusi
lokasi fraktur mandibula dengan usia,
jenis kelamin, dan penyebab terjadinya
fraktur. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan hasil rekam
medis pasien fraktur mandibula di
RSUD dr. Saiful Anwar Malang pada
tahun 2008-2012. Alasan penggunaan
rekam medis RSUD dr. Saiful Anwar
Malang karena rumah sakit ini
merupakan salah satu rumah sakit
pusat rujukan di Jawa Timur selain
RSUD dr. Soetomo di Surabaya.
Terdapat 207 data rekam medis pasien
yang didiagnosis dan dirawat karena
fraktur mandibula di RSUD dr Saiful
Anwar Malang sejak tahun 2008 sampai
2012 dan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
161 data rekam medis dengan
perhitungan sampel menggunakan
rumus Slovin.
Kelompok usia dewasa / usia
produktif (15-64 th) menjadi kelompok
tertingi dalam kejadian fraktur
mandibula di RSUD dr. Saiful Anwar.
Jumlah penderita kelompok usia
tersebut sebanyak 116 kasus atau 72,0
% lalu diikuti kelompok usia muda / usia
belum produktif (0-14 th) sebesar 28
kasus 17,4 %, dan kelompok usia tua /
usia tidak produktif (> 65 th) 17 kasus
atau 20,6 % (Tabel 5.3).
Penelitian di Libya oleh Elgehani
dan Orafi (2009) menunjukkan hasil
yang tidak jauh berbeda dengan
penelitian ini melaporkan bahwa 48%
dari penderita fraktur mandibula berada
pada kisaran usia 21-30 tahun.
Penelitian di Brazil oleh Martini et al.
(2006) juga menghasilkan data yang
sama mengenai prevalensi fraktur
mandibula menurut usia, yaitu usia 21-
30 tahun sebesar 38%.
Mobilitas tinggi dari masyarakat
kelompok usia tersebut dikarenakan
kelompok usia dewasa muda
merupakan usia produktif. Kesibukan
menjadi faktor banyaknya kecelakaaan
yang terjadi akibat kepadatan lalulintas.
Kelompok usia tersebut juga merupakan
kelompok usia yang memiliki
kepemilikan kendaraan pribadi yang
besar.
Faust (2009) menyatakan, pada
kelompok usia anak-anak, khususnya
pasien yang lebih muda dari 5 tahun
jarang terjadi fraktur mandibula. Hal ini
dikarenakan tulang wajah anak-anak
lebih tahan terhadap patah tulang
karena elastisitas lebih tinggi, jaringan
adipose yang tebal, dan stabilisasi
rahang bawah dan rahang atas oleh gigi
yang belum tumbuh. Olah raga
merupakan penyebab terbanyak fraktur
mandibula pada anak-anak usia sekolah
(Faust, 2009).
Hasil pengamatan menunjukkan
laki-laki adalah penderita terbanyak
kasus fraktur mandibula, jumlah
penderita laki-laki tersebut sebanyak
116 orang atau 72,0 %. Sedangkan 45
sisanya merupakan perempuan atau
28,0 %. Perbandingan antara penderita
fraktur mandibula berjenis kelamin laki-
laki dan wanita adalah 3 : 1.
Jurnal Penelitian
Seperti halnya penelitian yang
dilakukan di Libya, jumlah laki-laki
masih dominan sebagai penderita
fraktur mandibula.penelitian tersebut
menunjukan rasio laki-laki penderita
fraktur mandibula tujuh kali lipat
dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan
laki-laki jauh lebih banyak menjalani
aktivitas luar seperti berkendara atau
olahraga dibandingkan wanita (Elgehani
dan Orafi, 2009).
Kecelakaan berkendara
merupakan penyebab tertinggi kasus
fraktur mandibula menurut data rekam
medis RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
Sebanyak 85,1% (Tabel 5.5) dari
seluruh kasus atau 137 dari 161 kasus
disebabkan oleh kecelakaan
berkendara. Pedersen (1996)
menyatakan bahwa penyebab tertinggi
trauma orofacial yaitu karena
kecelakaan lalu lintas 40-45%. Chang
(2008) juga melaporkan bahwa
penyebab tertingi dari fraktur mandibula
adalah kecelakaan berkendara sebesar
43%. Penyebab tebesar kedua adalah
fraktur mandibula yang disebabkan oleh
kecelakaan kerja. Dari data rekam
medis, didapat 13 kasus fraktur
mandibula yang disebabkan oleh
kecelakaan kerja atau sebesar 8,1 %
(Tabel 5.5) dari total kasus. Chang
(2008) mengatakan trauma olah raga
dan kecelakaan kerja menyebabkan
fraktur mandibula sebanyak 7 %.
