Klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, dan iagnosis isusun oleh! KELOMPOK " e#i Pus$ita %&, '('(')'(*( Pri+ellya, '('(')',-( Tri .ahyuni, '('(')/''/ EPARTEME% FARMA0I FAK1LTA0 MATEMATIKA A% ILM1 PE%2ETAH1A% ALAM 1%I3ER0ITA0 I%O%E0IA EPOK -'', Penyakit Paru Obstruktif Menahun 4PPOM5 6 Chronic Obstructive Pulmonary Diseases 47OP5 A. efinisi Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) merupakan penyakit yang ditandai adanya obstruksi aliran udara progresif akibat bronkitis kronik dan emfisema. PPOM juga didefinisikan penyakit paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat diegah dan dapat diobati. Gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan oleh proses inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas keil (small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema). !. Klasifikasi !erdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GO"#) $%%&, dibagi atas ' derajat( ). #erajat *( PPOM ringan #engan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). +eterbatasan aliran udara ringan (,-P ) . +,P / &%01 ,-P ) 2 3%0 Prediksi). Pada derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bah4a fungsi parunya abnormal. $. #erajat **( PPOM sedang 5emakin memburuknya hambatan aliran udara (,-P ) . +,P / &%01 6%0 / ,-P ) / 3%0), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. #alam tingkat ini pasien biasanya mulai menari pengobatan oleh karena sesak nafas yang dialaminya. 7. #erajat ***( PPOM berat $ #itandai dengan keterbatasan . hambatan aliran udara yang semakin memburuk (,-P ) . +,P / &%01 7%0 ,-P ) / 6%0 prediksi). 8erjadi sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien. '. #erajat *,( PPOM sangat berat +eterbatasan . hambatan aliran udara yang berat (,-P ) . +,P / &%01 ,-P ) / 7%0 prediksi) atau ,-P ) / 6%0 prediksi, ditambah dengan adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan. 8ronkitis Kronik #efinisi bronkitis kronik merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk9 batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang9kurangnya 7 bulan dalam ) tahun dan terjadi paling sedikit selama $ tahun berturut9turut. !eberapa penyakit lain juga memberikan gejala yang sama antara lain tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial. +arena itu penyakit9penyakit tersebut harus disingkirkan dulu sebelum diagnosis bronkitis kronik dapat ditegakkan. +adang9kadang sukar membedakan antara bronkitis kronik dan asma bronkial, dan keduanya dapat timbul bersamaan pada seorang pasien. !ronkitis kronik dapat dibagi atas( ). Simple chronic bronchitis ( bila sputum bersifat mukoid. $. Chronic atau recurrent mucopurulent bronchitis ( bila sputum bersifat mukopurulen. 7. Chronic obstructive bronchitis ( bila disertai obstruksi saluran napas yang timbul apabila terpajan :at iritan atau ada infeksi saluran napas akut. 7 E9fise9a #efinisi emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya seara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. Menurut American Thoracis Society (1962), emfisema dibagi atas: ). Paracicatricial: terdapat pelebaran saluran udara dan kerusakan dinding alveolus di tepi suatu lesi fibrotik paru. $. Lobular: pelebaran saluran udara dan kerusakan dinding alveolus di asinus/lobulus sekunder. -mfisema dibagi lagi menurut tempat proses terjadinya, yaitu( ). 5entrolobular (centriacinar/centrilobular emphysema) ( kerusakan terjadi di daerah sentral asinus. #aerah distalnya tetap normal. 5ering ditemukan pada pasien pria perokok, biasanya pada lobus atas paru dan menyertai pasien bronkitis kronik. $. Panlobular (panacinar/panlobular emphysema) ( kerusakan terjadi di seluruh asinus. 8erdapat pada pasien definisi alfa9) anti tripsin dan sering menyertai proses degeneratif atau pasien bronkitis kronik. 8imbul pada lobus ba4ah paru. 7. 8ak dapat ditentukan ( kerusakan terdapat di seluruh asinus, tetapi tidak dapat ditentukan dari mana mulainya. ' ;. Patogenesis Ada 7 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis kronik dan emfisema paru, yaitu rokok, infeksi, dan polusi. 