Anda di halaman 1dari 10

A. Periodesasi sejarahwan engklasifikasi periode Abbasyiah berbeda-beda.

Al-Khudri, Guru
Besar Ilmu Sejarah dari Universitas Mesir membagi ke dalam lia masa, yaitu :
1. Masa kuat-kuasa dan bekerja mebangun, berjalan 100 tahun laanya, dari 132 s.d 232
H
2. Masa berkuasa panglima-panglima Turki, berjalan 100 tahun lamanya, dari 232 s.d
334 H
3. Masa berkuasanya Bani Buyah (buwayhid), berjalan 100 tahun lamanya, dari 334 s.d
447 H
4. Masa berkuasanya bani Saljuk (Seljuqiyak), berjalan 100 tahun lamanya, 447 H s.d
530 H
5. Masa gerak balik kekuasaan politik khalifah-khalifah abbasyiah dengan merajalela
para panglima perang, selama 125 tahun , dari 530 H. Sampai musnahnya Abbasyiah
di bawah serbu Jengiz Khan dan putranya Hulagu Khan dari Tartar pada tahun 656 H
Menurut B.G Stryzewki membagi masa pemerintahan dinasti Abbasyiah menjadi ima
periode, yaitu :
1. Periode pertama (132 H,/ 750 M s.d 232 H/847 M ), disebut periode pengaruh Persia
Pertama
2. Periode kedua (232 H/847 M s.d 334 H/945 M ), disebut periode pengaruh Turki
Pertama
3. Periode ketiga (334 H/945 M s.d 447 H/ 1105 M ), masa kekuasaaan Dinasti Buwaihi
dalam pemerintahan Khalifah Abbasyiah.Periode ini disebut juga pengaruh Persia
Kedua.
4. Periode keempat (447 H/ 1105 M, s.d 590 H/ 1195 M ), massa kekuasaan Dinasti
Saljuk yang biasa disebut dengan masa pengaruh Turki Kedua
5. Periode kelima (590 H/ 1194 M s.d 656 H/ 1258 M ) masa khalifah bebas dari
pengaruh dnasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad
Kedua pola periodesasi di atas, pada dasarnya sama dan tidak signifikan. Untuk
memudahkan pembahasan, periode Abbasyiah dibagi menjadi empat tahap, yaiutu
pendirian, kemajuan, dan kehancuran.

