Anda di halaman 1dari 158

HIBAH PENULISAN BUKU AJAR

DASAR DASAR ILMU TANAH


(141G2103)

Oleh:
PROF. DR. IR. MUSLIMIN MUSTAFA, M.Sc. (NIDN: 001714302) ASMITA AHMAD, ST.MSi. (
NIDN: 0016127304)
MUH. ANSAR, SP.MSi. (NIDN:0003057302)
IR. MASYHUR SYAFIUDDIN (NIDN: 0031125911)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HA


SANUDDIN MAKASSAR
2012
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

Judul
Nama Lengkap
Pangkat/Golongan

: Dasar Dasar Ilmu Tanah


: Prof. Dr Ir Muslimin Mustafa, M.Sc. NIP
: 194311171966101001
: Pembina Utama Madya / IV d

Jurusan

Makassar,

: Ilmu Tanah

19 November 2012

Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Tanah

(DR Ir Burhanuddin Rasyid, MSc.)


P. 196312291990021001

Penanggungjawab Penulisan,

(Prof. Dr Ir Muslimin Mustafa, M. Sc) NI


NIP. 194311171966101001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. DR Yunus Musa, MSc.) NIP. 195412201983031001

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

KATA PENGANTAR

Buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini disusun sebagai bahan untuk
memahami pengetahuan dasar tentang tanah secara umum, yang meliputi; tanah seb
agai bagian dari litosfer, pembentukan tanah dan prosesnya serta faktor-faktor y
ang mempengaruhi pembentukan tanah tersebut.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah merupakan
mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, karena men
jelaskan dan membahas tentang tanah sebagai media pertumbuhan tanaman. Dalam pro
ses pembentukan tanah, buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini memberikan pen
jelasan tentang peran faktor fisik, biologi, kimia dalam pembentukan tanah seper
ti perubahan iklim, temperatur, curah hujan serta mikroba dalam tanah. Pembahasa
n-pembahasan pokok serta kaitan antara setiap faktor pembentukan tanah tersebut

akan memberikan pengertian tentang tanah sebagai media tumbuh tanaman.


Berdasarkan pokok bahasan yang disampaikan maka diharapkan agar mahasiswa pertan
ian yang memahami proses pembentukan tanah tersebut dapat memiliki pemahaman ten
tang tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.
Materi bahasan dalam buku ajar ini akan merupakan dasar pemahaman untuk beberapa
mata kuliah lanjutan yang berhubungan dengan tanah sebagai media tumbu
h tanaman, seperti agrohidrologi, fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah dan k
onservasi tanah dan air.
Pokok-pokok bahasan dalam buku ajar ini sebagian besar bersumber dari bahan-baha
n perkuliahan selama ini yang disempurnakan sesuai dengan literatur yang
terkait. Buku ajar ini merupakan hasil revisi dari buku ajar yang t
elah diterbitkan pada tahun 2009. Revisi ini dilakukan guna meningkatkan kualita
s buku ajar serta menambah khazanah membelajaran bagi mahasiswa.
Para penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan, serta keter
batasan pokok bahasan yang diuraikan dalam buku ajar ini.
Koreksi da
n

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

komentar serta usulan perbaikan buku ajar ini sangat kami harapkan.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Makassar, 19 November 2012


Tim Penyusun

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

RINGKASAN

Tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun udara sehingga tanaman d
apat hidup dan tumbuh. Berdasarkan fakta tersebut, maka tanah didefenisikan se
bagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik yang mendukun
g pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri dari partikel-partikel ba
tuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.
Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan gas yang selalu mengalami d
inamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi pedologi, tanah adalah sua
tu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuha
n tanaman. Tanah yang dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman di
sebut edaphologi.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi menghasilkan
lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik sifat fis
ik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebu
t dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri ata
s horison-horison disebut profil tanah. Cepat atau lambatnya pembentukan horis
on- horison tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan i
nduk, iklim, biota, topografi dan waktu.
Fraksi anorganik tanah terdiri dari fragmen batuan dan mineral dengan berbagai
ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, dikenal fraksi utama yaitu : ke
rikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,002 mm) dan liat (<0,002 mm). Fr
aksi ini secara umum tersusun oleh mineral silikat sekunder (mineral liat tipe 1

:1,
2:1 dan 2:2), mineral besi oksida dan aluminium oksida, serta mineral primer yan
g resisten (kuarsa dan mika).
Perbedaan ukuran fraksi tanah dan kandungan bahan mineral serta bahan organik ta
nah menyebabkan setiap tanah di dunia memiliki perbedaan sifat baik secara fisi
k, kimia dan biologi. Cirri-ciri fisik yang yang sangat penting dalam
pengamatan dan penelitian tanah adalah warna, tekstur dan struktur. Ket
iga hal

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

tersebut dapat menceritakan proses-proses yang mempengaruhi kondisi tanah pada s


aat terbentuk.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bag
i pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara k
e akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara da
pat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga memba
tasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehing
ga dapat mengakibatkan tanaman mati. Setiap tanah mempunyai kadar air tanah keri
ng udara, kadar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum yang berb
eda-beda. Kadar air di dalam tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah,
kandungan bahan organik, kedalaman solum, iklim, tumbuhan, senyawa kimiawi garam
- garaman, pupuk dan bahan amelioran.
Kandungan bahan mineral dan bahan organik tanah yang berukuran sangat halus (kol
oid tanah) sangat mempengaruhi sifat kimia tanah, utamanya pH, kapasitas tukar k
ation (KTK) dan kejenuhan basa, Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang
dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang
bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double la
yer).
Semua zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapuk, senyawa
sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik yang terdapat
di tanah. Binatang-binatang, demikian juga akar-akar tanaman yang hidup dalam ta
nah tidak dimasukkan dalam definisi ini. Pada pihak lain, bakteri-bakteri, cend
awan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organik karena alasa
n sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya dari bahan orga
nik lainnya dalam tanah. Bahan organik sangat penting peranannya di dalam tanah
karena ikut serta menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Perombakan bahan organik menjadi humus dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorgan
isme tersebut menyerap nitrogen bebas dari tanah dan udara, yang
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

kemudian menghubungkannya dengan elemen lain dalam bentuk yang tersedia bagi tan
aman. Mikroorganisme tanah dibedakan menjadi flora dan fauna baik makro maupun m
ikro, seperti; cacing tanah, protozoa, bakteri, fungi, aktinomisetes, alga dan l
ain sebagainya.
Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang dapat
diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam sistem
kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi, seperti erosi dan

panen.
Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan pemupukan dan am
eliorasi. Pemupukan dan ameliorasi dapat dilakukan dengan pemilihan jeni
s pupuk yang tepat (contohnya pupuk organik atau pupuk anorganik) dan bahan amel
ioran (contohnya; kapur).
Pengklasifikasian jenis tanah dimaksudkan untuk memudahkan dalam membedakan jeni
s-jenis tanah yang terdapat di dunia. Klasifikasi tanah yang umum digunakan ada
lah klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, klasifikasi FAO/UNESCO dan U
SDA yang dikenal dengan nama Soil Taksonomi.
Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan kualitasnya s
erta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan hidup manusi
a dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil eksploitasi tana
h dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola secara be
nar, tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar da
pat dimanfaatkan terus. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan air dikelola secara
benar, tepat dan efisien. Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk b
erbagai aspek kepentingan, untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap
bidang tanah perlu diatur peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan
kemampuan tingkat kesesuaian lahan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR RINGKASAN


DAFTAR ISI

MODUL 1 : KONSEPSI TANAH .......................................................


................1
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................1
A. Latar Belakang ..............................................................
...................1
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................1
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........2
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................3
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................12

B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................


...........12
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................13
Daftar Pustaka .................................................................
.......................13

MODUL 2 : PROSES PEMBENTUKAN TANAH ...........................................14


BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................14
A. Latar Belakang ..............................................................
...................14
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................14
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........15
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................16
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................28
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........28
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................29
Daftar Pustaka .................................................................
.......................29

MODUL 3 : MINERAL DALAM TANAH ..................................................


......30
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................30
A. Latar Belakang ..............................................................
...................30
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................31
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........31
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................32
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................38
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........38
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................39
Daftar Pustaka .................................................................
.....................39

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

MODUL 4 : SIFAT FISIK TANAH.....................................................


...............40
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................40

A. Latar Belakang ..............................................................


...................40
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................40
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........40
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................41
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................51
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........51
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................52
Daftar Pustaka .................................................................
.....................52

MODUL 5 : KONSEP AIR TANAH......................................................


.............53
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................53
A. Latar Belakang ..............................................................
...................53
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................53
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........53
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................54
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................65
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........65
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................66
Daftar Pustaka .................................................................
.......................66

MODUL 6 : SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH...............................................


......67
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................67
A. Latar Belakang ..............................................................
...................67
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................67
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........67
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................68
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................83
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........83
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................84

Daftar Pustaka .................................................................


.......................84

MODUL 7 : BAHAN ORGANIK TANAH ..................................................


......85
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................85
A. Latar Belakang ..............................................................
...................85
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................85
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........85
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................86
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................98
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........98
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................99
Daftar Pustaka .................................................................
.......................99

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

MODUL 8 : SIFAT BIOLOGI DASAR ..................................................


...........100
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................100
A. Latar Belakang ..............................................................
...................100
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................100
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........100
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................101
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................107
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........107
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................108
Daftar Pustaka .................................................................
.......................108

MODUL 9 : KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN..............................109


BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................109
A. Latar Belakang ..............................................................
...................109
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................

.................109
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........109
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................110
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................116
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........116
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................117
Daftar Pustaka .................................................................
.......................117

MODUL 10 : KLASIFIKASI TANAH ...................................................


............118
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................118
A. Latar Belakang ..............................................................
...................118
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................118
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........118
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................119
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................125
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........125
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................126
Daftar Pustaka .................................................................
.......................126

MODUL 11:
PENGELOLAAN TANAH UNTUK PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN ...............
....................................................127
BAB I. Pendahuluan ............................................................
............................127
A. Latar Belakang ..............................................................
...................127
B. Ruang Lingkup Isi ...........................................................
.................128
C. Sasaran Pembelajaran Modul ..................................................
.........128
BAB II. Pembahasan.............................................................
...........................129
A. Indikator Penilaian .........................................................
..................162
B. Contoh Tugas dan Latihan ....................................................
...........162
BAB III. Penutup ..............................................................
..............................163
Daftar Pustaka .................................................................
.......................163

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

10

LAMPIRAN . .....................................................................
...................................164
Garis Besar Pokok Pengajaran (GBRP) ............................................
................164

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

11

MODUL 1

KONSEPSI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anah adalah bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari bahan induk
(P) yang telah mengalami proses pelapukan akibat pengaruh iklim (C) terutama fak
tor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme
hidup (O) termasuk vegetasi, organisme (manusia) pada suatu topografi
(R) atau relief tertentu dalam jangka waktu (T) tertentu pula.
Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaa
n bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliput
i bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas dib
atasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh air yang
dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh
suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan.
Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2 tergantung pada keragaman horisonnya.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini akan membantu mahasiswa dalam memahami konsepsi tentang tanah termasu
k kepentingan tanah, tanah sebagai hasil pelapukan, tanah sebagai medium tumbuh
tanaman dan tanah sebagai sistem tiga fase.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


C.

Sasaran Pembelajaran Modul

Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami kepentingan ilmu
tanah dalam sistem produksi serta mampu menjelaskan tanah sebagai suatu
sistem, penyusunan tanah, dan tanah sebagai media tumbuh tanaman.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

BAB II. PEMBAHASAN

Tanah Sebagai Sumber Kehidupan


Setiap hari kita menginjak tanah, serta di sekitar kita tumbuh tanaman pepohonan
maupun rumput-rumputan. Berbagai pertanyaan muncul tentang tanah yang kita in
jak dan tempat pohon dan rumput tersebut tumbuh.
Kenapa tanaman dapa
t tumbuh di atas tanah dan dari mana asal tanah tersebut.
Masih ba
nyak keingintahuan kita tentang tanah yang perlu dijawab, mengingat keanekaragam
an dari tanah itu sendiri misalnya tanah di pegunungan, di lembah maupun di seki
tar pantai. Namun kalau mengacuh pada kenyataan bahwa tanaman dapat tumbuh di
atas tanah, maka tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun udara s
ehingga tanaman dapat hidup dan tumbuh. Berdasarkan fakta tersebut, maka tanah
didefenisikan sebagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan organ
ik yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri dari par
tikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.
Tanah dapat menumbuhkan tanaman sebagai makanan bagi mahluk hidup (hewan dan man
usia), yang menghasilkan kalori sebagai sumber energi maka tanah dinilai sangat
penting dan mendapatkan perhatian dari semua pihak baik secara individu maupun s
ecara kelompok. Kita semua berharap agar tanah selalu berkembang secara kuali
tatif dan tidak berkurang secara kuantitatif tanah menjadi perhatian khusus bagi
petani, masyarakat wilayah maupun secara nasional.
Pihak yang sangat berkepentingan terhadap tanah adalah petani, baik secara indiv
idu maupun secara kelompok. Karena standar atau tingkat penghidupannya tergant
ung pada produksi pertanian yang dikelolanya masa depan para petani sangat diten
tukan oleh cara petani mengelola tanahnya, mereka membutuhkan informasi- informa
si yang mendukung usaha peningkatan produksi pertaniannya. Tanah yang baik memb
erikan perspektif kehidupan yang sehat dan tanaman yang baik.
Perlu pula diingatkan bahwa produktif pertanian yang baik dari hasil upaya
pengolahan yang baik bukan hanya dinikmati oleh petani, tetapi juga masyarakat,

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

dan pemerintah membutuhkan makanan dan pakaian yang untuk hidup sehat oleh produ
ksi pertanian yang cukup dan baik. Pemahaman terhadap peran tanah sebagai fakto
r produksi kebutuhan makan bagi mahluk hidup sangat diperlukan.
Pengertian Tanah

Tanah mengandung pengertian yang berbeda-beda bagi tiap kepentingan. Seorang pe


mbuat patung menganggap tanah sebagai bahan utama dalam pembuatan patung- patung
nya.
Lain halnya dengan seorang ahli tambang yang menganggap tanah sebagai se
suatu yang menghalangi kerj mereka oleh karena menutupi batuan atau mineral yang
harus mereka gali. Demikian pula halnya dengan seorang ahli jalan yang mengang
gap tanah sebagai bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang ba
tu-batu di permukaannya agar menjadi kuat.
Ibu-ibu rumah tangga menga
nggap tanah sebagai biang penyebab kotornya sepatu, lantai, karpet.
Istilah tanah memang mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai
dengan peruntukkannya. Dalam bidang pertanian, tanah diartikan lebih khusus yai
tu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan b
atuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hew
an) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu, di dalam tanah terdapat
pula udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh t
anah sehingga tidak meresap ke tempat lain.
Dalam pengertian ini ada dua variabel yang membedakan pengertian tanah di bidang
pertanian dengan bidang lainnya, yaitu kedalaman tanah dan ukuran partikelnya.
Kedalaman tanah dalam pengertian pertanian dibatasi pada bagian atas kulit bumi
yang telah mengalami pelapukan atau adanya aktivitas biologi. Jika bagian yang
telah mengalami pelapukan adalah dangkal, maka bagian tersebutlah dipakai sebag
ai batas kedalaman tanah. Sebaliknya, jika bagian yang telah mengalami pelapuk
an sangat dalam (4-6 m), maka tidak semua bahan lapuk tersebut disebut tanah, me
lainkan sampai kedalaman tempat terdapat aktivitas biologi. Pada
umumnya, pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

sekitar 2,0 m. Kedalaman ini jauh berbeda dengan kedalaman tanah di bidang ket
eknikan yang dapat mencapai puluhan meter.
Berkaitan dengan ukuran partikelnya, para pakar pertanian membatasi tanah
pada partikel berukuran (0,02 2 mm), dibandingkan dengan pakar ketekn
ikan yang juga tertarik pada ukuran yang lebih besar dari 2 mm seperti kerikil b
ahkan batu, atau pakar bidang keramik yang hanya tertarik pada partikel yang ber
ukuran 2 m.
Jika kita membuat irisan tegak tanah dengan cara membuat lubang (1,0 x
1,5 m dengan kedalaman sekitar 2,0 m) dan selanjutnya diamati pada penampang teg
aknya, akan terlihat laisan-lapisan dengan arah sejajar permukaan kulit bumi yan
g relatif mudah dibedakan satu sama lainnya. Lapisan-lapisan ini dalam ilmu ta
nah disebut horizon. Horizon tanah yang berada diatas bahan induk disebut solum.
Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tingg
i dibandingkan lapisan tanah dibawahnya. Karena akumulasi bahan organic inilah
maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan tanah yang su
bur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbu
han tanaman. Lapisan tanah ini disebut lapisan tanah atas (top soil) atau diseb
ut pula sebagai lapisan olah, dan mempunyai kedalaman sekitar 20 cm.
Lapisan
tanah dibawahnya, yang disebut lapisan tanah-bawah (subsoil) berwarna le
bih terang dan bersifat relatif kurang subur. Hal ini bukan berarti bahwa lapis

an tanah bawah tidak penting perannya bagi produktivitas tanah, karena walaupun
mungkin akar tanaman tidak dapat mencapai lapisan tanah-bawah, permeabilitas dan
sifat-sifat kimia lapisan tanah bawah akan sangat berpengaruh
terhadap lapisan tanah atas dalam peranannya sebagai media tumbuh tanaman.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Asal Mula Tanah


Pertanyaan yang logis adalah tanah itu terbentuk dari apa (faktor-faktor) apa da
n bagaimana prosesnya. Beberapa faktor alamiah menunjukkan bahwa tanah merupak
an bagian dari kulit bumi yang mengalami proses pelapukan biofisik-kimia dalam w
aktu yang sangat panjang. Proses-proses biofisik-kimia yang beragam dari setiap
lokasi, menampakkan kondisi lingkungan tanah yang beraneka ragam seperti keadaan
geomorfologi wilayah serta kondisi geologi dari bagian litosfer yang berada di
atas permukaan air.
Perbedaan posisi bumi terhadap matahari secara langsung berpengaruh terhadap sif
at-sifat bagian litosfer yang terangkat di permukaan air seperti diketahui bahwa
berdasarkan letak bumi terhadap matahari, maka bumi di bagi dalam zona iklim y
aitu : tropis, sub tropis, dingin dan kutub.
Ke-4 zona tersebut aka
n mengalami proses pelapukan yang berbeda karena berada pada ruang dengan batasbatas kondisi wilayah yang spesifik.
Penjelasan tentang asal mula tanah ini perlu difahami, karena walaupun
tanah bagian dari litosfer dari bumi, namun proses dan dinamika terbentuknya han
ya berlangsung pada bagian litosfer yang mendapat pengaruh luar seperti penyinar
an, udara, maupun air, suatu kondisi yang memungkinkan kelanjutan kehidupan berl
angsung.

Tanah, Media Tumbuh Tanaman


Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya. Uns
ur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman. Udara dalam hal
ini CO2 ,dan air dengan bantuan cahaya menghasilkan karbohidrat yang merupakan
sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Disamping faktor-faktor tersebut, tan
aman juga memerlukan tunjangan mekanik sebagai tempat bertumpu dan tegaknya ta
naman.
Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman
tersebut tanah berfungsi sebagai :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Tunjangan mekanik sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh


Penyedia unsur hara dan air
Lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisik
nya
Akhir-akhir ini banyak digunakan sistem budidaya tanaman secara hidroponik. Da
lam sistem ini sebagai media pertumbuhannya, tanaman tidak memerlukan tanah, tet
api berupa larutan unsur hara, dan agar tanaman berdiri tegak dibantu dengan pen
opang. Tetapi cara ini sangat mahal dan memerlukan pengetahuan atau hal-hal ya
ng rumit.
Pedologi vs Edapholgi
Pengertian tanah jika dipandang dari sisi pedologi adalah suatu benda alam yang
dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Walapun
demikian, penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat bermanfaat pula da
lam bidang pertanian maupun non pertanian seperti pembuatan bangunan.
Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman disebut ed
aphologi. Dalam hal ini dipelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman seperti pemupukan, pengapuran dan lai
n-lain.

Tanah, Sistem 3 Fase


Sebagai benda alam, tanah merupakan sistem tiga fase yang selalu berada dalam ke
seimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut adalah fase padat, fase cair dan fase
gas, merupakan sistem yang selalu berubah tetapi selalu berada dalam kea
daan
seimbang. Pada keadaan kering, misalnya rongga yang ditempati udara tana lebih

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

banyak dibandingkan rongga yang ditempati cairan. Jika tanah tersebut basah bai
k terjadi akibat pengairan atau hujan, maka rongga yang berisi udara berkurang d
an rongga yang berisi cairan bertambah. Jika tanah digemburka, misalnya dengan p
engolahan tanah, maka bagian relatif yang terisi oleh udara bertambah, dan bagia
n relatif padatan berkurang. Sebaliknya, jika tanah dipadatkan, bagian relatif
padatan bertambah, dan bagian relatif udara berkurang.
Susunan Tubuh Tanah
Tanah tersusun dari 4 bahan utama yaitu : bahan mineral, bahan organik, air dan

udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda unt


uk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yan
g baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umum
nya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30 % udara, 2030% air.
Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batubatuan yang dilapuk.
Bahan mineral di dalam taah terdapat dalam berbagai ukuran yaitu :

batu.
Pasir (2mm 50 ) Debu (50 2 ) Liat
< 2
Bahan mineral yang lebih besar dari 2 mm terdiri dari kerikil, kerakal atau

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, han
ya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sek
ali. Adapun pengaruh bahan organic terhadap sifat-sifat tanah dan akibat
nya juga
terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah Sumber unsur hara N, P, S,
unsur mikro dan lain-lain Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK tanah menjadi tingg
i)
Sumber energi bagi mikroorganisme

Air dan Udara.


Air terdapat di dalam tanah karena ditahan oleh massa tanah, tertahan oleh lapis
an kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Udara dan air meng
isis pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50% dari
volume tanah, sedangkan jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah.
Kelebihan dan kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Adapun keguna
an air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
1.
Sebagai unsur hara tanaman. Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dar
i udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis
2.
Sebagai pelarut unsur hara. Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air dis
erap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut
3.
Sebagai bagian dari sel-sel tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasm
a
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi
, dan gravitasi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Fungsi Lahan/Tanah
Seringkali orang-orang mendeskripsikan tanah (soil) dan lahan (land) sebagai du
a hal yang sama jika akan dibuat definisinya. Namun, pada dasarnya kedua kata
tersebut sangatlah berbeda.
Jika membicarakan tentang tanah, mak
a akan membahas bahan penyusun tanah, sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan b
iologi. Pembahasan tentang tanah akan mengarahkan kita pada pengertian suatu bag
ian permukaan bumi yang sifatnya beragam dari satu tempat ke tempat lain. Lain
halnya dengan pengertian lahan yang sifatnya lebih luas karena menyang
kut berbagai faktor termasuk tanah. Jika membicarakan tentang lahan akan lebih
mengarahkan kita pada sesuatu yang menyangkut tempat (place) yang berarti akan
membicarakan tentang iklim, vegetasi, organisme termasuk manusia serta aspek
manajemen yang diterapkan.
Selanjutnya tanah dapat diartikan sebagai tubuh alami yang terdiri atas bahan mi
neral, bahan organik, udara dan air yang terbentuk dari pelapukan bahan induk ya
ng dipengaruhi aktivitas organisme hidup pada topografi dan iklim tertentu dalam
kurun waktu yang cukup lama. Bagaimana halnya dengan fungsi tanah atau lahan?
Berikut penjelasan mengenai fungsi tanah.
Tanah berperan sebagai tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berjangkar pada tana
h sehingga dapat berdiri dan tumbuh dengan baik. Tanah mampu menyediakan air d
an berbagai unsur hara baik makro maupun mikro. Disamping itu, tanah juga mamp
u menyediakan oksigen (O2) bagi pertumbuhan tanaman yang dikenal melalui sistem
aerasi tanah. Tanah menopang berdirinya tanaman. Akar tanaman perlu berkemba
ng baik dalam tanah agar dapat menjamin berdirinya tanaman. Kalau drainase tana
h terhambat, akar hanya berkembang pada lapisan atas yang aerasinya baik. Denga
n perakaran yang dangkal, tanaman akan mudah rebah.
Tanah juga berperan sebagai tempat hidup organisme hidup termasuk mikroorganisme

dan makroorganisme tanah.


Selain itu, juga berperan sebagai
tempat hidup berbagai vegetasi yang hidup diatasnya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

10

Tanah berfungsi sebagai tempat wisata atau rekreasi. Jika kita membahas peran
ini, maka akan menuntun kita berpikir tentang lahan karena akan menilai suatu te
mpat beserta segala yang ada di tempat tersebut, termasuk nilai artistik, keinda
han, mistik, budaya, manusia, alam, iklim dan hal-hal lainnya. Contoh : Danau
Toba denga Pulau Samosir dengan segala keindahan alam dan budaya yang ada di tem
pat tersebut telah menjadi petunjuk bagi kita bahwa lahan berfungsi lebih luas s
elain hanya sebagai tempat tumbuh tanaman semata.
Tanah dapat menjadi penyangga atau buffer system, sehingga jika terdapat senyawa
-senyawa yang sifatnya meracun atau jumlahnya berlebihan, maka tanah berperan se
bagai penyaring racun atau menetralisir bahan atau senyawa tersebut. Atau dengan
kata lain tanah berperan dalam menanggulangi kasus polusi tanah dan tentunya ai
r yang menjadi bagian penyusun utama tanah selain udara.
Tanah juga dijadikan sebagai tempat didirikannya bangunan, jembatan, landasan pe
sawat dan lain-lainnya.
Olehnya itu, orang-orang pekerjaannya berkecimpung da
lam bidang teknik sipil, bangunan, sangat perlu untuk mengetahui sifat tanah dim
ana akan mendirikan bangunan. Ilmu yang mendalami tentang hal tersebut disebut
Mekanika Tanah.
Mengingat begitu banyaknya peran tanah atau lahan dalam kehidupan manusia dan or
ganisme lainnya, maka perlu diperhatikan perencanaan tata guna lahan dengan tepa
t.
Prinsip/konsep keseimbangan biotik harus menjadi pertimbangan dalam pengel
olaan lahan agar tujuan keberlanjutan (sustainable) lahan
tetap terjaga.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


A.

11

Indikator Penilaian

Penilaian dalam penugasan pada modul 1 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga

n dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap proses p
embentukan tanah beserta layout tiap proses dalam bentuk presentasi kelompok. Pe
nilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
1.

Jelaskan jenis-jenis bahan induk tanah

2.

Apa yang dimaksudkan dengan tanah adalah sistem 3 fase?

3.

Jelaskan perbedaan lahan dan tanah?

4.

Jelaskan fungsi lahan/tanah?