Hasil lainnya berbeda dengan
penelitian Pedersen (1996) dimana
penganiayaan atau berkelahi 30-35%
merupakan penyebab kedua terbesar
serta Chang (2008) yang juga
menyebutkan 34% fraktur mandibula
disebabkan kekerasan. kedua peneliti
melakukan penelitian pada negara
mereka yang termasuk negara maju.
Sedangkan Malang merupakan kota di
negara berkembang. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Elgehani dan Orafi
(2009) di Libya, kebanyakan kasus
fraktur mandibula dikarenakan oleh
kekerasan individu terjadi pada negara-
negara maju, sedang pada negara
berkembang kecelakaan merupakan
penyebab tertinggi.
Indonesia merupakan negara
dengan kepemilikan kendaraan pribadi
terutama roda dua yang tinggi. Mudah
dan terjangkaunya biaya untuk memiliki
kendaraan roda dua menyebabkan
besarnya kepemilikan kendaraan
tersebut. Besarnya angka kepemilikan
kendaraan pribadi merupakan penyebab
semakin padat dan seringnya terjadi
kecelakaan yang menjadi faktor
penyebab terbanyak fraktur mandibula.
Pada kelompok usia
dewasa/usia produktif kejadian fraktur
mandibula paling sering terjadi pada
daerah simpisis/parasimpisis yaitu
sebanyak 58 kasus. Lalu pada
kelompok usia muda/usia belum
produktif fraktur mandibula juga lebih
banyak terjadi pada daerah
simpisis/parasimpisis yaitu 10 kasus.
Namun pada kelompok usia tua/usia
tidak produktif lebih banyak terjadi
fraktur kompleks atau fraktur mandibula
yang terjadi di beberapa tempat.
Berdasarkan jenis kelamin, baik pada
laki-laki ataupun perempuan fraktur
lebih sering terjadi di daerah
simpisis/parasimpisis yaitu pada laki-laki
48 kasus dan pada perempuan 22
kasus. Sedangkan jika dilihat dari
penyebab terjadinya fraktur mandibula,
kecelakaan berkendara yang
merupakan penyebab tertinggi 137
kasus. lebih sering menyebabkan fraktur
di daerah simpisis/parasimpisis dengan
total 62 kejadian. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa dari keseluruhan
fraktur mandibula lebih sering terjadi di
daerah simpisis/parasimpisis.
Berdasarkan hasil pengamatan data
rekam medis di RSUD dr. Saiful Anwar
Malang menunjukkan bahwa fraktur
mandibula lebih sering terjadi di daerah
simfisis/parasimpisi mandibula yaitu
sebanyak 70 kasus atau 43,5%.
Hasil yang tidak jauh berbeda
didapat berdasarkan penelitian yang
dilakukan Ramadhan (2009) di rumah
sakit dr. Soebandi Jember dimana
Jurnal Penelitian
bahwa dari 63 kejadian fraktur 36,51 %
atau 23 kasus terjadi di
simpisis/parasimpisis. Clark (2009)
menyatakan, penyebab terbanyak dari
fraktur mandibula di dareah simfisis
adalah kecelakaan berkendara.
Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Chang (2008) dimana fraktur
kondilus memiliki frekuensi kejadian
tertinggi, fraktur kondilus pada penelitian
menempati urutan kedua terbawah.
Fraktur kondilus banyak ditemukan
pada anak-anak, sedangkan fraktur
angulus lebih sering ditemukan pada
remaja dan dewasa muda (Pedersen,
1996). Pada penelitian, kasus yang
dialami oleh anak-anak tidak lebih dari 3
kasus.
Kecelakaan kendaraan bermotor
merupakan faktor terbanyak dari
penyebab fraktur mandibula. Kelalaian
pengendara dalam penggunaan
pelindung seperti helm dan tipe helm
yang kurang memadai, tanpa dilengkapi
pelindung rahang seringkali menjadi
penyebab fraktur mandibula. Tumbukan
dari frontal tanpa pelindung bila
kecelakaan terjadi dimungkinkna
menjadi faktor pencetus fraktur pada
bagian simfisis.