5elain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. Rokok Menurut buku Report of the !O "#pert Committee on Smo$ing Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis kronik dan emfisema paru. 8erdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan ,-P (,olume -kspirasi Paksa) ) detik. 5eara patologis, rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan. <uga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut ;rofton dan #ouglas, merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar dan surfaktan. 6 Infeksi *nfeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya pun lebih berat. *nfeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang pasien bronkitis kronik hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian ba4ah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. #iperkirakan eksaserbasi bronkitis kronik paling sering dia4ali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. !akteri yang diisolasi paling banyak adalah !aemophillus influen%a dan Streptococcus pneumonia& Polusi *nsidensi dan angka kematian bronkitis kronik diperkirakan lebih tinggi di daerah industri. 5ebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok, risiko akan lebih tinggi. -ksaserbasi akut pada bronkitis sering ditimbulkan oleh polusi 5O $ yang = tinggi, sedangkan >O $ dapat menyebabkan obstruksi saluran napas keil (bronkiolitis). Faktor 2enetik ?aktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru kronik, terbukti pada survei terakhir didapatkan bah4a anak9anak dari orang tua yang merokok mempunyai keenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih sering dan lebih berat, serta insidensi penyakit paru kronik pada grup tersebut lebih tinggi. ?aktor genetik tersebut diantaranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinofilia atau peningkatan kadar *g- serum, adanya hiperesponsif bronkus, ri4ayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa9) anti tripsin. Pasien dengan defisiensi alfa9) anti tripsin (AA8) yaitu suatu kelainan ynag diturunkan seara autosom resesif, terutama pada pasien dengan gen 5 atau @ sering menderita emfisema. Alfa9) anti tripsin merupakan suatu protein yang menetralkan en:im proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. #engan demikian AA8 dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan yang disebabkan en:im proteolitik. Orang yang mempunyai nilai AA8 / 76 0 normal, tidak mampu memberikan perlindungan yang adekuat dan kerusakan parenkim paru dapat terjadi. Hi$otesis Elastase : Anti Elastase #i dalam paru terdapat keseimbangan antara en:im proteolitik elastase dan antielastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan akan menimbulkan kerusakan jaringan elastik paru. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema. 5umber elastase yang penting adalah panreas, sel9sel PM> dan makrofag alveolar ('ulmonary (lveolar )acrophage). Perangsangan pada paru antara lain oleh asap rokok dan infeksi menyebabkan elastase bertambah banyak. Aktivitas sistem antielastase yaitu sistem alfa9) protease inhibitor terutama en:im alfa9) antitripsin (alfa9) & globulin) menjadi menurun. Akibat tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan antielastase akan terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan kemudian emfisema. Faktor 0osial Ekono9i !ronkitis kronik lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin karena perbedaan pola merokok, dan lebih banyak terpajan faktor risiko lain. +ematian pada pasien bronkitis kronik ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. Lingkungan Ker;a !ronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpajan :at inorganik, debu organik atau gas yang berbahaya. Pekerja yang terpajan :at tersebut mempunyai kemungkinan bronkitis $9' kali daripada pekerja yang tidak terpajan. 5eara epidemiologi didapatkan penurunan fungsi paru pada pekerja9pekerja tersebut, seperti pekerja pabrik plastik yang terpajan toluene diisocyanate, pabrik katun, dan lain9lain. #. Patofisiologi Penyempitan saluran napas terjadi pada bronkitis kronik maupun pada emfisema. !ila sudah tmbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda9tanda obstruksi. Pada bronkitis kronik, sesak napas terutama disebabkan karena perubahan pada saluran napas keil, yang diameternya / $ mm, menjadi lebih sempit, berkelok9kelok dan kadang9kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. 