Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN 2

PENGUKURAN KINERJA, KOMPENSASI, DAN


PERTIMBANGAN MULTINASIONAL



DIUSUN OLEH :
Arief Prima : 1202120524
Riska Fahrul Razi : 1202154415
Raja Yoga G.A : 1202120217
Sandy Bakri Pratama : 1202154354
Arshi Adam : 1202112698

Fakultas Ekonomi
Universitas Riau


Puji syukur saya ucapkan kepada allah swt, yang telah
memberikan keshatan dan kesempatan dalam pembuatan
makalah akuntansi manajemen yang berjudul terimakasih
juga saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
memberi bimbingan dalam mata kuliah ini, dan kepada teman-
teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
kritik dan saran dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini,
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.











Juni, 2014


BAB 1

1.1 Ukuran kinerja keuangan dan non keuangan
Semakin banyak organisasi secara meningkat menyajikan kinerja ukuran
keuangan dan non keuangan untuk subumit-subumit mereka dalam suatu laporan
tunggal yang disebut balanced scorecard. Organisasi yang berbeda menekankan
ukuran yang berbeda dalam scorecard mereka, akan tetapi ukuran tersebut selalu
diambil dari strategi perusahaan. Strategi hospital Inns adalah untuk menyediakan
pelayanan konsumen yang unggul dan membebankan tingkat sewa kamar yang
lebih tinggi daripada pesaingnya. Hospitaly inns menggunakan ukuran berikut dalam
balanced scorecardnya :
1. Prespektif Keuangan (financial presfective) Harga saham, laba bersih,
tingkat pengembalian atas penjualan, tingkat pengembalian atas investasi,
economic value added.
2. Prespektif pelanggan (custumer prespective) pangsa pasar dilokasi
geografis yang berbeda, kepuasan pelanggan, rata-rata kunjungan jumlah
yang berulang.
3. Prspektif proses bisnis internal Waktu pelayanan pelanggan untuk
melakukan pemesanan, untuk melakukan pendaftaran masuk, dan ketika
berada direstoran.
4. Prespektif pembelajaran dan pertumbuhan pendidikan dan tingkat
keterampilan karyawan, kepuasan karyawan, peputaran karyawan, jam
pelatihan karyawan, dan ketersediaan sistem informasi.

Seperti disemua pengemintlasian balanced scorecard, tujuannya adalah unrtuk
membuat perbaikan dalam presfektif pembelanjaran dan pertumbuhan yang akan
mengarah pada perbaikan dalam presfektif proses bisnis internal yang pada
akhirnya, akan menghasilkan perbaikan didalam presfektif pelangagan dan
keuangan. Hospitaly inns juga menggunakan ukuran-ukuran balanced scorecard
untuk mengevaluasi dan memberi penghargaan kinerja para manajernya.

Beberapa ukuran kinerja, seperti waktu yang diperlukan untuk merencanakan
dan membangun hotel yang baru, memiliki horizontal waktu yang panjang.
Ukuran lain seperti waktu yang diperlukan untuk pendaftaran masuk hotel atau
kualitas dari pelayanan kamar, memiliki horizon waktu yang sigkat.


Merancang ukuran kinerja yang didasarkan pada akuntansi memerlukan enam
lankah :

Langkah 1: Memilih ukuran kinerja yang sejalan dengan tujuan keuangan
manajemen puncak. Sebagai contoh : apakah laba operasi, laba bersih, tingkat
pengembalian aktiva, atau pendapatan merupakan pengukuran terbaik dari kinerja
keuangan subunit?

Langkah 2 : Memilih horizon waktu untuk setiap ukuran kinerja pada langkah 1.
Sebagai contoh : apakah ukuran kinerja, seperti tingkat pengendalian aktiva,
dihitung untuk satu tahun untuk satu tahun atau untuk periode yang terdiri dari
beberapa tahun?

Langkah 3 : Memilah definisi dari komponen disetiap ukuran kinerja dalam langkah
1. Sebagai contoh, apakah aktiva didevinisikan sebagai total aktiva atau aktiva
bersih.

Langkah 4 : Memilih alternatif untuk setiap ukuran kinerja dilangkah 1. Sebagai
contoh, apakah aktiva seharusnya diukur pada biaya historis atau biaya saat ini?