B. Pendiri Bani Abbas ( 750-857 M 132-232 H )

Babak ketiga dalam drama besar politik islam dibuka oleh Abu Al-Abbas (750-754) yang
berperan sebagai pelopor. Irak menjadi panggung drama besar itu.dalam khotbah
penobatannya, yang disampaikan setahun sebelumnya di masjid kufah, khalifah
abbasiyah pertama itu menyebut dirinya as-saffih, penumpah darah, yang kemudian
menjadi julukannya. Julukan itu merupakan pertanda buruk karena dinasti yang baru
muncul ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam
menjalankan kebijakannya.untuk pertama kalinya dalam sejarah islam, di sisi singgasana
khalifah tergelar karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi. As-saffah menjadi
pendiri dinasti arab islam ketiga-setelah khulafa ar-rasyidun dan Dinasti Umayah yang
sangat besar dan berusia lama. Dari 750M hingga 1258M, penurus Abu Al-Abbas
memegang pemerintahan, meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang Abbasiyah
mengklaim dirinya sebagai pengusup konsep ke khalifahan. Yaitu gagasan Negara
teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) dinasti Ummayah. Sebagai
cirri khas ke agamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan seremonial,
seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah pada shalat jumat, khalifahmengenakan jubah
(burdah) yang pernah dikenalkan oleh saudara sepupunya, nabi Muhammad SAW. Akan
tetapi masa pemerintahannya, begitu singkat. As-syaffah menginggal (754-775M) karena
penyakit cacar air ketika berusia 30an.
Saudaranya yang juga perusahaannya, Abu jafar (754-775), yang mendapat julukan Al-
Mansyhur adalah khalifah terbesar dinasti Abbasyiah meskipun bukan seseorang muslim
yang shaleh dialah sebenarnya, bukan As-saffah yang benar-benar membangun dinasti
baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis keturunannya.
Masa kejayaan Abbasyiah terletak pada khalifah setelah As-saffah. Penulis pengutip
philipk.hitti, bahwa masa keemasan (golden frime) Abbasiyah terletak pada 10 khalifah
hal ini berbeda dengan badriyatim, yang memasukan 7 khalifah sebagai masa kejayaan
Abbasyiah, Jaih Mubarok, memasukan 8 khalifah sebagai masa kejayaan Abbasyiah.
Begitu pula, Harun Nasution, hanya memasukan 6 khalifah kedalam kategori sebagai
khalifah yang memajukan Abbasyiah. Kesepuluh khalifah tersebut : As-syaffah (750):
Al-Mansyhur (754): Al-Mahdi (775): Al-Hadi (785): Ar-Rasyid (786): Al-Amin (809):
Al-Mamun (813): Al-Mutashin (833): Al-Wastiq (842): dan Al-Mutawakkil (847).
Dinasti Abbasyiah, seperti hal nya dinasti lain dalam sejarah islam mencapai masa
kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah didirikan. Ke khalifahan Baghdad
yang didirikan oleh As-saffah dan Al-Mansyur mencapai masa keemasannya antara masa
khalifah ketiga, Al-Mahdi, dan khalifah ke 9 Al-Watsiq dan lebih khusus lagi pada masa
Harun Al-Rasyid dan anaknya, Al-Mamun. karena kehebatan dua khalifah itulah, dinasti
Abbasyiah memilikikesan baik dalam ingatan public, dan menjadi dinasti paling terkenal
dalam sejarah islam dictum yang diikutip oleh seorang penulis, Ats-tsaalabi bahwa dari
para khalifah Abbasyiah sang pembuka adalah Al-Mansyur, sang penengah adalah
Al-mamun, dan sang penutup adalah Al-Mutadhidad adalah benar.

C. Kemajuan Masa Abbasyiah
Massa ini adalah masa keemasan atau masa kejayaan umat islam sebagai pusat dunia
dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan itu hampir mencakup semua aspek
kehidupan.
a. Administraif pemerintahan dengan biro-bironya
b. Sistem organisasi militer
c. Administratif wilayah pemerintahan
d. Pertanian, perdagangan, dan industry
e. Islamisasi pemerintahan
f. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi,
filsafi islam, teologi, huku (fiqh), dan etika islam, sastra, seni dan penerjeahan
g. Pendidikan, kesenian, arsitektir, eliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan
perguruan tinggi, perpustakaan dan took buku, media tulis, seni tulis, seni rupa, seni
usik, dan arsitek.
Rinciannnya berbagai keajuan tersebut, dapt dilihat dari temuan K. Hitti sebagai berikut.
1. Biro-biro Pemerintahan Abbasyiah
Dalam menjalankan sisitem teknis pemerintahan, dinasti abbasyiah memiliki kantor
pengawas yang pertama kali dipernalkan oleh Al-Mahdi, dewan korespodensi atau
kantor arsip yang menangani semua surat resmi, dokumen politik serta instuksi dan
ketetapan khalifah, dewan penyelidik keluhan, departemen kepolisian dan pos.
Dewan penyelidik keluhan adalah sejenis pengadilan tingkat banding, atau pengadilan
tinggi untuk menangani kasus-kasus yang diputuskan secara keliru pada departemen
administrative dan politik. Cikal bakal dewan ini dapat dilacak pada masa Dinasti
Umayah, karena Al-Marwadi meriwayatkan bahwa Abd Al-Malik adalah khalifahy
pertama yang menyediakan satu hari khusus untuk mendengar secara langsung
permohonan dan keluhan rakyatnya. Umar II meneruskan praktik tersebut. Praktik itu
kemudian diperkenalkan oleh Al-Mahdi ke dalam pemerintahan Dinasti Abbasyiah.
Penggantinya, Al-Hadi, Harun, Al-Mamun dan khalifah selanjutnya menerima
keluhan terakhir yang memelihara kebiasaan tersebut. Raja Normadia, Roger II
memperkenalkan lembaga tersebut ke Sisilia, yang kemudian mengakar di daratan
Eropa.
2. Sistem Militer