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

12

BAB III. PENUTUP


Pemahaman
mahasiswa akan asal mula tanah dan konsepsi tentang tanah sangat di
butuhkan untuk memahami fungsi tanah/lahan sebagia media tumbuh tanaman.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Bogor.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

13

MODUL 2

PROSES PEMBENTUKAN TANAH


BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
erubahan batuan induk menjadi bahan induk yang kemudian membentuk tanah, terjadi
melalui proses pelapukan secara fisik, kimiawi dan biologi. Tanah disebut sebag
ai media yang dinamik disebabkan karena proses
pelapukan fisik, kimiawi dan biologinya terus berlanjut tanpa pernah be
rhenti. Ketiga proses tersebut menjadi proses yang sangat penting dalam p
embentukan
tanah.
Cepat atau lambatnya ketiga proses tersebut bekerja membentuk sebuah sol
um tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor: jenis bahan induk, iklim, biota,
topografi (relief) dan waktu. Proses dan faktor pembentuk tanah merupakan sebua
h sistem yang terbuka, dimana dari sistem tersebut dapat terjadi pembentukan ata
u penambahan sebuah materi yang baru dan dapat juga menghilangkan sebuah materi.
Oleh sebab itu dari sistem ini dihasilkan tanah dengan karateristik yang berbed
a- beda sesuai dengan tempat terbentuknya.
Oleh karena mengingat pentingnya proses dan faktor tersebut, maka sangat penting
untuk memahami lebih lanjut mekanisme proses dan faktor tersebut.
B. Ruang Lingkup Isi
Modul ini akan membantu mahasiswa dalam memahami proses dalam pembentukan tanah
terutama yang ada di sekitarnya, dengan cara memahami faktor-faktor
pembentuk tanah yang mendorong terbentuknya tanah tersebut.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

14

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami proses-proses dalam
pembentukan tanah yang sangat menentukan sifat dan karakteristik serta jenis
tanah yang terbentuk.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

15

BAB II. PEMBAHASAN


Proses-Proses Pembentukan Tanah
Istilah proses pembentukan tanah adalah penjelasan tentang perubahan-perubahan b
iofisik dan kimia yang menjadikan pelapukan pada bagian litosfer yang tampak di
permukaan air. Secara nyata menunjukkan bahwa proses fisik secara alamiah dan l
angsung berpengaruh nyata terhadap pelapukan batuan melalui perubahan temperatur
, peningkatan dan penurunan temperatur yang berpengaruh terhadap pemuaian dan pe
nyusutan yang tidak seragam sehingga secara fisik terjadi retakan. Hasil retakan
tersebut memberikan ruang yang memungkinkan air masuk, hewan kecil masuk maka t
erjadilah proses kimia, seperti hidrolisa, terbetuknya garam serta matinya hewa
n-hewan kecil sebagai bahan organik.
Proses-proses penyinaran, hujan, hi
drolisis, kepunahan hewan berlangsung lamban tetapi pasti sehingga dalam periode
tertentu tanah akan terbentuk.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi menghasilkan
lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik sifat fisi
k, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut dikena
l dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas horiso
n-horison disebut profil tanah (Gambar 1). Adapun proses-proses tersebut antar
a lain :
a. Proses fisik
Proses pelapukan fisik (disintegration) dikenal juga dengan nama proses
mekanik, hal ini disebabkan oleh proses perubahannya meliputi perubahan wujud/fi
sik dari suatu materi atau benda. Faktor yang berpengaruh dalam proses
ini adalah: naik turunnya suhu (temperatur), air dan aktivitas biota.
Batuan merupakan benda padat yang tidak dapat menghantarkan panas, tetap
i batuan yang mengalami pemanasan secara kontinu akan menyimpan
panas dalam tubuhnya yang berakibat terjadinya reaksi pada mineral-mineral

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

horizon boundary

16

Gambar 1 Kenampakan profil tanah dengan horison- horisonnya, setiap horison memi
liki sifat fisik, kimia dan biologi yang berbeda. (bahan mineral dicirikan denga
n warna yang terang dan bahan organik dengan warna yang gelap) (Singer & Mu
nns,
1991).

penyusunnya. Mineral yang tersusun atas kristal-kristal akan merefleksikan panas


yang diterima melalui bidang kristalnya sehingga kelebihan panas yang d
iterima dapat membuat mineral terbelah ataupun pecah baik melalui bidang belah a
taupun tidak. Mineral-mineral yang terbelah ataupun pecah, memperlihatkan retaka
n pada tubuh batuan, yang sedikit-demi sedikit akan semakin besar sehingga batua
n pecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Perbedaan suhu yang ekstrim juga dapat
menyebabkan pelapukan fisik pada
batuan. Hal ini dapat terjadi pada daerah beriklim kering (Arid), dimana suhu

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

17

pada siang hari sangat tinggi dan pada malam hari sangat rendah. Hal ini mengaki
batkan batuan yang berwarna lebih gelap lebih cepat hancur dibanding batuan yang
berwarna terang. Batuan yang berwarna gelap akan menyerap lebih banyak panas pa
da siang hari dan lambat mengeluarkannya pada malam hari sehingga reaksi pada kr
istal mineralnya akan lebih intens terjadi sehingga batuan lebih mudah hancur.
Proses perubahan suhu udara dapat menimbulkan hujan. Air hujan yang jatuh ke per
mukaan bumi memiliki tenaga mekanik yang dapat mengikis permukaan batuan dan mem
percepat pelapukan fisik.
Proses pengisian celah retakan pada batuan oleh air dapat mempercepat penghancur
an batuan. Terlebih pada daerah yang beriklim dingin, dimana air yang mengisi ce
lah akan membeku yang mengakibatkan pertambahan volume, sehingga batuan menjadi
mudah dihancurkan.
Pengangkutan batuan dari suatu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat menyeba
bkan pelapukan secara fisik.
Akar-akar tanaman masuk ke dalam batuan melalui rekahan-rekahan yang kemudian be
rkembang mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk menghancurkan batuan tersebu
t
b.

Proses kimiawi

Hidratasi; proses penambahan molekul air dalam struktur mineral, tetapi molekul

air yang masuk ke dalam struktur mineral tidak terdisosiasi.


Contoh :
2Fe2O3 + 3H2O 2Fe2O3 . 3H2O Hematite merah
Hematit kuning CaSO4 + 2H2O C
aSO4 . 2H2O Anhidrit
Gipsum
Oksidasi dan reduksi; proses penambahan dan pengurangan oksigen yang berakibat
pada bertambah atau berkurangnya elektron (muatan negatif)
dalam penguraian dan pembentukan mineral.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

18

Contoh:
2FeS2 + 7H2O + 15O 2Fe(OH)3 + 4H2SO4
Pirit

Geotit

Karbonatasi dan Asidifikasi; adalah proses pelapukan kimia akibat reaksi mineral
dengan Asam. Asam ini dihasilkan dari reaksi CO2 yang dihasilkan dari dekomposi
si bahan organik dan air hujan dengan air tanah. Meskipun H2CO3 yang dihasilkan
dari dari bahan organik merupakan asam lemah (mudah terurai menjadi gas CO2 dan
H2O), tetapi sangat efektif meningkatkan kerapuhan kristal mineral.
Contoh:
2KAlSi3O8 + 2H2CO3- H4Al2Si2O8 + K2CO3 + 4SiO2
Orthoklas
Asam karbonat
Kaolin
Kuarsa Hidrolisis
; adalah proses pergantian kation dalam struktur kristal mineral oleh ion H+ dar
i molekul H2O.
Contoh :
KAlSi3O8 + H2O HAlSi3O8 + KOH
Orthoklas

Kaolin

Kalium hidroksida

Pelarutan; adalah proses pelapukan kimia oleh media Air, terutama air yang menga
ndung ion-ion seperti: CO2, HCO3-, NO3-, dan asam-asam lainnya. Air, selain me
njadi media dalam meningkatkan pelarutan mineral juga sebagai media dalam
melarutkan (leaching) hasil penguraian senyawa dari mineral dan bahan organik. P
roses podsolisasi (horizon A yang berwarna pucat), dan desilikasi (pengurangan s
ilika dari horison) terjadi akibat intensnya proses pencucian. Sedangkan akibat
sebaliknya dari proses pencucian terjadi penumpukan hasil pencucian pada h
orison yang lebih
dalam berupa proses salinisasi dan alkalinisasi (penumpukan garamgaraman) serta proses ferrolisis (penimbunan besi dan aluminium yang
membentuk mineral sesquioksida).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


c.

19

Proses Biologi

Faktor utama dalam proses biologi adalah aktivitas dekomposisi bahan organik ole
h mikroba di dalam tanah yang mengubah N-organik menjadi N-anorganik sebagai bah
an penyusun tubuh mikroba. Proses ini akan menghasilkan asam organik yang memper
cepat proses pelapukan kimia mineral. Selain itu untuk melindungi akar tanaman d
ari bakteri yang merugikan maka akar tanaman juga menghasilkan asam-asam organik
yang dapat mempercepat pelapukan kimia dan fisik pada batuan.
Horisonisasi
Pembentukan horison tanah dihasilkan dari kehilangan, transformasi, dan translok
asi sepanjang waktu tertentu pada bahan induk. Contoh sejumlah proses penting y
ang menghasilkan horison tanah antara lain :
1.

penambahan bahan organik dari tanaman terutama pada topsoil

2. transformasi yang diwakili oleh pelapukan batuan dan mineral dan de


komposisi bahan organik
3. hilangnya/larutnya komponen dapat larut oleh pergerakan air melalui tanah y
ang membawa serta garam-garam dapat larut
4. translokasi yang diwakili oleh pergerakan mineral dan bahan organik dari to
psoil ke subsoil

Pembentukan Horison A dan C


Pengaruh dekomposisi bahan organik
Humifikasi : membentuk
humus pada topsoil yang turut mempengaruhi warna dari topsoil yang lebih gelap
dibanding lapisan dibawahnya. Topsoil ini kemudian dikenal dengan HORISON A.
Terkadang horison A disebut Ap, huruf p menunjukkan pembajakan, atau pengguna
an tanah untuk diolah, budidaya atau sebagai lahan
pertanian.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

20

Horison yang tepat berada langsung diatas bagian bahan induk yang telah mengal
ami perubahan disebut sebagai HORISON C
Pembentukan horison E (Eluviasi) atau horison pencucian yang lebih banyak terjad
i pada tanah-tanah hutan dibadingkan di daerah padang rumput. Warna horison E b
iasanya lebih terang (putih)
Pembentukan HORISON O pada tanah-tanah organik yang pada umumnya terbentuk didae
rah yang sering tergenang air seperti danau dengan air dangkal, rawa-rawa yang m
emungkinkan terakumulasinya gambut (bahan organik) akibat kurangnya oksigen yang
membantu proses dekomposisi. Tanah yang terbentuk kemudian dikenal sebagai tana
h organik yang mempunyai horison O.

Faktor-Faktor Pembentuk Tanah


Bahan induk (parent material)
Tanah-tanah yang terbentuk berdasarkan proses pelapukan batuan dikenal sebagai t
anah mineral yaitu tanah-tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang berkaitan d
engan sifat-sifat tanah dilihat dari berbagai faktor.
Bahan induk mempunyai pengaruh besar terhadap kesuburan dan kandungan mineral t
anah. Tingkat kekerasan bahan induk dapat dijadikan prediksi dalam
menilai laju pembentukan tanah.

Semakin mudah untuk dilapukkan


Batuan Metamorf
Batuan sedimen dan
Batuanpiroklastik

Batuan Beku

Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan metamorf berjal
an sangat lambat. Hal ini disebabkan batuan metamorf memiliki tekstur dan strukt
ur batuan yang sangat kompak (masif) serta mineral yang sangat resisten.
Batuan metamorf terbentuk dari hasil rekrsitalisasi ulang dari mineral yang terd
apat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

21

dalam batuan beku dan sedimen, sehingga menghasilkan mineral yang memiliki krist
al yang kompak karena terbentuk dari temperatur dan tekanan yang tinggi.
Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan beku bervariasi
kecepatannya. Hal ini diepngaruhi oleh jenis magma asal pembentukan, ukuran kri
stal mineral dan kandungan mineral. Jenis magma asal akan memberikan perbedaan:
kandungan kadar silika, kandungan mineral, warna batuan dan sifat batuan. Ukuran
kristal akan memberikan perbedaan temperatur pembentukan dan perbedaan tekstur
batuan. kandungan mineral dipengaruhi oleh temperatur pendinginan magma dan kand
ungan silika magma.
Laju pembentukan tanah dari pelapukan langsung bedrock cukup bervariasi. Batupas
ir (sandstone) yang sementasinya lemah, pada lingkungan humid (basah) dapat memb
entuk rata-rata 1 cm tanah per 10 tahun. Batuan kapur yang mudah larut meningga
lkan residu berupa bahan yang sulit larut yang diperkirakan mencapai
100,000 tahun untuk membentuk lapisan tanah pada daerah dengan batuan induk kapu
r di daerah humid.
Bahan induk yang diturunkan dari sedimen dibawa oleh air, angin, atau gravi
tasi. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuat
an utama yang menyebabkan pergerakan dan sedimentasi. Sedimen alluvial umumnya d
itemui pada daerah yang lebih landai, oleh karena penyebarannya oleh banjir dan
aliran sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentu
k di lembah dimana alluvial adalah bahan induk yang dominan.

Sedimen abu volkan sebagai bahan induk juga dapat ditemui. Bahan induk ini bers
ifat amorf mengandung alofan, oksida besi dan Aluminium. Alofan mempunyai pH tin
ggi.
Disamping batuan induk sebagai bahan induk pembentukan tanah, dikenal juga adany
a bahan induk organik, yaitu bahan induk yang terdiri dari pelapukan sisa tanama
n, hewan dan sisa lainnya yang melapuk pada kondisi anaerob karena kondisi
geomorfologi yang terbentuk secara alamiah. Terdapat perbedaan nyata dari profi
l

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

22

tanah-tanah mineral dan tanah organik. Pada tanah mineral terdapat perbedaan p
erbedaan batas horizon nyata sebagai hasil pelapukan, serta proses pelapukan dan
pencucian. Pada profil tanah organik, perbedaan horizon ditampakkan oleh tingk
at pelapukan bahan organik yang belum melapuk, sedang melapuk atau suda
h melapuk, tidak jelas hubungan antar horizon dalam suatu profil pada tanah-tana
h organik, karena proses pelapukan tidak berada pada perbedaan lingkungan yang n
yata. Misalnya kondisi jenuh/ lembab yang terjadi pada lapisan bawah, juga dapa
t terjadi pada lapisan permukaan. Berdasarkan kondisi geomorfologi yang terbent
uk secara alamiah menunjukkan bahan penyebaran tanah-tanah organik di Indonesia
cukup luas meliputi Sumatera, Kalimantan, Papua dan sebagian kecil di Sulawesi b
agian tengah.

Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Pada area yang permanen ke
ring dan atau membeku (frozen) (pengaruh es), tanah sulit terbentuk. Dua kompo
nen iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan dan temperatur.
Pengaruh hujan
Air penting untuk pelapukan mineral dan pertumbuhan tanaman. Air yang melebihi
kapasitas lapang akan berperan dalam membawa/translokasi partikel koloid dan gar
am-garam terlarut. Suplai air yang terbatas pada daerah gurun akan membentuk ta
nah alkalin, relatif sulit terlapuk, mempunyai kandungan liat, bahan organik dan
KTK yang rendah.
Secara umum tanah-tanah di daerah arid dan subhumi
d cenderung lebih subur kecuali jika terbatas mikroba untuk mineralisasi
bahan organik dan untuk mensuplai N tersedia. Jika air tersedia hanya cukup un
tuk pencucian yang terbatas, maka CaCO3 terbawa sampai pada jarak yang pendek sa
ja
sehingga terbentuk zone akumulasi CaCO3.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

23

Peningkatan curah hujan berkorelasi positif dengan lebih besarnya/tingginya :


1. Pencucian kapur dan kedalaman lapisan k (akumulasi kapur) makin men
ingkat
2. Perkembangan/meningkatnya kemasaman tanah
3.

pencucian dan kandungan liat

4.

pertumbuhan tanaman dan bahan organik

Pengaruh Temperatur
Setiap kenaikan temperatur 10oC akan mengakibatkan meningkatnya laju reaksi kimia
wi menjadi 2X lipat. Meningkatnya pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring
dengan meningkatnya temperatur.
Hubungan antara rata-rata temperatur dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bah
an organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah jumlah antara ha
sil penambahan bahan organik+laju mineralisasi bahan organik+kapasitas tanah mel
indungi bahan organik dari mineralisasi (liat amorf)

Biota
Tanaman mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui produksi bahan organik, si
klus hara dan pergerakan air melalui siklus air. Mikroorganisme memainkan peran
penting dalam mineralisasi bahan organik dan pembentukan humus. Fauna tanah a
dalah konsumer dan dekomposer bahan organik terutama pergerakan cacing tanah, ra
yap dll.
Pengaruh organisme yang penting terhadap proses pembentukan tanah disebabkan ole
h vegetasi alami baik pohon maupun padang rumput.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

24

Pengaruh vegetasi terhadap pencucian dan eluviasi


Perbedaan spesies tanaman mempengaruhi perkembangan tanah. Spesies yang menjerap
sejumlah basa-basa seperti kation Ca, Mg, K, dan Na akan memperlambat terjadiny
a kemasaman tanah oleh karena tanaman mendaur ulang kation-kation ini lebih bany
ak ke permukaan tanah melalui penambahan bahan organik. Data pada tabel berikut

dapat membantu menjelaskan hal tersebut.

Tipe hutan

Horison

Cemara, berdaun jarum


Bs2

pH
O E Bs1

C
3,45
4,60
4,75
4,95
5,05
Berkayu keras, berdaun lebar
O A
Bw1
Bw2
C
5,56
5,05
5,14
5,24
5,32

Peranan Binatang/Fauna dalam pembentukan tanah


Peran binatang dalam proses pembentukan tanah cukup besar seperti halnya peran c
acing tanah, rayap (termites) yang mampu membangun rumah dari partikel tanah yan
g dibawa dari lapisan bawah tanah dan kemudian membentuk morfologi tertentu
di permukaan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

25

Peran manusia terhadap pembentukan tanah


Manusia berperan dalam pembentukan tanah melalui aktivitasnya seperti pemanfaata
n lahan untuk kegiatan pertanian yang membajak, membalikkan tanah, pemupukan, me
nyumbang bahan organik dan aktivitas pertanian lainnya yang mempengaruhi terbent
uknya tanah. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya lapisan permukaan yang terb
entuk akibat aktivitas manusia yang dikenal sebagai epipedon antropik dan plagge
n.
Topografi (Relief)
Topografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Pe
rbedaan topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Tanah pada dae
rah lereng, infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runoff, sedangkan
pada daerah datar atau rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih
banyak untuk proses pembentukan tanah.
Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan panjang lereng berpengaruh pada proses pembentukan tanah. Semakin
curam lereng makin besar runoff dan erosi tanah. Hal mengakibatkan terhambatn
ya pembentukan tanah oleh karena pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bah
an organik juga lebih kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pemb
entukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain
tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh dibawah permuk
aan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul d
i permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Ta
nah yang berdrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna
gelap olehkarena tingginya bahan organik, tapi horison bawah permukaanny
a

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

26

cenderung kelabu (grey).


Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A y
ang warnanya lebih terang, dan horison bawahnya seragam lebih gelap.
Waktu
Berkaitan dengan waktu pembentukan tanah, maka dikenal tanah muda, tana
h dewasa dan tanah tua. Seiring dengan waktu, pembentukan lapisan tanah akan men
unjukkan umur tanah tersebut. Proses pembentukan tanah jauh lebih singkat diband
ing proses pembentukan batuan (Gambar 2). Tanah yang muda ditunjukkan dengan mas
ih tipisnya lapisan tanah dan terkadang tersusun atas 2 horison atau 1 horison l
angsung diatas batuan. Tanah tua ditunjukkan dengan solum yang dalam, horison
biasanya lengkap dan telah menunjukkan adanya horison eluviasi dan

iluviasi baik penimbunan liat, oksida-oksida besi, dan bahan organik.


Skala Waktu Geologi

Periode pembentukan
tanah

Periode pembentukan
batuan

Gambar 2 Periode pembentukan batuan dan tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


A.

27

Indikator Penilaian

Penilaian dalam penugasan pada modul 2 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga
n dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap prosesproses khusus dalam pembentukan tanah beserta layout tiap proses dalam bentuk pr
esentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
1. Jelaskan pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah?
2. Jelaskan proses-proses pembentukan tanah baik secara fisik, kimiawi dan biolo
gi-kimiawi?

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

28

BAB III. PENUTUP


Pemahaman
mahasiswa akan proses pembentukan tanah sangat dibutuhkan untuk mem
ahami karakteristik tanah yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat
lainnya. Proses pembentukan tanah baik secara fisik, kimiawi dan biologi harus d
ipahami dengan jelas oleh mahasiswa termasuk faktor-faktor pembentuk tanah.
Sumber Pustaka :
1.

Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.

New York.
2.

Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan

Publishing Company. New York.


3.

Van Breemen, P. Buurman, R. Brinkman. 1992. Processes in Soils. Text for


Course J050-202, Dept. Soil Science and Geology, Agricultural
University Wageningen.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


MODUL 3

MINERAL DALAM TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

29

A. Latar Belakang
alah satu faktor pembentuk tanah adalah batuan induk. Batuan mer
upakan hasil akumulasi mineral-mineral. Oleh karena itu tanah yang dihasilkan
dari pelapukan batuan induk juga mengandung bahan
mineral. Mineral yang terkandung dalam batuan dapat sama dan dapat juga berbeda
sesuai dengan bahan awal pembentuknya. Berdasarkan sumber dan proses pembentukan
nya batuan terbagi atas; batuan beku, piroklastik, sedimen dan metamorf. Batuan
beku dan piroklastik memiliki kandungan mineral yang relatif sama, hal ini diseb
abkan karena keduanya berasal dari hasil aktivitas magma dan vulkanisme. Batuan
sedimen mengandung mineral hasil rekristalisasi, alterasi dan ubahan dari minera
l primer (mineral yang terdapat dalam batuan beku dan piroklastik). Sedangkan ba
tuan metamorf memiliki kandungan mineral yang lebih resisten dibanding batuan la
innya. Hal ini disebabkan karena proses penambahan tekanan dan temperatur yang m
enyebabkan mineralnya mengalami alterasi dengan struktur yang lebih resisten, se
perti mineral kyanit dan zircon. Batuan beku dan piroklastik merupakan batuan in
duk yang banyak mengandung unsur-unsur hara tanaman sedangkan batuan endapan ter
utama endapan tua (sedimen) dan metamorfosa umumnya mengandung mineral-minera
l yang rendah kadar unsur
haranya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

30

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini akan berisi tentang klasifikasi mineral tanah, pembentukan mi
neral, mineral liat dan peranan mineral tanah.
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami jenis-jenis, sifat
-sifat serta peranan mineral dalam tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

31

BAB II. PEMBAHASAN

Fraksi anorganik tanah, yang menjadi obyek proses degradasi, terdiri dari fragme
n batuan dan mineral dengan berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, d
ikenal fraksi utama yaitu : kerikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,00
2 mm) dan liat (<0,002 mm). Walaupun susunannya beraneka ragam, fraksi tanah ter
sebut trutama berupa silikat dan oksida. Silikat tanah diklasifikasikan ke dala
m 6 (enam) kelompok berdasarkan ikatan silikon dan oksigen dalam strukturnya (Ta
bel
1).
Fraksi pasir dan debu terutama berupa neso-, soro-, siklo-, ino
-,
atau tektosilikat, sedang liat silikat terutama tergolong filosilika
t.
Filosilikat juga dijumpai pada fraksi debu dan pasir, sedang feldspar ya
ng tergolong tektosilikat dijumpai pula pada fraksi liat.
Tabel 1.
Enam kelompok silika tanah berdasarkan ikatan Si dan O da
lam strukturnya
Kelompok Mineral Silikat
Si : O
Contoh
Nesosilikat

Ratio
1 :

4
Olivin ((Mg, Fe)2SiO4), Garnet, Zirkon, dan Topaz
Sorosilikat
2 :
7
Melilit (Ca2MgSi2O7) , Lawsonit
Cyclosilikat
1 :
3
Beryl (Be3Al2(SiO3)6), Tourmalin
Inosilikat
1
: 3
Piroksin grup; Hypersten ((Mg,Fe)SiO3), Diopsid, dan Augit
Amphibol grup; Hornblende, Tremolit ((Mg,Fe)5(OH)2(Si4O11)2)
Filosilikat
2
: 5
Talc
(Mg3(OH)2(Si2O5)2), Serpentin, Clay minerals, Mika; Muskovit
Tektosilikat
1 :
2
Kuarsa(SiO2), Feldspar, Orthoklas, Albit, Anorthit, Feldsphatoid dan Ne
pheline.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

32

Kadang-kadang dijumpai pula istilah mineral sekunder dan primer untuk membedakan
kelompok liat dari kelompok mineral lainyya. Walaupun sejumlah ahli pedologi
tidak sepakat penggunaan istilah ini, maka untuk tujuan praktis dan kemudahan,
digunakan istilah mineral primer untuk kelompok mineral yang bertahan di
dalam tanah dan secara kimia tidak berubah dari asalnya dalam batuan induk, dan
istilah mineral sekunder untuk kelompok mineral yang terbentuk dari pelapukan mi
neral primer.
Komposisi Mineral Batuan
Kombinasi unsur-unsur yang terdapat di kerak bumi akan membentuk mineral- minera
l. Komposisi mineral batuan beku, piroklastik, sedimen, dan metamorf ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi mineral batuan
Batuan
Mineral Utama Gran
it
Orthoklas, ku
arsa, muscovit Andesit
Amphibol, plagioklas, piroksen Basalt
Olivin, piroksin, Ca-plagioklas Dunit
Olivin, piroksin
Tufa
Piroksin
, biotit, kuarsa Batupasir
Kuarsa, muscovite, orthoklas Arkose
Orthoklas >25%, kuarsa
Batulempung/batuserpih
Liat (kaolinit grup da
n smektit grup) Batugamping
Kalsit, dolomit
Baturijang
Silika
Schist
otit dan muscovite), amphibol dan klorit
Gneiss

Mika (bi
Kuarsa, b

iotit, hornblende
Marmer
Wollastonit

Kalsit dan

Slate
dan klorit

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Kuarsa

33

Pelapukan dan Komposisi Mineral Tanah


Tanah berasal dari bahan induk, yang terdiri atas mineral primer dan sekunder. P
elapukan dalam tanah berupa degradasi mineral dan sintesa mineral baru. Mineral
- mineral yang ketahanannya rendah akan melapuk terlebih dahulu. Mineral-minera
l yang tahan seperti kuarsa akan banyak ditemui pada tanah yang telah melapuk la
njut dengan jumlah cukup besar.
Proses Pelapukan
Sejumlah contoh pelapukan dapat diamati tiap hari. Hal ini termasuk pengkaratan
logam dan pelapukan dinding tembok. Pelapukan mineral lebih banyak dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan yang masam. Respirasi akar-akar dan mikroorganisme meng
hasilkan karbondioksida yang bereaksi dengan air untuk membentuk asam kar
bonat (H2CO3). Lingkungan yang masam akan merangsang reaksi air dengan mineral
. Reaksi ini merupakan reaksi pelapukan yang sangat penting.
Contoh reaksi
: Hidrolisis Feldspar Plagioklas
2NaAlSi3O8 + 9H2O + 2H+ == H4Al2Si2O9 + 4H4SiO4 + 2Na+
Albit

kaolin

Mineral adalah senyawa anorganik dengan berbagai sifat fisik dan kimia yang digo
longkan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral-mineral primer mengalami
pelapukan dan melepaskan sejumlah elemen-elemen ke dalam larutan tanah. Bebera
pa elemen-elemen yang dilepaskan dalam proses pelapukan akan membentuk ikat
an dengan elemen lainnya membentuk mineral-mineral sekunder. Mineral sekunder ya
ng dihasilkan dari proses pelapukan umumnya memiliki ukuran partikel yang kecil.
Oleh karena itu mineral mineral sekunder umunya mendominasi
fraksi liat tanah. Tabel 3 berikut menunjukkan jenis mineral dan penggolonganny
a.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


Tabel 3.

