Anda di halaman 1dari 21

5

BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA



2.1 Pengetahuan
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata tahu, yang artinya pandai
atau mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami, dan sebagainya.
Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, yang berkenaan
dengan sesuatu hal.
Pengetahuan yang terdapat pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Faktor internal:
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak pengetahuan
seseorang.
2. Pendidikan
Pendikan berfungsi untuk memperoleh informasi secara formal.
Informasi yang didapatkan kemudian akan diolah dan akan membentuk
pola pikir. Sehingga, pendidikan sangat berpengaruh dalam pola pikir
seseorang. Pola pikir kemudian akan membentuk pengetahuan, lalu
pengetahuan akan membentuk perilaku. Maka secara tidak langsung,
pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
kehidupannya, termasuk perilaku seseorang dalam pola hidupnya.
3. Keyakinan
Keyakinan adalah nilai-nilai prinsipal yang dimiliki oleh seseorang.
Keyakinan bersifat subjektif dan umumnya tidak dapat diganggu gugat.
Seringnya, keyakinan didapatkan secara turun temurun tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
4. Pekerjaan
6

Pekerjaan adalah usaha yang harus dilakukan secara teratur, yang
akhirnya menjadi sebuah kebutuhan, untuk menunjang kehidupan pribadi
dan kebutuhan keluarga. Melalui pekerjaan, tercipta pula sebuah
lingkungan interaksi sosial yang akan menanamkan pengetahuan-
pengetahuan baru dalam diri seseorang.
5. Usia
Usia adalah lama waktu hidup seseorang mulai dari sejak dilahirkan
hingga seseorang berulang tahun terakhir kali. Makin tua usianya, akan
semakin matang pula pengetahuan dan pola pikir seseorang terhadap
sesuatu hal.
6. Minat
Minat merupakan sebuah keinginan atau ketertarikan yang tinggi
terhadap sesuatu hal. Minat membuat seseorang ingin mengerti lebih jauh
dan lebih mendalam tentang sesuatu hal.
b. Faktor eksternal:
1. Fasilitas
Fasilitas adalah media yang salah satu fungsinya adalah untuk menambah
pengetahuan seseorang. Contoh : televisi, radio, majalah, buku, koran,
dan sebagainya.
2. Penghasilan
Penghasilan yang tinggi membuat seseorang mampu menyediakan
fasilitas yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Dengan fasilitas yang lebih
baik, seseorang dapat memiliki kesempatan untuk mengakses banyak
pengetahuan. Sehingga, secara tidak langsung, penghasilan tinggi
membuat seseorang memiliki pengetahuan yang lebih luas.
3. Sosial budaya
Sistem sosial dan kebudayaan yang berada di dalam keluarga dan
masyarakat dapat mempengaruhi persepsi, pola pikir, cara pandang,
pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
4. Lingkungan
7

Lingkungan adalah suatu kondisi di sekitar manusia yang dapat
mempengaruhi perkembangan, persepsi, dan sikap manusia tersebut.

Dari penjelasan di atas, dapat sedikit disimpulkan bahwa pengetahuan
sangat mempengaruhi dan menentukan perilaku manusia. Pengetahuan pada
seseorang mempunyai 2 aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dua aspek
inilah yang akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek atau
stimulus. Semakin banyak aspek positif terhadap suatu objek atau stimulus, maka
akan semakin positif pula perilaku terhadap objek atau stimulus tersebut.
(21)



2.2 Anatomi payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,
sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan
lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Setiap
payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak
berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar
kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-sama membentuk
sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan
acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui
(Snell, 2006).
(21)



