Anda di halaman 1dari 14

MARIYUANA

Disusun oleh:
1. Amirul Hanifah (P07134112041)
2. Dhita Ambarwati P.P. (P07134112048)
3. Fatin Asfarina (P07134112055)
4. Helga Sindy Mayella (P07134112062)
5. Meliana Indrawati (P07134112069)
6. Setyaningsih (P07134112076)
7. Yasminannisa M.N.R. (P07134112083)

Reguler B
Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta
2014

MARIYUANA

I. Pengertian

Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Urticales
Famili :Cannabaceae
Genus :Cannabis
Spesies :Cannabis sativa
Mariyuana atau disebut juga ganja (Cannabis sativa), cimeng, rumput,
pocong, budha stick dll adalah narkoba yang berasal dari biji, bunga dan daun
tanaman ganja yang dikeringkan. Ganja mengandung lebih dari 400 zat kimia
berbeda dan yang paling berbahaya adalah tetrahidrokanabinol (THC, tetra-
hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa
senang yang berkepanjangan tanpa sebab).
Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun
menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah
dua). Bunganya kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya
tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas
permukaan laut.
Menurut situs pengetahuan Narkotika, HIV, AIDS, dan Pendidikan
Seks, ganja dapat menimbulkan efek samping yang berbeda bagi
penggunanya. Efek yang paling umum dari ganja adalah perasaan teler atau
melayang. Ganja juga dapat menyebabkan penggunanya menjadi
ketergantungan dan kecanduan.
II. Komposisi
Dari sisi medis, komposisi kimia yang terkandung dan paling
berbahaya dalam ganja adalah Cannibanol, Cannabidinol atau THC yang
terdiri dari Delta -9- THC dan Delta -8- THC. THC (Tetra Hydro Cannabinol)
atau zat yang dapat membuat pemakainya mengalami euphoria dan CBD
(Cannabidiol) atau zat yang mempengaruhi sistem limbik yaitu sistem pada
otak yang mengatur emosi, perilaku dan juga daya ingat.
Delta -9- THC sendiri mempunyai efek mempengaruhi pola pikir otak
manusia melalui cara melihat sesuatu, mendengar, dan mempengaruhi suasana
hati pemakainya. Selain Delta -9- THC, ada 61 unsur kimia lagi yang sejenis
dan lebih 400 bahan kimia lainnya yang beracun.