Langkah 5 : Memilih tingkat target kinerja. Sebagai contoh, apakah semua sub unit
seharusnya memiliki target yang identik, seperti tingkat pengembalian aktiva yang
disyaratkan yang sama?

Langkah 6 : Memilih waktu dari umpan balik, Sebagai contoh Apakah sebaiknya
laporan kinerja manufaktur dikirimkan kepada manajemen puncak setiap hari, setiap
minggu, atau setiap bulan?









BAB 2

2.2 Memilih diantara berbagai ukuran kinerja : Langkah 1
TINGKAT PENGEMBALIAN INVESTASI
Menghitung ROI atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu hal penting
bagi seorang wirausaha atau investor. Finansialku.com akan berbagi cara
menghitung ROI atau Tingkat Pengembalian Investasi.
Definisi ROI atau Tingkat Pengembalian Investasi
Finansialku pernah menuliskan pentingnya seorang pengusaha mempelajari bahasa
keuangan atau kosakata keuangan, ketika akan mengajukan pendanaan usaha.
Disisi lain kita sebagai nasabah produk-produk keuangan, seperti reksadana, saham
dan investasi lainnya juga berkutat dengan kosakata keuangan. Nah kali ini Penulis
akan berbagi salah satu hal penting yaitu cara menghitung ROI atau tingkat
pengembalian investasi.

Apakah yang dimaksud dengan ROI (return on investment)? ROI adalah ukuran atau
besaran yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi sebuah investasi
dibandingkan dengan biaya dan modal awal yang dikeluarkan.
Pernakah Anda berinvestasi atau ditawari investasi reksadana? Hal apa yang
menjadi pertimbangan ketika memilih reksadana? Tentu saja salah satu
pertimbangannya adalah return atau tingkat pengembalian investasi. Hal ini bisa
dibilang sama dengan ROI (return on investment) atau tingkat pengembalian
investasi.

Cara Menghitung ROI atau Tingkat Pengembalian Investasi
Cara perhitungan ROI sangat sederhana, misal Anda berinvestasi sebesar Rp
1.000.000, kemudian investasi tersebut menghasilkan imbal hasil sebesar Rp
1.100.000, maka ROI nya adalah 1,1.
Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah:
ROI = Pendapatan yang dihasilkan / Modal yang ditanam



Pendapatan yang dihasilkan dapat berupa arus kas yang diterima setiap periode
atau pendapatan dalam jumlah besar (lumpsum). Dalam beberapa investasi, jumlah
dana atau pendapatan yang dihasilkan disebut juga dengan yield.
Contoh perhitungan yang sedikit lebih rumit. Bapak A membeli sebuah rumah
sebesar 500.000.000 dan mengeluarkan uang dimuka (DP) sebesar 100.000.000.
Bapak A sangat beruntung karena rumahnya disewa oleh sebuah perusahaan dan
Bapak A mendapatkan pendapatan sebesar 15.000.000 per tahun. Maka ROI
investasi rumah yang dilakukan Bapak A adalah 15% (15.000.000 / 100.000.000).

Kesimpulan
ROI adalah besaran yang harus ada ketika Anda akan berinvestasi atau Anda
meminta pendanaan kepada investor. ROI harus dihitung ketika kita berinvestasi
apapun, termasuk ketika berinvestasi pada sebuah website (contoh berapa
pengembalian modal dari penjualan online?), teknik pemasaran dan lain-lain.

LABA RESIDUAL ATAU RESIDUAL INCOME

Laba residual adalah kelebihan laba neto terdadap persentase yang disyaratkan dari
aktiva operasional rata-rata. Ini rumus apalagi ya ! ada ada saja. Ini bukan mengada-
ngada tetapi formula ini acap kali digunakan oleh investment center untuk
mengevaluasi atau mengukur apakah kinerja manajer profit center sudah baik atau
belum. Dikatakan baik atau jelek tentu ada batas minimumnya dan batas minimum
inilah dikenal apa yang disebut dengan minimum expected rate of return dari suatu
investasi. Tingkat laba residual akan positif bila laba neto lebih tinggi daripada
tingkat return yang disyaratkan, demikian pula sebaliknya.
Contoh :
Data dari hasil operasional PT. www.resumeakun.com tahun 20xx sebagai berikut :
Penjualan Rp. 5.000.000,-
Laba Neto Rp. 600.000,-
Rata-rata aktiva operasional Rp. 2.000.000,-
Tingkat rate of return minimum yang disyaratkan adalah sebesar 20%, maka :