Pada penelitian ini juga dianalisis
hubungan antara usia dan jenis kelamin
pasien terhadap lokasi terjadinya
dengan mengunakan uji korelasi
spearman dengan menggunakan SPSS
18. Dari hasil uji korelasi spearman
didapatkan hasil uji dengan nilai
signifikan 0,965 (usia); 0,758 (jenis
kelamin) dan 0,110 (penyebab) (p>
0,05) sehinga kesimpulan yang didapat
bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara distribusi lokasi fraktur
mandibula dengan usia, jenis kelamin,
dan penyebab terjadinya fraktur
mandibula. Hal tersebut dikuatkan
dengan data yang didapat dari
penelitian yang menunjukkan baik pada
usia muda/usia belum produktif ataupun
pada usia dewasa/usia produktif, pada
laki-laki dan perempuan serta
penyebab-penyebab terjadinya sama-
sama lebih banyak terjadi di daerah
simpisis/parasimpisis. Hal ini
dikarenakan daerah
simpisis/parasimpisis merupakan
daerah paling depan dan paling
menonjol dibanding daerah lainnya,
selain itu juga karena strukturnya yang
pipih.
Dengan melihat fakta hasil
penelitian, didapatkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara lokasi fraktur
mandibula dengan usia, jenis kelamin,
dan penyebab terjadinya fraktur
mandibula sehingga hipotesis ditolak.

KESIMPULAN
1. Tidak terdapat hubungan antara
lokasi fraktur mandibula dengan
usia, jenis kelamin, dan penyebab
terjadinya fraktur mandibula.
2. Distribusi lokasi fraktur mandibula
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
penyebab terjadinya, fraktur
mandibula lebih bayak terjadi di
daerah simpisis/parasimpisis.

SARAN
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai fraktur mandibula di
rumah sakit lainnya di Indonesia.
2. Perlu dilakukan penyuluhan
mengenai keamanan dan ketertiban
dalam berkendara sejak dini sebagai
cara preventif untuk mengurangi
jumlah kasus Fraktur mandibula.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Enni. 2000. Konsep Perawatan
Fraktur Mandibula. Tidak
dipublikasikan. Skripsi. Medan :
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
Ajmal, Khan, Jadoon, dan Malik. 2007.
Management protocol of
mandibular fractures at pakistan
institute of medical sciences,
Islamabad, Pakistan. J Ayub
Med Coll Abbottabad 19 (3).
Hlm 52-55.
Jurnal Penelitian
Al-Maqassary, Ardi. 2012. Pengertian
Jenis Kelamin .http://
www.Psychologymania . com
/2012/12/ pengertian-jenis-
kelamin . html [23 Juni 2013].
Bailey, H. 1992. Ilmu Bedah Gawat
Darurat Edisi 11. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Banks, P. 1992. Fraktur Pada
Mandibula Menurut Killey. Edisi
III. Terjemahan Wahyono dari
Killeys Fractures of The
Mandible. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Banks, P. 1993. Fraktur Sepertiga
Tengah Skeleton Fasial Menurut
Killey. Edisi IV. Terjemahan
Wahyono dari Killeys Fractures
of The Middle Third of The
Facial Skeleton. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Barmadisatrio. 2007. Fraktur
Mandibula. Tidak
dipublikasikan. Referat.
Surabaya : Program Studi Ilmu
Bedah FK Unair .
Bruce, R, dan Fonseca, R.J.
1991.Mandibular Fractures
dalam Oral and Maxillofacial
Trauma, Fonseca RJ dan
Walker RV (ed.) vol 1. W.B.
Saunders Company: Hlm. 359-
414.
Chang , E. W. 2008. Mandible
Fractures, General Principles
and Occlusion.
http://emedicine.medscape.com/a
rticle/148358-media. [26
Desember 2011].
Clark, W. D. 2009. Mandibular
Symphyseal and Parasymphyseal
Fractures .
http://emedicine.medscape.com/a
rticle/869242-overview. [26
Desember 2011].
Dixon, A. D. 1993. Buku Pintar Anatomi
Untuk Kedokteran Gigi Edisi 5.
Terjemahan Lilian Yuwono dari
Anatomy For Students Of
Dentistry. Jakarta: Hipokrates.