2.3 Kanker payudara
Kanker payudara adalah malignan tumor (kanker) yang awalnya dimulai
pada sel-sel di payudara.
(5)
Kanker payudara merupakan penyakit yang
mengancam hidup wanita, yang mempengaruhi kepercayaan diri, seksualitas, dan
feminitas wanita.
(3)
Insiden kanker meningkat di seluruh dunia, khususnya di
8

negara-negara berkembang akibat dari populasi lansia dan orang dewasa yang
meningkat, merokok, serta meningkatnya adopsi gaya hidup western seperti
sedentary lifestyle, alkohol, dan western diet.
(14)

Etiologi kanker payudara memang belum diketahui, namun terdapat banyak
faktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara. Faktor resiko kanker
payudara yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, usia, mutasi genetik
(BRCA-1 dan BRCA-2), riwayat kanker payudara pada keluarga, mempunyai
riwayat penyakit kanker payudara, densitas payudara, mempunyai riwayat tumor
pada payudara, usia menarche yang terlalu dini, usia menopause yang terlalu
lambat, dan pernah terkena radiasi pada payudara. Sedangkan faktor resiko yang
dapat diubah adalah nullipara, riwayat kehamilan pertama kali di atas usia 30
tahun, penggunaan hormon tambahan setelah menopause, penggunaan kombinasi
estrogen dan progesteron, tidak pernah menyusui, konsumsi alkohol, obesitas
postmenopause, dan kurangnya aktivitas fisik (ACS 2010).
(10)

Dari beberapa faktor resiko yang diketahui di atas, seorang wanita yang
memiliki faktor resiko belum tentu nantinya akan terserang kanker payudara.
Namun, wanita yang mempunyai faktor resiko memiliki probabilitas yang lebih
tinggi untuk terserang kanker payudara, meskipun pada usia muda.
(1)
Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai faktor-faktor resiko
yang telah disebutkan di atas:
1. Faktor Reproduksi
a. Usia menarche, siklus menstruasi, dan usia menopause
Menarche dini berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara.
Dewasa ini di negara-negara berkembang, terjadi pergeseran usia menarche
dari sekitar >13 tahun menjadi <12 tahun.
Resiko kanker payudara mengalami penurunan sekitar 10% setiap 2 tahun
keterlambatan usia menarche.
Karakteristik siklus menstruasi juga berhubungan dengan peningkatan
resiko kanker payudara. Dalam suatu studi prospektif, siklus menstruasi
yang kurang dari 26 hari atau lebih lama dari 31 hari selama usia 18-22 juga
diprediksikan mengurangi resiko kanker payudara. Studi lain menunjukkan
9

bahwa siklus menstruasi yang pendek saat usia 30 tahun, berhubungan
dengan penurunan resiko kanker payudara.
Menopause yang terlambat juga turut meningkatkan resiko kanker payudara.
Untuk setiap tahun, usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan
resiko kanker payudara 3%.
b. Usia Kehamilan Pertama
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia mereka saat kehamilan pertama. Ini diperkirakan karena
adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi
oleh kehamilan, yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi
yang bersifat karsinogenik.
c. Paritas
Efek dari jumlah paritas terhadap rasio kanker payudara telah lama diteliti.
Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nullipara
mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan
dengan wanita yang multipara.
Sementara itu, studi lain juga menunjukkan adanya penurunan resiko kanker
payudara dengan peningkatan jumlah paritas. Level hormon dalam sirkulasi
yang tinggi selama kehamilan menyebabkan diferensiasi dari the terminal
duct-lobular unit (TDLU), yang merupakan tempat utama dalam proses
transformasi kanker pada payudara. Proses diferensiasi dari TDLU ini
bersifat protektif melawan pertumbuhan kanker payudara secara permanen.
d. Menyusui
Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Byers, dkk, melaporkan adanya efek yang bersifat
protektif dari menyusui terhadap kanker payudara. Sementara itu, Lipworth,
dkk, menemukan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Sebab dari efek
protektif menyusui ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan
sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
2. Faktor Endokrin
10