34

Beberapa jenis mineral dan penggolongannya

Jenis mineral

Golongan mineral

Feldspar
Amfibols dan piroksen
Kuarsa
Mika Apatit Liat
Oksida-oksida besi
Karbonat
Klorit
Primer Primer Primer Primer
Primer atau sekunder sekunder
sekunder
sekunder
Primer atau sekunder

Tabel 4. Hubungan kandungan mineral tanah dengan sifat grup tanah


Jenis mineral
Tingkat pelapukan

Sifat tanah

Gypsum (halit, sodium nitrat) Kalsit (dolomit dan apatit) Olivin-hornblende (pir
oksen) Biotit
Albit
Fraksi tanah yang didominasi mineral-mineral ini adalah debu dan liat. Ditem
ui pada wilayah bergurun dimana keterbatasan air menyebabkan pelapukan secara ki
miawi sangat minimum
MINIMAL
Kuarsa
Muskovit
Liat silika tipe 2:1 (vermikulit) Smektit (montmorilonit)
Fraksi tanah didominasi oleh mineral-mineral ini adalah debu dan liat dan dapa
t ditemui pada wilayah atau daerah subtropis/temperat dibawah vegetasi pohon dan
tempat
SEDANG
Kaolinit
Gibsit
Hematit /Goethit
Anatase (rutil, zirkon)
Fraksi tanah dominan liat, ditemukan didaerah tropika basah dan panas. Tanahnya

masam dan kurang subur


INTENSIF

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

35

Mineral Liat Tanah


Pelapukan mineral primer secara bertahap akan membentuk mineral sekunder dan sei
ring berjalannya waktu komposisi mineralogi tanah akan berubah. Tanah-tanah aka
n didominasi mineral sekunder termasuk mineral-mineral liat. Beberapa jenis mi
neral liat yang berkaitan erat dengan jenis tanah tertentu antara lain smektit,
alofan, kaolinit, liat-liat oksida.
Smektit
Smektit adalah nama grup untuk silikat lapis 2:1 dengan kapasitas tukar kation t
inggi. Smektit yang umum dalam tanah adalah montmorilonit. Pembentukan montm
orilonit dipengaruhi oleh lingkungan dimana terdapat Si dan Mg yang cukup tinggi
yang berarti pada lingkungan yang pencuciannya terbatas. Tanah-tanah yang dido
minasi oleh mineral-mineral liat smektit mempunyai sifat vertik (mengembang- men
gerut)
Kaolinit
Pembentukan kaolinit berasal umumnya berasal dari pelapukan mineral feldspar. Pe
mbentukan kaolinit berasal dari kristalisasi larutan Mekanisme lain adalah dis
integrasi. Liat tipe 2:1 yang kemudian menjadi tipe 1:1. Pembentukan ini dip
engaruhi oleh lingkungan pelapukan yang masam yang dapat ditemukan pada tanah ya
ng mengalami pelapukan intensif dimana Si terbawa oleh pencucian.
Alofan
Mineral non kristalin dan dapat ditemukan di daerah gunung api pada ketinggian d
i atas 500 meter. Sifat Alofan :
1.

Kapasitas pegang air tinggi

2.

Bobot isi rendah

3.

Sulit terdispersi

4.

Menyerupai gel pada saat basah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

36

Liat-liat Oksida
Dapat ditemui pada regim/daerah yang pencuciannya cukup intensif. Fraksai liat o
ksida yang banyak dijumpai adalah besi-oksida dan aluminium-oksida, Contoh : Gi
bsit (Al(OH)3), Hematit (Fe2O3), Goethit (FeOOH). Liat-liat oksida banyak dite
mukan pada tanah-tanah yang berwarna merah pada wilayah tropika basah.
Tanah ini biasanya bersifat masam.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

37

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 3 ini didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
Jelaskan hubungan antara jenis tanah dan bahan mineral yang terdapat dalam tanah
. Buat dalam bentuk bahan presentasi dan dikerjakan secara
berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

38

BAB III. PENUTUP


Bahan mineral sebagai salah satu penyusun tanah berbeda-beda menurut batuan asa
lnya. Tanah yang berasal dari pelapukan batuan volkanik akan menghasilkan tana
h yang mengandung unsur hara yang lebih banyak dibandingkan tanah yang berasal d
ari batuan induk sedimen atau metamorf. Dengan demikian bahan mineral sangat be
rkaitan dengan sifat tanah yang terbentuk. Sifat tanah yang berbeda akan memben
tuk jenis tanah yang berbeda.
Sumber Pustaka :
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Van Breemen, N, P.Buurman, R.Brinkman. 1992. Process in Soils. Text for
Course J050-202. Department of Soil Science and Geology. Agricultural Universi
ty Wageningen.
3. Grim, R.E., 1968. Clay Mineralogy. Mc Graw Hill Book Company.New
York
4. Loughnan FC. 1969. Chemical Weathering of the Silicate Mineral
s.
American Elsevier Publishing. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

39

MODUL 4

SIFAT FISIK TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai ukura
n. Partikel mineral dan bahan organik mengisi matriks tanah sekitar
50% volume. Sisanya terdiri atas ruang pori, yang terisi air dan atau udara.
Proporsi air dan udara berubah-uabah secara dinamis menurut kondisi keairan ling
kungan tanah.
Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan gas. Ha
mpir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah.
B. Ruang Lingkup Isi
Modul ini mencakup bahasan tentang sisem 3 fase, sifat fisik tanah diantaranya:
tekstur, bulk density, porositas, struktur dan agregat serta warna tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami sifat-sifat fisik d
asar dari tanah dan cara mengatasi masalah sifat fisik tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

40

BAB II. PEMBAHASAN


Terdapat beberapa sifat fisik tanah yang perlu untuk ditelaah dengan baik antara
lain:
Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah oleh karena warna dapat dip
engaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Adapun penyeb
ab perbedaan warna tanah umumnya adalah akibat perbedaaan kandungan bahan organi
k; semakin banyak kandungan bahan organik tanah tersebut maka warnanya akan sema
kin gelap. Sebagian tanah warnanya disebabkan oleh warna mineral tanah itu sendi
ri.
Pada lapisan bawah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya sen
yawa Fe. Pada daerah yang berdrainase buruk, yaitu sering tergenang air, maka
seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan
tereduksi, sedangkan pada tanah berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah
terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi yang berwarna merah atau limon
it yang berwarna kuning coklat. Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang kerin
g maka disamping berwarna abu-abu didapat pula bercak-bercak karatan merah atau
kuning yaitu dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat t
ersebut.
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat dalam b
uku Munsell Soil Color Chart. Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lemba
b atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah dalam
keadaan basah, lembab atau kering.
Ada 3 komponen penentu warna tanah, yaitu: hue, kroma (chrome) dan nilai (value)
.
1. Hue: menunjukkan panjang gelombang cahaya dominan yang dipantulkan benda. A
da 5 hue tunggal (R, Y, G, B, P); dan 5 hue gabungan (YR, GY, BG, PB, RP)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

41

2. Kroma: ukuran derajat kemurnian atau kejenuhan warna hue. Memiliki skala dr
0-20. Makin tinggi warna makin terang.
3.

Nilai: ukuran tingkat kebersihan atau kekotoran (terang-gelapnya) warna.

Dinyatakan dengan skala 1-10 ( derajat kombinasi pigmen hitam dan putih).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara fraksi tanah baik pasir, d

ebu, dan liat. Menurut perbandingan tersebut diperoleh kelompok tekstur tanah s
ebanyak
14 macam (Tabel 1). Sebagian ahli membaginya ke dalam 12 saja. Ada banyak sifat
tanah terutama sifat fisik dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Tabel 1. Jenis tekstur tanah

Kasar
Pasir
Pasir berlempung
Agak kasar
Lempung berpasir
Lempung berpasir halus

Sedang
Lempung berpasir sangat halus
Lempung
Lempung berdebu
Debu

Agak halus
Lempung liat
Lempung liat berpasir
Lempung liat berdebu

Halus
Liat berpasir
Liat berdebu
Liat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

42

Penentuan Tekstur Dilakukan dengan Menggunakan Diagram Segitiga Tekstur


Tanah (Gambar 1)
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya
besar, maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang
gga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah
iat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
bih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur
ah-tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah

berukuran lebih
lebih kecil sehin
yang bertekstur l
permukaan yang le
hara tinggi. Tan
bertekstur kasar.

Gambar 1 Diagram segitiga tekstur tanah


Tekstur mempengaruhi beberapa sifat tanah, yaitu : Kapasitas tukar kation (KTK)
Kandungan bahan organik
Kadar air Drainase Permeabilitas
Struktur

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


Konsistensi
Erodibilitas

43

Struktur Tanah
Struktur tanah cara tersusunnya butiran tanah, atau gumpalan kecil dari butir-bu
tir tanah; yang sering juga disebut agregat. Gumpalan ini terjadi karena butir
-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti ba
han organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini memp
unyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.
Bentuk Struktur , bentuk-bentuk struktur (Gambar 2) antara lain :
1.
Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horisontal, di hor E atau pada lap
isan padas liat. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara depos
isi (deposited)
2.
Prismatik: sumbu vertikal > sumbu horisontal, hor B, daerah iklim kering.
3.
Tiang (columner): sumbu vertikal >sumbu horisontal, bagian atas membulat,
hor B, daerah iklim kering.
4.
Gumpal bersudut (angular blocky): seperti kubus dengan sudut-sudut tajam,
sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
5.
Gumpal membulat(rounded blocky): seperti kubus dengan sudut membula
t, sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
6.
Granular: Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2
cm.
Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut "Crumbs" atau S
pherical.
7.
Remah (single grain): bulat sangat porous, di hor A

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

44

Gambar 2 Bentuk-bentuk struktur tanah


Ukuran
Ukuran struktur tanah berbeda-beda sesuai dengan bentuknya (Tabel 2).
Tabel 2. Ukuran butir-butir struktur tanah
Ukuran
Gumpal

Granular

Lempeng
Remah

mm

Prisma dan tiang

Sangat halus Halus (kecil) Sedang


Kasar (besar)
Sangat kasar
<1
1-2
2-5
5-10
>10
<10
10-20
20-50
50-100
>100
<5
5-10
10-20

20-50
>50
<1
1-2
2-5
5-10
>10
<1
1-2
2-5
-

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

45

Pembentukan Agregat
Agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, li
at, oksida besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena
flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pen
gikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.
Faktor yang mempengaruhi pcmbeutukan agregat
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat t
anah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam pembentuka
n agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan
butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandun
gan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan liat < 30
% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian. Pencu
cian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik d
an organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.

3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar
tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan ad
anya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu
celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman tersebut
.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mcmpercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu be
rperan langsung dengan membuat !ubang dan menggemburkna tanaman.Secara

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

46

tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikelaa
rlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu berja
lan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan.
Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agreg
at tanah.

Kemantapan atau Tingkat Perkembangan Struktur


Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau ketaha
nan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan.
Ketahanan struktu
r tanah dibedakan menjadi:
1.

tingkat perkembangan lemah

2.

tingkat perkembangan sedang

3.

tingkat perkembangan kuat

Konsistensi
Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah

terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.


Dalam keadaan lembab tanah
dibedakan ke dalam bentuk konsistensi gembur sampai teguh.
Dalam kea
daan kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam kea
daan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari lastis sampai tidak
plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

47

Tanah basah: kandungan air di atas kapasitas lapang Kelekatan tidak lekat, agak
lekat, lekat, sangat lekat Plastisitas-tidak plastis, agak plastis, plastis, san
gat plastis Tanah lembab: kandungan air mendekati kapasitas lapang
Lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali
Tanah kering : tanah dalam keadaan kering angin
Lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, sangat keras sekali.

Konsistensi merupakan bagian dari rheologi yaitu ilmu yang mempelajari perubahan
-perubahan bentuk dan aliran suatu benda. Sifat-sifat rheologi tanah dipelajar
i dengan menentukan angka Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beber
apa macam keadaan. Sifat-sifat tanah yang berkaitan angka Atterberg tersebut a
dalah :
Batas mengalir
: jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah
Batas melekat
a benda lain
Batas menggolek
ekkan lagi
Indeks plastisitas
Jangka olah

: kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pad


: kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digol
: kadar air batas mengalir-batas menggolek
: kadar air batas melekat-batas menggolek

Batas ganti warna


: tanah yang telah mencapai batas menggolek masih dapat
kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan pada suatu ketika
tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini disebut titik ganti warna atau t
itik ubah
Bobot Isi Tanah (Bulk Density)
Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume
tanah termasuk volume pori-pori tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


Bulk density =
volume tanah (cm3)

48

berat tanah kering (g)

Bobot isi tanah adalah petunjuk kepadatan tanah. Makin padat tanah maka makin t
inggi bulk density yang berarti makin sulit untuk meneruskan air atau ditembus a
kar tanaman. Pada umumnya, bobot isi tanah berkisar antara 1,1-1,6 g/cm3.
Bulk density berbeda dengan particle density (kerapatan jenis zarah).
Particle density = berat kering persatuan volume partikel-partikel (padat) t
anah (jadi tidak termasuk volume pori - pori tanah). Tanah mineral mem
punyai particle density = 2,65 g/cm3. dengan mengetahui bulk density dan parti
cle density, maka dapat diketahui banyaknya (%) pori-pori total tanah sebagai be
rikut :
Bulk density

100 % =

% bahan padat tanah

Particle density

% pori total tanah = 100% - % bahan padat tanah

Ruang pori total (%) = ( 1

_Bulk density_ ) Particle density

Pori-pori Tanah
Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh
udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan
pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan po
ri-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai poripori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah ini sulit menahan air sehin
gga tanaman sering mengalami kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total
lebih tinggi dari
tanah berpasir. Porosistas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur ta
nah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

49

dan tekstur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah dengan str
uktur granuler atau remah porositas lebih tinggi dibanding yang berstruktur masi
f.
Drainase Tanah
Tanah ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daeah kering yan
g tidak pernah tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan k

elas drainase tanah tersebut. Drainase tanah dikenal dua macam; drainase ekster
nal dan drainase internal. Air dapat hilang melalui permukaan tanah (external dr
ainage) maupun melalui peresapan ke dalam tanah (internal drainage). External d
rainage banyak ditentukan oleh bentuk permukaan tanah/lahan, sedang internal dra
inage ditentukan oleh tekstur tanah. Berdasar atas kelas drainasenya tanah dibed
akan atas kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat c
epat hilang dari tanah). Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang da
pat tumbuh. Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase bu
ruk, tetapi jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh d
engan baik kalau tanah selalu tergenang air.

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 4 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga
n dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap sifat fis
ik tanah dalam bentuk bahan presentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini menca
kup
15 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan sifat-sifat fisik tanah dasar.
dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Buatlah dalam bentuk makalah

50

BAB III. PENUTUP

Sifat fisik tanah dasar yang perlu dipahami mahasiswa antaralain tekstur, strukt
ur dan agregat tanah, bulk density, dan porositas tanah. Pemahaman tentang sif
at-sifat fisik tanah akan membantu mahasiswa menentukan potensi tanah kaitannya
dengan pertumbuhan tanaman. Begitupula dengan sifat morfologi tanah yang dapat
ditentukan jika sifat fisik tanah dipahami dengan baik.

Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New

York.
2.
3.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.


Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan

Publishing Company. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

51

MODUL 5

AIR DALAM TANAH


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi kehidupan di dunia. Lebih dari 80% kompon
en penyusun tubuh tanaman jenis herbaceous dan lebih dari 50% tanaman kayu-kayua

n adalah air. Air baukan hanya penyusun tubuh tanaman, tetapi juga sebagai media
pelarut dan transportasi unsur hara.
Sumber air utama adalah air hujan yang jatuh ke tanah. Air hujan ada yang diter
uskan ke dalam tanah dan akan mengisi ruang pori untuk digunakan di masa depan,
dan ada/dapat juga mengalir di permukaan dan masuk ke sungai (sumber air lainnya
). Bagian 5 dari modul ini akan menjelaskan potensi air dalam tanah yang akan m
empengaruhi pertumbuhan tanaman dan ketersediaan air.

B. Ruang Lingkup Isi


Bagian ini mencakup pembahasan tentang penentuan kadar air dalam tanah, konsep e
nergi air, retensi air tanah, prinsip dasar pergerakan air dalam tanah, ketersed
iaan air dan absorpsi unsur hara.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan menjadi pedoman bagi mahasiswa dan
untuk memahami konsep air dalam tanah untuk kepentingan produksi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

dosen

52

BAB II. PEMBAHASAN


Konsep Energi Air
1.

Konsep Potensial

Aliran air merembes tanah dapat dibandingkan dengan aliran panas melalui batang
metal atau aliran listrik melalui kawat. Gaya yang mendorong air untuk mengalir
dapat dibandingkan dengan perbedaan potensial listrik atau perbedaan panas, dan
dapat diujudkan sebagai perbedaan tarikan dari dua bagian tanah terhadap air ya
ng kadar airnya tidak sama.
Apabila hanya terdapat satu gaya saja yang bekerja pada air, persoalan aliran ai
r menjadi sangat mudah. Tetapi persoalannya tidaklah demikian, sebab selain ga
ya matriks, masih ada macam gaya lain yang bekerja, yaitu: gaya osmotik yang dis
ebabkan adanya garam-garam terlarut dan gaya gravitasi. Jika kita dapat menget
ahui besarnya ketiga macam gaya ini, maka kita dapat mengetahui bergerak atau ti
daknya air, serta arahnya.
Potensial Air dapat didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk memindahk
an sejumlah satuan air dari tempat patokan yang dianggap potensialnya sama denga
n nol ke tempat lain yang potensialnya mempunyai nilai tertentu. Sehingga poten
sial dapat diartikan sebagai petunjuk status energi atau ketersediaan air tanah.
Jika potensialnya rendah maka ketersediaan air juga rendah.
Potensial adalah skalar bukan vektor, ia mempunyai besaran tetapi tidak mempunya
i arah. Jumlah aljabar dari komponen-komponen potensial adalah konstan dan jum
lah ini disebut potensial total. Dengan demikian gaya dorong untuk pergerakan a
ir hanyalah gradien potensial total untuk dua titik, yaitu potensial enersi dala

m jarak X.
Konsep potensial air tanah adalah sangat penting. Konsep ini mengganti cara pen
ggolongan air tanah yang umum dipakai pada masa lalu yaitu yang menggolongkan ai
r tanah dalam beberapa bentuk: air gravitasi, air kapiler, air
higroskopik dan sebagainya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

53

Faktanya adalah bahwa semua air tanah, tidak hanya sebagian saja, dipengaruhi ju
ga gravitasi, sehingga semua air adalah air gravitasi. Selanjutnya hukum kapil
er tidak mulai atau berhenti pada suatu nilai kadar air, atau ukuran pori. Denga
n demikian air tanah dapat berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu
tidak dalam bentuk tetapi dalam energi potensial.
2.

Potensial Air Tanah

a.

Potensial Gravitasi

Setiap benda di atas permukaan bumi ditarik ke arah pusat bumi oleh gaya gravita
si yang sama besarnya dengan berat benda tersebut, dimana berat benda tersebut a
dalah hasil kali massa dengan percepatan gravitasi. Untuk mengangkut suatu bend
a melawan tarikan, kerja harus dilakukan, dan kerja ini disimpan oleh benda yang
diangkut dari dalam bentuk energi potensial gravitasi.
Besarnya energi ini
tergantung pada tempat benda itu dalam medan gaya gravitasi.
Potensial gravitasi air tanah, pada setiap titik ditentukan oleh elevasi relatif
titik bersangkutan terhadap suatu tempat referensi tertentu. Untuk mudahya ada
lah umum untuk menentukan tempat referensi pada suatu elevasi titik yang penting
di dalam tanah, atau dibawah profil tanah yang sedang diteliti, agar potensial
gravitasi selalu dapat bernilai + atau 0.
Pada ketinggian z diatas suatu referensi, energi potensial gravitasi Eg, suatu m
assa air M air yang bervolum V adalah:
E =Mgz =wVgz
w=ke apatan air=BD air g=percepatan gravitasi z=ketinggian diatas refere

Dimana
nsi
M
z

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


b.

54

Potensial tekanan =Potensial matriks

Jika air tanah berada dalam keadaan dimana tekanan hidrostatik lebih besar darip

ada tekanan atmosfer, maka potensial tekanan dianggap positif (+). Jika air ber
ada pada keadaan dimana tekanan lebih rendah dari tekanan atmosfer, maka potensi
al tekanan dianggap negatif.
c.

Potensial Total dan Potensial Hidrolik

Potensial total adalah hasil kombinasi komponen-komponen potensial yang bersangk


utan :
= g + m + o + (eksternal)
Suatu keadaan seimbang akan tercapai jika transfer massa air dalam fase cair tid
ak ada. Keadaan ini dapat terjadi apabila potensial totalnya mencapai nilai yan
g tetap. Syarat yang cukup untuk terjadinya keseimbangan ini ialah jika jumlah
komponen-komponen potensial adalah tetap.
Dalam praktek potensial
osmotik sering dapat diabaikan.
Dalam keadaan seimbang jika tidak ada gaya external, yaitu jika tekanan di dalam
tanah dan atmosfer sama, diperoleh persamaan :
h = g + m =konstan (untuk tanah tidak jenuh) h= g + p=konstan(Dan untuk tanah jenuh) D
imana :
h=potensial hidrolik
p=ghp=potensial tekanan hidrostatik
Hp=tekanan hidrostatik yang diukur dengan tinggi kolom air
Sifat-sifat fisik air tanah sangat bergantung dari sifat-sifat tanah yang bersan
gkutan. Tanah yang halus atau yang mempunyai luas permukaan yang besar per satu
an berat, mempunyai kadar air yang lebih besar dari pada tanah yang kasar atau m
empunyai luas permukaan yang lebih kecil. Luas permukaan tanah berkisar antara
1000 cm2/g sampai dengan 106 cm2/g. Partikel tanah bersifat hidrofilik atau suk
a menyerap air dan yang terutama
yang berbentuk koloida. Dalam air tanah terdapat dua macam interaksi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

55

antara permukaan ialah antara benda padat dan cair serta antara benda cair dan u
dara. Interaksi antara permukaan inilah yang menyebabkan adanya tegangan antar
a permukaan dalam tanah dan mengakibatkan bergeraknya air. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman dapat ditunjukkan oleh adanya air dan udara yang seimbang d
alam tanah.
Penentuan Kandungan Air Tanah
Kadar air tanah dinyatakan dalam satuan cm3/100 cm3 (air per tanah) atau g air/1
00 g tanah. Padsa banyak literatur dinyatakan sebagai persen volume yaitu persen
tase volume air terhadap volume tanah atau persen berat. Cara penetapan kadar ai
r dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering-ovenkan dalam oven pada s
uhu
100 C 110 C selama 2 x 24 jam. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejuml
ah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mul
a-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro
. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bag

i pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara k
e akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara da
pat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga memba
tasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehing
ga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu mempero
leh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tana
man. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah ya
ng menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawa
h. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti
jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

56

Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan air terb
anyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapa
t ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar tanaman atau mengu
ap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada suatu saat akar tan
aman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik
layu permanen).
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut tota
l air tanah tersedia (TAW, Total Available Water). Titik kritis adalah batas m
inimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering diserap tanama
n hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk
berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan penelitian di l
apangan (Benami dan Offen, 1984 dalam Yanwar , 2003).Kandungan air antara kapasi
tas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily Available Water). Perbandingan
antara RAW dengan total air tanah yang tersedia dipengaruhi oleh iklim, evapotra
nspirasi, tanah, jenis tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman (Raes,1988).
Retensi Air-Tanah
Kapasitas lapang adalah kadar air yang dapat ditahan dengan gaya yang
sama dengan gaya gravitasi tetapi arahnya berlawanan. Kapasitas lapangan
ini juga dikenal dengan batas atas air yang tersedia untuk pertumbuhan tanama
n.
Jika terdapat permukaan air-bumi (groundwater table) yang dangkal dan tidak ada
pergerakan air ke atas yang kuat karena evaporasi pada permukaan tanah, maka pad
a kurun waktu tertentu, terdapatlah suatu keseimbangan antara pergerakan air ke
atas (kapiler) dan pergerakan air kebawah (gravitasi). Dalam keadaan seperti di
atas maka kadar air di dekat permukaan tanah akan akan merupakan kadar air pada
kapasitas lapang.
Titik layu adalah kadar air untuk mana tanaman akan layu dan tidak dapat
segar lagi.

Kadar air pada titik layu ini dalam praktek akan seimbang dengan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

57

hisapan matriks sebesar 15 bar, sedang kadar air pada kapasitas lapang
sering diambil setara dengan hisapan matriks sebesar 1/3 bar.
Ada beberapa mekanisme yang aktip dalam adsorpsi air oleh partikel-partikel tana
h. Diantaranya ialah muatan listrik yang ada pada partikel-partikel tanah dan
ion-ion lawan yang diadsorpsikan. Sedang mekanisme retensi air oleh tanah ialah
adanya tegangan permukaan antara air dan udara di dalam tanah. Tengangan permu
kaan ini besarnya kurang lebih 72 dyne/cm atau 72 erg/cm2 pada 25oC.
Air menempel pada permukaan tabung kapiler sekuat dengan aghesi dengan
dirinya sendiri karena kerja untuk kohese besarnya juga sama dengan 2. Oleh kar
ena itulah maka air dapat membasahi dinding gelas tabung kapiler, dan air yang m
enempel pada dinding tabung tersebut menarik sejumlah cairan setinggi h.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Air dalam Tanah
Masing-masing tanah mempunyai kadar air tanah kering udara, kadar air kapasitas
lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh bebera
pa faktor:
a.
Jenis air yang yang diserap yang didasarkan pada air tanah yaitu gaya adhe
si, kohesi dan gravitasi.
b.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahanair yang lebih kecil dari pad
a tanah yang bertekstur halus. Oleh karenanya tanaman yang ditanam pada tanah pa
sir umunya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau l
iat.
c.
Kadar bahan organic tanah (BOT). Semakin tinggi kadar BOT akan makin tingg
i kadar dan ketersediaan air tanah.
d.
Senyawa kimiawi. Semakin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyeb
abkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun. Tanah kering udara adalah tanah
yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau elapukan bahan-bahan
mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal da
ri

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

58

timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan te
rlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentuk
an sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk
menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, dkk. 1992).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut ai
r tanah). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air
setiap tumbuhan berbeda. Kadar dan komposisi udara tanah sebagian besa
r ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Udara tanah yang terdiri dari campuran
gas itu bergerak menuju ke pori-pori yang belum diduduki oleh air (Hakim,1986).
Tumbuhan air umumnya memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbu
han lain. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, ant
ara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan ka
rbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringa

n tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Air tana
h dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah berfungsi membawa unsur
hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh tumbuhan ini juga
berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh tanaman (Indranada,
1994).
Tanah yang diovenkan beratnya akan berkurang dari berat awal. Hal inidikarenakan
hilangnya kadar air yang terkandung pada tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan
literatur Craig (1994) yang menyatakan bahwa energi yang telah dilepaskan ket
ika air berubah dari uap air menjadi cairan. Pembebasan panas dan pembentukanair
hujan merupakan sumber energi utama untuk sistem hujan. Bila butir-butir air hu
jan jatuh ke atas tanah kering dan diserap oleh permukaan partikel tanah, terjad
i penurunan lebih lanjut dalam pergerakan dan mempunyai tapak positif dan negati
f.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah:
1.
Kadar Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel
mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

59

banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar dan ke
tersediaan air tanah.
2.
Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin d
alam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
3.
Iklim dan Tumbuhan
Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang d
apat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan u
dara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air ta
nah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tana
h. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan adala
h fakto pertumbuhan yang berarti.
4. Senyawa Kimiawi Garam-garam dan senyawa pupuk atau amelioran baik a
lamaiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotic yang dapat menarik dan menghid
rolisis air sehingga koefisien laju meningkat.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah,
dengan adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampua
n tanah untuk mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih mampu me
ngikat air dalam jumlah banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir,
sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu mengikat air daripada tanah bertek
stur debu.
Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori tanah,
dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak akan mam
pu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori tanah akan t
erisi oleh air.
Peranan Air Tanah dalam Absorpsi Unsur Hara
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan
dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 %
dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

60

Setiap tanaman harus menyeimbangkan antara proses kehilangan air dan pro
ses penyerapannya, bila proses kehilangan air tidak diimbangi de
ngan penyerapan melalui akar makan akan terjadi kekurangan air didalam sel tanam
an yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada banyak proses dalam tanaman.
fungsi air bagi tanaman yaitu: 1) sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma,
2) sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tan
ah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu
bagian sel ke bagian sel lain, 3) sebagai media terjadinya reaksi-reak
si metabolik, 4) sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus
asam trikarboksilat, 5) sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, 6)
menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel,
7) mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, m
embuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu, 8) berp
eran dalam perpanjangan sel, 9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respi
rasi, serta 10) digunakan dalam proses respirasi. Kehilangan air pada jaringan t
anaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta
senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan pote
nsi aktivitas kimia air dalam tanaman.
Peran air yang sangat penting
tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan a
ir pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menur
unkan pertumbuhan tanaman.
Cekaman kekeringan dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu kekurangan suplai
air di daerah perakaran atau laju kehilangan air (evapotraspirasi) lebih besar
dari absobsi air meskipun kadar air tanahnya cukup.
Kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan pe
mbelahan dan pembesaran sel. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan ol
eh tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud dalam perta
mbahan tinggi tanaman, pembesaran diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan aka
r. Keadaan cekaman air menyebakan penurunan turgor pada sel
tanaman dan berakibat pada menurunnya proses fisiologi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

61

Pada waktu musim kemarau maka ketersediaan air akan berkurang sehingga mengakiba
tkan penurunan pertumbuhan. Berapa tanaman masih dapat tumbuh dengan baik pada k
ondisi air tanah berkurang. Bergantung responnya terhadap kekeringan, tanaman da
pat diklasifikasikan menjadi: 1) tanaman yang menghindari kekeringan (drought av
oiders), dan 2) tanaman yang mentoleransi kekeringan (drought tolerators). Tan
aman yang menghindari kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air ter
sedia atau akuisisi air maksimum antara lain dengan meningkatkan jumlah akar dan
modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman yang mentoleransi kekeringan m
encakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi dehidrasi. Penundaan dehid
rasi mencakup peningkatan sensitivitas stomata dan perbedaan jalur fotosintesis,
sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian osmotik.
Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi cekaman kekeringan. Bent
uk morfologi, anatomi dan metabolisme tanaman yang berbeda menyebabkan tanaman m
emiliki respon yang beragam. Ketika kekeringan semakin meningkat maka tanaman me

nyesuaikan diri melalui proses fisiologi yang kemudian diikuti perubahan struktu
r morfologi tanaman seperti layu, meningkatkan pertumbuhan akar dan menghambat p
ertumbuhan pucuk. Penurunan proses fotosintesis dan pertumbuhan, sehingga ta
naman juga mengalami penurunan produksi seperti berkurangnya hasil panen sec
ara kualitas maupun kuantitas
Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan yang da
pat memperbaiki status air, yaitu: (1) tanaman mengubah distribusi asimilat baru
untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meni
ngkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk meng
urangi transpirasi, (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata u
ntuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi.
Relative Water Content (RWC) yang mengambarkan kadar relatif air daun merupakan
parameter ketahanan tanaman menghadapi cekaman kekeringan. Proses
fotosintesis pada sebagaian besar tanaman akan mulai tertekan bila nila
i RWC

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

62

tanaman lebih rendah dari 70 persen, sehingga tanaman memerlukan pengaturan


dalam tubuhnya diantaranya dengan melakukan penutupan stomata.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

63

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 5 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga
n. Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
1.