Sistem militer terorganisasi dengan baik, berdisiplin tinggi, seta mendapat pelatihan
dan pengajaran secara regular. Pasukan pengawal khalifah mungkin merupakan satu-
satunya pasukan tetap yang masig-masing mengepalai sekelompok pasukan. Selain
mereka,5 ada juga pasukan bayaran dan sukarelawan, serta sejumlah pasukan dari
berbagai suku dan distrik. Pasukan tetap yang bertugas aktif disebut murtaziqah
(pasukan yang dibayar secara berkala oleh pemerintah). Unit pasukan lainnya disebut
muta-thawwiah (sukarelawan), yang menerima gaji ketika bertugas. Kelompok
sukarelawan ini direkrut dari orang badui, para petani, dan orang kota. Pasukan
pengawal istana memperoleh bayaran lebih tinggi, besebjata lengkap, dan
berseragam. Pada masa-masa awal pemerintahan khalifah Dinasti Abbasyiah, rata-
rata gaji pasukan infanetri, di samping gaji dan santunan rutin sekitar 960 dirham per
tahun, pasukan kavaleri menerima dua kali lipat dari itu.

3. Wilayah Pemerintahan
Pebagian wilayah kerajaan Uayah ke dalam provinsi yang dipimpin oleh seorang
gubernur sama dengan pola pemerintahan pada kekuasaaan Bizantium dan Persia.
Pembagian ini tidak mengalami perubahan berarti pada masa Dinasti Abbasyiah.
Provinsi Dinasti Abbasyiah mengalami perubahan dari masa ke masa, dan klasifikasi
politik juga tidak selalu terkait denag klasifikasi geografis, seperti yang terekam dalm
karya Al-Ishthakhir, ibn Hawqal, Ibn Al-Faqih, dan karya-karya sejenis. Berikut ini
meruipakan-merupakan provinsi-provinsi utama pada masa awal kekhalifahan
Baghdad : 1) Aftka di sebelah barat Gurun Libya bersama dengan Sisilia 2) Mesir 3)
Suriah dan palestina, yang terkadang dipisihkan 4) Hijaz dan Yamamah (arab tengah)
5) Yaman dan Arab Selatan 6) Bahrain dan oman, dengan basrah dan irak sebagai
ibukotanya 7) Sawad atau Irak (mesopotamia bawah), dengan kota utamanya setelah
Baghdad, yaitu kufah dan Wash 8) Jazirah (yaitu kawasan Assyiria Kuno, bikan
semenanjung Arab), dengan ibukota Mosul 9) Azerbaijan, dengan kota-kota besarnya,
seperti Ardabil, tibriz, dan maraghah 10) Jibal (perbukitan, Media Kuno), kemudian
dikenal dengan irak Ajami (iraknya orang Persia), dengan kota utamanya adalah
Ramadan.
4. Perdagangan dan Industri
Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah, Al-Mashur, sumber arab paling awal yang
menyinggung tentang hubungan maritim Arab dan Persia dengan India dan Cina
berasal dari laporan perjalanan Sulaiman At-Tajir dan para pedagang muslim lainnya
pada abad ke-3 hijriah. Tulang punggung perdagangan ini adalah sutra, konstribusi
terbesar orang Cina kepada dunia Barat. Biasanya, jalur perdagangan yang disebut
jalan sutra menyusuri Samarkand dan Turkistan Cina, sebuah wilayah yang tidak
banyak dilalui dibandimg wilayah-wilayah dunia lainnya sudah dihuni dan
berperadaban. Barang-barang dagangan biasanya diangkut secara estapet, hanya
sedikit khalifah yang menempuh sendiri perjalanan sejauh itu. Akan tetapi, hubungan
diplomatic telah dibangun sebelum orang arab terjun ke dunia perdagangan.
Diriwayatkan, bahwa SadIbn Abi Waqqas, penakluk Persia, menjadi duta yang
dikirim nabi ke Cina. Makam Sad masih bisa ditemukan di kanton. Tulisan-tulisan
tertentu pada monumen Cina lama tentang agama islam di Cina jelas merupakan
tulisan palsu yang dibuat oleh para tokoh agama pada pertengahan abad ke-8 telah
dilakukan pertukaran duta. Dalam catatan Cina abad itu,kata Amir Al-Muminin
diucapkan dengan hanmi momo ni oleh Abu Al-Abbas, khalifah dinasti Abbasiyah
pertama, A bo lo ba; dan Harun, Alun. Pada masa khalifah-khalifah itu terdapat
sejumlah orang islam yang menetap di Cina pada mulanya, orang islam itu dikenal
dengan sebutan Ta syih dan kemudian Hui hui (pengikut Muhammad).

