Anda di halaman 1dari 19

LOGO

Penggunaan Kloramfenikol
untuk Pengobatan Demam
Typhoid
01. Click to add sub title
Pendahuluan
Di negara berkembang angka kematian akibat
demam tifoid berkisar antara 2,3 16,8 %.
Angka kesakitan demam tifoid yang tertinggi
terdapat pada golongan umur 319 tahun, suatu
golongan masyarakat yang terdiri dari anak-anak
usia sekolah. (Musnelinal, 2004)


01. Click to add sub title
Demam Typhoid
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala
demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran.
Bahaya yang ditimbulkan penyakit ini dapat berupa perdarahan
akibat luka pada usus yang dapat menimbulkan syok dan kematian
bagi si penderita. Sehingga diperlukan ANTIBIOTIKA untuk proses
penyembuhan.


KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol masih merupakan terapi pilihan
untuk demam tifoid karena efektivitasnya
terhadap Salmonella typhi, disamping harga obat
tersebut relatif murah.
Indikasi kloramfenikol adalah untuk terapi
Demam Tifoid, Meningitis Purulenta dan
Riketsiosis. (Bhan et al, 2005)

Kloramenikol masih merupakan terapi pilihan untuk
demam tifoid karena efektivitasnya terhadap
Salmonella typhi, disamping harga obat tersebut relatif
murah.
Indikasi kloramfenikol adalah untuk terapi Demam
Tifoid, Meningitis Purulenta dan Riketsiosis. (Bhan et al,
2005)

Farmasi
Farmakologi
Rumus Bangun Kloramfenikol (Katzung, 2006)
Farmasi
Farmakologi
Sediaan : kloramfenikol 250
mg, suspensi 125 mg/5 ml.
Indikasi : demam tifus dan
paratifus
Kontraindikasi :
hipersensitif, gangg. fx hati &
ginjal
Interaksi obat : Dikumarol,
Fenitoin, Tolbutamid
ES : depresi sumsum
tulang, anemia aplastik
Dosis : dewasa, anak
2
&
bayi usia > 2 minggu : 50
mg/kg BB/hari dibagi menjadi
sehari 3-4 x. (Pratomo, 2010)
Farmasi
Farmakologi
Nama obat
Bentuk
sediaan
Dosis Keterangan
Kloramfenikol
Kapsul 250 mg
dan 500 mg
Dewasa 50
mg/kgBB
sehari per
oral dibagi
dalam 3-4
dosis
Infeksi-infeksi
berat dosis
dapat
ditingkatkan 2
x
Kloramfenikol
palmitat atau
stearat
Suspensi yang
mengandung
125 mg/5 mL

Bayi aterm
berumur
lebih dari 2
minggu, 50
mg/kgBB
sehari per
oral dibagi
dalam 3-4
dosis.
Peningkatan
dosis mungkin
menimbulkan
sindrom Gray
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat
sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada
ribosom subunit 50s dan menghambat enzim
peptidil transferase sehingga ikatan peptida
tidak terbentuk pada proses sintesis protein
kuman.
FARMAKODINAMIKA
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol
terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil
transferase. Resistensi terhadap P.aeruginosa,
proteus dan Klebsiella terjadi karena
perubahan permiabilitas membrane yang
mengurangi masuknya obat ke dalam sel
bakteri.
resistensi
Menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel
Mengendapkan berbagai obat lain dari
larutannya, merupakan antagonis kerja
bakterisidal penisilin dan aminoglikosida.
INTERAKSI DENGAN OBAT LAIN
Absorbsi : kloramfenikol diserap dengan cepat.
Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2
jam.
Distribusi : didistribusikan secara baik ke
berbagai jaringan jaringan tubuh
Farmakokinetik
Metabolisme : Di dalam hati kloramfenikol
mengalami konjugasi dengan asam glukuronat
oleh enzim glukuronil tranferase.
Ekskresi : Dalam waktu 24 jam, 80-90%
kloramfenikol yang diberikan oral telah
diekskresi melalui ginjal.
Farmakokinetik
Reaksi Hematologic : depresi sumsum tulang,
anemia aplastik
Reaksi saluran cerna : Mual, muntah, glotidis,
diare dan enterokolitis
Sindrom gray. Pada neonatus terutama bayi
premature
TOKSISITAS
Click to add sub title
Click to add sub title.
POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PENGOBATAN
DEMAM TIFOID ANAK DI RUMAH SAKIT TAHUN
2001-2002
PENINGKATAN DAYA HAMBAT KLORAMFENIKOL
TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS ATCC
25923 DAN ESCHERICHIA COLI ATCC 25922
KARENA CAMPURAN POLIETILENGLIKOL 4000-
TWEEN 80 (1:1)
PENYELIDIKAN/PENELITIAN
Click to add sub title
Click to add sub title.
COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS PENGOBATAN
DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN
SEFOTAKSIM DAN KLORAMFENIKOL DI RSUD.
PROF.DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
SENSITIVITAS Salmonella Typhi TERHADAP
KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RSUD
DR. SOETOMO SURABAYA DAN DI RS. SAIFUL
ANWAR MALANG TAHUN 2008-2009
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN
DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN
KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RUMAH
SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2001 2002
PENYELIDIKAN/PENELITIAN
Click to add sub title.
Description of the contents
Kloramfenikol masih merupakan terapi pilihan untuk
demam tifoid karena efektivitasnya terhadap
Salmonella typhi disamping harga obat tersebut relatif
murah.
Efektivitas kloramfenikol lebih besar daripada
efektivitas antibiotik lainya dan total cost kloramfenikol
lebih kecil daripada total cost antibiotik lain.
Faktor yang mempengaruhi pola sensitivitas
antibiotik terhadap Salmonella typhi antara lain
riwayat penyakit demam tifoid sebelumnya, riwayat
pemakaian antibiotika, cara mengetahui aturan pakai
dari antibiotika
PEMBAHASAN
Click to add sub title.
Description of the contents
Terapi antibiotik yang tepat (obat, dosis, dan durasi
yang tepat) sangat penting untuk menyembuhkan
demam tifoid dengan komplikasi yang minimal.
KESIMPULAN
LOGO
Primum non nocere,
The first do not harm

Anda mungkin juga menyukai