Anda di halaman 1dari 6

Fahruraji La Hadalia

13/MPA-XXVIIIC/05


Review Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 dan Undang-Undang No.34
Tahun 1954

Undang-Undang No. 5 Tahun 2011
Undang-Undang ini merupakan undang-undang yang mengatur tentang
Akuntan Publik. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin
untuk memberikan jasa assurance seperti jasa audit atas informasi keuangan
historis, jasa review atas informasi keuangan historis dan jasa asuransi lainnya.
Jasa asurans ini hanya dapat diberikan oleh Akuntan Publik warga Negara
Indonesia maupun Akuntan Publik Asing. Pemberian jasa audit oleh akuntan
publik atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku berturut-
turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu dalam peraturan pemerintah.
Izin menjadi Akuntan Publik diberikan oleh Menteri yang berlaku selama
5 tahun sejak ditetapkan dan dapat diperpanjang, dan bila Akuntan Publik tidak
memperoleh perpanjangan izin, maka yang bersangkuatan tidak dapat lagi
memberikan jasanya.
Menjadi akuntan publik seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
2. berpengalaman praktik memberikan jasa assurance;
3. berdomisili di wilayah NKRI;
4. memiliki NPWP;
5. tidak pernah dikenai sanksi administrasif berupa pencabutan izin akuntan
publik;
6. tidak pernah dipidana penjara 5 tahun atau lebih;
7. menjadi anggota asosiasi profesi akuntan publik yang telah ditetapkan oleh
menteri;
8. tidak berada dalam pengampunan.
Perpanjangan izin akuntan publik dilakukan dengan mengajukan
permohonan tertulis kepada menteri paling lambat 60 hari sebelum jangka waktu
5 tahun. Sedangkan menteri harus menerbitkan perpanjangan izin Akuntan Publik
paling lambat 30 hari setelah persyaratan dilengkapi dan denda telah dibayarkan
bagi Akuntan Publik yang terlambat mengajukan perpanjangan izin.
Akuntan publik dapat mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai
Akuntan Publik atas persetujuan Menteri. Jangka waktu penghentian pemberian
jasa assurance untuk sementara waktu dapat diberikan paling lama sampai
berakhir masa berlaku izinnya. Akuntan publik yang telah mengundurkan diri
dapat mengajukan kembali permohonan izin akuntan publik setelah 1 tahun,
terhitung sejak tanggal persetujuan atas pengunduran diri. Izin akuntan publik
dinyatakan tidak berlaku apabila akuntan publik meninggal dunia, atau izin
akuntan publik tidak diperpanjang. Izin akuntan publik dicabut apabila tidak
memenuhi syarat-syarat sebagai akuntan publik.
Kantor akuntan publik (KAP) merupakan badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapat izin usaha
berdasarkan undang-undang. Izin usaha KAP diberikan oleh menteri. KAP yang
berbentuk usaha perseorangan yang hanya dapat didirikan dan dikelola oleh satu
orang akuntan publik berkewarganegaraan Indonesia. Sedangkan KAP yang
berbentuk persekutuan perdata, firma atau bentuk usaha lain hanya dapat didirikan
dan dikelola jika paling sedikit 2/3 dari seluruh rekan merupakan akuntan publik.
KAP yang berbentuk usaha persekutuan perdata atau firma dapat
mendirikan cabang KAP dengan dipimpin oleh satu orang akuntan publik yang
berkewarganegaraan Indonesia yang merupakan rekan pada KAP yang
bersangkutan dan berdomisili yang sesuai dengan domisili cabang KAP. Izin
pendirian cabang KAP diberikan oleh menteri. Izin pendirian cabang KAP
dinyatakan tidak berlaku jika izin usaha KAP tidak berlaku.
Akuntan publik berhak untuk memperoleh imbalan jasa; memperoleh
perlindungan hukum sepanjang telah memberikan jasa sesuai dengan SPAP; dan
memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan
pemberian jasa. Akuntan publik wajib berhimpun dalam asosiasi profesi akuntan
publik; berdomisili di wilayah NKRI; mendirikan atau menjadi rekan pada KAP
dalam jangka waktu 180 hari; melaporkan secara tertulis kepada menteri dalam
jangka waktu paling lambat 30 hari sejak menjadi rekan pada KAP;
mengundurkan diri dari KAP atau merangkap jabatan yang tidak dilarang dalam
undang-undang; menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan;
dan berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab dan memiliki integritas yang
tinggi. Pemberian jasa yang dilakukan oleh akuntan publik wajib melalui KAP;
mematuhi dan melaksanakan SPAP dan kode etik profesi serta perundang-
undangan; membuat kertas kerja dan bertanggung jawab atas kertas kerja tersebut.
Dalam memberikan jasa assurance, akuntan publik dan KAP harus
menjaga independensi serta bebas dari benturan kepentingan seperti kepentingan
keuangan, hubungan kekeluargaan, dan memberikan jasa dalam periode yang
sama. Akuntan publik wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
klien, serta bertanggung jawab atas jasa yg diberikan.
KAP dilarang memiliki atau menjadi rekan lebih dari satu KAP,