5. Perkembangan bidang pertanian
Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan. Dinasti abasiyah karena pusat
pemrintahanya berada di daerah yang sangat subur, ditepian sungai yang dikenal
dengan nama sawad. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan Negara dan
pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang statusnya
mengalami peningkatan pada masa rezim baru. Lahan-lahan pertanian yang terlantar,
dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan dperbaiki dan dibangun
kembali secara bertahap. Daerah rendah dilembah Tigris-efrat, yang merupakan
daerah terkaya stelah mesir, dan dipandang sebagai surga aden, mendapat perhatian
khusus dari pemerintah pusat. Mereka membuka saluran irigasi yang lama dari sungai
efrat, dan membuat saluran irigasi baru sehingga membentuk sebuah jaringan yang
sempurna. Ada 113 kanal besar pertama, yang disebut nahr isa stelah di gali kembali
oleh keluarga al-manshur, menghubungkan sungai efrat di anbar stelah barat laut
dengan sungai tigris di bagdad. Salah satu cabang utama Nahrisa adalah sharah.
Kanal terbesar kedua adalah Nahr shashar, yan gbertemu dengansungai tigris di
daerah madain. Kanal ke-3 Nahr Al-malik (sungai raja) ,yang tersambung ke sungai
tigris di bawah madain . di bawah dua sungai itu terdapat Nahr Kusta dan Sharah
Besar, yang mengairi sejumlah saluran.

6. Islamisasi masyarakat
Sebanyak 5000 orang Kristen banutanu kaha di dekat Alleppo engikuti perintah
khlifah al-mahdi untuk islam. Proses konfersi secara berjalan lebih gradual, damai,
dan bersifat pasti. Kebanyakan konfersi yang dilakukan oleh penduduk tklukan
didorong oleh motif kepentingan individu, agar terhindar dari pajak dan sejumlah
aturan lain yang membatasi, agar mendapat pretise social dan pengaruh politik, serta
menikmati kebebasan dan keamanan lebih besar penduduk Persia baru berlaih keagaa
islam pada abad ke-3 setelah wilayah itu dikuasai islam sebelumnya mereka
menganut Zoroaster.