a. Faktor endogen
Telah diketahui bahwa salah satu faktor resiko yang penting dalam
pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan hormon endogen
selama hidupnya. Andrieu menemukan adanya peningkatan resiko kanker
yang signifikan terhadap wanita dengan usia menarche 12 tahun atau lebih
muda (p < 0,01). Menopause sebelum usia 50 tahun menunjukkan
penurunan resiko kanker payudara (odds rasio = 0,60). Faktor-faktor seperti
menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut
(setelah usia 55 tahun) merupakan faktor resiko yang berperan dalam
pertumbuhan kanker payudara.
b. Faktor eksogen
1. Kontrasepsi oral
Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral
dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi
menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan
resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak pada
wanita dalam masa pasca menopause.
2. Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)
Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih hormon (TSH)
dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ada peningkatan resiko
sebesar 2,3% tiap tahunnya pada wanita pasca menopause yang memakai
TSH. Dari penelitian yang dilakukan di Inggris, didapatkan bahwa
penggunaan TSH kombinasi antara estrogen progesteron lebih besar
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara jika dibandingkan
dengan hanya menggunakan estrogen.
Selain itu, juga resiko ini meningkatkan pada pemakaian TSH kombinasi
dalam jangka waktu >10 tahun daripada penggunaan TSH selama 1-4
tahun. Resiko kanker menurun saat pemakaian dihentikan, dan resiko
wanita yang pernah memakai TSH hampir sama dengan yang belum
pernah menggunakannya.
3. Densitas payudara pada mamografi
11

Densitas payudara berhubungan dengan resiko kanker payudara. Densitas
dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat, dan epitel pada
payudara. Adapun densitas payudara yang berbeda-beda pada wanita
dipengaruhi 20-30% oleh status menopause, berat badan, dan paritas,
serta dicurigai adanya kecenderungan terhadap genetik. Payudara dengan
proporsi jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang lebih
rendah. Kanker akan lebih mudah dideteksi pada payudara yang
mempunyai densitas lebih tinggi. Pada wanita dengan densitas payudara
yang lebih tinggi mempunyai resiko 2-6 kali untuk berkembang menjadi
kanker dibandingkan dengan densitas payudara yang rendah.
4. Asupan alkohol
Studi menunjukkan bahwa resiko kanker payudara meningkat berkaitan
dengan asupan alkohol jangka panjang. Hal ini mungkin disebabkan
karena alkohol mempengaruhi aktivitas estrogen. Hubungan antara
peningkatan resiko kanker payudara dengan asupan alkohol lebih kuat
didapatkan pada wanita menopause. Studi menemukan bahwa setelah
konsumsi alkohol, akan terdapat peningkatan jumlah estrogen pada urin
dan kulit. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan
merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara (insulin like
growth factor). Hal ini akan merangsang pertumbuhan yang tergantung
pada estrogen (estrogen independen growth) pada lesi pra kanker yang
selama masa menopause akan mengalami regresi ketika jumlah estrogen
menurun. Lesi ini akan memasuki fase dorman, dimana pada fase ini
dapat diaktivasi oleh adanya faktor pemicu (promoting factor) seperti
alkohol. Keadaan hiperinsulinemia yang disebabkan oleh alkohol
menghambat terjadiya regresi spontan dari lesi pra kanker selama masa
menopause. Dan pertumbuhan lesi ini dapat berubah dari estrogen-
dependen menjadi autonom.
5. Obesitas
Obesitas telah lama diteliti sebagai faktor resiko perkembangan kanker
payudara. Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada
12