5aluran napas besar juga berubah, terutama karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus, sehingga saluran napas lebih menyempit. Pada emfisema, penyempitan saluran napas terutama disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru9paru normal terjadi keseimbangan tekanan yang menarik jaringan paru ke luar, yaitu yang disebabkan tekanan intra pleural dan otot9otot dinding dada dengan tekanan yang menarik 3 jaringan paru ke dalam, yaitu elastisitas paru. !ila timbul keseimbangan antara kedua tekanan tersebut, volume paru yang terbentuk disebut sebagai +A? (+apasitas Aesidu ?ungsional) atau ?A; (*unctional Residual Capacity) yang normal. !ila elastisitas paru berkurang timbul keseimbangan baru dan menghasilkan +A? baru pula, yang lebih besar. ,olume residu (,A) atau Residual +olume (A,) dan +8P (+apasitas 8otal Paru) bertambah pula, tetapi +, (+apasitas ,ital) menurun. Pada orang normal se4aktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran napas bagian ba4ah paru akan tertutup. Pada pasien emfisema dan bronkitis kronik, saluran napas tersebut akan lebih epat dan lebih banyak yang tertutup. ;epatnya saluran napas menutup serta serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. 8ergantung pada kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang tidak ada, akan tetapi perfusi baik sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak sama dan merata. Atau dapat dikatakan juga tidak ada keseimbangan antara ventilasi dan perfusi di alveoli. 8imbul hipoksia dan sesak napas. "ebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. 8erjadi hipertensi pulmonal, yang dalam jangka lama dapat menimbulkan kor9pulmonal. -. Manifestasi Klinik 8anda9tanda umum PPOM ( )) !atuk produktif !atuk produktif ini disebabkan oleh inflamasi dan produksi mukus yang berlebihan di saluran nafas. $) #ispnea 8erjadi seara bertahap dan biasanya disadari saat beraktivitas fisik. !erhubungan dengan menurunnya fungsi paru9paru dan tidak selalu berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen di udara 7) !atuk kronik B !atuk kronis umumnya dia4ali dengan batuk yang hanya terjadi pada pagi hari saja kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi sepanjang hari. !atuk biasanya dengan pengeluaran sputum dalam jumlah keil (/=%ml.hari) dan sputum biasanya jernih atau keputihan. Produksi sputum berkurang ketika pasien berhenti merokok ') Mengi 8erjadi karena obstruksi saluran nafas 6) !erkurangnya berat badan Pasian dengan PPOM yang parah membutuhkan kalori yang lebih besar hanya untuk bernapas saja. 5elain itu pasien juga mengalami kesulitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan berkurangdan pasien tidak mendapat asupan kalori yang ukup untuk mengganti kalori yang terpakai. Cal tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan pasien. =) -dema pada tubuh bagian ba4ah Pada kasus ;PO# yang parah, tekanan arteri pulmonary meningkat dan ventrikel kanan tidak berkontraksi dengan baik. +etika jantung tidak mampu memompa ukup darah ke ginjal dan hati akan timbul edema pada kaki, kaki bagian ba4ah, dan telapak kaki. +ondisi ini juga dapat menyebabkan edema pada hati atau terjadinya penimbunan airan pada abdomen (aites) !ronkitis kronik dan emfisema adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi sedikit bertahun9tahun. !iasanya mulai pada seorang pasien perokok berumur )69$6 tahun. Pada umur $6976 tahun kemampuan kerja beratnya mulai menurun dan mulai timbul perubahan pada saluran napas keil dan fungsi paru mulai pula berubah antara lain berupa kenaikan closing volume. Dmur 769'6 tahun timbul batuk yang produktif dan ,-P ) (volume ekspirasi paksa ) detik) menurun. 