A. PENGERTIAN Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.(Smeltzer,2001)
B. ETIOLOGI Penderita hipertensi bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo, 1999). Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang.
Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa umur, jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur yang bertambah menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Ras kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibanding dengan orang kulit putih. Kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan akan memicu terjadinya hipertensi. (lany, 2001). Dapat dikatakan kebiasaan yang buruk akan memperberat resiko terjadinya hipertensi. Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya aterosklerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah. Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 1. Hipertensi Esensial (Primer) Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. 2. Hipertensi Sekunder Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
C. MANIFESTASI KLINIS 1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2. Kelelahan , letih 3. Nafas pendek 4. Sakit kepala, pusing 5. Mual, muntah 6. Gemetar 7. Nadi cepat setelah aktivitas 8. Sulit bernafas saat aktivitas 9. Gangguan penglihatan 10. Sering marah 11. Mimisan 12. Kaku pada leher atau bahu
D. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu : 1. Pemeriksaan yang segera seperti : a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi). d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme l. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung. m. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) : a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter. b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal. d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan. e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
F. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi. Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah. 2. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor resiko lain.
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat- obatan.(Smeltzer,2001) Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut : a. Diuretik Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit gout dan kadar gula pada DM sedikit meningkat. b. Beta Bloker Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll. c. Antagonis Kalsium Antagonis kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin. d. Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor atauACE Inhibitor) ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan. e. Vasodilator Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid. f. Golongan penghambat simpatetik Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)
ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN Pengumpulan Data Biodata identitas klien dan penanggung jawab 1. Identitas Klien Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain. 2. Identitas penanggung jawab Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien. 3. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama (Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini) b. Riwayat Kesehatan Sekarang (Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST) P : Palitatif /Provokatif (Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya) Q : Qualitatif /Quantitatif (Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya sekarang) R : Region (Dimana gejala terasa, apakah menyebar) S : Skala (Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10) T : Time (Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap) c. Riwayat Kesehatan Dahulu (Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh) d. Riwayat Kesehatan Keluarga (Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat penyakit menular) e. Pola Aktivitas Sehari-hari (Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak) 4. Pemeriksaan Fisik (Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 5. Data Psikologis (Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep diri) 6. Data Sosial (Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat) 7. Data Spiritual (Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah) 8. Data Penunjang (Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif) 9. Program dan Rencana Pengobatan (Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 3. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
C. PERENCANAAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri Kriteria hasil : a) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol. b) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi Rasional 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut 2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher. 3. Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB. 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. 5. Kolaborasi dengan dokter dalam 1. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi. 2. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. 3. Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral. 4. Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien. pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. 5. Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : a) Klien menunjukkan peningkatan berat badan. b) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal Intervensi Rasional 1. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi. 2. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. 3. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. 4. Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). 5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. 1. Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi. 2. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir. 3. Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan. 4. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis. 5. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas. Kriteria Hasil : a) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan. b) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi Rasional 1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea,atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan. 2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. 3. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. 4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. 5. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas. 1. Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung. 2. Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. 3. Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. 4. Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 5. Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bare&Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakarta, EGC Mansjoer, A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI
Ridwan, M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka Widyamara.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan pada systole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas batas tertentu, tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat digolongkan sebagai ringan, sedang atau berat, berdasarkan diastole. Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 95 104 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105 114 mmHg, hipertensi berat apabila tekanan diastole > 115 mmHg. Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekana darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896). Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. 2.2 ETIOLOGI 1. a. Usia. Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden panykit arteri dan kematian premature. b. Jenis Kelamin. berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi. c. Ras. Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih. d. Pola Hidup. Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi. 2.3 TANDAN DAN GEJALA Manifestasi klinis dari hipertensi adalah sebagai berikut : a) Pusing b) Mudah marah c) Telinga berdengung d) Mimisan (jarang) e) Sukar tidur f) Sesak nafas g) Rasa berat di tengkuk h) Mudah lelah i) Mata berkunang-kunang 2.4 PENATALAKSANAAN 1) Diit rendah lemak 2) Diit rendah garam dapur, soda, baring powder, natrium benzoat, monosodium glutamat. 3) Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol 4) Lakukan olahraga secara teratur 5) Hentikan kebiasan merokok (minum kopi) 6) Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai kegemukan 7) Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai. (Wijaya Kusuma, 2004: 11)
2.8 Lampiran Jurnal Penelitian Judul : PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH NORMAL THE EFFECT OF PAPAYA FRUI T (Carica papaya L.) I N REDUCI NG NORMAL BLOOD PRESSURE Abstract Backgrounds Prevalence of hypertension in Indonesia is very high, reached 31,7 percent of total adult population. Hypertension can cause heart disease, kidney disease, and stroke. Indonesia is a tropical country that is famous by its natural resources where plants could be processed to be some alternative medicines or traditional medicines. Papaya can be easily found in Indonesia and is popular as medicine plant. This fruit can be used as one of the alternative treatment for hypertension. Objectives To determine the effect of papaya in reducing blood pressure. Methods The design is a true experimental design. The subject of this research consists of 32 women aged 18-25 years old. The data measured were blood pressure, after and before consuming papaya, using the auscultation and palpation methods. The data analysis using the t test with = 0,05. Results The average systolic blood pressure after consuming papaya is 86,5mmHg; lower than before consuming the papaya which was 100,2mmHg (p<0.01), whereas the average diastolic blood pressure after consuming papaya is 59,1mmHg; lower than before consuming the papaya which was 69,8mmHg (p<0.01). There are a very significant difference in blood pressure reduction before and after drinking papaya. Conclusions Papaya reduces the blood pressure.