Jelaskan tentang potensial air tanah

2.
Jelaskan hubungan antara tekstur tanah dengan kapasitas pegang air
Tugas ini dibuat dalam bentuk makalah perorangan yang akan didiskusikan dalam
kelas.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

64

BAB III. PENUTUP


Air dalam tanah mempunyai tingkat energi yang beragam sesuai dengan kandungan ai
r tanah. Tingkat energi air tanah menaik jika kadar air naik, dan menurun jika
kadar air tanah menurun. Hal inilah yang melahirkan konsep energi air tanah.
Energi air tanah ditunjukkan dengan potensial air tanah dengan satuan bars atau
kilopascal.
Sumber Pustaka:
1.
Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons
.
New York.
2.
Hillel, D.
1971.
Soil and Water. Physical Principles and P
rocess.
Academic Press, New York-London.
3.

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung.

4.

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.

5.
Indranada, Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara,
Semarang.
6.

Mawardi, M. 2011. Asas Irigasidan Konservasi Air. Bursa Ilmu, Yogyakarta.

7.
Raes, D., Herman L. , Paul V. A. Matman dan V.B Martin. 1987. Irrigation
Schedulling Information Sistem. Katholike Universiteit Leuven: Leuven.
8.

Soetjipto. 1992. Dasar-Dasar Irigasi. Erlangga :Jakarta.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

65

MODUL 6

SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
nalisis kimia tanah akan membantu dalam memprediksikan kemampuan tanah dalam sup
lai hara bagi tanaman. Namun, sering terjadi bahwa hanya sejumlah sedikit saja
unsur-unsur tersedia bagi tanaman.
Untuk
itu diskusi dan pembahasan tentang sifat kimia tanah difokuskan pada r
eaksi pertukaran kation, pH tanah, kejenuhan basa, koloid tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini akan membahas tentang sifat-sifat kimia tanah terutama reaksi pertukar
an kation, pH tanah, kejenuhan basa, koloid tanah.
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami berbagai sifat kimi
a tanah dasar.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

66

BAB II. PEMBAHASAN


Tanah merupakan perantara penyedia suhu, udara, air dan unsur-unsur hara. Pertum
buhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah, t
etapi juga oleh faktor-faktor lain seperti telah disebutkan diatas.
Komposisi Kimia Tanah
Tanah terbentuk dari batuan yang melapuk. Adapun komposisi kimia rata-rata dari
batuan beku ditunjukkkan dalam Tabel 1. Variasi kandungan unsur Silikon, Oksige
n dan Aluminium sangat banyak ditemui. Hal ini menunjukkan dominasi mineral si
likat dan aluminosilikat pada batuan beku. Selanjutnya adalah unsur besi, kalsi
um, magnesium, natrium, dan kalium. Komposisi kimia batuan beku menyerupai kompo
sisi mineralogik dari tanah yang telah melapuk minimal atau sedang. Sej
umlah tanah mengandung kuarsa, feldspar, dan mika pada fraksi pasir dan debunya,
liat silikat lapis 2:1 dalam fraksi liatnya, dan kebanyakan muatan negatif liat
dinetralisir dengan adsorpsi ion-ion kalsium, magnesium, sodium dan kalium.
Tabel 1. Komposisi kimia batuan beku dan tanah-tanah yang melapuk intensif
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
TiO2
MnO

Persentase unsur kimia (%)

CaO MgO K2O Na2O P2O5


SO3
Total
Adapted from Bohn, McNeal, and OConnor, 1985 in Foth, 1990
60
16
7
1
0,1
5
4
3
4
0,3
0,1
100,5

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

67

Pada saat tanah melapuk dan komposisi mineralogi berubah setiap waktu, terjadi
pula perubahan komposisi kimiawi. Selama proses pembentukan tanah, terjad
i kehilangan unsur-unsur Si relatif terhadap Al dan Fe. Pelepasan dan kehilang
an Ca, Mg, Na dan K lebih cepat dibandingkan Si, dan hal ini ditunjukkan oleh re
ndahnya kandungan empat kation pada tanah-tanah yang melapuk intensif.
Berikut adalah penjelasan masing-masing sifat-sifat kimia tanah yang pent
ing untuk dipahami:
a. Reaksi Tanah atau pH tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) d
i dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah ter
sebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- y
ang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang ma
sam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada tanah alkalin kandunga
n OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam tanah seben
arnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut
netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis
. Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosias
i air murni yaitu :
HOH
[ H+] [OH-]

H+ + OH= 10-14

= K (konstan)

Di Indonesia, pH tanah berkisar antara 3 hingga 9. Tanah-tanah pada umumnya


bereaksi masam dengan pH 4,0-5,5 sehingga tanah-tanah yang mempuny
ai pH 6,0-6,5 sering dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih
agak masam.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

68

Alasan pH tanah penting untuk diketahui :


1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya h
ara tanaman akan lebih mudah untuk diserap pada kisaran pH netral (Gam
bar 1) oleh karena pada kisaran pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam ai
r. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al s
edangkan pada tanah alkalis, P sulit diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca.
2. Menunjukkkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun (Gambar 1). Pada
tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al didalam tanah, yang kecuali memfi
ksasi P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah rawa yang pH tanah rendah
(sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi yang bersifat meracun bagi t
anaman. Disamping itu, pada tanah yang masam, unsur-unsur mikro juga menjadi m
udah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu
banyak. Unsur mikro Mo dapat menjadi racun kalau pH tanah terlalu alkalis.

Gambar 1 Nilai ketersediaan unsur pada kisaran pH 4-9

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


3.

69

Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

Bakteri berkembang baik pada pH 5,5 atau sedang pada pH <5,5 perkemban
gannya sangat terhambat
Jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah. Pada pH tanah
>5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri
Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkemb
ang dengan baik pada pH >5,5.
b. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehi
ngga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Liat termasu
k koloid tanah (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah meru
pakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah
. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel pa
da umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang bermuatan positif akan terta
rik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).
1.
t

Mineral liat. Mineral liat adalah mineral yang berukuran <2 . Mineral lia

dalam tanah terbentuk karena :


a. Rekristalisasi (sintesis) senyawa hasil pelapukan mineral primer
b. Alterasi langsung mineral primer yang telah ada (misalnya mika menjadi ilit)
Mineral liat dalam tanah ada 3 yaitu :
1. Mineral liat Al silikat
2. Oksida-oksida Fe dan Al
3. Mineral-mineral primer
Mineral liat Al silikat dapat dibedakan menjadi :
a. Mineral liat Al-silikat yang mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya kaol
init, haloisit, montmorilonit, ilit
b. Mineral liat Al-silikat amorf misalnya alofan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

70

Kaolinit dan haloisit banyak ditemukan pada tanah-tanah merah yaitu tanah- tanah
yang berdrainase baik, sedang montmorilonit banyak ditemukan pada tanah yang mu
dah mengembang dan mengerut dan pecah-pecah pada musim kering misalnya tanah
Vertisol.
Illit banyak ditemukan pada tanah yang berasal dari bahan i
nduk yang banyak mengandung mika dan belum mengalami pelapukan lanjut. A
lofan banyak ditemukan pada tanah yang berasal dari abu gunung api seperti tanah
Andisol. Pada tanah yang tua seperti Oxisol banyak ditemukan liat silikat
yang telah hancur dan membentuk mineral liat baru yaitu Fe-Oksida dan Al-Ok
sida yang dikenal dengan nama mineral seskuioksida.
Mineral liat Al-silikat mempunyai struktur berlapis-lapis yang terdiri dari la
pisan Si-tetrahedron dan Al-oktahedron. Berdasarkan atas banyaknya lapisan Si
-tetrahedron dan Al-oktahedron, maka mineral liat dibedakan menjadi :
a. Tipe 1:1 (satu lapis Si-tetrahedron dan satu lapis Al-oktahedron) contoh:
kaolinit dan haloisit
b. Tipe 2:1 (2 lapis Si-tetrahedron dan 1 lapis Al-oktahedron), contoh
:
montmorilonit, illit dan vermikulit
c. Tipe 2:2 (2 lapis Si-tetrahedron dan 2 lapis Al-oktahedron), contoh : klorit
2.
Oksida-Oksida Fe dan Al.
Mineral-mineral oksida umumnya banyak
terdapat pada tanah-tanah tua di daerah tropika misalnya tanah Oxisol. Contoh
mineral liat oksida: gibsit, hematit, goetit, dan limonit.
3.
Mineral-mineral primer. Di dalam fraksi liat kadang-kadang ditemukan pu
la mineral primer seperti kuarsa, feldspar. Mineral seperti itu serupa dengan
yang ditemukan dalam fraksi pasir atau debu tetapi ukurannya sangat halus
yaitu <2.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

71

Koloid Organik
Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O. Humu
s bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat. Sumb
er muatan negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan humus a
dalah tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat oleh gugusan karbok
sil atau fenol dan menjadi lemah ikatannya jika pH lebih tinggi. Berdasarkan ata
s kelarutannya dalam asam dan alkali humus disusun atas 3 bagian
utama yaitu :

1.

asam fulvik

2.

asam humik

3.

humin

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+ dsb.
Didalam tanah, kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap o
leh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah persatua
n berat tanah dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah d
ijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh gaya gravitasi, tetapi dap
at diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut di
sebut pertukaran kation.
Penetapan KTK di laboratorium dilakukan dengan menggunakan dengan ekstraks
i ammonium asetat pada pH 7 (NH4OAc pH 7). Cara lain yaitu ekstraksi dengan gar
am netral (misalnya dengan 1 N KCl) pada pH tanah yang sebenarnya, atau ekstraks
i dengan barium klorida + trietanolamin (BaCl2-TEA) yang disangga pada pH 8,2.
Dengan cara ini kita akan mendapatkan KTK tergantung pH, KTK
efektif, dll.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

72

Kapasitas tukar tiap koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang jauh lebih t
inggi dibandingkan mineral liat seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. KTK koloid tanah
Koloid tanah
Humus Klorit Montmorilonit Illit
Kaolinit Haloisit 2H2O Haloisit 4H2O
Seskuioksida
100-300
10-40
80-150
10-40
3-15
5-10

KTK (cmol (+)/kg)

40-50
0-3

KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK t
inggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah KTK re
ndah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa seperti Ca, Mg,
K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asa
m seperti Al dan H dapat mengurangi kesuburan tanah. Tanah dengan kandungan baha
n organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-ta
nah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah berpasir.
c. Kejenuhan Basa
Kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut dapat dibedakan menj
adi kation-kation basa dan kation-kation asam. Kejenuhan basa menunjukkan perba
ndingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation
basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Juml
ah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

73

maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya KTK tanah
tersebut.

Kejenuhanbasa
jumlahkationbasa X100%
KTK
Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah yang mempunyai pH
rendah umumnya juga mempunyai KB rendah. Begitu pula sebaliknya. Hubungan pH
dengan KB pada pH 5,5 -6,5 hampir merupakan suatu garis lurus.
d. Unsur-unsur hara esensial
Unsur hara yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapa
t digantikan oleh unsur lain disebut unsur hara esensial. Unsur hara esensial
dapat berasal dari udara, air, atau tanah yang berjumlah 17 yaitu :
1. Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
2. Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, sedangka
n unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat se
dikit. Unsur hara tersedia bagi tanaman dengan cara :

1.

Aliran massa

2.

Difusi

3.

Intersepsi akar

Nitrogen (N)
Nitrogen dalam tanah berasal dari :
1. Bahan organik tanah
2. Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

74

3. Pupuk
4. Air hujan
Bahan organik adalah sumber N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan orga
nik juga mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur-unsur mikro lain. Peng
ikatan oleh mikroorganisme dan N udara dibantu dengan adanya simbiose dengan tan
aman leguminose yaitu bakteri bintil akar atau Rhizobium. Disamping itu dibantu
pula oleh bakteri yang hidup bebas (non simbiotik) yaitu Azotobacter dan Clostr
idium.
Fungsi N :
1. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
2. Pembentukan protein

Gejala defisiensi N:
1. Tanaman kerdil
2. Pertumbuhan akar terbatas
3. Daun-daun kuning dan gugur

Gejala kelebihan N:
1. Memperlambat kematangan tanaman
2. Batang lemah mudah roboh
3. Daya tahan tanaman lemah terhadap penyakit

N dalam tanah berbentuk:


Protein, senyawa amino, Ammonium, Nitrat.
Nitrogen diambil tanaman dal
am bentuk NH4+ dan NO3-. Sedangkan kehilangan N dari tanah dalam bentuk:

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

75

1. Digunakan oleh tanaman dan mikroorganisme


2. N dalam bnetuk NH +, dapat diikat oleh mineral liat jenis ilit sehingga tidak
dapat digunakan oleh tanaman
3. N dalam bentuk NO3- mudah tercuci oleh air hujan (leaching)
4. Proses denitrifikasi

Fosfor (P)
Unsur P di dalam tanah berasal dari :
Bahan organik (pukan, sisa-sisa tanaman) Pupuk buatan (TSP, DS)
Mineral-mineral di dalam tanah (apatit)
Unsur P didalam tanah berupa P-organik dan P-anorganik.
Fungsi P :
1.

Pembelahan sel

2.

Pembentukan albumin

3.

Pembentukan bunga, buah dan biji

4.

Mempercepat pematangan

5.

Memperkuat batang tidak mudah roboh

6.

Perkembangan akar

7.

Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur mayur dan makanan ternak

8.

Tahan terhadap penyakit

9.

Membentuk nukleoprotein

10. Metabolisme karbohidrat


11. Menyimpan dan memindahkan energi

Unsur P mudah difiksasi, sehingga sebaiknya pemberiannya jangan di


sebarkan tetapi diberikan dalam larikan agar kontak dengan tanah sedikit mungkin
sehingga fiksasi dapat dikurangi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

76

Gejala defisiensi P:
1. Pertumbuhan terhambat (kerdil)
2. Daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai ujung daun
3. Terlihat jelas pada tanaman yang masih muda
4. Pada tanaman jagung, tongkol tidak sempurna dan kecil-kecil

Kalium (K)
Unsur K dalam tanah berasal dari
pupuk buatan (ZK)

mineral-mineral primer tanah dan berasal dari

Fungsi K :
1.

Pembentukan pati

2.

Mengaktifkan enzim

3.

Pembukaan stomata

4.

Proses fisiologis dalam tanaman

5.

Proses metabolik dalam sel

6.

Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain

7.

Mempertinggi ketahahan terhadap kekeringan dan penyakit

8.

Perkembangan akar

K dalam tanah dibedakan menjadi :


1. Tidak tersedia bagi tanaman
2. Tersedia
3. Tersedia tapi lambat
Kehilangan K dari tanah disebabkan oleh karena diserap oleh tanaman ter
utama leguminose, tomat dan kentang serta pencucian oleh hujan (leaching).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

77

Gejala defisiensi K:
1. Terlihat pada daun tua, karena daun muda yang masih tumbuh dengan aktif menye
dot K dari daun tua
2. Ruas pada tanaman jagung memendek dan tanaman tidak tinggi
3. Pinggir daun berwarna coklat mulai daun tua

Kalsium (Ca)
Ca dalam tanah berasal dari mineral primer (plagioklas), karbonat (kalsit dan do
lomit) , garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat). Ca diambil tanaman dala
m bentuk Ca++.
Fungsi Ca:
1. Penyusunan dinding sel tanaman
2. Pembelahan sel
3. Pertumbuh (elongation)
Gejala defisiensi Ca:

1. Tunas dan akar tidak dapat tumbuh karena pembelahan sel terhambat
2. Pada jagung, ujung daun coklat dan melipat serta terkulai ke bawah
saling melekat dengan daun dibawahnya
Magnesium (Mg)
Diserap sebagai Mg++. Mg dalam tanah berasal dari mineral kelam (biotit, augit
, hornblende, amfibol), garam (MgSO4), dan kapur (dolomit).
Fungsi Mg :
1. Pembentukan klorofil
2. Sistem enzim (aktivator)
3. Pembentukan minyak

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

78

Gejala defisiensi Mg :
1. Defisiensi pada daun tua
2. Daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu
3. Pada jagung terlihat garis kuning pada daun
4. Pada daun muda keluar lendir

Belerang (S)
Diserap tanaman dalam bentuk SO 2dan dalam bentuk gas SO2 dari udara melalui
daun.
tile

Sedangkan bentuknya dalam tanaman berupa protein, sulfat dan vola

(mudah menguap) seperti allysulfat pada bawang putih dan bawang merah.
Fungsi S terutama dalam pembentukan protein. Asal dalam tanah:
1. Mineral primer (pirit dan gipsum)
2. Atmosfir : SO2 udara
Hilangnya S dari tanah :

1. Diambil tanaman
2. Pencucian (leaching)
3. Penguapan SO42Gejala defisiensi S :
1. Defisiensi pada daun tua
2. Tanaman kerdil
3. Pematangan lambat
4. Daun-daun kuning

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

79

Unsur-unsur Mikro
Unsur mikro dalam tanah berasal dari mineral dalam bahan induk dan ba
han organik. Adapun faktor yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah :
pH tanah
Drainase tanah
Jerapan liat dan reaksi kimia
Ikatan dengan bahan organik
Fungsi masing-masing unsur mikro:
Zn
pembentukan hormon tumbuh katalis pembentukan protein pematangan biji
Fe
Pembentukan klorofil
Oksidasi reduksi dalam pernafasan
Penyusun enzim dan protein
Cu

Katalis pernafasan Penyusun enzim Pembentukan klorofil


Metabolisme karbohidrat dan protein

B
Pembentukan protein
Metabolisme nitrogen dan karbohidrat
Perkembangan akar
Pembentukan buah dan biji
Mn
Metabolisme N dan asam organik
Fotosintesis

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

80

Perombakan karbohidrat
Pembentukan karotin, riboflavin dan asam askorbat
Mo
Meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik
Pembentukan protein

Penyerapan unsur mikro oleh tanaman


Unsur
naman
Zn2+
Unsur

mikro yang termasuk jenis kation yaitu Fe, Mn, Zn Cu diambil ta


melalui pertukaran kation atau sebagai kation terlarut seperti Fe2+, Mn2+,
dan Cu2+.
mikro yang termasuk jenis anion yaitu B, Mo, Cl diambil tanaman

33dalam bentuk anion terlarut seperti B3


dalam bentuk pertukaran anion
, MoO4
, Cl , kadang juga diambil
Unsur mikro dapat diserap melalui daun (dengan penyemprotan)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

81

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 6 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga
n dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 15 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
1. Jelaskan sifat-sifat kimia tanah dasar. Buatlah dalam bentuk makalah dan dip
resentasikan secara berkelompok.
2. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap unsur-unsur hara
esencial dalam bentuk bahan presentasi kelompok

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

82

BAB III. PENUTUP


Sifat kimia tanah dasar yang perlu dipahami mahasiswa antara lain; reaksi tanah,
kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, unsur hara esensial dan daya sanggah ta
nah. Pemahaman tentang sifat-sifat kimia tanah akan membantu mahasiswa menentuka
n potensi tanah kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Begitupula dengan sifat
morfologi tanah yang dapat ditentukan jika sifat kimia tanah dipahami dengan bai
k.

Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D.

1990.

Soil Fertility and

Fertilizers. 4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.


3. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

83

MODUL 7

BAHAN ORGANIK TANAH


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ampir semua kehidupan di dalam tanah tergantung pada bahan organik untuk memenuh
i kebutuhan akan hara dan energi. Telah diketahui pula betapa pentingnya baha
n organik terhadap pertumbuhan tanaman.
Bahan organik berperan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi ta
nah. Modul 7 ini akan membahas akan arti penting bahan organik dalam tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sumber bahan organik komposisi bahan
organik, perombakan bahan organik, humus, peranan bahan organik
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami sumber bahan organi
k, proses dekomposisi dan peranan bahan organik tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

84

BAB II. PEMBAHASAN


Bahan organik merupakan bagian integral dari tiap tanah yang mempengaruhi sifatsifat fisik, kimia dan biologi tanah jauh lebih besar dari proporsi bahan ini d
alam tanah. Proporsi bahan organik pada tanah mineral pada umumnya berkisar anta
ra 1-6 persen, sedang pada tanah organik dapat mencapai separuh dari massa tanah
. Semua zat-zat organik dalam tanah, hidup atau mati, segar atau melapu
k, senyawa sederhana atau yang kompleks, merupakan bagian dari bahan organik ya
ng terdapat di tanah. Binatang-binatang, demikian juga akar-akar tanaman yang
hidup dalam tanah tidak dimasukkan dalam definisi ini. Pada pihak lain, bakter
i-bakteri, cendawan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organ
ik karena alasan sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya d
ari bahan organik lainnya dalam tanah.
Dengan pertimbangan di atas, jelaslah definisi mengenai bahan organik. Untuk tuj
uan praktikal, bahan organik dapat digolongkan sebagai residu dan humus. Residu
meliputi bagian-bagian tanaman maupun binatang yang mati pada semua stadia pel
apukan. Humus merupakan bahan organik yang berwarna gelap yang mempunyai sifat
-sifat kimia maupun fisika yang cukup jelas dan melapuk dengan lambat, tidak s
ecepat pelapukan residu.
Selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud
dengan bahan organik tanah adalah humus.
Kalau dikatakan bahan organik
merupakan sumber hara untuk tanaman maka yang dimaksud tentulah residu ditambah
dengan humus.
Sumber Bahan Organik Tanah
Sumber primer bahan organik tanah ialah jaringan tumbuhan berupa akar, batang, r
anting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi d
an akan terangkut ke lapisan bawah tanah. Tumbuhan tidak saja sebagai sumber ba
han organik tanah, tetapi juga sebagai sumber bahan organik dari seluruh makhluk

hidup.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

85

Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terl
ebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binat
ang menyumbangkan pula bahan organik. Berbeda sumber bahan organik tanah akan
berbeda pula pengaruhnya yang disumbangkan ke dalam tanah. Hal ini berkaitan e
rat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut.
Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binat
ang. Pada umumnya jaringan binatang lebih cepat hancur daripada jaringan tumb
uhan. Menurut Hakim, et. al. (1986) Jaringan tumbuhan sebagian besar ter
susun atas air yang beragam dari 60 90 % dan rata-rata sekitar 75 %. Bagian pada
tan sekitar 25 % dari hidrat arang (60 %), protein (10 %), lignin (10
30 %), dan lemak (1- 8 %). Ditinjau dari susunan unsur, karbon merupakan bagian
terbesar (44 %), disusul oleh oksigen
(40 %), hidrogen dan abu masing-masing
sekitar (8 %). Susunan abu itu sendiri terdiri dar seluruh unsur hara yang dis
erap dan diperlukan tanaman, kecuali C, H, dan O.
Peranan Bahan Organik
Menurut Hakim, et. al. (1986). Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung
terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan s
ifat dan ciri tanah.
Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah:
a.

Kemampuan menahan air meningkat (water holding capacity)

b.

Warna tanah menjadi coklat dan hitam (lebih gelap)

c.

Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya

d.

Menurunkan plastisitas dan menurunkan bulk density (BD) tanah.

Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah:


a.
Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation b.
g mudah dipertukarkan meningkat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


c.

Jumlah kation yan

86

Unsur N, P, dan S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganis

me sehingga terhindar dari pencucian dan kemudian tersedia kembali.


d.
Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.

Pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah:


a.

Jumlah dan aktivitas metabolik organisme meningkat

b.
at.

Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningk

Tabel 1. Sifat-sifat humus dan pengaruhnya pada tanah.


Sifat

Keterangan
Pengaruh pada tanah

Warna
Retensi air
Kombinasi dengan mineral-mineral liat

Kelarutan dalam air

Hubungan pH

Mineralisasi
Kombinasi dengan molekul-molekul organik
Menyebabkan warna tanah lebih gelap
Bahan organik dapat memegang air sampai 20 kali beratnya
Mengingat molekul-molekul dalam agregat-agregat
Ketidak larutan bahan organik sebagian disebabkan assosiasinya dengan liat; gara
m-garam dan kation bivalen atau trivalen dengan bahan organik yang terisolir lar
ut sebagaian dalam air
Bahan organik menyangga pH pada kisaran-kisaran agak masam, netral dan alkalis

Pelapukan bahan organik menghasilkan

CO2, NH4+, NO3-,PO43- dan SO42Mempengaruhi aktifitas biologi, persistensi dan degradasi biorik pestisida
Berpengaruh pada pemanasanan
Mengurangi sifat mengerut dan mengembang, memperbaiki retensi pada tanah-tanah b
erpasir

Memungkinkan pertukaran udara

Sedikit bahan organik hilang karena tercuci

Membantu terpeliharanya reaksi tanah yang seragam


Sumber hara untuk pertumbuhan tanaman
Mempengaruhi dosis pestisida untuk pengendalian yang efiktif.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

87

Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik


Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik d
an nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur ta
nah, dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N, kad
ar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15 20 %), ma
kin ke bawah makin berkurang, hal ini disebabkan akumulasi bahan organik memang
terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah din
gin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan
organik dan N bertambah dua hingga tiga kali setiap suhu tahunan rata- rata tur
un 10oC. Bila kelembaban efektif meningkat kadar bahan organik dan N juga berta
mbah. Hal ini menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Drain
ase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabk
an kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Pelapukan i
ntensif menyebabkan rendahnya kadar organik pada tanah-tanah tropis.
Selain itu, bahan organik berperan sebagai: sumber makanan dan energi unt
uk mikroorganisme; nutrisi tanaman melalui pelapukannya dan peranan pertukaran i
on dari humus; penyedia bahan yang diperlukan untuk pembentukan dan stabilisasi
agregat-agregat tanah; pemegang air dan melalukan air; pengendali aliran permuka

an dan erosi tanah.