5esak napas, hipoksemia, dan perubahan spirometri sudah terjadi pada umur '6966 tahun. Pasien sering berulang9ulang mendapat infeksi saluran napas bagian atas sehingga sering atau sama sekali )% tidak dapat bekerja. Pada umur 669=6 tahun sudah ada kor9pulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia. Keluhan Pada bronkitis kronik keluhan utama adalah batuk berdahak dan sesak. 5edangkan pada emfisema keluhan utama adalah sesak napas, batuk berdahak tidak begitu menolok. Menurut !urro4s dkk. &60 bronkitis kronik mulai dengan batuk, $$0 mulai dengan sesak. Aahmat 5umantri mendapatkan batuk B60, sesak B60 dan mengeluarkan dahak 330. 5edangkan Cardianto mendapatkan batuk )%%0, sesak 'B0, dan dahak 33,=0. Pasien dengan bronkitis kronik dominan biasanya mempunyai ri4ayat batuk9batuk dengan sputum yang produktif yang sering dikatakannya karena merokok. Pasien sendiri tidak menganggap sebagai keluhan, keuali bila kita tanya langsung. Makin lama batuk makin sering, berlangsung lama dan makin berat, timbul siang maupun malam, sehingga pasien terganggu tidurnya. !ila timbul infeksi saluran napas, batuk9batuk bertambah hebat dan berkurang bila infeksi teratasi. Pasien dengan emfisema dominan biasanya mempunyai ri4ayat sesak napas dengan batuk kadang9kadang disertai sedikit sputum mukoid. !ila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopurulen dan kental. !ila disertai hemoptisis harus dipikirkan penyakit lain seperti tuberkulosis, bronkiektasis, atau tumor. Pada kedua penyakit tersebut, bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang9kadang disertai tanda payah jantung kanan, dan lama kelamaan timbul kor9pulmonal yang menetap. Pada hipoksemia.hiperkapnia berat, dapat timbul keluhan9keluhan neurologis seperti kesadaran yang menurun sampai koma, sakit kepala, tremor dan twitching. PPOM eksaserbasi ). Peningkatan volume sputum )) 8erjadi karena produksi mukus yang berlebihan akibat displasia sel9sel penghasil mukus di bronkus. 5ilia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia sehingga mengganggu sistem esalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus yang kental dalam jumlah yang besar dan sulit dikeluarkan. $. Adanya sputum purulen Mukus dapat menjadi tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menyebabkan mukus tersebut menjadi purulen. 7. #ispnea akut +arena adanya mukus yang kental dan peradangan (bronkitis) serta hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus (emfisema), maka akan terjadi penghambatan ventilasi sehingga mengakibatkan kesulitan dalam pernapasan (dispnea) '. Aasa sesak pada bagian dada +arena dispnea tersebut maka akan timbul kesulitan bernapas yang menyebabkan rasa sesak pada bagian dada. 6. +ebutuhan akan bronkodilator +arena terjadi spasme saluran napas yang sudah memburuk, maka kebutuhan pasien akan bronkodilator menjadi meningkat =. Malaise dan fatigue +arena terdapatnya gangguan ventilasi maka kebutuhan oksigen untuk jaringa tubuh menjadi berkurang sehingga menyebabkan malaise dan fatigue pada penderita PPOM. &. Penurunan toleransi aktivitas Akibat dari malaise dan fatigue sebelumnya, maka penderita PPOM akan membatasi aktivitas sehingga dapat dikatakan toleransi aktivitas menjadi menurun. 0tadiu9 eksaserbasi akut PPOM Cardinal symptom ( E #ispnea E Peningkatan jumlah sputum )$ E Peningkatan sputum purulen ). 8ipe )9 M*"# E Menderita satu cardinal symptom E #itambah paling tidak diikuti oleh satu dari gejala diba4ah ini( E *nfeksi saluran pernapasan atas selama 6 hari E Panas tanpa sebab yang jelas E Peningkatan whee%ing E Peningkatan batuk E Peningkatan laju pernapasan atau irama jantung $%0 lebih besar daripada kondisi normal $. 8ipe $9 MO#-AA8- Menderita $ cardinal symptom 7. 