Gambar struktur THC
THC adalah kependekan dari Tetra Hydro Cannabinol, yaitu senyawa
aktif yang terdapat dalam tanaman Cannabis atau Ganja. Ketika THC
digunakan, baik dikonsumsi atau inhalasi, ia mengikat reseptor spesifik yang
ada di dalam otak manusia yang disebut reseptor cannabinoid. Dalam dosis
rendah, senyawa tersebut dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi agresi,
merangsang nafsu makan dan dapat membantu mengurangi rasa mual. Dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan "giting atau tinggi" (high), yaitu suatu
perasaan dan persepsi yang berubah antara ruang dan waktu yang menciptakan
rasa kebahagiaan.
Delta -9-THC mempunyai efek mempengaruhi pola pikir otak manusia
melalui cara melihat sesuatu, mendengar, dan mempengaruhi suasana hati
pemakainya. Para ilmuwan medis percaya bahwa Delta -9-THC dapat
mengobati berbagi penyakit. Misalnya, daun dan biji tanaman cannabis dapat
digunakan untuk mengobati penyakit kanker dan tumor. Lalu, akar dan
batangnya dapat dibuat ramuan yang mampu menyembuhkan penyakit,
diantaranya kram perut, disentri, asma, anthrax, luka bakar, dan lainnya.
III. Klasifikasi
A. Berdasarkan Undang-Undang
Menurut UU RI No 22 / 1997, narkotika dibedakan dalam 3 golongan
sebagai berikut:
1. Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: heroin, kokain dan ganja.
2. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: morfin, petidin, turunan/garam dalam golongan tersebut.
3. Narkotika golongan III
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: kodein, garam-garam narkotika dalam golongan tersebut.
B. Berdasarkan Efek
1. Stimulan atau perangsang
Obat jenis ini meningkatkan aktivitas dalam sistem syaraf pusat dan
otonom. Obat perangsang bekerja mengurangi kantuk karena
kelelahan, mengurangi nafsu makan, insomnia, merangsang jantung
bergerak cepat memompa darah sehingga pengkonsumsi menjadi
gelisah, urat nadi akan berkerut sampai biji mata.
Contoh: nikotin (dari tembakau), kafein (dari kopi, teh, minuman
ringan), amfetamin, kokain (dari erythroxylum) dan crack (dasar
kokain).
2. Antidepresan
Yaitu jenis obat yang mempunyai kemampuan untuk memperlambat
fungsi sistem saraf pusat dan otonom. Obat anti depresan memberikan
perasaan melambung tinggi, memberikan rasa bahagia semu, pengaruh
anestesia (kehilangan indra perasa), pengaruh analgesia (mengurangi
rasa sakit), penghilang rasa tegang dan kepanikan, memperlambat
detak jantung dan pernapasan serta dapat berfungsi sebagai obat
penenang dan obat tidur.
Contoh: obat penenang hipnotis alkohol, benzodiaxepines, obat tidur,
analgesik narkotik (opium, morfin, heroin, kodein) analgesik
nonnorkotik (aspirin parasetamol) serta anastesia umum seperti ether,
oksida nitrus.
3. Halusinogen
Sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk memproduksi spektrum
pengubah rangsangan indera yang jelas dan pengubah perasaan serta
pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen dan reaksi subyektif
terhadap pengaruh-pengaruh tersebut bisa bebeda jauh antara satu
pemakai dengan pemakai yang ragamnya mulai dari perasaan gembira
yang luar biasa sampai perasaan ngeri yang luar biasa.
Contoh: Kanabis (ganja), LSD, psilocybin, jamur (juga dikenal
sebagai jamur sakti), dan DMD atau detura yang berasal dari bunga
terompet.
4. Klasifikasi NAPZA yang lain
Jenis-jenis obat yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap
sistem syaraf pusat dan otonom, namun jenis-jenis obat tersebut
berpengaruh langsung terhadap bahan-bahan kimia otak yang spesifik
(neurotransmitter). Ketika sedang aktif, neurotransmitter itu diyakini
mempengaruhi emosi, rasa sakit, daya ingat dan keterampilan motorik.









IV. Efek THC (Mouse Party)
A. Efek THC pada Tubuh
1. Normal









Pada keadaan normal, canabinoid reseptor tidak berikatan dengan
senyawa apapun sehingga inhibitor neurotransmitter bisa disekresikan
menyebabkan dopamin neurotransmitter tidak dikeluarkan ke sinapsis
2. THC pada mariyuana