Laba Residual = Rp. 600.000,- - (20% x Rp. 2.000.000) = Rp. 200.000,-
Ternyata kinerja manajer tersebut sangat mengesankan karena laba neto yang
diperoleh jauh lebih besar daripada tingkat penggunaan aktivitas operasional.
Adapun aktiva operasional ini tidaklah mutlak sama dengan total aktiva di neraca.
Aktiva operasional lebih fokus hanya aktiva yang murni digunakan untuk usaha
pokok perusahaan saja. Aktiva-aktiva yang disewakan, aktiva-aktiva yang dianggurin
dan aktiva-aktiva yang diistirahatkan tidak termasuk aktiva operasional.

Economic Value Added (EVA)
1) Pengertian EVA
Menurut Young dan OByrne (2001: 18) EVA merupakan alat komukasi yang efektif
baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya
mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal.
Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang
dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan
inovasi terpenting karena ia membuat teori keuangan moderen. Implikasi manajerial
dari teori ini adalah mudah diakses oleh menejer perusahaan yang tidak terlatih
dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkannya. EVA membantu
para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian
membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis
dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of
capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan
pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur
kinerja perusahaan.
Economic Value Added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis
(NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan
harapan harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat
keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada
(Widayanto, 1993:51)
Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak
dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba. Laba
operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam
perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10).

Berdasarkan pendapat pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah
pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan unntuk menilai kinerja perusahaan
dengan memperhatikan secara adil harapan harapan para pemegang saham dan
kreditur. Economic Value Added (EVA) merupakan perangkat finansial untuk
mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan Economic
Value Added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainnya.
Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan
pendekatan Economic Value Added (EVA) dilibatkannya biaya modal operasi
setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan
konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value Added
(EVA) akan naik terus-menerus, karena Economic Value Added (EVA) adalah tolok
ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa
cara untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan yaitu
(Widayanto, 1993:32-33):
a. Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
b. Mengurangi pemakaian modal
c. Melakukan investasi pada proyek proyek dengan tingkat pengembalian
tinggi,
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan
sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan
tahun tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba
yang dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata rata tertimbang.
Metode Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan
Konsep Economic Value Added (EVA) ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti
laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang
digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak
kreditur dan penyedian dana dalam menentuakan hubungannya dengan
perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan metode Economic
Value Added (EVA) seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat
yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan keputusan strategis.
Analisis Economic Value Added (EVA) ini mencoba melihat dari segi
ekonomis dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan adil atas dasar konsep
kepuasan stakeholder (seluruh anggota perusahaan), bentuknya adalah dengan
mempertimbangkan harapan harapan karyawan, pelanggan, dan pemberi modal
(investor/pemegang saham). Derajat keadilannya adalah ditunjukkan oleh biaya
modal rata rata tertimbang dan berpedoman terhadap nilai pasar.
EVA adalah sisa laba (residual income, excess earning) setelah penyedia modal
memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian (rate of return) yang
dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan
laba. Yang dimaksud dengan laba disini adalah Net Operating Profit After Tax
(NOPAT) yaitu laba operasi bersih sesudah pajak. Sedangkan biaya kapital adalah
biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan
NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital = WACC). EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil
menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan
memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai
perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat pengembalian yang dituntut investor.

2) Manfaat EVA
Manfaat dari penerapan EVA antara lain (Utama, 1997; 12) :
a. Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada
penciptaan nilai (value creation).
b. Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk
memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham.
c. Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya
pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan
dapat dimaksimumkan.
d. EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang
menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja
berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan.
e. EVA sebagai motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan
struktur modalnya.
f. EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan
yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal.