8ipe 79 5-,-A- E Menderita 7 cardinal symptom E +omplikasi yang berbahaya dari tipe ini adalah kegagalan pernapasan akut E #i rumah sakit, arterial blood gasses biasa digunakan untuk memprediksi seberapa berat eksaserbasi seseorang ?. iagnosis PPOM ). Ana9nesis Anamnesis ri4ayat paparan dengan faktor resiko, ri4ayat penyakit sebelumnya, ri4ayat keluarga PPOM, ri4ayat eksaserbasi dan pera4atan di A5 sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap aktivitas, dll. $. Pe9eriksaan Fisik Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan fisis. Canya kadang9 kadang terdengar ronki pada 4aktu ekspirasi dalam. !ila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada 4aktu ekspirasi maupun inspirasi, kadang disertai bising mengi. <uga didapatkan tanda9tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, diameter anteroposterior )7 dada bertambah, jarak tulang ra4an krikotiroid dengan lekukan supra sterna kurang dari 7 jari, iga lebih hori:ontal dan sudut subkostal bertambah. Pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengeil, batas paru hati lebih keil ke ba4ah, pekak jantung berkurang, suara napas dan suara jantung lemah. +adang9kadang disertai kontraksi otot pernapasan tambahan. 5ering didapatkan hernia inguinal. !ila sudah ada kenaikan tekanan pulmonal, suara jantung kedua akan lebih keras, terutama di ruang interkostal $ dan 7 sebelah kiri. Pada pembesaran jantung kanan akan terlihat pulsasi di dada kiri ba4ah pinggir sternum. Pasien dengan bronkitis kronik yang lebih dominan, pada stadium lanjut biasanya terlihat gemuk dan sianosis. 5esak tidak begitu berat dan otot9otot pernapasan tambahannya pun tidak digunakan. 5ering disertai tanda payah jantung kanan. PaO $ menurun dan Pa;O $ normal atau naik. Penurunan PaO $ menstimulasi eritropoiesis dan vasokontriksi pembuluh darah paru, sehingga kor9pulmonalnya bertambah berat. Pasien demikian dinamakan blue bloaters. Pasien dengan emfisema yang lebih dominan, pada stadium lanjut terlihat sebagai pasien yang kurus, sesak napas, terlihat menggunakan otot pernapasan tambahan. !ila duduk biasanya membungkuk dengan kedua tangannya diletakkan di muka sebagai penahan. 5aturasi hemoglobin masih ukup, karena volume pernapasan permenit dinaikkan. Pasien tersebut dinamakan pin$ puffer. 7. Pe9eriksaan Faal Paru 0$iro9etri #engan alat spirometri dapat diukur beberapa parameter faal paru yaitu( E +apasitas vital paksa (+,P) adalah jumlah udara yang bisa diekspirasi maksimal seara paksa setelah inspirasi maksimal. E ,olume ekspirasi paksa detik pertama (,-P ) ) adalah jumlah udara yang bisa diekspirasi maksimal seara paksa pada detik pertama. )' E Aasio ,-P l .+,P. E Arus punak ekspirasi (AP-). Apabila nilai ,-P ) kurang dari 3%0 nilai dugaan, rasio ,-P ) .+,P kurang dari &60 menunjukkan obstruksi saluran napas. !ila digunakan spirometri yang lebih lengkap dapat diketahui parameter lain( E +apasitas vital (+,), jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal. E +apasitas paru total (+P8), yaitu jumlah total udara dalam paru pada saat inspirasi maksimal. E +apasitas residu fungsional (+A?), yaitu jumlah udara dalam paru saat akhir ekspirasi biasa. E ,olume residu (,A), jumlah udara yang tertinggal dalam paru pada akhir ekspirasi maksimal. E (ir trapping, selisih antara +, dengan +,P Pada pasien bronkitis kronik terdapat ,-P ) dan +, yang menurun, ,A yang bertambah dan +8P yang normal. Pada emfisema terdapat penurunan ,-P ) , +,, dan +A-M (+eepatan Arus -kspirasi Maksimal) atau M-?A ()a#imal "#piratory *low Rate), kenaikan +A? dan ,A, sedangkan +8P bertambah atau normal. +elainan di atas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas keil yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan +A-M, closing volume, flow volume curve dengan O $ dan gas helium dan - . wash out curve. Pada emfisema, kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang. #apat dibuktikan dengan pemeriksaan kapasitas difusi untuk ;O. 1;i 8ronkodilator Dji bronkodilator adalah suatu pemeriksaan faal paru sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator untuk menilai reversibilitas penyakit. )6 #i Aumah 5akit Persahabatan uji bronkodilator dikerjakan sebagai berikut ( #ilakukan pengukuran AP- atau ,-P ) pada pasien yang telah dibebaskan dari bronkodilator sebelumnya. Pemakaian teofilin dihentikan selama )$ jam, untuk lepas lambat $' jam. $ agonis oral dibebaskan )$ jam dan $ agonis inhalasi 3 jam. +emudian diberikan inhalasi $ agonis sebanyak 3 semprot memakai alat nebuhaler atau volumatik. )6 menit setelah pemberian inhalasi bronkodilator, dilakukan pemeriksaan faal paru kembali. +emudian ditentukan persentase kenaikan nilai AP- atau ,-P ) /reversibilitas0 dengan rumus berikut ( Reversibili tas = VEP1 post bronkodilator - VEP1 pre bronkodilator x 100% VEP1 pre bronkodilator Apabila nilainya 2 )60 dianggap masih reversibel. '. Pe9eriksaan Radiologis Foto dada $ada bronkitis kronik !ronkitis kronik bukan suatu diagnosis radiologis. Menurut ?raser dan Pare, lebih dari 6%0 pasien bronkitis kronik mempunyai foto dada yang normal, sedangkan Cardiarto mendapatkan $=0 pasien. 