Dopamin
neuritransmitter
Inhibitor
nerotransmitter
Canabinoid
reseptor
THC
THC pada ganja berikatan dengan canabinoid reseptor, menyebabkan
terhambatnya pensekresian inhibitor neurotransmitter sehingga
dopamin neurotransmitter keluar ke sinapsis dan berikatan dengan
dopamin reseptor.
Canabinoid reseptor berhubungan dengan : kesenangan, memori,
berpikir, konsentrasi, gerakan, koordinasi, dan sensorik. Sehingga
gangguan pada canabinoid reseptor akan menganggu hal-hal tersebut
salah satunya kenangan dan konsentrasi yang secara akut terganggu
setelah mengkonsumsi mariyuana, karena tubuh akan menjadi rileks,
tenang, dan tidak konsentrasi. Kesenangan akan menyebabkan
berhalusinasi.
B. Efek Mariyuana Secara Fisik (Tampak)
1. Pengaruh akut pemakaian mariyuana :
a. Paranoia (ketakutan yang berlebihan dan tidak rasional).
b. Muntah-muntah.
c. Kehilangan koordinasi.
d. Kebingungan.
e. Nafsu makan meningkat.
f. Mata merah.
g. Halusinasi.
2. Pengaruh jangka panjang pemakaian mariyuana :
Penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang lebih berat
apabila ganja digunakan secara teratur. Beberapa diantaranya:
a. Resiko tinggi bronkhitis, kanker paru-paru dan penyakit-penyakit
pernafasan (ganja mengandung tar dua kali lebih banyak dari
rokok).
b. Kehilangan minat dan semangat untuk melakukan kegiatan.
c. Kehilangan tenaga dan kebosanan.
d. Kerusakan memori jangka pendek, daya pikir logikal dan
koordinasi gerakan badan.
e. Dorongan seks menurun.
f. Jumlah sperma berkurang (pada pria), siklus menstruasi tidak
teratur (pada wanita).
g. Gejala gangguan kejiwaan yang berat.
h. Kerusakan sistem kekebalan tubuh.
i. Addiction (kecanduan).
j. Ganja menimbulkan ketergantungan mental dan mengakibatkan
kecanduan secara mental.
V. Mekanisme
A. Dihirup
Saat ganja dihisap, dari paru-paru THC secara cepat akan masuk
ke aliran darah lewat pembuluh-pembuluh (pipa-pipa) darah di paru-paru
yang akan masuk ke jantung dan oleh jantung akan dipompa ke seluruh
pembuluh di dalam tubuh. Dengan kata lain zat THC ini akan terbawa ke
seluruh tubuh, termasuk ke otak dan organ lainnya. (3) (Sama halnya bila
dimakan, dari usus THC akan diserap dan dibawa ke dalam aliran darah
dan mengalami proses yang sama).
Di otak THC akan bereaksi dengan suatu reseptor (penerima)
khusus, yang dijuluki reseptor cannabinoid. Reseptor ini tidak sama
penyebarannya dan jumlahnya di otak. Berjumlah banyak pada daerah
tertentu dan sedikit bahkan tidak ada pada beberapa daerah otak yang lain
sehingga THC ditangkap hanya di bagian-bagian otak tertentu.
Jumlah reseptor cannabinoid paling banyak terdapat pada bagian
otak yang bertugas mengatur kenikmatan, memori, pemikiran, konsentrasi,
persepsi waktu dan gerakan terkoordinasi. Apabila THC masuk ke bagian-
bagian tersebut maka pada daerah itu akan terjadi reaksi-reaksi selular dan
dikeluarkannya dopamine. Itu sebabnya terjadilah perasaan nikmat yang
dapat disertai kekacauan persepsi, terganggunya koordinasi, kesulitan
dalam berpikir dan memecahan masalah, serta gangguan dalam hal belajar
dan mengingat selama dalam pengaruhnya.
Orang yang telah merasakan enaknya menggunakan ganja ada
kemungkinan diantaranya akan terus menggunakan. Tidak benar bila
dikatakan penggunaan ganja sama sekali tidak akan menagih. Proses
pemakaian ganja yang lama (kronis) semakin memungkinkan timbulnya
adiksi/ ketagihan. Pada kasus tersebut orang-orang yang mencoba untuk
berhenti mengkonsumsi ganja dapat menjadi iritabel, sulit tidur, menurun
napsu makannya, merasakan panik atau merasa ingin mengkonsumsinya
lagi. Hal ini akan mulai dirasakan setelah satu hari berhenti, mencapai
puncaknya di hari kedua sampai hari ketiga, dan baru menghilang di
minggu pertama sampai kedua setelah berhenti mengkonsumsi. Itu adalah
kemungkinan penyebab sulitnya mereka, yang merupakan pengguna lama,
untuk berhenti. Apalagi bila lingkungan pergaulannya sangat mendukung
atau memungkinkan untuk mengkonsumsi ganja.
Gejala awal saat menghisap ganja adalah jantung akan berdetak
lebih cepat, otot dan saluran tenggorok relaks dan melebar, pembuluh-
pembuluh darah di mata melebar sehingga mata akan tampak memerah.
Kecepatan detak jantung yang normal adalah 70 - 80 kali per menit
dan saat mengkonsumsi ganja detaknya akan naik 20 hingga 50 tambahan
detak per menit bahkan pada beberapa kasus dapat mencapai dua kali
lipatnya (keadaan ini akan menjadi lebih parah apabila selain ganja orang
tersebut juga mengunakan obat-obatan terlarang jenis lain). Orang yang
mempunyai resiko terkena serangan jantung resikonya dapat meningkat
menjadi empat kali lipat dalam keadaan ini
Setelah THC mencapai otak maka akan timbul suatu reaksi yang
menyebabkan dopamine dilepaskan dari beberapa bagian otak lalu