Key words: papaya, blood pressure. Abstrak Latar Belakang Prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 31,7 persen dari total jumlah penduduk dewasa (riset kesehatan dasar). Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, ginjal, dan stroke. Indonesia merupakan negara tropis yang terkenal akan sumber daya alam di mana tumbuh- tumbuhannya dapat diolah menjadi obat alternatif atau obat tradisional. Pepaya banyak dijumpai di Indonesia dan terkenal sebagai tanaman obat. Buahnya dapat digunakan sebagai salah satu obat alternatif untuk hipertensi. Tujuan Ingin mengetahui pengaruh pepaya dalam menurunkan tekanan darah. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental sungguhan. Subjek penelitian terdiri atas 32 orang dengan jenis kelamin perempuan berusia 18-25 tahun. Data yang diukur adalah tekanan darah, sesudah dan sebelum minum pepaya, dengan menggunakan metode gabungan auskultasi dan palpasi. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dengan = 0,05. Hasil Rerata tekanan darah sistol setelah minum pepaya adalah sebesar 86,5mmHg, lebih rendah daripada sebelum minum pepaya yaitu sebesar 100,2mmHg (p<0,01), sedangkan hasil rerata tekanan diastol sesudah minum pepaya adalah sebesar 59,1mmHg, lebih rendah daripada sebelum minum pepaya yaitu sebesar 69,8mmHg (p<0,01). Terdapat perbedaan selisih penurunan tekanan darah yang sangat signifikan antara sebelum dan sesudah minum pepaya. Kesimpulan Buah pepaya menurunkan tekanan darah normal
Kata kunci: pepaya, tekanan darah.
Bahan dan Cara Bahan penelitian yang digunakan adalah 250g buah pepaya tanpa kulit dan biji (Carica papaya L.), dan 200ml air. Alat penelitian yang digunakan adalah pisau, timbangan kue, blender, gelas ukur, gelas minum, stetoskop, sphygmomanometer, stopwatch. Subjek penelitian terdiri dari 32 orang wanita berumur 18-25 tahun yang bersedia menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan menandatangani informed consent. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental sungguhan. Data yang diukur adalah tekanan darah sistol dan diastol dalam mmHg. Analisis data memakai uji t berpasangan, dengan a= 0,05. Sebelum melakukan penelitian, subjek penelitian harus cukup istirahat (6-8 jam/hari), tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan, tes dilakukan minimal 2 jam sesudah makan ringan atau 4 jam sesudah makan berat, tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein dan alkohol, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi tekanan darah. Pada penelitian, subjek penelitian duduk istirahat selama 5 menit lalu diukur tekanan darahnya. Istirahat kembali selama 5 menit. Subjek penelitian minum 250g buah pepaya yang diblender. Setelah 5 menit, periksa kembali tekanan darah sistol dan diastol subjek penelitian dengan posisi duduk seperti semula setiap 5 menit sampai hasil pengukuran tidak berubah dalam 2 kali pengukuran berturut-turut.
Hasil dan Pembahasan Hasil dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil data seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 1 Rerata Tekanan Darah Sistol Setelah dan Sebelum Minum Pepaya Mean N Std. Deviation Pair 1 SISPRE (Sistol Sebelum) 100.2 32 6.19 SISPOS (Sistol Setelah) 86.5 32 5.66 Dari Tabel 1 didapatkan bahwa rerata tekanan darah sistol setelah minum pepaya sebesar 86,5mmHg (SD= 5,66), sedangkan rerata tekanan darah sistol sebelum minum pepaya sebesar 100,2mmHg (SD= 6,19).
Tabel 2 Hasil Pengolahan Data Tekanan Darah Sistol Setelah dan Sebelum Minum Pepaya
Paired Differences t df Sig. (2- tailed) Mean Std. Deviation Pair 1 SISPRE- SISPOS 13.7 3.26 23.772 31 .000
Dari Tabel 2 didapatkan hasil penurunan tekanan darah sistol yang sangat signifikan setelah minum pepaya sebesar 13,7mmHg (SD= 3,26) (p<0,01). Tabel 3 Rerata Tekanan Darah Diastol Setelah dan Sebelum Minum Pepaya Mean N Std. Deviation Pair 2 DIASPRE (Diastol Sebelum) 69.8 32 5.49 DIASPOS (Diastol Setelah) 59.1 32 5.08 Dari Tabel 3 didapatkan bahwa rerata tekanan darah diastol setelah minum pepaya adalah 59,1mmHg (SD=5,08), sedangkan rerata tekanan darah diastol sebelum minum pepaya adalah 69,8mmHg (SD= 5,49). Tabel 4 Hasil Pengolahan Data Tekanan Darah Diastol Setelah dan Sebelum Minum Pepaya
Paired Differences t df Sig. (2- tailed) Mean Std. Deviation Pair 2 DIASPRE- DIASPOS 10.7 2.07 29.202 31 .000