7. Bidang kedokteran
Dari tulisan ibn maskhawayh, kita mendapatkan sebuah sebuah risalah sistematik
berbahasa arab paling tua tentang optamologi, belakangan ini sebuah buku berjudul
al-asyr maqalat fi al-ayn (sepuluh risalah tentang mata) yang dianggap sebagai karya
muridnya, hunayn ibn ishaq, telah ditertibkan dalam bahasa inggris sebagai buku teks
tentang optomologi paling awal yang kita miliki. Minat orang arab terhadap ilmu
kedokteran dipahami oleh dari hadist yang membagi pengetahuan ke dalam dua
kelompok teologi dan kedokteran, dengan demikian, seseorang dokter sekaligus
merupakan seseorang teolog

8. Pendidikan, Perpustakaan dan Toko Buku
Lembaga pendidikan islam pertama untuk pengajaran yang lebih tinggi tingkatannya adalah
bait Al-Hikmah (Rumah Kebijakan) yang didirikan Al-Makmun ( 830 M) di Baghdad ibukota
negara. Selain berfungsi sebagai biro penerjemahan, lembaga ni juga dikenal sebagai pusat
kajian akademis dan perpustakaan umum, serta memiliki sebuah observatorium.
Fungsi lembaga itu sama dsengan rumah sakit, yang pada awal kemunculannya sekaligus
berfungsi sebagai pusat pendidikan kedokteran.
Perpustakaan (hijanat Al-kutub) dibangun di syiraz oleh penguasa Buaihi, Adud-Dhawulah
(977-982) yang semua buku-bukunya disusun diatas lemari-lemari di daftar dalam katalog
dan di atur dengan baik oleh staf administrator yang berjaga secara bergiliran dab potarayy
terdapat sebuah tmpat yang disebut rumah buku. Dikatakan rumah itu menyimpan ribuan
manuskrip yang dianut oleh lebih darin 400 Unta. Seuruh naskah itu kemudian di daftar
dalam 10 jilid katalog.
Selain perpustakaan, gambaran tenmy6ang budaya baca pada budaya ini bisa juga dilihat
dari banyaknya toko buku. Toko-toko itu, yang juga berfungsi sebagai agen pendidikan,
mulai muncul sejak awal kekhalifahan abbasyiah. Al-yakub meriwayatkan bahwa pada
masanya (sekitar 891) ibukota negar adi ramaikan oleh klebih dari seratus toko buku yang
berderet pada satua ruas jalan yang sams. Sebagaian toko tersebut, sebagai mana di
Damaskus dan Kairo.


D. KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Faktor-faktor Penyebab Kemunduran
a. Faktor intern
1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti
Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup
mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah
daripada pendahulunya. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara professional asal
turki untuk mengambil alih kendali pemerintahan.
2. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Mamun dengan Al-Amin. Ditambah
dengan masuknya unsur Turki dan Parsi. Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian
khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada periode kedua
Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar.
Selebihnya, para khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan
secara paksa.
3. Konflik Keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan Khalifah Ali yang berakhir dengan
lahirnya tiga kelompok umat: pengikut Muawiyah, Syiah, dan Khawarij, ketiga
kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa
ke khalifahan Muawiyah maupun masa ke khalifahan Abbasyiah adalah kelompok
Sunni dan kelompok Syiah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kelompok
Sunni dan Syiah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi,
antara kedua kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.
b. Faktor ekstern
1. Banyaknya Pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam, secara real, daerah-
daerah itu berada dibawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan.
Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman
penguasa Bani Abbas. Adapun cara provinsi-provinsi tersebut melepaskan diri dari
kekuasaan Baghdad adalah : pertama, seorang pemimpin local memimpin suatu
pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah
Umayah di Spayol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi
gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, kemudian
melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan.
2. Dominasi Bangsa Turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran.
Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah. Memperkerjakan orang-orang
professional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki, kemudian
mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan anggota militer inilah,
dalam perkembangan selanjutnya, yang mengancam kekuasaan khalifah. Tentara
turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani
Abbas, si tangan mereka, khalifah bagaikan boneka yang tidak bisaberbuat apa-apa.
Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan
politik mereka.
Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan Bangsa Turki I,
mulai khalifah ke-10, Khalifah Al-Mutawwakil (tahun 232 H). hingga khalifah ke-22,
khalifah Al-Mustaqfi Billah (Abdullah Suni-Qasim tahun 334 H). Pada masa
kekuasaan bangsa Turki II (Banu Saljuk), mulai dari khalifah ke-27, Khalifah
Muqtadie bin Muhammad (tahun 467 H) hingga khalifah ke-37, khalifah Mustashim
bin Mustanshir (tahun 656 H).
3. Dominasi Bangsa Persia
Masa kekuasaan Bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa
ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan diberbagai daerah muncul negara-negara
baru yang berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.
Pada awalnya pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam
mengelola pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup
pesat dalam berbagai bidang. Pada periode ke-2, saat ke khalifahan Bani Abbasiyah
sedang mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari khalifah Mutakkin pada khalifah
Muthie tahun 334 H.
Pada mulanya mereka berhikmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah,
sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara, diantaranya menjadi
panglima besar. Setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah
Abbasiyah berada dibawah telunjuk mereka dan seluruh pemrintahan berada ditangan
mereka. Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam doa-
doa diatas mimbar, bertanda tangan didalam peraturan dan pengumuman resmi dan
nama mereka ditulis atas mata uang, dinar, dan dihram.