Bahan-bahan tanaman mengandung berbagai macam gula, lemak dan protein yang menye
diakan banyak energi untuk mikroorganisme. Dalam perombakan bahan organik ini d
ilepaskan unsur-unsur yang diperlukan sebagai hara tanaman dan juga untuk mikroo
rganisme. Proses perombakan bahan organik menjadi bentuk ikatan- ikatan yang sed
erhana disebut sebagai mineralisasi. Hasil perombakan tersebut adalah air CO2,
Nitrogen bebas, ammonia, gas methan beberapa garam mineral
sederhana. Perombakan bahan organik dapat berlangsung dalam waktu cepat, tetapi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

88

sebagian berlangsung dalam waktu lama. Bahan-bahan lignin melapuk lebih lama di
bandingkan dengan bahan-bahan yang mengandung protein.
Hasil pelapukan bahan organik membantu agregasi tanah sehingga diperoleh struktu
r yang mempunyai baik pori makro maupun mikro, dan konsekuensinya memperbaiki in
filtrasi air dan aerasi tanah. Infiltrasi dan perkolasi air yang lebih baik ak
an mengurangi aliran permukaan dan erosi. Bahan organik bersama liat membentuk
agregat-agregat yang lebih mantap terhadap pengaruh menghancurkan oleh air. T
anah dengan agregat-agregat yang lebih tahan terhadap penghancuran oleh air, den
gan demikian lebih tanah terhadap erosi.
Bahan organik memperbesar kemampuan tanah memegang air dan kapasitas tukar katio
n tanah. Perbaikan kedua parameter ini berarti mengurangi kemungkinan tercuciny
a hara dari tanah. Bahan organik tanah memegang hara tanah cukup kuat sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya pencucian, tetapi juga cukup mudah melepas kem
bali ion-ion yang dijerap sehingga tersedia untuk tanaman.
Bahan organik tanah mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi yang lebih ekstrim
dalam tanah, misalnya meningkatnya konsentrasi ion-ion karena pemberian pupuk.
Konsentrasi ion-ion yang terlalu tinggi dalam larutan tanah dapat menyebabkan ke
tidakseimbangan dalam penyerapan hara atau tanaman keracunan.
Banyak kompleks humus-liat terjadi di dalam perut cacing dan fauna tanah lainny
a/ kontak liat dan bahan organik sangat dekat dan kegiatan mikroorganisme melapu
k bahan organik menjadi intensif. Dengan penuaan, pelapukan bahan organik mengha
silkan humus dan dengan demikian menghasilkan agregat-agregat yang mantap air.
Tanah dari tahi cacing menunjukkan kapasitas tukar kation yang tinggi dari tanah
asalnya. Dengan jalan ini adanya cacing meningkatkan kesuburan tanah
lapisan paling atas.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

89

Pengaruh Bahan Organik Terhadap Keadaan Tanah


Perkembangan perakaran tanaman paling banyak terletak di lapisan olah atau lapis
an atas tanah sampai kedalaman 15-30 cm yang mengandung paling banyak bahan orga
nik. Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media pertumbuhan
dan perkembangan perakaran (Suharajo, et. al. 1986).
Bahan organik, terutama yang telah menjadi humus, dengan rasio C/N dima
na N 20 dan C 57 %, dapat menyerap air 2-4 x lipat dari bobotnya. Karena kandun
gan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air. Tanah
-tanah yang banyak mengandung bahan organik memerlukan air lebih banyak untuk di
simpan sebagai persediaan, dengan demikian kelembaban tanah akan terjaga lebih b
aik.
Bahan organik berbentuk humus dapat menahan hara tanaman menjadi bentuk
tidak larut dan tidak mudah tercuci air hujan. Makin tinggi kadar bahan organi
k, makin banyak hara tanaman dapat ditahan, sehingga bahan organik dapat berfung
si sebagai gudang atau media penyimpanan hara tanaman dan pemupukan (anorganik)
yang dilakukan dapat lebih efisien.
Bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpanan hara, juga mudah melepaskan h
ara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terfiksasi Ca, Fe,
dan Al yang tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur- unsur
Ca, Fe, dan Al tersebut diikat bahan organik menjadi organo-complex (kompleks or
ganik).
Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya dapat juga menjadi isolato
r panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu, walaupun permuka
an tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah
bagian bawah tidak terlalu terpengaruh.
Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi banyak jasad
mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik segar atau bahan yang
belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

90

menjadi stabil setelah humus terbentuk. Makin banyak bahan organik makin banyak
pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan kelemb
aban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan kegiatan jasad
mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan struktur
tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang demikian m
erupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah y
ang berstruktur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur de
ngan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.
Butir-butir air hujan yang jatuh ke permukaan tanah mineral mempunyai kekuatan y
ang mampu memecah massa dan melemparkan butir-butir tanah yang telah lepas sebag
ai erosi percikan (splash erosion).
Setelah lapisan tanah atas jenuh air, ru
ang-ruang pori tanah cepat tertutup oleh partikel-partikel halus, sehingga air
mengalir di permukaan dan membawa partikel-partikel lepas sebagai erosi
lapisan permukaan (sheet erosion). Dengan adanya bahan organik di lapisan tanah

atas, sheet erosion dapat dihambat karena bahan organik bertindak sebagai peris
ai. Penutupan pori tanah dapat dikurangi karena bahan organik membuat lebih bany
ak rongga udara dan struktur tanah lebih mantap sehingga partikel tanah tidak mu
dah lepas. Aliran permukaan berkurang karena lebih banyak air dapat meresap ked
alam tanah sehingga sheet erosion dapat dihindari. Dengan demikian bahan organi
k dapat mengurangi terjadinya erosi.
Siklus Bahan Organik Dalam Tanah Jaringan tanaman dirubah menjadi jaringan
jasad mikro dan humus melalui proses perombakan yang kemudian membentuk karbon
(C).
Menurut Yulius, et. al., (1985), melalui mineralisasi humus, CO2
dilepaskan kembali ke udara dan diserap oleh tumbuhan hidup, dan
melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam jaringan tumbuhan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

91

Senyawa-Senyawa Penting Bahan Organik Tanah


Bahan organik yang telah terdekomposisi dengan baik menghasilkan 6 gugus fungsio
nal yang memegang peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik dan kim
ia tanah:
1.

Amin = amonia tersubstitusi

H dalam amonia di ganti oleh gugus alkil (CnH2n+1) atau Aril (aromatik
Hn-1).
2.

Gugus Karbonil (C = O) HCHO ( Formaldehida)

CH3CHO (Asetaldehida)
O
CH3C CH3 (Dimetil Keton = Aseton) O
CH3C CH2CH3 (Metil Etil Keton) O
3.

Gugus Hidroksil ( -OH)

CH3CH2OH

Alkohol Primer

CH3
CHOH

Alkohol Sekunder

Cn

CH3
4.

Enol

OH terikat pada karbon berikatan rangkap


- C : : C : O : H

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


5.

92

Gugus Karboksil ( - C OH)

Gugus karboksil adalah gabungan dari gugus karbonil dan hidroksil


O

RC O : H

+ : O : H

RC O : - + H : O : H+

H
6.

H
Asam Amino

O
R CH C OH NH2

Siklus Bahan Organik Dalam Tanah


Jaringan tanaman dirubah menjadi jaringan jasad mikro dan humus melalui proses p
erombakan yang kemudian membentuk karbon (C). Menurut Yulius,dkk., (1985), mela
lui mineralisasi humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap oleh tumb
uhan hidup, dan melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam jar
ingan tumbuhan.

Nisbah Karbon-Nitrogen dan Perombakan Bahan Organik


Adanya nisbah C/N (Nisbah dan jumlah C terhadap jumlah N) dan laju perombakan ja
ringan tanaman terhadap hubungan yang konsisten. Variasi nisbah C/N terutama di
sebabkan oleh variasi kandungan N-protein diantara berbagai tanaman atau perbed
aan tingkat kematangan pada suatu tanaman. Konsentrasi N dalam tanah berkisar
dari terkecil 0,25% pada jaringan tua tanaman sampai lebih dari 3 % pada jaringa
n sukksulen muda. Jika kita mengganggap kandungan kadar N tersebut di atas mem
berikan nisbah C/N yang berkisar dari 17/1 (rendah) sampai 200/1 (tinggi).
Kebanyakan nisbah C/N jaringan tanaman terletak dalam kisaran ini.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

93

Jaringan tanaman yang mempunyai nisbah C/N rendah cenderung dirombak lebih cepat
dibandingkan dengan bahan tanaman yang mempunyai nisbah C/N tinggi. Hal ini di
sebabkan oleh dua hal: 1. Bahan tanaman yang mempunyai nisbah C/N rendah mengan
dung tinggi N dan 2. Bahan tanah tersebut mengandung lebih besar proporsi C dal
am bentuk senyawa-senyawa sellulosa dan lignin yang lebih tahan terhadap pelapuk
an. Pada bahan dengan nisbah C/N tinggi keadaan adalah sebaliknya. Akibatnya j
asad yang mengerang bahan dan nisbah C/N rendah sekurang-kurangnya pada awal pro
ses perombakan tidak diatasi baik oleh kekurangan N atau C tersedia. Jasad mengg
unakan C dengan cepat, laju penggunaan C menentukan laju perombakan, sebaliknya
jasad hidup yang mengerang pada bahan tanaman dengan C/N tinggi di batasi oleh k
andungan N dan C yang tersedia. Kekurangan N dapat diatasi dengan menambahkan g
aram-garam N dalam proses pelapukan. Namun hal ini tidak akan ketersediaan C,
karena C tetap berada dalam bentuk yang tahan perombakan, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sedikit sekali yang dapat dilakukan untuk mempercepat laju
perombakan dari bahan tanah yang mempunyai nisbah C/N tinggi (Yulius, et. al.,
1985).

Pengelolaan Bahan Organik


Bahan organik ada yang cepat melapuk dan ada yang lambat. Kecepatan melapuk san
gat berhubungan dengan komposisi kimia bahan organik tersebut. Bahan organik ya
ng mempunyai rasio C/N yang tinggi (jadi kadar Nitrogennya relatif rendah diband
ingkan dengan karbon), atau yang mengandung banyak polifenol lambat melapuk, jad
i lambat melepas hara ke tanah dan tanaman. Bahan organik ini digolongkan seba
gai berkualitas rendah.
Penggunaan bahan organik yang mempunyai C/N tinggi da
pat menyebabkan immobilisasi hara oleh mikroorganisme sehingga tanaman menjadi k
ekurangan hara, khususnya Nitrogen. Namun demikian, hara yang diimmobilisas
i ini dilepaskan kembali ke tanah kemudian bila
mikroorganisme yang bersangkutan mati dan jaringannya mengalami penguraian.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

94

Bahan organik kualitas tinggi melapuk dengan cepat. Bahan organik ini c
ocok digunakan sebagai sumber hara untuk dapat digunakan tanaman yang pertumbuha
nnya lebih cepat. Sinkronisasi waktu pemberian dan cara pemberian bahan organi
k diperlukan agar hara-hara yang dilepas dari bahan organik dapat diserap seban
yak-banyaknya oleh akar tanaman.
Pencampuran bahan organik dengan tanah

mempercepat pelapukan bahan organik, jadi pelepasan hara dari bahan organik ke t
anah.
Bahan Organik dan Pengolahan Tanah
Pengolah tanah menyatakan bahwa tanah yang mudah dikerjakan adalah tanah yang mu
dah diolah. Tanah yang mengandung bahan organik yang baik adalah tanah yang mud
ah diolah. Para ahli tanah berpendapat bahwa tanah mudah diolah sebagai variab
el yang berarti mudah diremuk atau dilumat. Partikel tanah terikat bersama dala
m bentuk kepingan-kepingan kecil dalam bentuk tumpukan atau granular. Kondisi ta
nah sebelum diolah dapat ditentukan melalui peremukan tanah yang menunjukkan jen
uh tidaknya tanah, sehingga dapat atau belum diolah.
Pengelolaan tanah yang bijaksana berusaha memperkaya bahan organik tanah.
Dengan menambah bahan organik, tanah mempunyai daya memegang air, daya memega
ng hara yang lebih baik, disamping mempunyai struktur yang lebih kondusif untuk
perkembangan akr, dan menambah ketahanan tanah terhadap erosi. Hara-hara tanaman
dilepas secara berangsur-angsur dari bahan organik sehingga dapat dimanfaatkan
lebih baik oleh tanaman. Menambah bahan organik tanah berarti menambah unsur-uns
ur hara dalam bentuk organik di dalam tanah, jadi mengurangi kemungkinan tercuci
nya hara-hara tersebut dibandingkan hara-hara yang diberikan dalam bentuk pupukpupuk anorganik.
Meletakkan bahan orgganik di atas tanah
sebut, jadi memperlambat pelepasan hara
an organik digunakan sebagai mulsa,
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
tas

memperlambat pelapukan bahan organik ter


ke tanah dan tanaman. Jadi, kalau bah
maka penambahan pupuk lebih
hara tanaman.
Bahan organik kuali

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

95

rendah cocok digunakan sebagai bahan mulsa diatas permukaan tanah karena lama be
rtahan sebagai penutup tanah. Mulsa berguna untuk memelihara kelembaban tanah,
melindungi penghancuran tanah oleh hujan yang jatuh dan membatasi erosi tanah.
Penjelasan tentang bahan organik, humus dan yang berkaitan dengan proses pembent
ukannya dapat memberikan pengertian yang luas berkaitan dengan fungsi tanah seba
gai media. Kita dapat membuat matrix dalam berbagai hal sesuai dengan
sifat-sifat tanah dan produksi pertanian.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

96

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 7 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga
n. Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Buatlah makalah perorangan tentang
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.

peranan

bahan

organik

terhadap

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

97

BAB III. PENUTUP


Bahan organik berperan dalam perbaikan sifat fisik, biologi dan kimia
tanah. Sumber bahan organik dapat berupa sisa jaringan tanaman yang melapuk, kot
oran binatang yang ada dalam tanah dan pelapukan organism yang telah ma
ti.bahan organic yang utama adalah humus. Humus yang memperbaiki sifat tanah l
ainnya termasuk sifat fisik, kimia tanah. Sumber bahan organik terbesar adalah
tumbuhan. Tumbuhan tidak saja sebagai sumber bahan organik tanah, tetapi sebagai
sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Bahan organik berperan dalam menjaga kelembaban tanah, menyangga hara tanaman, m
enstabilkan temperatur tanah, memperbaiki aktivitas mikroorganisme, memperbaiki
struktur tanah, dan mengurangi terjadinya erosi.
Kadar bahan organik dan nitrogen di dalam tanah dipengaruhi oleh kedala
man tanah, iklim, tekstur tanah, dan drainase.
Akhirnya kita menyadari bahwa bahan organik ternyata mempunyai keunggulan dalam
memperbaiki potensi tanah dan hasil tanaman.

Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung
3. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

98

MODUL 8

SIFAT BIOLOGI DASAR


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai ukura
n. Partikel mengisi matriks tanah sekitar 50% ruang pori, dan sisanya diisi air
dan udara. Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan
gas. Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik
tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sistem 3 fase, sifat fisik tanah diantaranya:

tekstur, bulk density, porositas, struktur dan agregat serta warna tanah.

C. Sasaran Pembelajaran Modul


Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami sifat-sifat fisik d
asar dari tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

99

BAB II. PEMBAHASAN


Belum semua petani memahami pentingnya dan gunanya aspek biologi tanah dan merek
a juga kurang menyadari keberadaan tanaman maupun binatang-binatang tersebut dal
am tanah. Salah satu sebab adalah sebagian besar binatang-binatang tersebut me
rupakan mikroba yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop. Perombakan bahan org
anik menjadi humus dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut menyer
ap nitrogen bebas dari tanah dan udara, yang kemudian menghubungkannya dengan el
emen lain dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman tinggi. Manusia (petani) tida
k dapat melakukan hal ini kecuali bakteri yang merubah bentuk nitrogen bebas dal
am bentuk yang dapat larut dalam air.
Didalam tanah hidup berbagai jenis mikroorganisme yang dapat dibedakan menjadi f
lora dan fauna baik makro maupun mikro. Organisme tersebut ada yang bermanfaat
dan ada pula yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Berikut penjelasan masing-ma
sing bagian tersebut :
Makrofauna (Gambar 1) , dapat dibedakan menjadi :
1. Hewan-hewan besar pelubang tanah
2. Cacing tanah
3. Arthropoda
4. Moluska (gastropoda)
Cacing tanah

Cacing tanah makan bahan organik mati sisa hewan atau tanaman, tidak makan veget
asi hidup. Bahan organik dan tanah halus yang dimakan cacing kemudian dikeluar
kan sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang berupa agregat-agregat berbentu
k granular dan tahan terhadap pukulan air hujan serta banyak mengandung unsur ha
ra yang tersedia bagi tanaman. Spesies cacing utama adalah : Helodrilus caligin
osus (cacing kebun), Helodrilus foetidus (cacing merah) dan Lumbricus
terrestris (cacing malam).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

100

Arthropoda dan Mollusca


1.

Crustacea

2.

Chilopoda

3.

Arachnida

4.

Inscect

Jenis arthropoda memakan sisa tumbuhan yang membusuk dan membantu memperbaiki ta
ta udara tanah dengan membuat lubang kecil pada tanah. Namun ada beberapa diant
aranya yang bersifat mengganggu tanaman karena makan tumbuhan yang hidup. Jeni
s moluska yang hidup di atas tanah yang penting adalah bekicot.

Gambar 1 Organisme tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

101

Mikrofauna; Protozoa dan Nematoda


Protozoa (Gambar 2) merupakan hewan bersel satu yang makan bakteri sehingga dapa
t menghambat daur ulang unsur-unsur hara ataupun menghambat berbagai pro
ses dalam tanah yang melibatkan bakteri. Ada tiga jenis protozoa yaitu Amoeba,
Flagellata dan Chiliata. Nematoda adalah cacing yang sangat kecil seperti benan
g, tidak berbuku-buku. Nematoda dibagi 3 yaitu : (1) Pradaceous, (2) Parasitik
, (3) Omnivorous. Nematoda parasit dapat menyerang semua jenis tanaman.

Gambar 2 Protozoa dan algae

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

102

Makroflora
Akar-akar tanaman mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan unsur-u
nsur hara oleh akar-akar tersebut.
Disamping itu akar juga mempunyai peng
aruh langsung terhadap ketersediaan unsur hara karena dapat membentuk asam- asam
organik di permukaannya yang dapat meningkatkan kelarutan unsur hara. Ketersedi
aan unsur hara sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang dikeluarkan oleh akar da
n aktivitas mikroorganisme di rhizosphere.
Mikroflora
Mikroflora dalam
algae. Bakteri,
anah yang mantap
mudah larut dalam

tanah antara lain : bakteri, fungi, actinomycetes, dan


fungi dan aktinomisetes membantu pembentukan struktur t
karena kemampuannya dalam mengeluarkan zat perekat yang tidak
air.

Bakteri
Bakteri dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Autotrof, menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik misal
nya melalui fotosintesis
2. Heterotrof, mendapatkan makanannya dari bahan organik yang telah ada

Bakteri-bakteri tersebut kemudian dibagi menjadi :


1.
i

Bakteri fotoautotrof, menggunakan energi dari sinar matahari dan karbon dar

CO2 udara untuk mendapatkan makanannya

2. Bakteri fotoheterotrof, menggunakan energi dan sinar matahari dan karbon da


ri bahan organik untuk mendapatkan makanannya
3. Bakteri Chemoautotrof, menggunakan
energi dari hasil oksidas
i bahan
anorganik seperti N, S, Fe dan karbon dari udara untuk makanannya.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

103

4. Bakteri Chemoheterotrof, menggunakan energi dan karbon dari bahan organik u


ntuk makanannya.

Fungi
1. Parasitik
2. Saprofitik
3. Simbiotik

Mycorhiza, yang berarti jamur akar adalah assosiasi simbiosis mycelia fungi deng
an akar tanaman tertentu (Gambar 3). Mikoriza membantu tanaman induk menyerap u
nsur hara tertentu.
Mikorisa ada dua macam yaitu mikorisa ektotropik
dan mikorisa endotropik.

Aktinomisetes
Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan menjadi fungi atau bakteri. Dic
irikan oleh miselia yang bercabang-cabang seperti fungi. Aktinomisetes dapat m
emproduksi antibiotik seperti streptomycin, aeromycin, tetramycin, dan neomycin.
Fungsi utama actinomycetes adalah dalam dekomposisi bahan organik terutama selu
losa dan jenis bahan organik lain yang resisten.

Algae
Algae (Gambar 2) mempunyai klorofil dan terdiri dari green algae, blue green
algae, yellow green algae dan diatomae. Berkembang biak pada tanah subur dan l
embab. Blue green algae dapat mengikat N udara. Pada tanah sawah yang tergenan

g, algae membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan


menggunakan N dari udara.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Gambar 3 Beberapa bentuk fungi

104

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

105

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 8 ini didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
Jelaskan sifat-sifat biologi tanah dasar. Buatlah dalam bentuk makalah dan dipr
esentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

106

BAB III. PENUTUP


Kehidupan mikroorganisme di dalam tanah sangat penting untuk dipahami mahasiswa
dalam memahami sifat biologi tanah dasar.
Mikroorganisme hidup dalam t
anah dalam bentuk mikroflora dan makrofauna. Aktivitas kehidupan mikroorganism
e dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah lainnya yaitu sifat fisik dan sifat
kimia tanah.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New
York.
2.
3.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.


Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan

Publishing Company. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

107

MODUL 9

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
esuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam meyediakan hara untuk pertumbuhan ta
naman. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan tanah menyediakan h
ara untuk tanaman adalah mineralogi
tanah, kapasitas tukar kation tanah, bahan organik tanah, populasi mikro
organisme tanah.

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang konsep tanah subur, parameter indika
tif kesuburan tanah.
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami tentang kes
uburan tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

108

BAB II. PEMBAHASAN


Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang dapat
diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam sistem
kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi. Oleh karena itu s
istem kesuburan tanah harus dijaga dan tingkatkan. Usaha-usaha yang dapat dilaku
kan dalam menjaga sistem kesuburan tanah, yaitu:
1. Mengurangi air perkolasi
2. Mengurangi laju erosi
3. Mengurangi penguapan unsur hara essensial
4. Mengurangi perubahan unsur hara tersedia menjadi unsur hara tak tersedia
5. Mengurangi kebocoran hara pada saat panen
6. Melakukan usaha pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah, sedan
gkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar tanah menjadi lebi
h subur. Oleh karena itu, pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan z
at hara tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya juga term
asuk penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifat- sifat tanah misalnya p
emberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, pen
gapuran dan sebagainya yang disebut ameliorasi.
Sebelum membicarakan berbagai bahan pupuk, sangat perlu memperhatikan pemakaian
unsur-unsur pupuk (nitrogen, fosfor dan kalium) secara tepat karena berkaitan de
ngan ekonomi dan keefektifan pemupukan. Sebaiknya unsur yang diberikan merupak
an tambahan bagi unsur yang sudah ada dalam tanah, sehingga jumlah keseluruhan N
, P dan K yang tersedia bagi tanaman berada dalam perbandingan yang tepat.
Pada waktu bersamaan ketersediaan unsur esensial
lainpun harus baik. Secara singkat, keseimbangan kesuburan secara menyeluruh

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

109

harus sedemikian rupa sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang lebat da
n normal.
Klasifikasi Pupuk
Klasifikasi pupuk telah banyak dilakukan oleh para ahli untuk membedakan, jenis,
bahan asal dan cara/sifat kerjanya, yaitu:
Klasifikasi pupuk berdasarkan sifat kerja:
1. Pupuk langsung: pupuk-pupuk yang mengandung unsur hara tanaman dan pengaruh
nya langsung kepada tanaman, seperti pupuk N,P,K dan lain- lainnya, juga termas
uk pupuk cair.
2. Pupuk tidak langsung; pengaruh utama adalah terhadap tanah, tetapi juga men
gandung unsur hara, seperti pengapuran dan penambahan bahan organik.
Klasifikasi pupuk berdasarkan kecepatan kerja
1. Pupuk yang kerja cepat ( fast acting/fast release): pengaruhnya cepat terli
hat, contohnya pupuk yang bersifat higroskopis
2. Pupuk yang kerja lambat (slow acting/slow release): pupuk-pupuk yan
g efektif hanya setelah terjadi perubahan dalam tanah.
Klasifikasi berdasarkan tipe senyawa kimia
1.

Pupuk organik

2. Pupuk anorganik atau pupuk mineral: mengandung satu atau lebih senyawa anor
ganik.
Klasifikasi berdasarkan menurut jumlah unsur hara
1. Pupuk tunggal: pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara essensial.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

110

2. Pupuk majemuk: pupuk yang mengandung beberapa unsur hara, contoh pu


puk NPK.
Klasifikasi menurut jumlah yang dibutuhkan

1. Pupuk hara makro (major nutrient fertilizers): pupuk yang mengandun


g unsur hara makro, yaitu: N,P,K, Ca, Mg, S dan diberikan dalam jumlah yang lebi
h besar dibandingkan pupuk mikro.
2. Pupuk hara mikro: pupuk yang mengandung unsur mikro serta dibutuhkan dalam
jumlah kecil.
Klasifikasi menurut keadaan fisik
1.

Pupuk padat, contohnya: urea, TSP, KCl dan lain-lain.

2.

Pupuk cair

3.

Pupuk gas; amoniak dan gas belerang

Dasar-Dasar Pemupukan
Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang penting diperhatikan yaitu ;
1.
Tanaman-tanaman yang akan dipupuk Penggunaan unsur hara oleh tanaman Sifat
-sifat akar
2.
Jenis tanah yang akan dipupuk
3.

Jenis pupuk yang akan digunakan

4.

Dosis (jumlah)pupuk yang diberikan

5.
6.

Waktu pemupukan
Cara pemupukan Broadcast (disebar) Sideband

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


In the row
Top dressed atau side dressed
Pop up
Foliar application

Cara penyimpanan pupuk

111

Hal penting diperhatikan dalam menyimpan pupuk :


1.

Suhu gudang janan terlalu tinggi

2.

Kelembaban

3.

Tumpukan jangan terlalu tinggi, max 20 karung

4.

Jangan mencampur pupuk dalam satu tempat, harus dipisahkan.

Pupuk Organik
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adal
ah dengan pemberian pupuk organik atau pupuk kandang.
Kandungan unsur
hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai
keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah
seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air
dan kation- kation tanah dsb.
Pupuk kandang
Hal penting yang diperhatikan dari pupuk kandang yaitu sifat-sifat pupuk kandang
olehkarena tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk kandang dengan s
ifat yang berbeda-beda. Kandungan unsur hara pukan juga ditentukan oleh
makanan ternak/hewan yang diberikan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

112

Pupuk hijau
Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda dan dapat sebagai penambah N da
n unsur-unsur lain, atau sisa-sisa tanaman yang dikembalikan ke tanah. Pupuk h
ijau sebagai pengganti pupuk kandang apabila pupuk kandang sedikit, sedangkan ta
nah sangat memerlukan pupuk organik. Pupuk hijau umumnya berupa tanaman legumi
nosa dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman rotassi untuk
memanfaatkan waktu sehingga tanah tidak diberakan. Tanaman pupuk hijau harus me
menuhi syarat-syarat sbb:
1.

Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan bahan hijauan

2.

Sukulen, tidak banyak mengandung kayu

3.

Banyak mengandung N

4.

Tahan kekeringan

5.