timbullah euforia/ euphoria atau keadaan relaks dan perasaan bahagia
berlebihan tanpa sebab yang sering diistilahkan dengan "sedang tinggi"/
"high"/ "stoned", berupa sensasi yang nikmat, warna dan suara akan terasa
lebih intensif dan waktu serasa berjalan sangat lambat. Efek pada organ
lain yang dirasakan ialah mulut akan terasa kering dan orang bersangkutan
tiba-tiba akan merasakan sangat lapar dan haus. Meningkatnya napsu
makan ini disebabkan oleh adanya reseptor cannabinoid di pusat rasa lapar
pada area hipotalamus yang terpengaruh. Selain itu tangan akan menjadi
dingin dan gemetar.
Perasaan nikmat akan bertahan selama satu sampai tiga jam dan
setelahnya orang bersangkutan akan mengantuk. Pada beberapa keadaan
ganja dianggap dapat menyebabkan perasaan cemas, ketakutan, rasa tidak
percaya (untrust) atau panik yang diakhiri dengan depresi.
B. Konsumsi Oral Ganja
Ketika kita memakan ganja, ia diserap melalui usus halus lalu
berjalan melewati liver , yang memproses THC menjadi produk lain
bernama 11-hydroxy-THC, yang lalu berjalan melalui aliran darah dan
sampai di otak kita.
11-Hydroxy-THC diyakini empat sampai lima kali lebih kuat
daripada THC biasa. Ini adalah salah satu alasan mengapa ganja yang
dimakan diketahui lebih kuat dibandingkan dengan ganja yang dihisap.
Ganja yang dimakan juga disebut merupakan sedatif yang kuat dan banyak
pasien menggunakan mereka untuk mengobati insomnia (susah tidur).
Ganja yang dimakan biasanya memerlukan waktu dari 40 menit
hingga satu jam untuk mulai bekerja dan efek puncaknya muncul dalam
waktu 2 jam. Efek yang muncul dapat berlangsung antara enam hingga
delapan jam, yang dianggap nyaman bagi pasien-pasien yang ingin tidur
dan ingin memiliki kontrol lebih lama terhadap rasa sakit.
Orang yang baru saja mengkonsumsi ganja dapat diketahui melalui
air seni selama 2 sampai 5 hari. Untuk pengguna berat antara 1 sampai 15
hari dan untuk pengguna ganja dengan lemak tubuh yang tinggi bisa
sampai 30 hari. Untuk pemeriksaan melalui sampel rambut bisa sampai 90
hari. Pada pemeriksaan melalui sampel darah, untuk pengguna aktif antara
1 sampai 2 hari. Namun pada penelitian terbaru mengatakan bahwa ganja
dapat dideteksi dalam darah manusia sampai 1 bulan untuk pengguna
berat.
Peneliti di Amerika Serikat mengatakan cannabinoids (senyawa
psikoaktif dalam ganja) dapat terdeteksi dalam darah selama satu bulan
bagi pengguna ganja yang rutin mengkonsumsi setiap hari.
Racun dalam ganja tidak terlalu besar tetapi asap ganja
mengandung konsentrasi carcynogenic polycyclic aromatic hydrocarbons (
PAHS ) yang lebih tinggi daripada asap tembakau. Ganja akan sangat
berbahaya jika dihisap dengan tembakau.
VI. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Awal (Screening)
1. Metode : Rapid Test ( rapid chromatographic immunoassay THC)
2. Sampel : Urin
3. Prinsip : Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba
yang mengandungsubstrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone S)
merupakan Antibodi Pendeteksi dalam Strip oleh narkoba
sampel/urine Antigen dalam Sampleatau narkoba yang telah
dikonjugasi enzim Antigen dalam Strip Test (ada dan terfiksir di
zone T). Jika dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif narkoba),
maka IgG anti narkoba-substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-
enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang berwarna.
Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya
sebagian dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di
bawah ambang batas pemeriksaan/CUTOFF), maka IgG anti-narkoba-
substrat akan berikatan dengan narkoba-enzimnya secara penuh atau
sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna penuh
(gelap) atau lamat-lamat (ragu-ragu).
Keterangan
Valid tidaknya test dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone S
suatu kontrol validitas yang berupa IgG goat-substrat. Karena IgG goat
bukan antibodi spesifiknya narkoba, maka baik pada sampel urin yang
ada, ada dalam jumlah di bawah ambang batas pemeriksaan atau tidak
ada sama sekali narkobanya, semuanya tidak akan menjenuhi dan
hanya akan mendifusikan IgG goat-substrat dari zone S ke zone C
untuk menemui dan mengikat IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi
enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna
di zone C.
Dengan nilai Cutoff sebagai berikut :
DRUG ITEM CUTOFF LEVEL
Amphetamine ( AMP ) 500 ng/ml dalam Urine
Marijuana (THC) 50 ng/ml dalam Urine
Morphin( MOP ) 300 ng/ml dalam Urine
4. Alat dan bahan :
a. Sampel urine.
b. Pipet tetes.
c. Reagen rapid cannabis.
5. Cara kerja :
a. Buka kemasan rapid tes, simpan di tempat datar.
b. Teteskan 3 tetes urine pada area sampel.
c. Tunggu selama 10 menit, kemudian amati reaksi yang terjadi.
6. Interpretasi Hasil