E. Sebab-sebab Kehancuran Dinasti Abbasyiah
1. Faktor Intern
a. Lemahnya semangat patriotisme negara, menyebbkan jiwa jihad yang diajarkan islam
tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalam maupun dari
luar.
b. Hilangnya sifat anmanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral
dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara selama ini
c. Tidak percaya pada kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah
mengundang kekuatan asing. Akibatnya kekuatan asing tersebut memanfaatkan
kelemahan khalifah
d. Fanatik madzhab persaingan dan perebutan yang tuada henti antara Abbasyiah dan
Alawiyah menyebabkan kekuatan uymat islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-
keping.
Perang ideologi antara Syiah dan Fatimah melawan Ahlu Sunnah dari Abbasyiah,
banyak menimbulkan korban. Aliran Qaramithah yang sangat ekstrem dalam tindakan-
tindakannya yang dapat menimbulkan bentokran di masyarakat. Kelompok Hashshashin
yang dipimpin oleh Hasan Bin Shabah yang berasal dari Thus di Parsi merupakan aliran
Isamiliyah, saah satu sekte Syiah adalah kelompok yang sangat dikenal kekejammannya,
yang sering melakuakan pembunuhan terhadap penguasa Bani Abbasyiah yang beraliran
Sunni.
Pada saat terakhir dari hayatnya Abbasyiah, Ytentara Tartar yang datangdari luar dibantu
dari dalam dab dibukakan jalannya oleh golongan Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamiy
e. Kemerosotan ekonomi terjadi karena banyaknya biaya yang digunakan untuk anggaran
tentara, banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk berfoya-foya,
kehidupan para khalifajh dan keluarganya serta pejabat-pejabat negara yang hidup
mewah, jenis pengeluaran yang makin beragam, seta pejabat yang korupsi, dan senakin
sempitnya wilayah kekuasaan khalifah kerana telah banyak provinsi yang telah
memisahkan diri.

2. Faktor Ekstern
Disintegrasi, akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan peradaban
dan kebudayaan islam daripada politik, provinsi provinsi tertentu di pinggiran mulai
melepaskan dari genggaman penguasa Bani Abbasyiah. Mereka bukan sekedar
memisahkan diri dari kekuasaaan khalifah, tetapi memberontakan dan berusaha merebut
kekuasaan di Baghdad. Hal iini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbankan
umat, yang berrati juga menghancurka n Sumber Daya Manusia (SDM). Yang paling
membahayakan adalah pemerintah adalah pemerintahan tandingan Fatimiah di Mesir
walaupun pemerintah lainnya pun cuku menjadiperhitungan para khalifah di Baghdad.
Pada akhirnya, pemerintah-pemerintah tandingan iini dapat ditaklukkan atas bantuan Bani
Saljuk atau Buyah

Anda mungkin juga menyukai