Bila sebagai tanaman sela maka dipilih jenis yang tidak merambat

Kompos
Selain pukan dan pupuk hijau, dalam penyedian pupuk organik dapat digunakan komp
os. Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang terlindu
ng dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram air bila terlal
u kering.
Pupuk organik buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi se
hingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan car
a kerja seperti pupuk kimia (anorganik). Pupuk ini dapat memperbaiki sifat fis
ik tanah dan biologi tanah dan dapat menyediakan unsur hara lebih cepat dan lebi
h
efektif seperti pupuk kimia.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

113

Pupuk daun
Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan penyem
protan ke daun. Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah pen
yerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tan
aman cepat terlihat. Unsur hara itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampi
r seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusaka
n tanah. Kekurangan pupuk yang diberikan lewat daun adalah bila dosis yang dib
erikan terlalu besar, maka daun akan rusak. Kecuali itu, pupuk daun tidak dapat
diberikan pada tanaman yang dikonsumsi daunnya (misalnya sayuran) atau buah yan
g berkulit tipis (tomat). Harga pupuk daun lebih mahal daripada pupuk akar dan
pemeberiannya memerlukan alat khusus.
Pengapuran
Dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah, pemberian kapur juga termasuk dalam pe
rbaikan kesuburan tanah. Pengapuran berguna untuk :
1.

Menaikkan pH tanah

2.

Menambahkan unsur Ca, Mg

3.

Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo

4.
Mengurangi keracunan Fe, Mn dan Al
5.
Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil- b
intil akar

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

114

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 9 ini didasarkan pada hasil kerja peroranga
n dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 15 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
1.

Apa yang dimaksud dengan tanah yang subur?

2.

Kapan tanah perlu dipupuk?

Buatlah dalam bentuk makalah dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

115

BAB III. PENUTUP


Tanah yang subur berarti tanah yang sanggup mendukung pertumbuhan tanaman dengan
baik. Sifat kesuburan tanah akan sangat tergantung pada sifat tanah lainnya te
rmasuk sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah yang subur dapat diketahui
melalui indicator tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik menjadi pertanda tanah
tersebut cukup mendukung pertumbuhan tanaman dan hal ini berarti tanah tersebut
subur.

Sumber pustaka:
1.

Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New

York.
2.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

3.
Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and
Fertilizers.

4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

116

MODUL 10

KLASIFIKASI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anah dari satu tempat ke tempat lain berbeda-beda. Perbedaan tanah sanga
t ditentukan perbedaan karakteristik tanah sehingga dikelompokkan dalam kelas be
rbeda. Sistem klasifikasi di dunia cukup banyak, namun
yang banyak digunakan saat ini adalah sistem klasifikasi menurut Soil Taxonomy (
USDA, 1975). Sistem klasifikasi yang digunakan berdasarkan faktor pembeda dan ho
rison diagnostic (epipedon, sub-surface dan sifat penciri lainnya).

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sistem klasifikasi tanah dan jenis-jenis tan
ah utama dunia.
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami klasifikasi
tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

117

BAB II. PEMBAHASAN


Sifat tanah berbeda-beda, baik warna, tekstur dan sifat lainnya. Kita akan meng
enal tanah yang berwarna hitam, merah atau bertekstur pasir, debu, liat dan lain
-lain sehingga sangat penting bagi kita untuk mengelompokkan tanah-tanah tersebu
t ke dalam suatu kelompok tertentu atau perlu untuk diklasifikasikan aga
r dapat dibedakan satu sama lainnya. Pengkelasan ini sangat penting art
inya dalam penentuan pengelolaan tanah sehingga tanah dapat tepat penggunaan da
n manajemennya.
Sistem klasifikasi tanah yang dikenal di Indonesia cukup beragam, namun yang ser
ing digunakan adalah 3 sistem yaitu :
1.

Pusat Penelitian Tanah Bogor

2.

FAO/UNESCO

3.

USDA yang dikenal sebagai SOIL TAXONOMY (1975)

Sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor


Sistem ini merupakan hasil modifikasi dari sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957) o
leh Pusat Penelitian Tanah di Bogor pada tahun 1978-1982 (Tabel 1). Sistem ini h

anya berlaku di Indonesia, tetapi sistem ini memiliki kesamaan dengan sistem yan
g berkembang di Amerika Serikat yang dipopulerkan oleh Baldwin, Kellog, dan Thr
op, (1938), serta Thorp dan Smith (1949) dengan beberapa modifikasi.
Modifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah meliputi; penghilangan war
na tanah sebagai kriteria penciri pada kategori Macam. Hal Ini dikarenakan war
na tanah tidak memperlihatkan sifat lain yang nyata dari tanah. Selain itu ter
jadi perubahan nama tanah dari Podsolik Merah Kuning menjadi
Podsolik, Hidrosol dan Tanah Sawah dihilangkan dalam sistem klasifikasi tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

118

Tabel 1 Klasifikasi Tanah Dudal-Soepraptohardjo dan PPT


Dudal-Soepraptohardjo
(1957)
Tanah aluvial
(endapan, alluvial soil)
Modifikasi PPT (1978-1982)
Tanah aluvial
Andosol
Tanah Hutan Coklat
(Brown Forest Soil)
Kambisol
Grumusol
Latosol
Litosol

Andosol

Grumusol
Kambisol, Latosol,Lateritik
Litosol Mediteran
Mediteran Organosol
Organosol Podsol
Podsol P
odsolik Merah Kuning
Podsolik Podsolik Coklat
Kambisol Podsolik Coklat Kelabu
Podsolik Regosol
Regosol
Renzina
Renzina

Sistem FAO/UNESCO
Sistem ini dikembangkan oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), utamanya ol
eh FAO dan UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia bersekala
1:5.000.000. Sistem ini dibagi dalam 2 kategori, dimana kategori pertamanya seta
ra dengan great soil grup dan kategori kedua setara dengan subgroup dalam Takson
omi Tanah USDA.
Sistem USDA
Sistem yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy
(1975) menggunakan 6 kategori yaitu Ordo (Tabel 2), Sub-ordo, Great Soil Group,

Subgroup, Family dan Seri.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

119

Tabel 2 ORDO TANAH menurut sistem Soil Taxonomy beserta sifat pencirinya masing
- masing
ORDO
HORISON PENCIRI

PENCIRI UTAMA
SIFAT PENCIRI LAIN

ENTISOL INCEPTISOL ALFISOL ULTISOL OXISOL SPODOSOL MOLLISOL ARIDISOL VERTISOL HI


STOSOL ANDISOL GELISOL
Epipedon okrik, histik Horison kambik Horison argilik Horison argilik Horison ok
sik
Horison spodik
Epipedon molik
Epipedon histik >40cm
Kejenuhan basa >35% Kejenuhan basa <35%
KB seluruh solum >50% Regim kelembaban aridik Sifat vertik
Sifat andik
Sifat gelik (membeku sepanjang tahun)

Horison penciri
Untuk keperluan klasifikasi maka dikenal 3 horison penciri yakni :

1.

Epipedon/horison permukaan

2.

Horison penciri bawah

3.

Horison penciri lainnya/sifat penciri lainnya

Epipedon
1.

Epipedon mollik

2.

Epipedon umbrik

3.

Epipedon histik

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


4.

Epipedon okrik

5.

Epipedon plaggen

6.

120

Epipedon anthropik

Horison penciri bawah


1.

Horison Agrik, terdapat akumulasi debu, liat dan humus

2.

Horison Albik, horizon berwarna pucat, horizon E

3.

Horison Argilik, horizon penimbunan liat

4.

Horison Kalsik, tebal >15cm dan mengandung CaCO3 atau MgCO3 sekunder

5.
k

Horison Kambik, warna lebih merah, indikasi lemah ada argilik atau spodi

6.

Horison Gipsik, banyak mengandung gipsum

7.

Horison Natrik, argilik yang banyak mengandung Na

8.
an

Horison
KTK

Oksik,

tebal>30

cm,

KTK

<16cmol/kgliat

eff<12cmol/kgliat, mineral mudah lapuk <10%


9.

Horison Petrokalsik, horizon klasik yang mengeras

10.

Horison Petrogipsik, horizon gipsik yang mengeras

11.
12.

Horison Salik,, tebal>15 cm dan banyak mengandung garam-garam mudah larut


Horison Sombrik, horizon berwarna gelap, sifat seperti epipedon u

mbrik, iluviasi humus tanpa Al


13.
Horison Spodik, horison iluviasi seskuioksida bebas dan bahan organik
14.

Horison Sulfurik, horison banyak mengandung sulfat masam, pH <3,5

15.
Horison Kandik, seperti argilik, tetapi KTK<16cmol/kgliat, KTKeff<
12 cmol/kgliat
16.
Horison Plakik, padas tipis dari besi dan Mn

Sifat penciri lain


1.
2.
3.
4.

Konkresi
Padas
Sifat andik
Duripan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

121

Fragipan
Kontak litik
Kontak paralitik
Plintit
Kontak densik
Regim kelambaban tanah
Regim temperatur tanah

Perbandingan ke tiga sistem klasifikasi dari PPT Bogor, FAO/UNESCO dan


USDA/Soil Taksonomi tercantum dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Penamaan Tanah menurut sistem FAO, PPT Bogor dan USDA
PPT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
1.

FAO/UNESCO
Tanah alluvial
Andosol
Kambisol
Grumusol
Latosol
Lateritik
Litosol
Mediteran
Organosol
Podsol
Podsolik
Regosol
Rendzina
Ranker
Gleisol
Planosol
Fluvisol

USDA/SOIL TAXONOMY

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Andosol
Cambisol
Vertisol
Nitosol
Ferralsol
Lithosol
Luvisol
Histosol
Podsol
Acrisol
Regosol
Rendzina
Ranker
Gleysol
Planosol
Entisol, Inceptisol
Andisol
Inceptisol
Vertisol
Ultisol
Oxisol
Entisol
Alfisol, Inceptisol
Histosol
Spodosol
Ultisol
Entisol
Rendoll
Entisol
Aquic subordo..
Alfisol (Aqualf)

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

122

Contoh nama tanah menurut Sistem Soil Taxonomy :


ORDO : ALFISOL SUBORDO: USTALF
GREAT GROUP: HAPLUSTALF SUBGROUP: LITHIC HAPLUSTALF
FAMILI: Lithic Haplustalf, halus, kaolinitik, isohipertermik
SERI: Tamalanrea

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

123

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 10 ini didasarkan pada hasil kerj
a perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai ak
hir.
B. Contoh Latihan dan Tugas

Jelaskan jenis-jenis tanah utama di dunia disertai sifat-ifat tanah ter


sebut. Buatlah dalam bentuk makalah dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

124

BAB III. PENUTUP


Klasifikasi tanah dimaksudkan untuk membagi jenis-jenis tanah menjadi kelas-kela

s yang mempunyai karakteristik yang sama akan dikelompokkan ke dalam kelas yang
sama. Pengklasifikasian tanah sangat bermanfaat dalam memahami karateristik se
tiap jenis tanah yang terdapat di dunia.

Sumber pustaka:
1.

Hardjowigeno, S.

2003.

Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.

Pressindo. Jakarta.
2.

Soil Survey Staff. 1992. Kunci Taksonomi Tanah. USDA.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

125

Akademika

MODUL 11

PENGELOLAAN TANAH UNTUK PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
embangunan pertanian lahan kering semakin mendapat perhatian akhir-akhir
ini, ancaman kekeringan akibat iklim yang kurang menentu, tanah y
ang kurang subur dan peka akan erosi, serta
terbatasnya modal dan tenaga kerja adalah kendala yang seringkali di hadapi peta
ni dan peternak.
Mutu sumberdaya lahan tidak menurun akibat kerusakan struktur lahan ( yaitu, pem
adatan) atau pembentukan garam, selenium, atau unsur-unsur beracun yang lain; de
mikian pula berkurangnya ketebalan topsoil yang mantap akibat erosi, serta berku
rangnya kapasitas memegang air. Pengaturan sumberdaya air tersedia harus sesua
i dengan kebutuhan tanaman, dan kelebihan air dibuang melalui drainase atau jika
tidak sebaiknya banjir pada lahan dihindari. Integritas biologi dan ekologi da
ri sistem harus dipelihara melalui pengelolaan sumberdaya genetik tumbuhan dan h
ewan, hama tanaman, siklus nutrisi, dan kesehatan hewan. Pengembangan perlawanan
dengan pestisida harus dihindarkan. Sistem harus secara ekonomis sehat, mengemb
alikan ke produsen adalah suatu keuntungan yang dapat diterima. Harapan sosial
dan norma-norma budaya sebaiknya dipenuhi, seperti halnya kebutuhan
makanan dan serat bagi populasi.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

126

B. Ruang Lingkup Isi


Modul ini mencakup bahasan tentang sistem konsepsi berkelanjutan (ekonomi ekolog
i/lingkungan, sosial), implementasi di lapangan, konsep Zero degradation, minimun
external input, agricultural policy (kesesuaian lahan).
C. Sasaran Pembelajaran Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami pengelolaan tanah b
agi produktivitas yang berkelanjutan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

127

BAB II. PEMBAHASAN

Persyaratan Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Biologi Tanah Bagi Pertumbuhan & Pro
duktivitas Tanaman
Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan kualitasnya s
erta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan hidup manusi
a dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil eksploitasi tana
h dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola secara ben
ar, tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar dapat diman
faatkan terus.

Akibat kemajuan pembangunan yang sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah pend
uduk, semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan penduduk, membuat
semakin meningkatnya pula tuntutan kebutuhan pangan, gizi, sandang dan papan bai
k jumlah maupun kualitasnya. Di lain pihak tanah dan air terbatas keberadaanny
a, yang banyak tersedia adalah tanah-tanah yang termasuk lahan marginal ataupun
lahan bermasalah. Lahan marginal yang rendah produktivitasnya ataupun lahan
bermasalah, bila diusahakan produktivitasnya mampu ditingkatkan, namun membut
uhkan input biaya produksi tinggi, termasuk input teknologi serta butuh waktu re
latif lama untuk mencapai hasil yang menguntungkan (titik impas = break even poi
nt). Inipun bila dikelola secara benar, tepat dan efisien.
Tanah dan air adalah salah satu faktor produksi yang sifatnya tidak bergerak dan
berfungsi sebagai modal dasar, bila diusahakan selalu berorientasi pada hasil y
ang menguntungkan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan ai
r dikelola secara benar, tepat dan efisien.
Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk berbagai aspek kepentingan,
untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap bidang tanah perlu diatur
peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan kemampuan tingkat kesesua
ian lahan.
Tanah dan air bagian dari lingkungan, untuk itu bagaimana tanah dan air

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

128

digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Kerusakan f


ungsi lingkungan dari tanah dan air dapat disebabkan karena kesalahan t
eknik pengelolaan tanah dan air.
Tanah dan air pada setiap lokasi bervariasi (berbeda) sifat, karakterist
ik, bervariasi kemampuannya/produktivitasnya, karena adanya perbedaan faktor pem
bentukannya, agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan penggunaan tert
entu diperlukan teknik pengelolaan tertentu pula.
Dari tahun ke tahun informasi tentang lahan kritis semakin meluas adalah indikat
or adanya pengelolaan tanah dan air yang keliru. (tidak benar, tidak efektif da
n tidak efisien). Penggunaan lahan dengan teknik pengelolaan yang keliru akan m
enyebabkan produktivitas tanah semakin menurun sampai ke titik hampir tidak mamp
u lagi mendukung produksi (kritis) dan akhirnya menjadi tanah rusak jika terus d
ikelola secara tidak benar. Hal ini terjadi karena dalam pengelolaanya tanah di
perlakukan diluar batas tingkat kemampuan lahan, sekalipun dengan input biaya pr
oduksi yang tinggi seperti penterasan dan pengolahan tanah secara mekanis.
Kasus banjir dan kekeringan pada beberapa DAS di Indonesia dari tahun ke tahun s
emakin meluas dan semakin meningkat frekuensi terjadinya selama setahun. Contoh
kasus ini semakin memperkuat alasan bahwa dalam peruntukan dan pemanfaatan laha
n tidak dikelola secara benar. tepat dan efisien, termasuk eksploitasi h
utan, perladangan dan pertanian dalam arti luas dengan input perlakuan yang terb
atas untuk menjaga keawetan fungsi tanah dan air.
Kasus kelaparan/kegagalan panen di beberapa negara berkembang ataupun pada negar
a miskin adalah indikator adanya kekeliruan pengelolaan tanah dan airyang dipers
yaratkan untuk mencapai produksi secara menguntungkan dan berkelanjutan.
Tanah dan air yang berfungsi sebagai media tumbuh tanaman harus dipersiapkan k
ondisinya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilakuk
an dengan pengelolaan tanah dan air secara benar, tepat dan efisien dengan tekni
k tertentu sesuai sifat karakterisitk tanah dan karakteritik jenis komoditi
tanaman yang akan diusahakan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

129

Fungsi tanah dan air sebagai media tempat berlangsungnya siklus air. Siklus air
dan siklus hidup mikroorganisme akan terganggu (berubah) bila tanah dan air it
u diperuntukkan, dimanfaatkan, diperlakukan melalui penerapan teknik pengelolaan
tanah dan air yang digunakan keliru atau tidak benar, tidak tepat dan tidak efi
sien dan pada akhirnya menjadi lahan yang tidak lagi produktif dan berdampak ter
hadap kerusakan sistem lingkungan.
Pendekatan penilaian kelestarian sumberdaya tanah telah dan air banyak mengalami
perkembangan dengan melibatkan berbagai fungsi tanah secara holistik; tidak han
ya aspek produktivitas pertanian saja. Untuk itu kegiatan penilaian memerlukan
tolok ukur yang dapat menggambarkan kecenderungan umum perubahan ko
ndisi tanah selama dimanfaatkan. Salah satu tolok ukur penilaian tersebut ada
lah kualitas tanah.
Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator- indikato
r kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kuali
tas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nil
ai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas
tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah.
Kualitas tanah berkaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah, ya
itu kemampuan tanah menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman. Beberapa param
eter-parameter kualitas tanah yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut:
1.

Keasaman (pH)

Tanah asam dapat mempengaruhi keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Agar tanah
yang bereaksi asam dapat ditanami, maka keasamannya perlu diperkecil, angka pH d
iperbesar dengan pemberian kapur.
2.

Nitrogen

Unsur Nitrogen merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam tanah dan dibutuhkan
dalam jumlah banyak. Unsur Nitrogen (N) mempunyai peranan merangsang pertumbuh
an secara keseluruhan dan khususnya batang, cabang
dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses fotosintesa. Tanah dengan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

130

kandungan Nitrogen rendah menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sen


dat, daun kering dan jaringan mati.
3.

Bahan Organik (BO)

Tanah yang mengandung Bahan Organik tinggi artinya struktur tanahnya baik, menam
bah kondisi kehidupan didalam tanah karena organisme dalam tanah memanfaatkan Ba
han Organik sebagai makanan.
4.

Phospor (P)

Posphor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tana
man muda. Phospor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukkan protein
tertentu, membantu asimilasi, mempercepat bunga, pemasakan biji dan buah. Tan
ah yang berkurang Phospornya akan jelek akibatnya bagi tanaman kalau tanaman

berbuah, buahnya kecil dan cepat matang.


5.

Kalium (K)

Unsur Kalium berperan dalam membantu pembentukan Protein dan Karbo


hidrat, memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan pe
nyakit. Apabila tanah dengan kandungan unsur kalium rendah menyebabkan daun tan
aman keriting, mengerut, timbul bercak merah coklat, mengering lalu mati.
6.

Ca (Kalsium)

Kalsium berperan merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang


dan merangsang pembentukan biji dan apabila tanah dengan kandungan Kalsium rend
ah maka daun mudah mengalami klorosis. Kuncup-kuncup muda akan mati karena pera
karannya kurang sempurna, malahan sering salah bentuk. Kalaupun ada daun yang
muncul, warnanya akan berubah dan jaringan
dibeberapa tempat pada helai daun akan mati.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


7.

131

Magnesium (Mg)

Tanah dengan kandungan Mg yang rendah menyebabkan daun tua mengalami klorosis d
an tampak bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan.
Daun akan mengering dan kerap kali langsung mati. Pada tanaman berbiji, sangat
jelek pengaruhnya bila kekurangan Magnesium. Daya tumbuh biji tidak mantap, mele
mah bijinya tampak lemah.
Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur hara sepe
rti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Calsium, Magnesium, Sulfur, Klor, Ferum, Mangan, t
embaga, Zeng, Boron dan Molibdenum. Unsur-unsur tersebut sangat terbatas jumlahn
ya dalam tanah atau terkadang tanahpun tidak mengandung unsur- unsur tersebut di
atas.
Pengelolaan Tanah Dan Air Bagi Produktivitas Tanaman Yang Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau pembangunan pertanian berkelanjutan pertama kali me
njadi pembicaraan dunia pada tahun 1987, tahun 1992 diterima sebagai agenda poli
tik oleh semua negara di dunia sebagaimana dikemukakan dalam Agenda 21, Rio de J
eneiro. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan ekonomi jangka pan
jang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan masalah perlindungan lingkungan. Per
temuan Johanesberg, Afrika Selatan (2-4 September 2002) yang merupakan pert
emuan puncak Pembangunan Berkelanjutan (World Summit On Sustainable Development) m
enegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan membutuhkan pandangan dan penanganan j
angka panjang dengan partisipasi penuh semua pihak. Secara jelas dinyatakan bahw
a pembangunan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanp
a harus mengorbankan kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang. Di bidang pertan
ian diterapkan dengan pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan atau ber
wawasan lingkungan, yang dalam pelaksanaannya sudah termasuk aspek pertanian or
ganik.
Pertanian berkelanjutan memiliki kegiatan yang secara ekonomis, ekologis, dan so
sial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu

kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, dan

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

132

penggunaan sumberdaya serta lnvestasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekolo


gis mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat mempertahankan integri
tas ekosistem, mernelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya ala
m termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity). Sementara itu, keberlanjutan se
cara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pernbangunan hendaknya dapat menci
ptakan pemerataan hasil-hasil pernbangunan, mobilitas. sosial, kohesi sosial, pa
rtisipasi masyarakat, pernberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembang
an kelembagaan.
Kerusakan tanah terjadi akibat: 1) Hilangnya unsur hara dan bahan organic di dae
rah perakaran; 2) terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), teraku
mulasinya unsur beracun bagi tanaman; 3) penjenuhan tanah oleh air (water loggin
g); dan 4) erosi. Kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman akan berku
rang apabila kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut terjadi (Riqui
r, 1977).
Erosi tanah merupakan masalah kerusakan tanah yang sering terjadi dan ditemui da
lam kegiatan pembukaan lahan perkebunan. Pengaruhnya bersifat langsung (on s
ite) dan tidak langsung (off site). Pengaruh langsung adalah penurunan p
roduktivitas lahan dan produksi tanaman, sedangkan pengaruh tak langsung dapat b
erupa siltasi reservoir, saluran dan sungai, penurunan pasokan air, penurunan ka
pasitas energi listrik, banjir, kerusakan jalan akibat longsor (landslide), dan
lain-lain.
Tanah yang tererosi terangkut aliran permukaan yang akan diendapkan di te
mpat- tempat yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai badan air s
eperti sungai, saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut
menyebabkan pendangkalan pada badan sungai dan akan mengakibatkan semakin serin
g terjadi banjir dan semakin dalam banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi
air ke dalam tanah menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air bawah tanah ya
ng berakibat tidak ada air masuk ke sungai pada musim kemarau. Dengan
demikian peristiwa banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kema
rau
merupakan peristiwa lanjutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Selain
itu

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

133

peristiwa tercucinya unsur hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu
penyebab lain dari proses erosi.
Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau mengeringnya mata air berhubu
ngan erat dengan peristiwa erosi. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh
kandungan sedimen dan unsur yang terbawa masuk oleh air yang bersumber dari eros
i, tercuci oleh air hujan dari lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa dari
limbah industry atau limbah pertanian. Peristiwa ini disebut dengan polusi air.
Masuk dan mengendapnya sedimen di dalam air secara berlebihan
akan menyebabkan pedangkalan dan memungkinkan terjadinya banjir akibat be
rkurangnya daya tampung air. Sedangkan masuknya unsur hara ke badan air menyebab
kan terjadinya eutrofikasi yang merupakan meningkatnya unsur hara dalam a
ir sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman air dan mikroba. Eutrofikasi menyeba

bkan menurunnya fungsi badan air seperti ikan, alur transportasi, dan sumber air
untuk konsumsi dan irigasi.
Pada setiap pembangunan pertanian apapun jenisnya, terdapat beberapa taha
pan kegiatan pengelolaan tanah dan air, yakni meliputi (1) Tahapan Penyiapan La
han; (2) Tahapan Penanaman; (3) Pemeliharaan; (4) Panen; dan (5) Transportasi.
1. Tahapan Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan tidak lain adalah proses pematangan lahan, penempatan dan pemban
gunan fasilitas pendukung, pengolahan tanah sampai tanah siap tanam. Kegiatan pe
ngelolaan tanah dan air pada tahap penyiapan lahan dapat meliputi :
a. Land Clearing
Tahap awal dari kegiatan pengelolaan tanah dan air adalah land clearing. Land c
learing adalah perlakuan pembersihan permukaan tanah dari vegetasi ataupun tanam
an pengganggu. Pada tahap penyiapan lahan kegiatan land clearing tidak selalu
digunakan, tergantung keadaan dan jenis vegetasi yang menutupi tanah. Misalnya
pada tanah-tanah yang sudah diusahakan, vegetasi penutup tanah yang ada hany
a rumput, maka pembersihan rumput dapat sekaligus
dilakukan dengan pengolahan tanah. Tetapi bila vegetasi penutup tanah adalah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

134

hutan ataupun semak belukar, land clearing mutlak diperlukan, seperti tanah buka
an baru.
Teknik land clearing tidak hanya sekedar membersihkan vegeta
si dari penutupan tanah, tetapi bagaimana kualitas land clearing ini dapat men
unjang kegiatan selanjutnya dan tidak memberi dampak negatif baik terhadap jenis
tanaman yang diusahakan maupun terhadap kerusakan tanah akibat land clearing.
Akibat kekeliruan/kesalahan land clearing dapat membuat tanah menjadi r
usak sebelum digunakan. Untuk itu teknik land clearing yang diterapkan pada
setiap kondisi lahan harus benar, tepat dan efisien. Pemilihan teknik land c
learing sangat ditentukan oleh faktor :
1) Jenis dan keadaan vegetasi penutup tanah yang ada
2)

Keadaan topografi/kelerengan tanah

3)

Keadaan iklim/musim

4)

Jenis dan alat yang digunakan

5)

Target waktu penyiapan lahan

6)

Besarnya kemampuan modal untuk biaya land clearing

Secara umum teknik land clearing dapat dibagi 5, yakni : Land clearing secara ko
nvensional (tebang bakar) Land clearing secara mekanik
Land clearing secara biologis
Land clearing secara kimia (Herbisida) Kombinasi antara beberapa teknik land cle
aring
1)

Land clearing secara konvensional

Tebang dan bakar adalah teknik land clearing pada lahan bervegetasi hut
an yang biasanya diterapkan pada sistem perladangan. Vegetasi hutan yang ada di
tebang dan setelah beberapa hari sesudah tebang lalu dibakar. Sistem tebang dan
bakar tidak dibenarkan dalam land clearing, alasannya apa?
1) Untuk vegetasi hutan, dengan hanya penebangan pohon saja tanpa
pembersihan tanggul pohon dan perakaran yang ada, belum dapat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

135

dikatakan land clearing. Karena land clearing membersihkan vegetasi dan sisa ve
getasi baik yang ada dipermukaan tanah maupun yang ada dalam tanah, termasuk sis
a-sisa akar yang ada dalam tanah. Jadi land clearing dengan hanya menebang
pohon belum termasuk land clearing. Lima tahun kemudian tunggul pohon dan p
erakaran yang ada dalam tanah akan menjadi sumber hama dan penyakit tanaman, ter
utama untuk jenis tanaman perkebunan seperti penyakit jamur putih dan mer
ah dan hama rayap dan kumbang. Namun untuk pertanaman dengan sistem perlada
ngan ancaman hama penyakit relatif tidak berpengaruh karena setelah 2 tahun d
iusahakan akan pindah ke lahan bukaan baru, selain itu jenis tanaman yang dius
ahakan adalah jenis tanaman semusim.
2) Pembakaran sisa tebangan juga tidak dibenarkan.
Pembakaran sisa tebangan pada proses land clearing dapat berdampak negativ terha
dap :
Perubahan iklim mikro, yang memang sudah berubah karena penebangan pohon.
Pembakaran sisa tanaman dapat mematikan organisme dan mikroorganisme tanah, y
ang berarti dapat merubah keadaan ekologi ataupun merubah ekosistem. Per
ubahan ekologi dan perubahan iklim mikro dapat terjadi suksesi organisme dan mik
roorganisme tanah.
Yakni dapat membuat terjadinya peledakan popula
si jenis organisme dan mikroorganisme tertentu yang sebelumnya tidak menjadi ham
a, berubah menjadi hama dan penyakit yang berbahaya.
Pembakaran sisa tebangan selain mengurangi suplai bahan organik ke dalam tanah
, juga dapat mempercepat hilangnya unsur hara melalui penguapan karena pemb
akaran.
Untuk mempercepat waktu penanaman maka pembakaran sisa tanaman haru
s dilakukan
karena
selain
menghambat
kegiatan
lainnya
juga
dapat

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

136

mengganggu pertanaman karena terjadinya persaingan dengan kegiatan/aktivita


s mikroorganisme tanah.
Pada kegiatan land clearing setelah tebangan, bila dilakukan pembakaran atau t
idak dilakukan pembakaran sama-sama mempunyai dampak langsung maupun t
idak langsung terhadap kondisi pertumbuhan tanaman. Jika land clearing disertai
pembakaran karena ingin mempercepat pelaksanaan penanaman, sebaiknya sisa tanama
n ditumpuk pada beberapa tempat tertentu lalu dibakar, jadi tidak dibakar pada s
eluruh permukaan tanah. Jika land clearing tanpa disertai pembakaran maka sisa
tebangan yang ditumpuk pada tempat tertentu lalu disemprot dengan herbisida tert
entu atau pestisida tertentu agar tidak menjadi inang hama penyakit tertentu yan
g sewaktu-waktu dapat meledak populasinya.