Positif :
Terbentuk satu garis warna pada pada area garis C saja,ini berarti kadar
metabolit THC pada sampel diatas cut-off.
Negatif:
Terbentuk dua garis berwarna,satu pada area garis T dan satu pada area
garis C, hasil negatif ini tidak mengindikasikan ketidak adaan obat-
obatan pada sampel ,tetapi hanya mengindikasikan bahwa kadar
metabolit THC pada sampel adalah di bawah cut-off.
Invalid/Tes gagal:
Jika tidak timbul garis warna pada area garis C ,maka tes dinyatakan
gagal. Ulangi tes dari awal.
B. Pemeriksaan Konfirmasi
1. Metode : tes GCMS (Gas Chromatography Spektroskopy Massa )
2. Prinsip : Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan
kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya
proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan
gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan
pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur
tidak dimiliki.
Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui
nyala hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut
akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada
detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion.
3. Alat :Alat-alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas yang biasa
digunakan untuk untuk keperluan untuk preparasi, Ultrasonic bath,
Instrumentasi GCMS.
4. Bahan :Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahan kimia dengan derajat kemurnian pro analisis. Sementara untuk
keperluan kromatografi digunakan bahan kimia berderajat
kromatografi, antara lain 2 Propoanol, Kloroform, metanol.
5. Prosedur Penelitian :Pengumpulan Sampel. Sampel urine pengguna
narkotika diambil sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam wadah kaca
dengan tutup baik, kemudian disimpan dalam termos es (temperatur
150C).
a. Preparasi Sampel
1) Sampel urine diekstraksi dengan pelarut 2 propanol dan
kloroform 1:1 .
2) Disonifikasi selama 2 jam, kemudian disentrifugasi selama 10
menit.
3) Fase pelarut dibagian bawah dipindahkan ke dalam cawan
penguap kemudian dibiarkan selama 60 menit sampai pelarut
menguap dan dibilas dengan methanol untuk dianalisa.
4) Sampel diuji Pendahuluan.
5) Analisis dilanjutkan dengan Instrument GCMS 5890 Agilent.
6) Uji Pendahuluan dan Lanjutan dilakukan terhadap sampel
Urine pengguna dan pembanding (bukan pengguna).
b. Uji pendahuluan
Rambut hasil preparasi diuji pendahuluan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya morfin ataupun ganja dalam rambut. Uji pendahuluan
ini menggunakan Marquist Test dan Fast blue test Salt B.
c. Analisa GCMS
1) Digunakan Gas kromatografi (GC) Agilent digabung dengan
Spektroskopi Massa (MS) model 5890.
2) Kolom yang digunakan adalah HP 5 MS dengan 0,25 mm ID
dan 0,25 l ketebalan film.
3) Gas pembawa Helium dengan laju konstan 1,5 ml/menit.
4) Model splitles dengan waktu 60 detik.
5) Temperatur injector = 2500C dan temperature interface 2650C.
6) Temperatur oven 1500C selama 2 menit dan meningkat
menjadi 2800C dengan laju (rate) 100C/menit .

Anda mungkin juga menyukai