3) Keunggulan dan Kelemahan EVA
Economic Value Added (EVA) sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan
yang relatif baru, memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan (Utama, 1997: 10).
Keunggulan yang dimiliki metode Economic Value Added (EVA) antara lain:
a. Konsep Economic Value Added (EVA) merupakan alat ukur yang dapat berdiri
sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis
dalam satu industri, dan tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan
dengan tahun tahun sebelumnya.
b. Konsep Economic Value Added (EVA) adalah pengukur kinerja perusahaan
yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan
harapan harapan pada pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil.
Dimana derajat keadilannya dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal
yang ada dan berpedoman pada nilai pasar, bukan nilai buku.
c. Konsep Economic Value Added (EVA) dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam
pemberian bonus bagi karyawan. Disamping itu Economic Value Added (EVA) juga
merupakan tolok ukur yang tepat untuk memenuhi konsep kepuasan stakeholder
yakni bentuk perhatian perusahaan kepada karyawan, pelanggan dan pemberi
modal (kreditur dan investor).
d. Walaupun konsep Economic Value Added (EVA) berorientasi pada kinerja
operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam
penentuan arah strategis perkembangan portofolio perusahaan.
Disamping keunggulan keunggulan yang dimiliki oleh Economic Value Added
(EVA) terdapat pula beberapa kelemahan EVA (Mirza, 1997 ; 68) :
a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-
aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual
atau membeli saham-saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru
lebih dominan.
c. Konsep ini tergantung pada transparansi perhitungan EVA secara akurat,
dalam kenyataanya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan
kondisi internalnya.



4) Strategi Meningkatkan EVA
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA:
a. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan
(Profitable Growth), hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang
diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
b. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam hal ini
menaikkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.
c. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak
menjanjikan (rationalize and exit unrewording business).
Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas
yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis
yang tidak menjanjikan hasil.

5) Langkah-langkah Menentukan EVA
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut (Rousana, 1997;
19) :
a. Menghitung biaya modal utang (Cost of Debt)
b. Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity)
c. Menghitung struktur permodalan dari neraca. Struktur modal biasanya terdiri
dari utang dan ekuitas, sehingga dicari:
Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal
Komposisi utang = rasio modal saham terhadap jumlah modal
d. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital)
e. Menghitung EVA
EVA = laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) biaya modal.




6) Tolok Ukur Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA
Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:
a. Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik,
karena perusahaan bisa menambah nilai bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak
mendapat bonus, kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham bisa
mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam.
b. Jika EVA = 0, maka secara ekonomis impas karena semua laba digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapat bonus hanya gaji.
c. Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak
sehat, karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini
karyawan tidak bisa mendapatkan bonus hanya saja kreditur tetap mendapat bunga
dan pemilik saham tidak mendapat pengembalian yang sepadan dengan yang
ditanam.


1. Market Value Added (MVA)
Menurut Warsono (2003: 47) tujuan utama manajemen keuangan perusahaan
adalah memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya. Tujuan ini
jelas bermanfaat bagi para pegang saham biasa, dan itu juga menjamin bahwa
sumberdaya yang terbatas dialokasikan secara efesien. Kemakmuran bagi para
pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan
antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang dipasok oleh para
investor kepada perusahaan. Perbedaan ini disebut sebagai nilai tambah pasar
(Market Value Added/MVA).
Sedangkan menurut Sartono (2001: 103) tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Selain memberi manfaat bagi
pemegang saham, tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka
dialokasikan secara efesien dan memberi manfaat ekonomi. Kemakmuran
pemegang saham dimaksimalkan dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari
modal perusahaan di atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Kenaikan ini
disebut Market Value Added (MVA).
Ruky (1999: 350) menyatakan bahwa MVA adalah hasil kumulatif kinerja
perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun
yang akan dilakukan. MVA mencerminkan seberapa sukses investasi baru di masa
datang.
Manfaat dari MVA disamping untuk mengukur kinerja perusahaan adalah juga untuk
mengukur nilai perusahan yang berhasil diciptakan nilai perusahaan dalam
kaitannya dengan pasar modal akan tampak pada harga saham perusahaan yang
bersangkutan.
Sebagian besar perusahaan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham (investor). Tujuan ini jelas menguntungkan pemegang saham,
tetapi juga bermaksud untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah
dialokasikan secara efisien yang menguntungkan perekonomian.
Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan
perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dengan jumlah modal ekuitas yang
diinvestasikan investor. Perbedaan ini disebut nilai tambah pasar (Market Value
Added) (Brigham dan Houston, 2001:150). Nilai Market Value Added dapat dihitung
dengan rumus (Young dan OByrne, 2001: 26): MVA = Nilai pasar Ekuitas Modal
ekuitas yang diinvestasikan investor
MVA t = P t .Q t - P 0.Q t
Keterangan:
P t = Harga pasar saham per lembar
Q t = Jumlah lembar saham yang beredar pada tahun t
P 0 = Harga pasar saham per lembar saat penawaran perdana
Tolok ukur Market Value Added adalah:
a. MVA positif, berarti pihak manajemen perusahaan telah mampu meningkatkan
kekayaan perusahaan dan para pemegang saham atau bisa dikatakan kinerja
perusahaan tersebut sehat.
b. MVA negatif, berarti pihak manajemen tidak mampu atau telah menurunkan
kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham, atau bisa dikatakan
bahwa kinerja perusahaan tidak sehat.
Manfaat dari Market Value Added yang dapat diaplikasikan pada perusahaan, antara
lain:
a. Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna meningkatkan
kesejahteraan bagi pemegang saham.
b. Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi sebelum
mengambil keputusan investasi.
c. MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian peningkatan
kekayaan para pemegang saham perusahaan

