Anda di halaman 1dari 2

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

HUKUM TATA NEGARA ISLAM AHWAL SYAKHSIYAH


UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2014

1. Permusyawaratan dan Sistem mengambil keputusan dalam Islam.

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka,
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. (Asy-
Syuro: 38)
Keterangan: ayat diatas menjelaskan bahwa dalam Islam dikenal sistem politik
musyawarah, sebagaimana yang terjadi ketika penentuan khalifah setelah Nabi
Muhammad SAW meninggal.
2. Konsep Baiat dalam Islam
) (
Artinya: Barangsiapa membaiat seorang imam (pemimpin) dan telah memberinya buah
hatinya dan jabatan tangannya, maka hendaklah dia taat sepenuhnya sedapat mungkin (HR.
Muslim)
Keterangan: ayat di atas menjelaskan bahwa dalam sistem khilafah yang berlaku dalam
Islam dalam hal menetapkan suatu pemimpin, yaitu dengan Baiat.
3. Sejarah Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah
Segera setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kaum Anshar mengadakan
pertemuan di saqifah Bani Saidah untuk bermusyawarah mengenai Khalifah yang akan
menggantikan Nabi, hal tersebut dilakukan lantaran mereka beranggapan bahwa Nabi tidak
pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya.
Pada awalnya kaum Anshar akan mengangkat seseorang dari mereka, yaitu Saad
bin Ubadah untuk menduduki jabatan Khalifah. Namun setelah beberapa tokoh Muhajirin
menyusul datang dan ikut bermusyawarah, maka diantara orang-orang Anshar ada yang
bersikap agak lunak dan menyarankan agar dari Anshar diangkat seorang Amir dan dari
Muhajirin diangkat seorang Amir.
Tapi Alhamdulillah, setelah Sayyidina Abu Bakar berpidato dan menerangkan
keutamaan Muhajirin untuk menduduki jabatan Khalifah, maka akhirnya orang-orang
Anshar menyadari hal tersebut dan menerima saran-saran dari Sayyidina Abu Bakar.
Selanjutnya Sayyidina Abu Bakar mengakhiri pidatonya dengan sarannya, agar hadirin


mengangkat salah satu dari sesepuh Muhajirin yang hadir di pertemuan tersebut, yaitu
Sayyidina Umar atau Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.
Mendengar saran yang penuh dengan keikhlasan dari Sayyidina Abu Bakar
tersebut, Sayyidina Umar langsung menyahut: Tidak, tidak mungkin saya diangkat
sebagai pemimpin satu kaum sedang dalam kaum itu ada engkau. Yang dimaksud oleh
Sayyidina Umar tersebut adalah tidak ada orang yang lebih pantas untuk menduduki
jabatan khalifah, melebihi Sayyidina Abu Bakar. Memang keutamaan Sayyidina Abu
Bakar bukan rahasia lagi bagi para sahabat. Demikian diantara kata-kata Sayyidina Umar,
selanjutnya seraya mengulurkan tangannya beliau berkata kepada Sayyidina Abu Bakar:
Ulurkan tanganmu, untuk aku baiat.
Setelah Sayyidina Umar membaiat Sayyidina Abu Bakar, hadirinpun segera
berebut membaiat Sayyidina Abu Bakar sebagai khalifah. Besoknya dimasjid Nabawi
diadakan pembaiatan umum dan Alhamdulillah berjalan dengan baik dan lancar, dan saat
itu tidak ada satu orangpun yang protes atau tidak menyetujui pembaiatan tersebut. Hal
mana karena semua sepakat, agar kekosongan pimpinan harus segera diisi.

4. Kapasitas Abu Bakar sebagai Khalifah
Adalah sebagai pengganti Rasulullah SAW dalam tugas kenegaraan saja, yaitu
sebagai kepala Negara, kepala pemerintahan, dan pemimpin umat. Dan bukan dalam hal
tugas kenabian yaitu penerima wahyu, karena tugas itu hanya untuk Nabi/Rasul dan tidak
dapat digantikan oleh yang lain.

5. Konsep Imamah dalam Syiah
Imamah merupakan konsep kepemimpinan secara umum dalam Islam, namun
Imamah dalam pandangan Syiah memiliki makna yang lebih dari sekedar itu. Imamah
merupakan dasar agama atau Ushuluddin selain Ketuhanan, Keadilan, Kenabian dan
Kebangkitan.
Kaum syiah mempercayai bahwa di dalam Islam terdapat konsep Imamul Adzom,
dimana ia adalah pemimpin yang menyatukan umat islam dari seluruh penjuru dunia.
Pemilihannya pun sakral dan tidak sembarangan, imamul adzom yang mereka yakini telah
ditentukan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW, sehingga inilah yang menyebabkan
imamah menjadi landasan iman.
Berbeda dengan konsep khilafah dimana pengganti Rasul adalah dari kaum
Quraisy, syiah meyakini bahwa yang pantas untuk menggantikan Rasul adalah dari garis
keturunan sayyidah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib RA. karena mereka yang telah
memenuhi syarat yang mereka yakini, yaitu dipilih oleh Allah SWT melalui Rasulullah
SAW, mempunyai keilmuan yang sempurna dan terjaga (mashum) dari dosa.

Anda mungkin juga menyukai