premenopause dan peningkatan resiko kanker payudara selama masa
pascamenopause. Setelah menopause, ketika ovarium berhenti
memproduksi hormon estrogen, jaringan lemak merupakan tempat utama
dalam produksi estrogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat
badan berlebih dan BMI yang tinggi, mempunyai level estrogen yang
tinggi. Obesitas juga berkaitan dengan rendahnya jumlah sex
hormonebinding globulin (SHBG), yang berfungsi untuk berperan dalam
peningkatan jumlah estradiol (JNCI Cancer Spectrum 2003).
6. Genetik
Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah pada gen
BRCA 1 dan BRCA 2. Pada sel yang normal, gen ini membantu
mencegah terjadinya kanker dengan jalan menghasilkan protein yang
dapat mencegah pertumbuhan abnormal. Wanita dengan mutasi gen
BRCA 1 dan BRCA 2, mempunyai peluang 80% untuk berkembang
menjadi kanker payudara selama hidupnya. Perlu diketahui bahwa kanker
payudara dan ovarium mempunyai hubungan yang dekat secara genetik.
Studi menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya (first-degree
relative) memiliki riwayat kanker payudara, mempunyai risiko untuk
berkembang menjadi kanker payudara adalah sebesar 1,7 sampai 4,0 kali
dibanding dengan populasi yang ada.
7. Kelainan payudara lainnya
Wanita yang didiagnosis dengan kelainan-kelainan payudara, dapat
meningkatkan resiko kanker payudara. Adapun beberapa dari kelainan di
bawah ini mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker
payudara.
1. Lesi Non-Proliferatif : kelainan ini mempunyai peluang kecil untuk
berkembang menjadi kanker payudara.
2. Lesi Proliferatif tanpa keliainan atipik : kelainan ini menunjukkan
pertumbuhan yang cepat (excessive growth) dari duktus dan lobules
pada jaringan payudara.
13

3. Lesi Proliferatif dengan kelainan atipik : kelainan ini mempunyai
efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara,
yaitu sebesar 4 sampai 5 kali lipat, berbeda dengan lesi proliferatif
tanpa kelainan atipik yang hanya meningkatkan resiko kanker 2 kali
lipat.

2.3.1 Stadium
2.3.1.1 Stadium
Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker
payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut :
1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang
terdeteksi oleh mamografi/USG)
2. Stadium 1 : 5-years survival rate 85%
3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70%
4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50%
5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

2.3.1.2 Sistem Stadium TNM
Bagi para klinisi sistem stadium ini sangat berguna karena dengan adanya
sistem stadium, dapat diperkirakan prognosisnya. Ada hubungan antara stadium
kanker dengan angka 10-year relative survival pada pasien kanker payudara.
Terdapat perbedaan yang signifikan di antara stadium kanker payudara. Sebanyak
5-12% dari pasien stadium I/II meninggal dalam 10 tahun pertama setelah
diagnosis ditegakkan, ini dibandingkan pada pasien stadium III yang lebih dari
60%, dan lebih dari 90% pada stadium IV. Sistem stadium kanker payudara juga
memberikan informasi tentang pilihan terapi yang sesuai berdasarkan stadium.
Stadium 0 : tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar
payudara tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang
berdekatan.
14

Stadium I : 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah
bening normal)
Stadium II A : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm
atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/aksiller,
atau tumor yang lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak.
Stadium II B : tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang
lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang
berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium III A : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di
kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur
lainnya, atau kanker ditemukkan di kelenjar getah bening di dekat tulang
dada, atau tumor dengan ukuran berapa pun dimana kanker telah ke
kelenjar getah bening ketiak, terjadi pendekatan dengan struktur lainnya,
atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
Stadium III B : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke
dinding dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke
kelanjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya,
atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat
tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan
paling tidak pada tahap III B.
Stadium III C : ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin
telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang
belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dekat tulang dada.
Stadium IV : kanker telah menyebar atau metastasis ke bagian lain dari
tubuh.

15

2.3.2 Prognosis
Beberapa gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara
umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya.
Pada diagnosis, hampir 45% pasien membuktikan adanya penyebaran
regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran
regional adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada
penyebaran regional penyakit. Sebagai contoh, angka bertahan 5 tahun secara
keseluruhan adalah lebih dari 90% jika tumor terdapat dalam payudara, namun
bila kanker telah menyebar sampai pada nodus regional, angka bertahan 5 tahun
secara keseluruhan turun di bawah 60%. Tempat lain penyebaran limfatik
mencakup nodus mamaria internal dan supraklavikular. Metastasis jauh dapat
mengenai sembarang organ, tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%),
paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak
(20%).