2)

Land Clearing secara mekanik dengan alat berat

Land clearing secara mekanik dengan menggunakan alat berat seperti traktor dan b
uldoser adalah teknik land clearing yang paling sempurna dan dapat diselesaikan
dalam waktu relatif cepat, serta dapat mengatur waktu penyelesaian land clearing
sesuai jadwal yang direncanakan. Dikatakan sempurna karena dengan alat berat
dapat membersihkan tanah dai sisa tebangan (tunggul batang pohon), lalu dikumpul
kan/ditumpukkan pada tempat tertentu sehingga tidak terlihat batang pohon atau s
isa vegetasi yang berserakan di permukaan tanah, seperti pada land clearing sist
em tebang bakar dengan menggunakan tenaga manusia. Karena kekuatan dan kecepata
n tertentu yang dimiliki peralatan mekanik, maka waktu penyelesaian land clearin
g pada areal dengan luas tertentu dapat direncanakan relatif tepat waktu. Terl
ebih untuk mencapai target luas dalam waktu tertentu.
Selain kelebihan land clearing secara mekanik yang menggunakan alat berat juga
mempunyai banyak kekurangan bila keliru menangani
(mengaturnya), antara lain :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

137

1) Land clearing secara mekanik dengan alat berat tidak efektif dan efi
sien bila dilakukan pada lahan yang berlereng > 15 %. Jadi hanya efektif pada t
anah yang datar sampai agak miring. Untuk itu pula pada tanah berlereng > 15 %
land clearing harus dilakukan dengan tenaga manusia.
2) Land clearing yang dilakukan pada musim hujan atau pada saat status air tan
ah lebih besar dari kapasitas lapang dapat menyebabkan terjadinya pemadatan tana
h pada lapisan atas. Pemadatan tanah pada waktu land clearing maksimum
terjadi pada status air tanah berlebihan (> Kapasita Lapang).
Pema
datan tanah yang terjadi karena land clearing berarti, berarti karena l
and clearing tanah menjadi rusak sebelum digunakan. Dapat dibayangkan bagaim
ana kerugian yang ditimbulkan oleh land clearing yang biaya pelaksanaannya sanga
t mahal. Walaupun sempurna dan waktunya cepat, tetapi rusak sebelum dimanfaatk
an. Oleh karena itu kegiatan land clearing tidak semudah orang bayangkan, apala
gi yang mengatur pelaksanaannya, awam mengenai pengetahuan pengelolaan tanah dan
air ataupun awam dengan pengetahuan konservasi. Kegiatan land clearing yang d
iborongkan kepada kontraktor memang dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu da
m kualitasnya (kebersihannya) tinggi, tetapi dampak pemadatan tanah yang terjadi
tidak pernah disadari, terlebih bila pengawas dan pimpronya sendiri tidak memil
iki pengetahuan pengelolaan dan konservasi tanah, maka harapan untuk mencapai ha
sil produksi optimal akan sulit tercapai.
3) Hasil land clearing yang membongkar tanah karena pencabutan tunggul
batang pohon, sehingga secara setempat-setempat muncul lapisan sub soil di permu
kaan tanah. Jika vegetasi hutan yang rapat pertumbuhannya, maka makin luas perm
ukaan tanah yang terbongkar.
4) Land clearing secara mekanik dengan menggunakan alat berat dapat
memberi peluang terjadinya erosi. Erosi yang terjadi semakin besar

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

138

dengan semakin miringnya permukaan tanah dan semakin meningkat lagi bila ter
jadi pemadatan tanah dan pembongkaran tanah. Sedangkan land cleari
ng tanpa pembongkaran tanah peluang terjadinya erosi sudah besar, karena
sudah terbuka tanpa pelindung/penutupan vegetasi.
3) Teknik Land Clearing Secara Biologis
Pembersihan lahan secara konvensional maupun secara mekanik dapat berdampak nega
tif terhadap tanah dan ekosistem lingkungan. Untuk itu yang paling tepat adalah
teknik land clearing yang sifatnya ramah lingkungan, dalam hal ini secara bilog
is. Hanya saja, land clearing secara biologis ini hanya efektif pada lahan yang
bervegetasi rumput alang-alang ataupun jenis rumput lainnya, utamanya pada tana
h berlereng. Sedang untuk lahan bervegetasi hutan ataupun jenis pepohonan ting
kat tinggi, land clearing secara biologis tidak dapat diterapkan.
Namun s
esudah pembersihan pohon, lalu diberikan teknik land clearing secara biologis ut
amanya untuk menekan rumput atau gulma yang akan tumbuh.
Teknik land clearing secara biolgis tidak lain adalah teknik penanaman tanaman p
enutup tanah (cover crop) dari famili leguminosa seperti Calopogonium, Centrosom
a, Stilosantus, Mucuna dan sebagainya. Keuntungan land clearing secara biologis
meliputi :
1) Rumput alang-alang yang ada tidak dibersihkan dari permukaan tanah,
jadi tanah tetap terlindung/tertutup oleh rumput alang-alang, yang dibersihkan h
anya alur tempat penanaman tanaman cover crop selebar 30 cm. Jarak antar baris
an alur 2 3 cm. Bila tanah berlereng, arah alur penanaman searah garis kontur.
Dengan masih adanya rumput yang menutupi tanah, maka tanah masih tetap dilind
ungi dan tanaman pokok yang direncanakan sudah bisa ditanam (jenis tanaman perke
bunan).
2) Jenis tanaman cover crop yang sudah tumbuh dan menekan rumput

secara bertahap (melilit, menaungi rumput alang-alang) sehingga

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

139

tidak dapat berfotosintesa dan akan mati.


3) Jenis tanaman cover crop berfungsi konservasi selain menekan rumput/gulma.
4) Jenis tanaman cover crop bersama sisa rumput alang-alang yang terte
kan menjadi sumber bahan organik yang mensuplai tanah secara berkelanjutan sampa
i tanaman pokok yang diusahakan kembali menaungi tanaman penutup tanah.
5) Jenis tanaman cover crop dapat mempertahankan ataupun lebih memperbaiki ik
lim mikro tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok.
6) Dengan semakin baiknya kondisi iklim mikro tanah dan semakin besarnya konstr
ibusi bahan organik berarti dapat menjaga keseimbangan kelangsungan hidup org
anisme dan mikroorganisme tanah.
7) Konstribusi bahan organik tanaman penutup tanah dapat memperbaiki sifat bio
logis, fisik dan kimia tanah.
8) Land clearing secara biologis dapat menekan biaya land clearing maupun biaya
pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan.
Walaupun teknik land clearing secara biologis sangat menguntungkan tetapi
juga mempunyai kekurangan meliputi :
1) Tidak dapat diterapkan pada lahan bervegetasi hutan.
2)
.
3)

Relatif lambat, butuh waktu relatif lambat untuk menekan rumput alang-alang
Dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tertentu.

4) Tidak semua jenis tanah sesuai untuk jenis tanaman cover crop seperti tanah
yang sangat masam ataupun tanah yang berdrainase jelek.
4) Teknik Land Clearing Secara Kimia
Land clearing secara kimia yakni pembersihan vegetasi penutup tanah secara kimi
a seperti penyemprotan herbisida.
Tentunya teknik land

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

140

clearing efektif untuk lahan dengan vegetasi rumput seperti rumput alang- alang
dan tentunya tidak efektif atau tidak diterapkan pada lahan yang bervegetasi hut
an. Untuk keefektifan penggunaan suatu teknik land clearing sangat ditentukan
oleh jenis vegetasi yang ada dan semuanya bermuara ke pertimbangan ekonomi lebih
efisien dan pertimbangan lingkungan tidak merusak. Yang jelas teknik land clea
ring secara kimia jika keliru perencanaannya tentunya akan berdampak negatif ter
hadap ekosistem ataupun secara ekonomi tidak menguntungkan karena input biaya bi
sa lebih tinggi dari penggunaan teknik land clearing lainnya. Teknik land cleari
ng secara kimia biasanya diterapkan pada lahan yang sudah dibuka atau lahan yang
sudah dimanfaatkan ataupun pada lahan baru akan dibuka, tetapi vegetasinya adal
ah rumput alang-alang. Dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat land clearin
g secara kimia antara lain:
1) Bahan kimia yang digunakan selain dapat mematikan perumputan ataupun gulma
juga dapat mematikan beberapa jenis organisme dan mikroorganisme tanah, sehingga
dapat membuat keseimbangan ekologi dapat terganggu.
2) Bahan kimia yang digunakan bila tidak dapat terurai sempurna tentun
ya dapat terakumulasi dalam tanah.
3) Bahan kimia yang digunakan yang selektif sifatnya, dapat membunuh jenis gul
ma yang muncul sebagai tanaman pengganggu.
Kelebihan land clearing secara kimia tidak dilakukan pembersihan vegetasi
rumput, dengan demikian tanah tetap tertutupi rumput. Ancaman kerusakan tanah k
arena erosi masih dapat dihindari, walaupun penanaman tanaman pokok dilakukan.
Keuntungan lainnya, suplai bahan organik dari vegetasi rumput yang telah mati.
5) Kombinasi Teknik Land Clearing
Kadang penerapan teknik land clearing tidak memuaskan karena kondisi lahan yang
kompleks sehingga perlu dikombinasikan dengan teknik land

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

141

clearing yang lain. Seperti kombinasi antara teknik land clearing secara mekani
k akan efektif bila disertai teknik land clearing secara kimia atau secara biolo
gis. Utamanya untuk pencegahan tumbuhnya kembali gulma untuk jangka waktu minim
al tanaman pokok yang telah ditanam sudah tumbuh dan sudah cukup bersaing dengan
gulma.
Pada lahan bervegetasi rumput alang-alang yang diland clearing secara mekanik ka
rena pertimbangan waktu penyiapan lahan yang mendesak dilaksanakan pada musim hu
jan, kadang disertai penyemprotan herbisida untuk menekan rumput yang tumbuh kem
bali.
Pada lahan bervegetasi hutan dan mempunyai kelerengan lebih 15 %, tentunya sudah
sulit diaplikasikan land clearing secara mekanik, lebih tepat bila dilakukan la

nd clearing secara konvensional (tebangan dengan menggunakan tenaga manusia meng


gunakan Chainsaw), disertai land clearing secara biologis, tanpa pembakaran sisa
tebangan ataupun pembakaran terbatas pada tempat-tempat tertentu. Salah satu c
ontoh land clearing secara mekanis disertai cara biologis (tanaman cover crop) p
ada lahan bervegetasi hutan dengan kelerengan lebih 15 % untuk penanaman jenis t
anaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, cengkeh, karet, kopi dan sebagain
ya, dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pohon ditebang dengan arah pemotongan dibuat searah garis kontur, agar poho
n rebah memanjang searah garis kontur (melintang arah kemiringan). Batang poho
n terletak melintang di permukaan tanah searah kontur, yang berarti batang pohon
hasil tebangan berfungsi sebagai teras yang menahan arus aliran permukaan.
2) Pohon hasil tebangan dipotong lagi menajdi beberapa potongan yang diperkira
kan bisa diangkat oleh tenaga manusia. Cabang dan ranting dipisah dari batang u
tama. Cabang dan ranting dipotong kecil-kecil sepanjang
1 meter atau kalau bisa
lebih pendek lebih baik.
3) Semua hasil tebangan pohon-pohon dikumpulkan secara strip kontur

selebar

1/2 meter 1 meter.

Jarak antara strip tergantung

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

142

kelerengan dan panjang lereng serta jenis tanaman pokok yang akan ditanam. Has
il tebangan pohon yang diletakkan secara strip kontur dapat berfungsi teras u
ntuk mengantisipasi ancaman erosi karena tanah mulai terbuka. Kalau pembak
aran harus terpaksa dilakukan karena alasan tertentu, seperti waktu tanam yang m
endesak, maka yang dibakar hanya hanya ranting/cabang hasil tebangan yang biasan
ya menghalangi kelancaran kegiatan pertanaman dan dilakukan hanya pada strip yan
g telah dibuat. Batang pohon yang berdiameter lebih 30 cm sangat efektif menaha
n erosi, bila diletakkan searah garis kontur.
4) Penanaman tanaman penutup tanah jenis legum diletakkan secara strip
persis bagian bawah lereng dari peletakan sisa tebangan yang juga dalam strip se
arah garis kontur.
5) Fungsi konservasi tanaman cover crop
Kaitan land clearing dengan pengelolaan tanah dan air antara lain:
1) Setiap penggunaan lahan utamanya di sektor pertanian, mutlak diperlukan la
nd clearing utamanya lahan bervegetasi hutan, merupakan tahapan awal d
ari tindakan pengelolaan tanah dan air.
2) Land clearing termasuk kegiatan pengelolaan tanah dan air yang butu
h biaya relatif tinggi dan pada kondisi lahan tertentu dapat menjadi bi
aya investasi yang tinggi dibandingkan tahapan kegiatan pengelolaan tanah dan ai
r.
3) Waktu pelaksanaan land clearing relatif lama dan pada kondisi lahan tertent
u termasuk kegiatan yang membutuhkan waktu terlama dibandingkan tahapan kegiatan
pengelolaan lainnya.
4) Kegiatan land clearing tidak sekedar membersihkan vegetasi dipermukaan saja t
etapi termasuk tunggul batang dan perakaran yang ada dalam tanah, tunggul ba
tang pohon dan akar yang tidak
dibersihkan, 4 - 5 tahun kemudian dapat menjadi sumber hama

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

143

penyakit bagi tanaman pokok yang dapat mematikan (mati berdiri) akibat serangan
jamur/fungi (putih/merah) atau rayap dan hama kendi/kumbang pada perakaran tanam
an pokok yang diusahakan dan nampak setelah umur tanaman 4 - 5 tahun. Jika terj
adi hal demikian berarti sangat fatal atau menimbulkan kerugian yang besar karen
a tanaman mati berdiri setelah berumur 4 - 5 tahun. Utamanya penyakit jamur puti
h/merah yang berada dalam tanah sangat sulit diberantas. Bila dilakukan penggant
ian tanaman, dengan kata lain penanaman ulang percuma saja karena tetap akan dim
atikan oleh jamur merah atau putih. Salah satunya jalan diadakan penggantian je
nis komoditi yang tidak dipengaruhi oleh penyakit jamur putih. Salah satu conto
h kasus, kesalahan land clearing pada perkebunan karet di Kabupaten Mamuju, yang
membuat ratusan hektar per tahun yang mengalami kematian setelah berumur 5 tahu
n. Untuk itu perkebunan karet yang telah ditanami seluas 2000 ha terp
aksa dikonversi menjadi perkebunan sawit. Tanaman sawit termasuk salah satu
jenis tanaman yang toleran terhadap penyakit jamur putih dan merah (resisten).
Untuk itu pengolahan land clearing harus dilaksanakan secara benar efektif dan e
fisien.
5) Akibat pengelolaan land clearing yang keliru dapat membuat tanah menjadi r
usak sebelum dimanfaatkan dan kalau ini terjadi maka sangat fatal yakni s
angat merugikan. Hal ini sering terjadi pada banyak proyek pembangunan (sepert
i proyek transmigrasi), yang awalnya berdasarkan hasil survey evaluasi
kebanyakan lahan termasuk sangat berpotensi, namun setelah ditempati warga tr
ans (digunakan) menjadi tidak produktif.
Ternyata setelah ditelusuri fak
tor penyebabnya adalah kekeliruan pada proses land clearing. Untuk itu land clea
ring mencapai target luas sesuai target waktu yang
diterapkan perlu direncanakan secara benar dan tepat.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

144

Kerusakan tanah yang dapat terjadi karena land clearing adalah sebagai berikut:
a) Periode/tenggang waktu yang selalu lama antara waktu, sesudah land clearing
dan waktu penanaman (pembangunan) membuat selalu terbuka tanpa pelindung. Untu
k itu peluang waktu tanah mengalami erosi besar terlebih pada lahan berlereng.
b) Terjadi pemadatan tanah kalau land clearing dilakukan secara m
ekanis dengan alat berat pada musim hujan.
c) Terjadi pembongkaran tanah pada tempat-tempat tertentu dari pohon yang diro
bohkan bersama perakarannya.
d) Terjadi perubahan iklim mikro.
e)

Aktivitas kegiatan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dan bahan


organik berlangsung intensif, membuat kadar bahan organik merosot lebih c
epat.
b. Land Lavelling
Tahapan kedua pengelolaan tanah dan air untuk pembangunan pertanian adal
ah land lavelling. Sesudah land clearing dilakukan kegiatan land lavelling yakni
meratakan permukaan tanah sampai datar. Pada tanah yang tergolong datar secar
a mikro permukaan tanah itu tidak ada yang 100% datar, tetapi berombak sampai be

rgelombang. Untuk penggunaan lahan tertentu seperti pencetakan sawah, pembuata


n tambak, rumah, atau bangunan. Dengan demikian dalam penggunaan lahan utamany
a tanah bukaan baru tidak selalu diperlukan land lavelling tergantung peruntukan
nya. land lavelling dengan mempergunakan alat berat sepertiGrader atau buldoser me
ngupas bagian tanah yang lebih tinggi dan menimbun bagian tanah yang le
bih rendah sehingga permukaan tanah menjadi datar (cut and fill). Karena terj
adi pengupasan dan penimbunan tanah maka permukaan tanah baru adalah lapisan sub
soil yang rendah kesuburannya, yang bila ditanami tentunya hasil yang
akan diperoleh tidak seperti tanah yang sebelum land lavelling.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

145

Pada lahan yang tergolong datar (0 % - 3%) namun kondisi mikro topografi termasu
k
berombak/bergelombang
membuat
setempat-setempat
akan tergenang bil
a hujan ataupun diberi air irigasi, dan lahan demikian drainase permukaannya san
gat jelek. Dengan demikian land lavelling diperlukan pada lahan dengan drainase
permukaan lambat karena kondisi mikro topografinya. Tujuan dan kepentingan land
lavelling:
1) Meratakan permukaan tanah untuk kepentingan usaha pertanian jenis tanaman se
musim, perumahan, pencetakan sawah, tambak, pembuatan sistem irigasi permukaan.
2) Meratakan permukaan tanah untuk memperbaiki drainase permukaan.
3) Meratakan permukaan tanah dapat memperlancar kegiatan kelangsungan pertanam
an untuk skala besar dengan mempergunakan alat mekanis
4) Pengaturan jarak tanaman utnuk mencapai populasi tanaman dalam jumla
h optimal.
Disamping keuntungan land lavelling, semua hubungan dengan land clearing, jika k
eliru dikelola akan berdampak negatif antara lain:
1) Land lavelling dengan mempergunakan alat berat yang dilakukan pada musim hu
jan dapt menyebabkan pemadatan tanah.
2) Land lavelling yang mekanisme kerjanya mengupas dan menimbung (cut and fill
) tanah, dapat membuat lapisan sub soil yang menjadi permukaan tanah, berarti da
pat menurunkan produktifitas.
3) Land lavelling membutuhkan anggaran yang besar dan waktu relatif lama sehin
gga memperbesar input biaya produksi.
c. Land Cleaning
Land cleaning menghaluskan permukaan tanah yang miring, sama dengan land levelli
ng tidak semua lahan setelah land clearing diperlukan land cleaning. Permukaan t
anah berlereng yang tidak mulus untuk jenis tanaman semusim yang dilakukan sec
ara mekanis perlu dimuluskan (diperhalus) agar alat
mekanis dapat lebih lancar bergerak dengan barisan yang lurus (mulus).

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


d. Pengolahan Tanah (Soil Tillage)

146

Kegiatan pengolahan tanah dilakukan setelah land clearing, land levelling, land
cleaning dan setelah pembangunan fasilitas pendukung seperti jalan, saluran dra
inase/irigasi.
Pengolahan tanah adalah tindakan mekanik pada tanah sebag
ai upaya memanipulasi kondisi tertentu tanah untuk menghasilkan seedbed dan root
bed yang optimal untuk mendukung start awal pertumbuhan sampai mencapai produksi
.
Seedbed adalah hasil kualitas olahan tanah yang optimal mendukung perkecambahan
tanaman, termasuk untuk tempat persemaian ataupun untuk pertanamn yang menggunak
an benih (biji) yang langsung ditanam seperti jenis kacang-kacangan, jagung dan
sebagainya. Untuk jenis tanaman ini seedbed langsung berfungsi rootbed. Rootb
ed adalah kualitas hasil olahan tanah yang optimal mendukung pertumbuhan dan per
kembangan sistem perakaran tanaman. Rootbed untuk persyaratan kebutuhan jenis t
anaman semusim dan kebutuhan tanaman tahunan sangat berbeda.
Rootbed untuk kebutuhan tanaman semusim, seluruh atau sebagian permukaan tanah d
iolah, makin singkat umur suatu tanaman makin sempit dan dangkal sistem perakara
nnya dan makin halus, untuk itu semakin ideal kondisi rootbed yang dibutuhkan.
Namun kondisi ideal rootbed tidak selalu dengan pengolahan tanah yang intensif
. Sedangkan rootbed untuk jenis tanaman tahunan adalah pembuatan lubang tanama
n, dengan kata lain kualitas rootbed untuk jenis tanaman tahunan ditentukan
oleh besarnya ukuran lubang dan kualitas media yang dijadikan sebagai bah
an untuk menimbun lubang tanaman.
Untuk itu pengelolaan tanah dan air dalam kaitannya dengan pengolahan tanah untu
k menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal pada prinsipnya harus benar,
tepat dan efisien. Persyaratan pengolahan tanah yang benar, tepat, efisien unt
uk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal banyak faktor yang
harus dipertimbangkan, yakni meliputi:

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

147

1)

Sifat karakteristik jenis tanaman yang diusahakan

2)

Karakteristik lahan yang dijadikan lokasi penanaman

3)

Teknik pengolahan yang tepat, benar dan efisien

4)

Luas tanah yang diusahakan

5)

Waktu tanam yang direncanakan

6)

Fasilitas pendukung yang ada

7)

Bentuk dan desain pertanaman yang direncanakan

8)

Sistem pertanaman yang diterapkan

9)

Permodalan (anggaran biaya)

Sebelum lebih jauh menguraikan faktor yang menentukan untuk menghasilkan kualita
s hasil olahan (seedbed/rootbed) yang benar, tepat dan efisien, perlu dikaji sec
ara detail apa yang sesungguhnya menjadi tujuan dan kepentingan pengolahan tanah
, serta apakah ada dampak negatif yang diakibatkan karena pengolahan tanah.
Secara umum tujuan dan kepentingan pengelolaan tanah adalah untuk mencapai kondi

si yang ideal (optimal) agar perkecambahan benih dapat berlansung cara optimal d
an untuk mencapai kodisi yang optimal bagi kemudahan pertumbuhan dan perkembanga
n sistem perakaran yang optimal menyerap air, unsur hara, O2 agar dapat menopan
g pertumbuhan dan perkembangan bagian atas tanaman (bila lingkungan atmosfer opt
imal) yang seimbang dan selanjutnya dapat memberi hasil yang optimal sesuai yang
diharapkan. Dengan demikian pengolahan tanah tidak lain adalah usaha manipula
si kondisi tanah yang jelek (yang tidak dapat mendukung perkecambahan dan pert
umbuhan/perkembangan akar secara optimal) atau yang kurang mendukung perkeca
mbahan dan pertumbuhan/perkembangan sistem perakaran.
Memperhatikan tujuan dan kepentingan pengolahan tanah untuk menunjang keberhasi
lan usaha pertanian, namun pengolahan tanah dapat
membuat terjadinya kerusakan tanah sebagai akibat dampak negatif dari

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

148

pengolahan tanah. Tentu saja tidak berarti bahwa satu kali pengolahan tanah dap
at langsung merusak tanah, tetapi pengolahan tanah secara terus menerus dapat me
nurunkan fungsi produksi tanah sampai pada tingkat tanah tidak lagi mampu dapat
berfungsi. Untuk itu pengolahan tanah yang dilakukan secara tidak benar dan ti
dak efektif secara terus-menerus dapat menurunkan fungsi tanah. Jadi tanah dika
takan rusak karena pengolahan tanah bila tanah tersebut tidak lagi berfungsi
sebagai faktor produksi. Untuk itu pula dapat dipertanyakan menga
pa pengolahan tanah dapat menurunkan fungsi produksi tanah atau merusak tanah.
Untuk mengetahui hal ini maka perlu ditelusuri apa yang terjadi pada tanah karen
a pengolahan tanah.
1)
Setiap pengolahan tanah membuat tanah terbuka tanpa pelindung dan bila t
erjadi hujan berarti dispersi tanah akan terjadi oleh pukulan tetesan hujan. Di
spersi tanah secara fisik oleh pukulan hujan berarti terlepasnya ikatan agregat
tanah (struktur tanah) yang berarti pula mudah hanyut atau mudah terangkut bila
bersamaan terjadi aliran permukaan dan akhirnya erosi dapat berlangsung.
2)
Tindakan pengolahan tanah dengan alat pengolah tanah sebenarnya t
erjadi dispersi secara mekanik. Pembongkaran tanah dan penghancuran struktur ta
nah menjadi hasil olahan sebagai seedbed/rootbed adalah struktur tanah yang beru
kuran lebih halus. Jadi perlakuan pengolahan tanah, tanah sengaja dilepaskan
dari ikatan struktur yang ada secara mekanik melalui alat pengolahan tanah.
Bila pengolahan tanah lebih sering dilakukan secara intensif berarti semakin
sering pula dispersi mekanik terjadi. Dispersi secara mekanik akan dipercepat
lagi oleh dispersi fisik dari pukulan tetesan air hujan dan selalnjutnya mudah d
ihanyutkan oleh aliran permukaan bila curah hujan yang terjadi melampau daya inf
iltrasi.
3)
Pengolahan tanah yang memperbaiki kondisi tanah tidak hany
a mendukung perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan perakaran
tanaman, tetapi juga memberi kondisi yang baik untuk mendukung

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

149

aktivitas organisme dan mikroorganisme tanah dalam proses dekomposisi baha


n organik termasuk humus.
Dengan demikian pengolahan tanah dapat menuru
nkan kadar bahan organik tanah. Semakin sering dan semakin intensif pengo

lahan tanah semakin cepat pula kadar bahan organik tanah menurun, bila tidak ada
tambahan/suplai bahan organik ke dalam tanah. Jika kadar bahan organik tanah m
enjadi rendah maka ikatan partikel dan ikatan agregat tanah semakin lemah. Ikata
n agregat yang lemah berarti ikatan struktur tanah menjadi labil dan selanjutnya
semakin mudah terdispersi, berarti semakin mudah pula tererosi. Bahan organik
tanah dalam bentuk humus adalah bahan pengikat/perekat partikel/agregat yang pa
ling mantap yang membuat struktur tanah menjadi mantap dan selanjutnya membuat t
anah resisten terhadap erosi. (Bahan pengikat partikel/agregat tanah yang lain?
).
4)
Setiap tindakan pengolahan tanah membuat terjadinya pemadatan tanah tepa
t di bawah tapak alat pengolah yang digunakan dari :
Plow sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui tapak alat bajak.
Harrow sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui tapak alat pengg
aruk tanah (harrow).
Subsoiler sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui tapak alat su
bsoiler.
Pemadatan tanah akibat pengolahan tanah terutama bila dilakukan secara mekanis t
idak hanya disebabkan oleh tekanan (gaya berat) dari alat pengolah yang bertumpu
k tepat di bawah tapak olah, tetapi pemadatan juga terjadi karena tekanan dan ga
ya berat dari kendaraan yang digunakan yang bertumpuk pada roda/ban. Pemadatan
tanah yang diakibatkan tapak roda/ban kendaraan disebut traffick sole. Dengan
demikian pemadatan tanah karena pengolahan tanah secara mekanis dapat disebabkan
karena alat pengolah dan
karena roda/ban kendaraan.
Pemadatan tanah yangh ditimbulkan karena

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

150

pengolahan tanah kurang mendapatkan perhatian karena tidak nampak.