Elgehani, R.A dan Orafi M.I.
2009.Incidence of mandibular
fractures in Eastern part of
Libya. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal 14. Hlm 529-532.
Faust, R A. 2009. Mandible fractures in
children.
http://www.medscape.com/medli
ne/abstract/872662&rurl. [ 28
Januari 2012].
Fonseca, R. J dan Walker R. V 1997.
Oral and Maxillofacial Trauma.
Edisi 2, vol. 1. USA: W.B.
Saunders Company.
Goldman, K. E. 2008. Mandibular
Condylar and Subcondylar
Fractures.
http://emedicine.medscape.com/a
rticle/870075-overview. [28
Desember 2011].
Google, 2009. http://blutuz.com/wp-
content/uploads/mandibula-
inf.jpg. [Desember 2011].
Iswadi. 2007. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada fungsi
Mandibula pasca Interdental
Wiring dan Intermaxillary
Wiring pada Fraktur mandibula
satu sisi di RSUP DR Sardjito.
Tidak dipublikasikan. Karya
Ilmiah Paripurna. Yogyakarta :
Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah
Mada.
Julia, V., Chotimah, C., Seno, H. 2005.
Pelaksanaan Fraktur mandibula
Multiple. Majalah Kedokteran
Gigi Edisi khusus Temu Ilmiah
Nasion hal. 270-273.
Martini, Takahashi, Oliviera, Calvarho,
Curcio, Shinohara. 2006.
Jurnal Penelitian
Epidemiology of mandibular
fractures treated in a Brazilian
level I Trauma Public Hospital in
the city of So Paulo, Brazil.
http://www.scielo.br/scielo.php?s
cript=sci_arttext&pid=S0103-
64402006000300013. [12 Januari
2012]
Moeliono, Marina A. 2004. Peranan
Rehabilitasi Medik Pasca Fraktur
Rahang. Bandung : Kongres
Nasional Persatuan Ahli Bedah
Mulut.
Pedersen, G.W. 1996. Buku Ajar Praktis
Bedah Mulut. Terjemahan
Purwanto, et al. dari Clinical
Oral Surgery (1990). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pusponegoro, Wila, Pudjiaji, Bisanto,
Zulkarnain. 1995. Dasar-Dasar
Metodelogi Penelitian Klinis.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Reksoprodjo, S. 1995. Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Wijaya, Ramadhan P. V. S. 2009.
Prevalensi Pasien Dengan
Fraktur Mandibula Yang
Dirawat Di Rsud Dr. Soebandi
Jember Tahun 2004-2008. Tidak
dipublikasikan. Skripsi. Jember :
Fakultas Kedokteran Gigi UNEJ.
Sarwono, Jonathan. 2010. Teori Analisis.
Jakarta. EGC
Soeratno dan Arsyad. 1995. Metodologi
Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Stierman, K. 2000. Mandible Fracture.
http://www.utmb.edu/otoref/grnd
s/Mandible-fx-0006/Mandible-
fx-0006.pdf [Desember 2011].
Suhartati, T. 2003. Tinjauan Anatomi
Fraktur Kompleks Zigomatikus
dan Masalah yang Ditimbulkan.
Jurnal ilmiah dan teknologi
kedokteran gigi FKG UPDM
Hlmn. 24-26.
Sukmadinata, N. S. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung :
Rodsakarya
Thaib, M. R., Satoto , D., dan
Syamsudin ,E. 1985. Masalah
Anastesia pada Trauma
Maksilofacial.SCermin Dunia
Kedokteran. Hlm 45-49.
Trott , M dan David, D.J. 1995. Facial
Fractures dalam
Cranimaxillofacial Trauma.
(ed : David DJ, Simpson
DA.). Edinburg. Churchill
Livingstone. Hlm. 263-289).
Wibowo, H. 1994. Pencegahan dan
Penatalaksanaannya Cedera
Olah Raga. Jakarta: EGC.
Widell, T. 2001. Mandibular Fractures.
J. Med.2.
Wray, Stenhouse, Lee, dan Clark. 2003.
Textbook Of General and oral
Surgery. Edinburg. Churchill
Livingstone.
















Menyetujui,
Pembimbing I



drg. Irwan Baga, Sp.BM
NIP. 19481220 198002 1 002

Anda mungkin juga menyukai