8etapi seara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan( a. 1ubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis9garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apek paru. !ayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal. #ari 7%% pasien yang diperiksa ?raser dan Pare, ternyata 3%0 mempunyai kelainan tersebut. b. ;orak paru yang bertambah. Menurut Gamsu dan >adel kira9kira pada %9$%0 pasien. Foto dada $ada e9fise9a )= Pemeriksaan radiologis pada emfisema paru telah diselidiki antara lain oleh 8hurlbek dkk., dan ternyata lebih khas daripada bronkitis kronik. 8erdapat $ bentuk kelainan foto dada pada emfisema, yaitu( a. Gambaran defisiensi arteri 8erjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bulae. Menurut ?raser dan Pare lebih sering didapat pada emfisema panlobular dan pin$ puffer. Overinflasi, hampir selalu terlihat diafragma yang rendah dan datar, bahkan kadang9kadang terlihat konkaf. Pada pemeriksaan sinar tembus gerakannya berkurang. Ddara di ruang retrosternal bertambah (trapped air) yaitu jarak antara sternum dan pinggir depan aorta asendens. <uga sternum lebih melengkung, penambahan kifosis, tulang iga lebih mendatar dan melebar. Oligoemia, peniutan pembuluh darah pulmonal dan penambahan orakan ke distal. Mungkin disebabkan karena darah yang mengalir ke bagian ba4ah paru yang emfisema sangat berkurang, disebabkan karena darah dialirkan ke bagian atas paru. 2ulae, sering terdapat pada pasien emfisema. b. ;orakan paru yang bertambah (increased mar$ing pattern) "ebih sering terdapat pada kor9pulmonal, emfisema sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat. 6. Analisis 2as arah ,entilasi yang hampir adekuat masih sering dapat dipertahankan oleh pasien emfisema paru sehingga Pa;O $ rendah atau normal. 5aturasi hemoglobin pasien hampir menukupi. 5ebaliknya pasien bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik, sehingga Pa;O $ naik. 5aturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis. 8erjadi juga vasokontriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoiesis. Cipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoietin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada pasien yang berumur lebih dari 669=% tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih )& berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan timbul epat. =. Pe9eriksaan EK2 Pemeriksaan ini menatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal (hipertrofi atrium dan ventrikel kanan)(Aubenstein, et.al., $%%&). Pada pemeriksaan -+G, untuk penderita kor9pulmonal paru diperhatikan hal9hal seperti diba4ah ini( )) Adanya emfisema dapat menimbulkan perubahan9perubahan pada pemeriksaan -+G $) Perubahan pada -+G yang ditimbulkan oleh emfisema mengaburkan penilaian perubahan -+G yang disebabkan hipertrofi bilik kanan jantung 7) -+G bisa normal 4alaupun diagnosis kor9pulmonal telah jelas -mfisema dan hipertrofi bilik kanan jantung seara bersama9sama dapat menimbulkan perubahan pada -+G. Cal ini kadang9kadang dapat menimbulkan kesalahan dalam penilaian. &. Pemeriksaan Laboratorium Darah Terjadi peningkatan jumlah sel darah putih. )3 AFTAR P10TAKA 5oemantri, -.5., Dyainah, A. $%%). Ilmu 'enya$it Dalam 3 2ron$itis 4roni$ dan "mfisema 'aru 5ilid II. <akarta( !alai Penerbit ?+D*. http(..444.kalbe.o.id.files.dk.files.%3Dji?aalParu%3'.pdf.%3Dji?aalParu%3'.ht ml http(..&$.)'.$76.)7$.searhFGHahe('ioCBl-j::o<(fkuii.org.tiki9 do4nloadI4ikiIattahment.php07?att*d07#$$B$0$=page 07#AktifitasJpedomanJpenatalaksanaanJpenyakitJparuJobstruktifJkroni sKdH6KhlHidKtHlnkKglHid )B