2.4 Deteksi Dini
Deteksi dini merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Deteksi dini
adalah usaha untuk mengidentifikasi kelainan yang secara klinis belum jelas
dengan mengggunakan alat test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat. Deteksi dini bertujuan untuk menemukan secara dini
kanker yang dapat disembuhkan, untuk mengurangi mordibitas dan mortalitas
kanker.
(5)
Deteksi dini dipengaruhi oleh usia, keterpaparan media, pengetahuan,
sikap, dan dukungan orang tua.
(23)

Secara umum, insiden kanker payudara memang meningkat tetapi
mortalitasnya sangat menurun di negara-negara maju yang sudah sering
melakukan deteksi dini dan terapi yang lebih efektif.
(4)
Upaya deteksi dini kanker
payudara adalah upaya untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya
kanker payudara, sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak
fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat
penting karena apabila kanker payudara dapat dideteksi secara dini dan diobati
16

dengan tepat maka tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%).
(1)
Deteksi dini
dan pengobatan secara dini akan meningkatkan survival kanker payudara.
(11)
Ada
3 cara skrining pada kanker payudara, yaitu dengan melakukan mammografi,
Clinical Breast Examination (pemeriksaan payudara secara klinis oleh tenaga
kesehatan), dan Breast Self Examination, atau yang di Indonesia dikenal dengan
SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Tiga hal ini merupakan salah satu kemajuan
di bidang kesehatan dan memegang peranan penting dalam deteksi dini kanker
payudara.

Penerapan di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mammografi karena
sumber daya negara maju cukup memadai untuk melakukan program tersebut. Di
lain pihak, negara berkembang seperti Indonesia penapisan secara masal dengan
USG dan mammografi belum mungkin untuk sering dilakukan. Oleh karena itu,
pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan yang terlatih dengan promosi dan
edukasi tentang pengobatan yang baik pada masyarakat (bahwa kanker payudara
pada stadium awal bila di operasi dapat meningkatkan harapan hidup penderita)
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan
yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita
kanker payudara.


2.4.1 SADARI (Breast Self Examination/BSE)
BSE atau SADARI adalah strategi kesehatan preventif individual yang
paling penting dan paling direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin setiap
bulan untuk para wanita sejak masa pubertas, terutama untuk usia 20 tahun ke atas
karena SADARI sangat mudah untuk dilakukan, ekonomis, aman, dan prosedur
non-invasif yang tidak membutuhkan peralatan yang spesial, serta SADARI
merupakan metode diagnostik yang cukup efektif untuk kanker payudara yang
hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk dilakukan.
(12)
Walaupun SADARI
direkomendasikan untuk semua wanita di atas usia 20 tahun, tapi SADARI juga
merupakan pilihan penting untuk para wanita yang berusia lebih muda.
(19)

17

Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang
perubahan bentuk atau adanya kelainan payudara mereka sendiri. Pemasyarakatan
kegiatan SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85%
kelainan payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan
penapisan masal.
SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke 10 dari
awal menstruasi). Pemeriksaaan seharusnya dilakukan setiap bulan sejak umur 20
tahun, namun merupakan pilihan yang tepat apabila pemeriksaan dilakukan sejak
awal usia pubertas atau usia remaja di bawah 20 tahun dimana mulai terdapat
pertumbuhan payudara, mengingat kejadian kanker payudara pada wanita muda
yang terus meningkat belakangan ini.
(23)