Tingkat pengembalian penjualan
Rasio laba terhadap pendapatan (atau rasio penjualan sering kali disebut
tingkat pengembalian penjualan (return on sale ROS) merupakan ukuran kinerja
keuangan yang sering digunakan. ROS merupakan salah satu komponen dari ROI,
didalam metode analisis profitabilitas dupomt. Untuk menghitung Ros setiap hotel
hospitality, kita membagi laba operasi dengan pendapatan.





















2.2 MEMILIH HORIZON WAKTU DARI UKURAN KINERJA :
LANGKAH 2

Langkah 2 dalam merancang ukuran kinerja kerja yang berdasarkan akuntansi
adalah memilih horizon waktu dari ukuran kinerja kerja. Perhitugan ROI,RI,EVA, dan
ROS menyajikan hasil untuk suatu periode tunggal, satu tahun dalam contoh kita.
Manajer dapat mengambil tindakan yang menyebabkan peningkatan jangka pendek
dalam ukuran-ukuran tersebut akan tetapi bertentangan dengan kepentingan jangka
panjang dari perusahaan. Sebagai contoh, manajer mungkin memotong penelitian
dan pengembangan dan pemeliharaan pabrik di tiga bulan belakangan dari suatu
tahun fiskal untuk mencapai target tingkat laba operasi tahunan. Untuk alasan ini
banyak perusahaan mengevaluasi submit atas dasar ROI,RI,EVA dan ROS selama
beberapa tahun.
Alasan lain untuk mengevaluasi subunit selama beberapa tahun adalah karna
manfaat dari tindakan yang diambil dari periode saat ini mungkin tidak akan tampak
di ukuran kinerja jangka pendek, seperti ROI atau RI tahun ini. Sebagai contoh,
investasi disebuah hotel yang baru mungkin akan mempengaruhi ROI dan RI dalam
jangka panjang.
Analisis beberapa tahun menggaris bawahi keuntungan lain dari ukuran RI: NPV dari
semua arus kas selama umur dari suatu investasi sama dengan NPV RI.
Karakteristik ini berarti jika manajer menggunakan metode NPV untuk membuat
keputusan.












2.3 MEMILIH DEVINISI ALTERNATIF UNTUK UKURAN
KINERJA : LANGKAH 3

Untuk mengilustrasikan lagkah 3 dalam merancang kuran kinerja yang berdasarkan
akuntansi. Kata mempertimbangkan empat alternatif yang digunakan oleh
perusahaan :

1. Total aktiva yang tersedia mencakup semua aktiva, tanpa memandang
tujuan dari aktiva tersebut.
2. Total aktiva yang digunakan total aktiva yang teredia dikurangkan jumlah
aktiva mengganggur dan aktiva yang dibeli untuk ekspansi dimasa
mendatang.
3. Total aktiva yang digunakan dikurangi kewajiban lancar - total aktiva tidak
termasuk aktiva yang dibiayai oleh kreditor jangka pendek.
4. Ekuitas pemegang saham dihitung dengan kewajiban kepadan subunit-
subunit dan mengurangi jumlah tersebut dengan total aktiva dari setiap
subunit

Perusahaan menggunakan ROI atau RI pada umumnya mendefinisikan investasi
sebagai total aktiva yang tersedia. Ketika manajemen puncak mengarahkan manajer
subunit untuk memperhitungkan aktiva tambahan atau aktiva menganggur , total
aktiva yang tersedia, alasan yang paling umum ari menggunakan total aktiva yang
digunakan dikurangi dengan kewajiban lancar adalah bahwa manajer subunit
seringkali mempengaruhi keputusan pada kewajiban lancar dari subunit.