Pemadatan tanah akan semakin meningkat dengan semakin rendah kadar bahan
organik tanah maka semakin rendah pula daya dukung mekanik
tanah.
Pemadatan tanah akibat pengolahan tanah dapat merusak fungsi tanah baik sebagai
faktor produksi maupun fungsinya sebagai tempat berlangsungnya siklus har
a. Siklus hidup organisme/mikroorganisme tanah, serta fungsinya sebagai salah
satu mata rantai berfungsinys siklus hidrologi dan fungsi sebagai bagian dari li
ngkungan. Yang jelas bahwa adanya pemadatan tanah akibat pengolahan tanah bera
rti dapat membatasi pertumbuhan/perkembangan sistem perakaran, dapat menghambat
perkolasi tanah, membatasi kedalaman lapisan olah, dapat memperbesar aliran perm
ukaan, pada tanah relatif datar pemadatan tanah dapat memperburuk drainase tanah
dan membuat tanah mudah tergenang. Untuk pemadatan tanah akibat pengolahan tan
ah yang keliru (tidak benar dan tidak tepat) dapat menurunkan produktivitas tana
h ataupun menurunkan fungsi produksi tanah yang berarti dapat merugikan karena s
elain karena hasil produksi yang diperoleh semakin rendah, juga rugi karena peng
olahan tanah termasuk salah satu input biaya produksi yang tergolong tinggi. B
ila demikian maka akan muncul pertanyaan, pengolahan tanah tidak diperlukan kare
na akan merusak
tanah ?
Pemadatan tanah karena pengolahan tanah untuk pencetakan sawah baru ataupun untu
k persawahan yang ada justru menghendaki terjadinya pemadatan. Semakin padat t
anah pada lapisan di bawah lapisan olah pada tanah sawah semakin menguntungka

n dan semakin sesuai untuk pengembangan padi sawah. Pembentukan lapisan tan
ah padat tepat di bawah lapisan olah sengaja dibentuk. Teknik pengolahan tanah
(soil tillage) yang benar, efektif, efisien dan optimal.
Pengolahan tanah yang benar, efektif dan efisien serta optimal untuk
mendukung

pertumbuhan

dan

pencapaian

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

hasil

produksi

dan

tidak

151

menimbulkan terjadinya kerusakan tanah, serta dengan biaya pengolahan seminimal


mungkin dalam waktu yang tepat sesuai jadwal waktu dan target luas yang telah di
tetapkan. Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah, banyak faktor yang perlu dipe
rtimbangkan antara lain :
1)

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan meliputi karakteristik iklim, topografi/kelerengan, keadaan


batuan serta karakteristik vegetasi dan tanah serta fasilitas.
a) Kaitan pengolahan tanah dengan karakteristik iklim, utamanya curah hujan bu
lanan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan pada bulan-bulan kurang huja
n ataupun sama sekali tidak ada hujan. Kondisi air tanah berlebihan karena hujan
memperlambat kegiatan pengolahan tanah dan kualitas hasil olahan yang jelek ter
utama bila kadar liat tanah semakin tinggi (kenapa?).
b) Kaitan topografi/kelerengan dengan pengolahan tanah. Tanah dengan kelereng
an > 15 % , tidak lagi dianjurkan untuk diolah secara mekanis karena
selain ancaman terjadinya kerusakan tanah juga karena bahaya terbaliknya k
endaraan pengolah yang digunakan, pada prinsipnya pengolahan tanah pada tana
h berlereng yang penting adalah arah pengolahan tanah.
Arah pengolahan tanah pada tanah berlereng dilakukan searah garis kontur
(tidak harus persis arah kontur) atau arah memotong kemiringan permukaan tanah,
terutama bila diolah dengan alat bajak. Hasil olahan dengan alat bajak ata
u berbentuk alur (dead fureous) dengan guludan (back fureous).
Terbentuk dead fureous yang searah dengan kemiringan lereng, berarti sengaja mem
buat alur tempat air mengalir. Yang berarti pula membuat konsentrasi aliran pe
rmukaan terjadi, selanjutnya menjadi kuat untuk mengikis dan mengangkut tanah ke
arah bawah lereng. Untuk itu arah
pengolahan tanah pada tanah berlereng sangat penting diperhatikan karena

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

152

dampak pengolahan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah karena erosi akan besar
pengaruhnya. Ancaman erosi akan semakin besar bila disertai pemadatan tanah me
lalui tapak olah, karena perkolasi air akan terhambat. Untuk tanah datar arah
pengolahan tanah tidak berpengaruh terhadap ancaman erosi karena aliran
permukaan walaupun diolah dengan alat bajak.
2)

Kaitan kondisi vegetasi dengan pengolahan tanah.

Keadaan vegetasi penutup tanah akan lebih banyak berpengaruh terhadap waktu peny

elesaian pengolahan tanah untuk siap tanam, untuk jenis vegetasi hutan yang rapa
t, sebelum diolah harus di-land clearing. Setelah land clearing pengolahan tana
h tidak perlu intensif karena struktur tanah tergolong remah dan mudah diolah, b
ahkan tidak perlu diolah bila belum terdapat rumput pengganggu yang tumbuh setel
ah land clearing. Untuk itu harus diatur secara tepat waktu land clearing, wak
tu pengolahan tanah dengan waktu tanam, relatif tenggang waktunya tidak lama ter
lebih pada awal musim pelaksanaannya.
Keadaan vegetasi rumput alang-alang, tidak perlu dilakukan land clearing, bisa l
angsung diolah. Waktu yang diperlukan untuk pengolahan tanah yang bervegetasi
alang-alang diperlukan waktu yang lebih lama, Untuk menghasilkan seedbed dan roo
tbed yang optimal. Pengolahan tanah yang bertujuan menekan alang-alang diperluk
an waktu relatif lama. Alat yang digunakan untuk mengolah adalah bajak, yakni d
ilakukan pembalikan tanah untuk mengangkat Rhizome (batang dalam tanah dari alan
g-alang), kemudian dibiarkan tujuh hari sampai sepuluh hari agar alang-alang ter
tekan pertumbuhannya selanjutnya dibalik kembali dengan bajak lagi dan dibiarkan
lagi 7 10 hari lalu disisir dengan alat harrow sebanyak 2 kali untuk melepaskan
Rhizome dan mengeluarkan dari areal hasil olahan tanah. Selanjutnya dibiarkan
lagi selama 7 10 hari baru dibuat paritan
tempat peletakan benih atau bibit. Pengolahan tanah yang bervegetasi

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

153

alang-alang tidak diperkenankan mengolah pada musim hujan dan untuk pengolahan p
ertama harus dibajak dulu.
Alat rotavater tidak diperkenankan karena akan ban
yak memotong-motong Rhizome menjadi ruas-ruas kecil yang sulit dibersihkan akan
lebih memperbanyak anakan baru dari setiap ruas yang terpotong. Pengolahan tana
h bervegetasi alang- alang akan lebih sulit dilakukan dan lebih lama waktu dibut
uhkan bila struktur tanah kompak dan memadat seperti tanah-tanah v
ertisol (Grumosol dan Gley humus rendah).
3)

Karakteristik tanah kaitannya dengan pengolahan tanah.

Hasil olahan tanah untuk menghasilkan seddbed dan rootbed ditentukan dan dipen
garuhi oleh karakteristik tanah itu sendiri.
Utamanya menyangkut
sifat fisik dan biologis tanah. Semua elemen/unsur fisik tanah yang mempeng
aruhi sifat fisik tanah yang saling berkaitan, dengan karakteristik jenis tanama
n yang diusahakan menentukan jenis kendaraan, jenis alat pengolah, intensi
tas pengolahan tanah, frekuensi/interval, dalamnya pengolahan untuk mengha
silkan seedbed dan rootbed. Komponen faktor fisik tanah berkaitan dengan m
udah tidaknya tanah diolah untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang o
ptimal sesuai kebutuhan
persyaratan
tumbuh
tanaman,
dalam
hal
ini
untuk menghasilkan kualitas hasil olahan tanah. Sedangkan keadaan fisi
k tanah yang membuat kondisi tanah mudah tidaknya tanah diolah berkaitan
dengan jenis kendaraan, jenis alat pengolah, intensitas pengolahan tanah, freku
ensi/interval waktu pengolahan, berapa dalamnya tanah bisa diolah serta waktu te
pat untuk diolah. Kesulitan atau kemudahan tanah diolah selain ditentukan oleh
kondisi fisik tanah juga ditentukan oleh fasilitas pendukung, dalam hal ini inf
rastruktur pertanian yang ada. Kesemuanya akan menentukan pencapaian target y
ang direncanakan meliputi target luas, waktu penyelesaian dan kualitas hasi
l olahan yang optimal dan
anggaran
biaya
seminimal
mungkin
yang
digunakan
untuk

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

154

mencapai/mendukung hasil produksi yang berkelanjutan, (Dengan kerusakan tanah se


minimal mungkin).
Interaksi antara elemen/unsur penyusun fisik tanah menentukan kondisi sifat fisi
k tanah dan selanjutnya menentukan sifat olahan tanah. Bila dikaji lebih jauh m
engenai kondisi sifat fisik tanah yang menentukan sifat olahan tanah, yakni :
1) Kelekatan Tanah
Kelekatan tanah dengan alat pengolah dapat membuat alat pengolah menjadi lamban
bergerak, atau untuk bergerak diperlukan tenaga atau daya tarik lebih
dari pada kondisi tanah yang tidak melekat.
Tanah melekat pada alat pe
ngolah karena daya adhesi yang sangat kuat dan ini tercapai pada kondisi status
air tanah antara kapasitas lapang dan titik jenuh. Pada status air tanah antara
kapasitas lapang (KL) dan 80 % KL maka pada kondisi ini tanah sangat muda
h diolah karena alat tidak melekat pada alat, tanah tidak keras dan struktur
hasil olah menjadi mekar. Hal ini disebabkan daya adhesi dan kohesi tanah sama
kuat. Pada status kadar air tanah di bawah kapasitas lapang 80 % dan kad
ar air tanah semakin menurun sampai pada batas 40 % KL tanah semakin sulit diol
ah karena semakin keras yang disebabkan daya adhesi lebih lemah dari daya kohesi
(kondisi kering). Pada kondisi tanah terlalu kering kadar air < 40
% dari kapasitas lapang, kembali tanah mudah diolah karena daya adhesi dan kohes
i tanah keduanya sangat lemah. Demikian pula status air tanah lebih besar dari
kondisi jenuh air (tergenang), daya adhesi dan kohesi tanah keduanya sangat lema
h sehingga tanah mudah diolah, hanya saja kualitas hasil olahan adalah lumpur, a
lat dan kendaraan yang digunakan mudah tergelincir dan tenggelam ke dalam tanah
karena daya dukung tanah sangat rendah. Kondisi tanah kering, daya dukung tana
h sangat tinggi (mekanik). Tekstur tanah sangat menentukan kelekatan tanah kai
tannya dengan status air tanah. Semakin halus kelas tekstur tanah atau
semakin tinggi kadar liat suatu tanah maka makin tinggi daya lekat tanah

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

155

terhadap alat pengolah.


Konsistensi kelekatan tanah juga dipengaruhi oleh status kadar bahan organik tan
ah, makin tinggi kadar bahan organik tanah makin lemah daya lekat tanah, walaupu
n kehalusan kelas tekstur semakin halus. Sebaliknya semakin rendah kadar bah
an organik tanah, makin rendah daya lekat tanah.
2) Kepadatan Tanah
Semakin padat dan keras tanah, semakin sulit tanah itu diolah. Tanah yang pada
t sulit diiris dan dikupas oleh mata alat pengolah tanah, diperlukan tekanan/gay
a berat yang lebih besar dari alat pengolah untuk masuk ke dalam tanah serta mat
a alat pengolah yang lebih tajam dan tenaga untuk menarik alat pengolah yang leb
ih besar. Untuk itu semakin sulit/berat tanah diolah karena kepadatan
tanah yang besar dapat membuat:
a) Waktu yang dibutuhkan lebih lama untuk mengolah.
b) Hasil olahan yang jelek, banyak bongkah tanah yang besar. c)
enaga dan alat pengolah yang lebih berat.

Diperlukan t

d)

Diperlukan mata pisau alat pengolah yang tajam.

e) Diperlukan biaya yang mahal untuk menghasilkan seedbed dan rootbed y


ang optimal per satuan luas areal.
Kepadatan tanah yang keras dapat diukur dari kerapatan isi tanah atau Bulk Densi
ty (BD) tanah dan konsistensi tanah. BD tanah lebih dari 1.3 g/cm3 termasuk pa
dat. Kerapatan isi (BD) tanah ditentukan oleh tekstur, struktur, bahan organik
tanah yang menentukan ruang pori total tanah. Makin padat tanah makin rendah/sed
ikit ruang pori tanah, disertai status air yang rendah sampai mencapai konsisten
si yang teguh membuat tanah makin sulit untuk diatasi. Dengan demikian untuk m
emperbaiki sifat olahan tanah agar mudah diolah dan menghasilkan struktur hasil
olahan
yang optimal dapat dilakukan melalui :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


a)

156

Meningkatkan kadar bahan organik tanah

Peningkatan bahan organik tanah dapat ditempuh dengan berbagai cara, yakni langs
ung melalui pemberian pupuk organik dan secara tidak langsung melalui perbaikan
sistem pertanaman yang dapat mengurangi intensitas pengolahan tanah dan sedapat
mungkin dilakukan pengembalian sisa tanaman ke dalam tanah.
b) Mengurangi/meminimalkan pengolahan tanah (minimum tillage), seperti yan
g diolah terbatas hanya pada alur tempat penanaman benih/bibit, yang lainnya unt
uk menekan gulma disemprot dengan herbisida.
c) Mengaktifkan kehidupan organisme/mikroorganisme tanah dalam kaitannya dengan
penambahan bahan organik ke dalam tanah.
d) Mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan herbisida e) Tidak dilakukan pem
bakaran sisa tanaman.
f)
Bila dilakukan pengolahan tanah, diusahakan tepat waktu, yakni pada saat k
adar air tanah berada pada kisaran 80 % sampai 100 % kapasitas lapang, atau pa
da saat tidak terjadi pelekatan tanah pada alat pengolah.
g) Mengurangi penggunaan alat berat untuk pengolahan tanah.
3)

Status Air Tanah

Tingkat status air tanah berkaitan erat dengan faktor fisik dan sifat fisik tana
h yang menentukan kondisi status air tanah, dalam hal ini kemampuan tanah memega
ng dan menyimpan air serta membuang kelebihan air (kapiler dan permeabilitas/per
kolasi tanah). Sifat tanah yang berkaitan dengan pembuangan kelebihan air adal
ah keadaan pori tanah. Tingkat status air tanah akan menentukan. Pengolahan t
anah pada berbagai status air tanah akan menghasilkan olahan dengan kualitas yan
g berbeda, waktu penyelesaian pengolahan tanah yang berbeda serta tingkat
pemadatan tanah yang berbeda. Hal ini terjadi karena status air tanah mempenga
ruhi
sifat olahan tanah, antara lain :

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

157

a) Mempengaruhi tingkat kelekatan tanah (konsistensi tanah). Seperti telah d


iuraikan pada kelekatan tanah sebelumnya dalam kaitannya dengan pengolahan tanah
.
b) Mempengaruhi daya dukung mekanik tanah. Telah diuraikan pada bagian pemadat
an tanah.
c) Mempengaruhi pengirisan dan pengupasan tanah. d) Menentukan laju kecepata
n pengolahan tanah.
e) Mempengaruhi kekuatan daya adhesi dan kohesi tanah f)
Menentukan jenis k
endaraan dan alat yang digunakan. g) Menentukan waktu yang tepat untuk diolah.
C. Degradasi Tanah dan Pengendaliannya
Tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman, sehingga untuk pertumbuhan dan perk
embangan tanaman yang baik serta memberikan produksi yang tinggi, maka dibutuhka
n tanah-tanah yang mempunyai kesuburan fisika, kimia serta biologi tanah yang ba
ik. Namun, untuk sekarang ini lahan di daerah tropis masih memiliki produktivi
tas yang rendah karena pengolahan yang intensif dan tanpa memperhatikan
kaidah konservasi tanah-tanah yang mengalami degradasi fisika, kimia, dan b
iologi. Sementara kebutuhan akan pangan terus meningkat seiring dengan me
ningkatnya jumlah penduduk.
Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar tanah tidak terdispersi, da
n mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan agar tidak terjadi pengang
kutan tanah. Berdasarkan asas ini ada 3 cara pendekatan dalam konservasi tanah,
yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuhan dan tanaman atau sisa- sisa tumbuhan aga
r terlindung dari daya perusak butir butir hujan yang jatuh (2) memperbaiki dan
menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancuran agregat oleh tumb
ukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan dan lebih besar da
yanya untuk menyerap air di permukaan tanah dan (3) mengatur aliran permukaan
agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan
memeperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

158

Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
(1) Metode vegetatif; 2) Metode mekanik; 3) Metode kimia.
1.

Metode Vegetatif

Metode vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian bagian t
umbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, meng
urangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi
tanah. Dalam knservasi tanah dan air metode vegeatif mempunyai fungsi melindung
i tanah terhadap daya perusak butir butir hujan yang jatuh dan melindungi tanah
terhadap daya perusak air yang mengalir di permukaan tanah serta memperbaiaki ka
pasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya a
liran permuakaan.
Metode vegetative dalam konservasi tanah meliputi penanaman dalam strip, penggun
aan sisa tanaman, geotekstil, strip tumbuhan penyangga, tanaman penutup tanah, p
ergiliran tanaman, agroforestry.

2.

Metode Mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan p
embuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi untu
k memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan deng
an kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke d
alam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Meode m
ekanik dalam konservasi tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan tanah
menurut kontur, guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, parit p
engelak, teras, dam penghambat, waduk, tanggul,
kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dll.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah


3.

159

Metode Kimia

Merupakan penggunaan preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa ba
han alami yang sudah diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk meningkatka
n stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu usah
a dalam penggunaan senyawa organic sintetik sebagai soil conditi
oner dilakukan oleh van Bavel (1950), yang menyimpulkan bahwa senyawa organic si
ntetik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah terhadap air secara e
fektif.di antara beberapa macam bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl di
chlorosilane dan methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan kimia ini ber
upa cairan yang mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah.
Senyawa ini terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
Berbagai metode mampu diterapkan dalam konservasi tanah dan air. Dengan teknik
tersebut diharapkan tingkat erosi dapat diminimalkan bahkan dicegah. Tentunya d
engan menjaga lingkungan menjadi kunci utama dalam pelestarian sumber da
ya alam khususnya tanah dan air sehingga tanah dan air dapat dimanfaat
kan dengan baik oleh makhluk hidup serta siklus hidrologi yang terus
berlangsung.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

160

A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 11 ini didasarkan pada hasil kerj
a perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai ak
hir.

B. Contoh Latihan dan Tugas


Jelaskan maksud dari pengelolaan tanah bagi produktivitas yang berkelanjutan. Bu
atlah dalam bentuk makalah dan dipresentasikan secara berkelompok.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

161

BAB III. PENUTUP

Akhir-akhir ini dengan jelas dunia dengan tragis memberi contoh praktek-praktek
pertanian yang tidak berkelanjutan. Kekeringan, banjir, penebangan hutan, serang
an hama serangga yang tak terkendali, erosi, dan bencana ekonomi pada
sistem produksi makanan mengancam sedikitnya beberapa pertanian daerah pada hamp
ir semua negara-negara. Dalam perkembangan dunia, banyak orang meninggal sebagai
suatu akibat, jutaan menderita kelaparan dan penyakit, dan perkembangan ekonomi
dihalangi oleh kurangnya modal sementara bantuan asing dialihkan pada kebutuhan
yang lebih mendesak.

Sumber Pustaka
1.

Sitanala, Arsyad. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. IPB press: Bogor.

2.

Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.

New York.
3.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
4.
Riquier, J. 1977. Philosophy of the world Assessment of Soil Degradation
and Items for Discussion. FAO Soils Bull, Rome.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

162

LAMPIRAN

GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBRP)


MATA KULIAH : DASAR-DASAR ILMU TANAH (141G2103)

Kompetensi Utama
:
Memahami dasar-dasar pembentukan tanah,
sifat-sifat fisik, kimia dan biologi untuk kepentingan pertumbuhan dan pr
oduksi tanaman yang berkelanjutan, konservasi dan pengelolaan lahan.
Kompetensi Pendukung
ma, ,mengambil keputusan.

1. Mempunyai kemampuan berkomunikasi, bekerjasa

2. Mampu mempelajari dan mengembangkan sendiri (self learn) pemahaman tentang pe


ngetahuan dasar ilmu tanah bagi kepentingan pertanian.
Kompetensi Lainnya
:
Membentuk pribadi yang bertanggung jawab, sa
ling menghargai, kreatif dan berjiwa kepemimpinan.

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

163

Minggu ke Materi Pembelajaran


Bentuk Pembelajaran
(Metode SCL)
Kompetensi Akhir sesi
Pembelajaran
Indikator Penilaian
1

Bobot Nilai (%)

Konsepsi tanah :
Kepentingan tanah
Tanah sebagai hasil pelapukan
Tanah sebagai medium tumbuh tanaman
Tanah sebagai system

tiga fase
Kuliah di kelas
Diskusi di kelas
Tanya jawab
Memahami kepentingan Ilmu Tanah dalam system produksi
Mampu menjelaskan tanah sebagai suatu system, penyusun tanah, dan tanah sebagai
media tumbuh tanaman.
Aktivitas
5 mahasiswa dalam
berdiskusi
Ketepatan dalam menjawab dan menanggapi
2

Pembentukan tanah :
Batuan dan bahan induk
Proses pelapukan fisik dan kimia
Faktor-faktor pembentuk tanah
Perkembangan profil

tanah
Diskusi kelompok

Mampu memahami proses pembentukan tanah

Aktivitas
berdiskusi

5 mahasiswa dalam

Ketepatan dalam menjawab dan menanggapi


Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

Mineral dalam tanah


Klasifikasi mineral tanah

164

Pembentukan mineral
Mineral liat
Peranan mineral tanah
4 5

Sifat fisik tanah :

Tekstur
Struktur
Konsistensi
Porositas
Massa Tanah
Tata udara tanah
Suhu dan warna tanah

6 7

Air dalam tanah :

Konsep energi air


Tugas perorangan
Diskusi kelompok

Kuliah
Tugas kelompok, mengumpulkan referensi tentang sifat- sifat fisik tanah yang dib
uat dalam bentuk makalah
Presentasi hasil kerja kelompok

Kuliah
Tugas kelompok
Mampu menjelaskan pembentukan mineral,
jenis-jenisnya, sifat-sifatnya serta peranannya dalam tanah

Mampu menjelaskan sifat- sifat fisik dasar dari tanah

Mampu memahami sifat- sifat air, retensi dan


Aktivitas
5 mahasiswa dalam
berdiskusi
Ketepatan dalam menjawab dan menanggapi
Sistematika tugas
5 paper
Kemutakhiran referensi yang digunakan
Tampilan presentasi/power point
Tampilan presenter
Kemampuan menjawab pertanyaan dan tanggapan
Sistematika tugas
10 paper
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

165

Penentuan kandungan air tanah


Retensi dan pergerakan air tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tanah
Peranan air tanah dalam absorpsi unsur hara.

8 - 9

Sifat-sifat kimia tanah :

Koloid tanah
Pertukaran kation
Kapasitas tukar kation
Reaksi tanah
Daya sanggah tanah
Kejenuhan basa
Presentasi hasil kerja kelompok

Kuliah
Tugas kelompok
Presentasi hasil kerja kelompok
pergerakannya serta peranannya terhadap ketersediaan unsur hara

Mampu memahami berbagai sifat kimia tanah


Kemutakhiran referensi yang digunakan
Tampilan presentasi/power point
Tampilan presenter
Kemampuan menjawab pertanyaan dan tanggapan
Sistematika tugas
10 paper
Kemutakhiran referensi yang digunakan
Tampilan presentasi/power point
Tampilan presenter

Kemampuan menjawab
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

10

166

Bahan organik :
Sumber bahan organik
Komposisi bahan organik
Perombakan bahan organik
Humus
Peranan bahan organik

11

Kesuburan tanah dan pemupukan :


Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara
Konsep dan bentuk-

Kuliah
Tugas kelompok, mengumpulkan referensi tentang bahan organik yang dibuat dalam b
entuk makalah/paper
Presentasi hasil kerja kelompok

Kuliah pengantar
Diskusi kelompok
Tanya jawab

Mampu mengidentifikasi sumber bahan organik, proses dekomposisi dan peranannya p


ada tanah

Mampu menjelaskan tentang sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketersediaan hara,


peranan hara dan kebutuhan hara bagi tanaman
pertanyaan dan tanggapan
Sistematika tugas
10 paper
Kemutakhiran referensi yang digunakan
Tampilan presentasi/power point
Tampilan presenter
Kemampuan menjawab pertanyaan dan tanggapan
Sistematika tugas
10 paper
Kemutakhiran referensi yang digunakan
Tampilan
presentasi/power
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

167

bentuk hara yang diserap oleh tanaman


Ketersediaan hara dalam tanah
Peranan unsur hara dalam tanah
Kebutuhan hara tanaman
12 - 13
Klasifikasi dan survey tanah :
Dasar klasifikasi
Kategori klasifikasi
System klasifikasi
Survey dan pemetaan tanah

14 - 15

Pengelolaan tanah dan air untuk produktivitas tanah yang tinggi dan

Tugas perorangan/studi literature tentang berbagai jenis tanah


Kuliah lapang /
pengamatan profil

Tugas kelompok dan studi kasus


Tugas presentasi
kelompok

Mampu memahami cara klasifikasi tanah menurut berbagai system klasifikasi dan pe
metaannya

Mampu menganalisis hubungan produktiviats tanah dan keberlanjutannya

point
Tampilan presenter
Kemampuan menjawab pertanyaan dan tanggapan

Sistematika tugas
10 paper
Kemutakhiran referensi yang digunakan
Keaktifan
Kemampuan menjawab pertanyaan dan tanggapan
Sistematika tugas
10 paper
Kemutakhiran
referensi yang
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

168

berkelanjutan :
Persyaratan karakteristik fisik,
kimia, dan biologi tanah bagi pertumbuhan & produktivitas tanaman.
Pengelolaan tanah dan air bagi produktivitas tanaman yang berkelanjutan
Degradasi tanah dan
pengendaliannya
dengan pengelolaan tanah

digunakan

Keaktifan Kemampuan menjawab pertanyaan dan tanggapan


Ujian akhir
Ujian tertulis
Penilaian atas
20 jawaban

16

Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah

169

Anda mungkin juga menyukai