Pada wanita pramenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan setelah hari
ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi, dimana jaringan payudara saat itu
densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi
disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan
siklus menstruasi.
Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi
dan palpasi. Dengan berdiri di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam
posisi berdiri sambil tangan disamping, sambil kedua telapak tangan menekan
satu sama lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara
yang asimetris, adanya massa, dan kulit yang retraksi dapat terdeteksi dengan
maneuver ini.
Di bawah ini beberapa tahap dalam pemeriksaan payudara sendiri :
1. Berdiri di depan kaca agar dapat melihat payudara secara jelas
2. Sambil kedua tangan di atas kepala, periksalah apakah ada kelainan berupa
retraksi, inflamasi, pembengkakan, atau kemerahan di semua bagian kedua
payudara
3. Ulangi dengan kedua tangan diletakkan pada pinggul
4. Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan memijat, awalannya
periksa pada arah jam 12, kemudian ke arah jam 2 sampai kembali lagi arah
jam 12, dirasakan apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari superfisial
18

kulit sampai ke dalam jaringan payudara. Adapun dapat digunakan metode
pembagian payudara berdasarkan kuadran dan lakukan palpasi secara cermat.
5. Kemudian periksalah pada puting payudara dan area sekitarnya. Juga perlu
ditekan secara lembut untuk melihat apakah ada discharge.
6. Dan ulangi pemeriksaan secara palpasi sambil berbaring.

2.4.2 Mammografi
Dari penelitian metaanalisis yang di lakukan oleh United State Preventive
Services Task Force, para klinisi merekomendasikan untuk dilakukan
pemeriksaaan mammografi setiap satu sampai dua tahun sekali pada wanita usia
40 tahun atau yang lebih tua.
Mammografi telah terbukti dapat mendeteksi kanker payudara pada stadium
dini, dan apabila dilakukan tindak lanjut dengan diagnosis dan terapi yang cukup,
dapat menurunkan angka mortalitas akibat kanker payudara. Namun, pada wanita
berusia di bawah 40 tahun penggunaan mammografi kurang sensitif. Studi
menemukan bahwa sebenarnya sensitifitas dari mammografi adalah berkisar
antara 60-90 persen. Namun, penelitian pada wanita yang berusia muda, ternyata
sensitifitas mammografi lebih rendah dan menghasilkan angka penurunan
kematian yang juga ikut rendah. Hal ini dikarenakan densitas payudara lebih padat
pada wanita usia muda, dan pertumbuhan kanker yang lebih cepat pada usia
muda, sehingga skrining mammografi kurang sensitif hasilnya.
Rekomendasi dari organisasi-organisasi kanker di seluruh dunia mengatakan
bahwa skrining dengan mammografi sebaiknya di mulai pada wanita usia 40
tahun. Sementara wanita dengan usia 40-49 tahun, sebaiknya di periksa
menggunakan mammografi tiap tahunnya, dan untuk wanita di usia 50 tahun atau
lebih dianjurkan mendapat skrining mammografi sekali tiap tahunnya.
Walaupun mammografi adalah satu-satunya metode diagnosis yang paling
sensitif untuk mengurangi mortalitas kanker payudara, namun tidak dianggap
sebagai modalitas yang cocok untuk negara-negara miskin ataupun berkembang,
dikarenakan harganya yang mahal dan karena membutuhkan tenaga spesialis,
(12)

19

dan juga membutuhkan alat yang memadai, sehingga membutuhkan kunjungan ke
rumah sakit.
(15)