merangkap sebagai pejabat Negara serta pejabat lain yang mengakibatkan
benturan kepentingan. Menteri berwenang mengenakan sanksi administratif
kepada akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP atas pelanggaran ketentuan
administratif. Sanksi administratif berupa rekomendasi untuk melaksanakan
kewajiban tertentu, peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada suatu
jenis entitas tertentu, pembatasan pemberian jasa tertentu, pembekuan izin,
pencabutan izin dan/atau denda.
Akuntan publik yang melakukan manipulasi, membantu melakukan
manipulasi, memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan dan/atau
menghilangkan data pada kertas kerja akan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 300.000.000. Bagi seseorang yang
bukan akuntan publik tetapi menjalankan profesi akuntan publik dan bertindak
seolah-olah seperti akuntan publik, maka akan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000. Jika tindak
pidana tersebut dilakukan oleh koorporasi maka pidana yang dijatuhkan kepada
koorporasi tersebut berupa denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 dan paling
banyak Rp 3.000.000.000 dan jika koorporasi tidak dapat membayar denda maka
akan dipidana dengan pidana paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun.
Akuntan publik di bebaskan dari gugatan terkait dengan pemberian jasa apabila
perbuatan yang dilakukan telah lewat dari 5 tahun sejak tanggal laporan hasil
pemberian jasa.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954
Undang-undang ini tentang pemakaian gelar akuntan. Gelar akuntan
hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai ijasah akuntan yang diberikan
oleh suatu universitas negeri atau badan perguruan tinggi lain yang dibentuk
menurut undang-undang atau diakui pemerintah, sebagai tanda bahwa pendidikan
untuk akuntan pada badan perguruan tinggi tersebut telah selessai dengan hasil
yang baik. Adapun ijasah yang diterima sesudah lulus dalam suatu ujian lain dapat
disamakan dengan ijasah dari perguruan tinggi.
Seseorang yang menjalankan pekerjaan sebagai akuntan dengan
menggunakan nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain dengan sebutan
akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pimpinan kantor atau biro tersebut
dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan. Jika akuntan melanggar
ketentuan tersebut, maka dikenakan pidana kurungan paling lama dua bulan atau
denda paling tinggi sepuluh ribu rupiah. Namun peraturan ini sudah tidak
diberlakukan lagi atau dicabut mengingat kondisi tersebut tidak relevan dengan
kondisi saat ini.
Kedua undang-undang diatas memiliki hubungan, dimana UU No. 5 tahun
2011 melengkapi UU sebelumnya yaitu No. 34 tahun 1954 mengenai Akuntan.
pada UU No. 5 dibahas secara terperinci apa yang belum ditetapkan pada UU
sebelumya. Hal tersebut mengikuti perkembangan dan keterjadian pada kegiatan
ekonomi khususnya dalam bidang profesi akuntan. Hak dan kewajiban Akuntan
serta sanksi misalnya dalam UU No. 5 melengkapi apa yang tidak ada pada UU
No. 34 tahun 2011. Hal ini penting agar tercipta integritas yang baik dari akuntan
professiona.
Kedua Undang-undang tersebut memiliki persamaan dalam hal
melindungi profesi akuntan. Seseorang berhak menyandang gelar akuntan hanya
jika telah menempuh pendidikan akuntan dan memperoleh ijasah dari pendidikan
tersebut. Sebaliknya, seseorang walaupun memiliki jabatan atau pekerjaan terkait
dengan akuntansi, tetapi tidak memiliki ijasah dari pendidikan Akuntan, maka Ia
tidak berhak mendapat gelar tersebut.
Adapun perbedaan kedua undang-undang (Wisudarini,2007) ialah :
1. UU No.34 Tahun 1954 dirancang karena dirasa perlu melindungi gelar
Akuntan. Sedangkan UU No. 5 Tahun 2011 dirancang karena saat ini belum
ada Undang-undang yang mengatur Profesi Akuntan Publik yang memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan Profesi Akuntan
Publik.
2. UU No.34 Tahun 1954 ditetapkan sebagai Undang-undang tentang pemakaian
gelar Akuntan (Accountant), sedangkan UU No. 5 Tahun 2011 ditetapkan
sebagai Undang-undang tentang Akuntan Publik.
3. UU No.34 Tahun 1954 tidak mengatur hal-hal yang mendasar dalam praktik
Profesi Akuntan Publik, sedangkan UU No. 5 Tahun 2011 sudah mulai
mengatur hal-hal yang mendasar dalam praktik Profesi Akuntan Publik.
4. UU No.34 Tahun 1954, untuk menjadi seorang Akuntan Publik harus berasal
dari lulusan Jurusan Akuntansi atau yang bergelar Akuntan, sedangkan UU No.
5 Tahun 2011, Akuntan Publik bisa berasal dari berbagai latar pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

UU No. 34 Tahun 1954 Tentang Pemakaian Gelar Akuntan
(Accountant)
UU No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik
http://wisudarini.wordpress.com/2011/07/07/perbedaan-uu-ap-dan-kap/ 9
Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai