1.1 LATAR BELAKANG Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan yang proporsi penderitanya setiap tahun semakin meningkat. DBD adalah penyakit yang sering muncul di negara tropis, termasuk Indonesia. Hampir seluruh wilayah Indonesia beresiko terjangkit DBD dikarenakan adanya peningkatan mobilitas dan kepadatan penduduk (Depkes, 2005). Kepadatan dan mobilitas penduduk ikut berperan, daerah yang mempunyai penduduk yang padat dengan mobilitas lebih tinggi lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan daerah yang jarang penduduknya. WHO melaporkan angka kejadian pada beberapa negara, termasuk Indonesia, dalam jangka waktu tiga sampai lima tahun terakhir telah menjadi hiperendemi. Faktor yang menyebabkan kemunculan kembali epidemi dengue adalah pertumbuhan populasi manusia, urbanisasi yang tidak terkendali, pengelolaan sampah kurang baik, penyediaan air bersih yang tidak memadai, vektor nyamuk yang meningkat, pengendalian nyamuk yang kurang efektif, dan infrastruktur kesehatan masyarakat yang memburuk (Zulkarnaini, dkk, 2009). Pengelolaan sanitasi lingkungan dapat diterapkan di masyarakat untuk menekan sumber habitat larva Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus dengan cara; perbaikan penyediaan air, melakukan pengelolaan sampai yang baik dan benar, dan memperbaiki desain rumah. Upaya mencegah penyakit DBD memerlukan kerjasama dengan masyarakat untuk membasmi jantik/nyamuk penularnya. Upaya ini dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Gerakan PSN dengan menguras, menutup, mengubur (3M) dan penyuluhan kepada masyarakat melalui media dan adanya anjuran dari petugas kesehatan, kader kesehatan, tokoh masyarakat sehingga gerakan 3M dapat menjadi kegiatan yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen Sub dinas Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) menunjukkan dalam kurun waktu 2009-2011, jumlah kasus DBD cenderung meningkat. Tahun 2009 di kabupaten Sragen terdapat 465 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), tahun 2010 ada 635 kasus dengan jumpal penderita meninggal 1 orang, dan tahun 2011 ditemukan 200 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Karang Malang adalah wilayah dengan angka kasus DBD tertinggi.dari 10 Desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Karang Malang, 9 Desa diantaranya adalah daerah endemis DBD.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah hubungan pemberantasan sarang nyamuk dengan angka kejadian DBD di Desa Krikilan Kecamatan Masaran.
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pemberantasan sarang nyamuk dengan angka kejadian DBD di Desa Krikilan
1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui hubungan pemberantasan sarang nyamuk dengan angka kejadian DBD berdasarkan frekuensi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dan jumlah penderita DBD
1.4 MANFAAT PENELITIAN a. Bagi Peneliti Sendiri Memberi pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian Mengetahui hubungan penmberantasan sarang nyamuk dengan angka kejadian DBD b. Bagi Dunia Medis Memberikan informasi hubungan penmberantasan sarang nyamuk dengan angka kejadian DBD sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi dunia medis c. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi terhadap hubungan pemberantasan sarang nyamu dengan angka kejadian DBD bagi petugas P2P untuk dilakukan tindak lanjut d. Bagi Peneliti Lain Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.