2.4.2 Pemeriksaan klinis kanker payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical
Breast Examination/CBE)
Clinical Breast Examination (CBE) digunakan untuk mendeteksi kelainan-
kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada
tahap ini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Untuk wanita
yang usia rata-rata 40 tahun atau yang lebih muda, deteksi dini terhadap adanya
massa pada payudara lebih efektif menggunakan CBE. Sementara itu, pada wanita
dengan usia diatas 40 tahun, mammografi merupakan metode yang
direkomendasikan dan CBE dipakai sebagai metode yang menunjang pada deteksi
dini kanker payudara.
Secara spesifik, CBE memberikan kesempatan pada tenaga kesehatan untuk
memberikan edukasi pada pasien wanita tentang kanker payudara baik gejala
klinis maupun peran deteksi dini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker
payudara, juga memberikan kesempatan kepada klinisi untuk mendiskusikan
manfaat dan keterbatasan CBE sebagai metode deteksi dini.
Dasar pemeriksaaan pada CBE adalah dengan menggunakan inspeksi secara
visual dan palpasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menemukan
kelainan pada payudara. Baik CBE maupun mammografi dapat saling melengkapi
sebagai deteksi dini kanker payudara. Ketika pada pemeriksaan CBE ditemukan
adanya benjolan yang mencurigakan, maka ini perlu dievaluasi meskipun dengan
mammografi tidak ditemukan adanya gambaran massa.
Sensitifitas dan spesifikasi CBE dipengaruhi oleh beberapa hal seperti cara
pemeriksaan (palpasi, tekanan, dan pola), keadaan pasien (densitas jaringan dan
keadaan nodulnya), serta karakter tumor (ukuran, kedalaman, dan mobilitas).
Adapun beberapa teknik pemeriksaan payudara dengan menggunakan
metode CBE adalah sebagai berikut:
Pada perempuan berumur 20-40 tahun CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat
20

SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan
apakah ada kemungkinan keganasan.
Pada perempuan berusia lebih dari 40 tahun dilakukan CBE setiap tahun.
(1)

21

2.4 Ringkasan pustaka
Tabel 3. Ringkasan pustaka
Peneliti Lokasi
penelitian
Studi
desain
Subjek studi Variabel yang
diteliti
Lama waktu
studi
Hasil
Annisaa Nuur
Muslimah,
Masruroh,
Casnuri.
(24)



Padukuhan
Ngentak
Depok
Sleman
Yogyakarta
Studi
deskriptif
Wanita usia
subur 20-49
tahun sudah
menstruasi
Pengetahuan
wanita usia
subur tentang
pemeriksaan
payudara
sendiri, umur,
pendidikan,
pekerjaan,
sumber
informasi
- Tingkat pengetahuan wanita usia
subur tentang pemeriksaan
payudara sendiri di Padukuhan
Ngentak Depok Sleman
Yogyakarta sebanyak 59,3 %
dengan karakteristik umur 79,1
% dalam kategori umur 20-35
tahun, sebagian besar pendidikan
wanita usia subur di Padukuhan
Ngentak Depok Sleman
Yogyakarta adalah
SMA/sederajat sebanyak 50 %,
sebagian besar pekerjaan wanita
usia subur adalah ibu rumah
tangga sebanyak 80,2 % dan
sumber informasi sebagian besar
artikel, tenaga kesehatan dan
penyuluhan sebanyak 34, 9 %.

22

Sami Abdo
Radman Al-
Dubai, Ahmad
Munir Qureshi,
Riyadh Saif-
Ali, Kurubaran
Ganasegeran,
Mohanad
Rahman
Alwan, Jalal
Ibrahim
Shawqi
Hadi.
(25)

Kota Shah
Alam
Cross
sectional
250 wanita
Malaysia yang
berusia diatas
18 tahun, yang
tinggal di kota
Shah Alam
Status
demografi,
pengetahuan
tentang
kanker
payudara dan
sikap/kesadar
an pada
mammografi
- Rata-rata usia responden adalah
28 9,2 dengan 69,2% berusia
18 hingga 29 tahun. Mayoritas
telah mendengar tentang kanker
payudara (81,2%) dan
menunjukkan buku, majalah dan
brosur sebagai sumber informasi
(55,2%). Namun, sebagian besar
tidak tahu tentang tanda-tanda
dan gejala kanker payudara dan
banyak faktor risikonya. Pada
analisis multivariat, prediktor
signifikan pengetahuan kanker
payudara adalah usia, ras, status
perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, ukuran keluarga dan
riwayat keluarga kanker lainnya
(p <0,05). Lima puluh persen
wanita menyadari mamografi,
prediktor signifikan menjadi
umur, pekerjaan, status
perkawinan dan pengetahuan
tentang kanker payudara (p
<0,05).
Emmanuel
Aluamhe
Sule.
(16)