2.4 Memilih altermatif pengukuran untuk ukuran kinerja :
Langkah 4

Biaya saat ini

Biaya saat ini adalah biaya membeli suatu aktiva saat ini yang identik dengan
aktiva yang dimiliki saat ini, atau biaya dari pembeli aktiva yang menyediakan
pelayanan yang sama seperti aktiva yang saat ini telah dimiliki jika aktiva yang
identik sama tidak dapat dibeli. Tentu saja, mengukur aktiva pada biaya saat ini telah
dimiliki jika aktiva yang identik sama tidak dapat dibeli. Tentu saja mengukur aktiva
pada biaya saat ini akan menghasilkan ROI yang berbeda dari ROI yang dihitung
atas dasar biaya historis.
































2.5 Memilih target tingkat kinerja : langkah 5

Kita kemudian mempertimbangkan penetapan target dan ukuran kinerja
berdasarkan akuntansi dengan kinerja aktual yang akan dibandingkan. Ukuran
akuntansi berdasarkan biaya historis pada umumnya tidak cukup mengevaluasi
pengembalian ekonomi dan dari investasi baru, dan dari beberapa kasus, tidak
menciptakan insentif untuk ekspansi. Diluar masalah-masalah tersebut, ROI
berdasarkan biaya historis dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja saat ini
dengan menetapkan ROI target. Untuk hospitality inns, kita perlu mengenali bahwa
hotel-hotel tersebut dibangun pada tahun yang berbeda,beda yang berarti mereka
dibangun pada tingkat harga konstruksi yang berbeda beda, manajemen puncak
dapat menyesuaikan target ROI berdasarkan biaya historis, misalkan dengan
menetapkan ROI,




























2.6 Memilih penetapan waktu dari umpan balik : langkah 6

Beberapa persoalan yang muncul dari pembahasan ini :

1. Lingkungan ekonomi,hukum,politik,sosial, dan budaya sangat berbeda antar
negara.
2. Pemerintah dibeberapa negara mungkin membatasi harga jual, dan
menetapkan pengendalian atas produk perusahaan.
3. Ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja yang terampil, dan juga biaya
bahan baku, tenaga kerja, dan insfratktur, mungkin juga sangat berbeda
antarnegara.
4. Divisi yang beroprasi dinegara yang berbeda bertanggung jawab atas kinerja
mereka dengan mata uang yang berbed. Persoalan inflasi dan fluktuasi dalam
nilai tukar mata uang asing mempengaruhi ukuran kinerja.


















2.7 STRATEGI DAN ALAT PENGENDALIAN

Dengan adanya fokus akuntansi manajemen dibuku ini, bab ini menekankan
peran dari ukuran evaluasi kinerja keuangan dan non keuangan yang digunakan
perusahaan untuk mengimplementasikan strategi mereka. Ukuran-ukuran tersebut-
seperti ROI,RI,EVA,kepuasan pelanggan, dan kepuasan karyawan memonitor
variabel kinerja kritis yang membanu manajer menulusuri kemajuan dalam mencapai
tujuan strategis perusahaan.

- Sistem Pengendalian diagnostik, perusahaan memotivasi manajer untuk
mencapai tujuan tersebut dengan membuat manajer bertanggung jawab
untuk itu dan dengan memberi mereka penghargaan karna memenuhi tujuan-
tujuan tersebut.
- Sistem batasan menggambarkan standar perilaku dan kode perilaku yang
diharapkan dari semua masyarakat, terutama tindakan yang melampaui
batas. Perilaku etis dari sisi manajer sangat penting.
- Sistem keyakinan, mengutarakan misi,tujuan, dan nilai inti dari suatu
perusahaan. Sistem keyakinan melambangkan norma yang diterima dan pola
perilaku yang diharapkan dari semua manajer dan karyawan berkenaan
dengan satu sama lain, pemegang saham, pelanggan, dan komunitas
- Sistem pengendalian interaktif adalah sistem informasi formal yang digunakan
manajer untuk memusatkan perhatian dan pembelajaran pada persoalan
strategis kunci.

Anda mungkin juga menyukai