Central
Hospital
Warri, Delta,
Nigeria
Cross
sectional
122 wanita
yang berusia
20 tahun dan
diatasnya yang
Kesadaran
terhadap
kanker
payudara dan
- Para responden berkisar antara
20-80 tahun. Kesadaran kanker
payudara tercatat pada 96,1%
responden. 43,6% responden
23

mengunjungi
klinik rawat
jalan
tindakan
deteksi dini
kanker
payudara
mengetahui kanker payudara
dimulai dengan benjolan pada
payudara. Pemeriksaan
payudara sendiri telah
dipraktekkan oleh 45,5%
responden. Dari jumlah ini,
83,3% dari responden
melakukan pemeriksaan
payudara sendiri setidaknya
setiap bulan. Pemeriksaan
payudara klinis (oleh tenaga
kesehatan) telah dilakukan oleh
15,6% responden. Praktek
pemeriksaan payudara sendiri
secara bermakna dikaitkan
dengan keluhan pada payudara
sebelumnya RR 6.2 P 0,0001,
prosedur payudara sebelumnya
RR 9.2 P 0,0001, pemeriksaan
payudara klinis sebelumnya RR
2,9 P 0,0001 dan memiliki
anggota keluarga atau kenalan
dengan kanker payudara RR 2,5
P 0,0001.
Ohene-Yeboah
M, Adofo K,
Akpaloo M.
(20)

Komfo
Anokye
Teaching
Hospital
Cross
sectional
306 perawat
wanita
profesional
(gelar,
Karakteristik
demografik,
tingkat
pengetahuan
- Dari 306 populasi yang
diikutsertakan dalam penelitian
ini, hanya 165 orang yang
mengembalikan kuesioner.
24

(KATH),
Kumasi,
Ghana
diploma, dan
pemegang
sertifikat-SRN)
di departemen
Bedah,
Kedokteran,
Obstetri dan
Ginekologi dan
Pediatri di
KATH
tentang
beberapa
aspek kanker
payudara di
kalangan
perawat yaitu
gejala, metode
diagnosis,
faktor risiko,
dan metode
skrining untuk
kanker
payudara
yang meliputi
pemeriksaan
payudara
sendiri,
pemeriksaan
payudara
secara klinis
dan
mammografi
Tingkat respon adalah 53,9%
(165/306). Rata-rata skor
pengetahuan adalah 68,9%.
Sembilan puluh responden
(54,5%) tahu tentang satu atau
dua dari lima faktor risiko
(menarche sebelum usia 13
tahun; menopause setelah 55
tahun; memiliki kurang dari 2
anak; kehamilan pertama kali
setelah berusia 24 tahun; ibu,
saudara perempuan, atau bibi
pernah menjalani pengobatan
kanker payudara). 159 peserta
(94,5%) berpikir bahwa kanker
payudara adalah penyakit yang
serius. 135 responden (81,8%)
mengindikasikan bahwa mereka
akan melihat dokter pada hari
yang sama ketika mereka
memiliki kanker payudara dan
102 (61,8%) akan menerima
mastektomi sebagai pengobatan
penyakit. Pemeriksaan payudara
sendiri dipraktekkan oleh 119
atau 72,0% dari responden.
Responden yang sangat
berpengetahuan kanker
25

payudara mempraktekkan
pemeriksaan payudara klinis
lebih sering (27/93), (8/72) (X2
= 9,4, p = 0,001). Praktek ketiga
metode skrining kurang sering
(> 5%) di antara semua peserta.

Anda mungkin juga menyukai