Anda di halaman 1dari 33

Halima Soedjak

Selasa, 16 April 2013


JUKNIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI/KERBAU POTONG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi sapi potong di Indonesia berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan BPS tahun 2011
berjumlah 14,8 juta ekor dengan jumlah populasi terbesar ada di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor, dan
kemudian diikuti Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara. Demikian juga dengan kerbau berjumlah 1,3 juta
ekor dengan jumlah populasi terbesar di Sumatera sebanyak 512.812 ekor, dan diikuti Jawa, Nusa
Tenggara dan Sulawesi. Sebagian besar dari jumlah populasi ternak potong tersebut di pelihara secara
tradisional dengan kepemilikan 2 3 ekor, sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya bagai mana produksi dan produktivitas tersebut dapat terus
ditingkatkan.

Seyogyanya, kita harus mampu memanfaatkan keberadaan sumberdaya ternak potong lokal yang ada
seperti sapi Bali, sapi Madura, sapi Aceh, sapi PO, sapi SO, sapi pesisir, kerbau rawa dan jenis lainnya,
sebagai tulang punggung penyediaan daging, disamping harus dapat melakukan pelestariannya. Potensi
yang ada tersebut perlu terus digali keunggulanya masing-masing jenisnya, sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dan setiap jenisnya diharapkan semakin mampu menunjukkan
keunggulannya. .

Dalam rangka mendukung pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis yang diprioritaskan pada
industri pembibitan, pembesaran dan penggemukan, sebagai upaya mendukung program Swasembada
Daging Sapi dan Kerbau 2014. .

B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Tujuan
Petunjuk Tenis Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong Tahun 2013, merupakan
pedoman atau acuan bagi seluruh stakeholder terkait, baik dikabupaten maupun didaerah (Dinas
Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Propinsi dan kabupaten), kelompok terpilih,
serta stakeholder lainnya sesuai kapasitasnya, dalam melaksanakan pengembangan budidaya
sapi/kerbau potong. Kegiatan yang dilakukan meliputi : aspek perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
monitoring dan evaluasi, serta pelaporan dan kegiatan terkait lainnya yang berkaitan dengan
pemberdayaan dan penguatan modal usaha.

2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai yaitu terwujudnya kegiatan pengembangan budidaya sapi/kerbau potong
sesuai dengan pedoman Pelaksanaan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong ini meliputi :
organisasi pelaksana, pelaksanaan kegiatan, pembinaan, indikator keberhasilan, monitoring evaluasi dan
pelaporan.

D. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong Tahun 2013, sebagai
berikut:





Tabel-1: Jadwal pelaksanaan kegiatan

No Kegiatan
Bulan
J F M A M J J A S O N D
1 Persiapan
2 Koordinasi dan Sosialisasi
3 Pelaksanaan CP/CL
4 Penetapan Kelompok
Terpilih

5 Pelaksanaan Kegiatan
6 Monitoring dan Pembinaan
7 Pelaporan

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong adalah sebagai berikut:

A. Sosialisasi

Sosialisasi pemberdayaan kelompok peternak melalui kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau
Potong, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peternak, sehingga dapat
mendorong terlaksananya peningkatan populasi, produksi dan produktifitasnya, dan mendorong
peningkatan minat dan motivasi kelompok mengembangkan usahanya. Disamping itu terjadi
pencerahan pemahaman tentang tugas, fungsi, hak dan kewajiban masing-masing, termasuk sanksi bagi
pihak yang melanggar ketentuan dan aturan yang berlaku.

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh tim Pembina di tingkat pusat dan provinsi serta tim teknis
kabupaten/kota.

B. Kriteria Lokasi dan Kelompok

a. Lokasi
- Kondisi agroekosistem, sesuai untuk Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong;

- Merupakan lokasi yang diarahkan untuk Pengembangan kawasan/sentra peternakan, khususnya
ternak Potong;

- Mempunyai potensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek teknis dan ekonomis serta sosial budaya
masyarakat setempat;

- Lokasi dan daerah sekitarnya bebas dari penyakit hewan menular;


b. Kelompok
- Kelompok merupakan kelompok yang telah terdaftar dan telah menjadi binaan dari Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/kota;

- Kelompok telah mengembangkan usaha Budidaya Sapi/Kerbau Potong atau kelompok baru yang
memiliki sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) untuk Pengembangan Budidaya
Sapi/Kerbau Potong;

- Kelompok memiliki lahan untuk Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong;

- Kelompok memiliki struktur organisasi yang jelas (identitas kelompok, pengurus dan anggota);

- Kelompok memiliki kepengurusan dan anggota yang berprofesinya sebagai petani peternak;

- Kelompok memiliki kelengkapan administrasi kelompok;

- Kelompok bersedia mengikuti aturan dan bimbingan yang ditetapkan oleh tim teknis/Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/kota;

- Kelompok mengajukan proposal usaha sesuai dengan komoditi ternak potong dan direkomendasikan
oleh Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/kota.

C. Seleksi dan Verifikasi lapangan

Kelompok peternak yang telah mengajukan proposal dan mendapat rekomendasi dari Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/kota dan memenuhi persyaratan
dalam proses lebih lanjut. Selanjutnya dapat dilakukan seleksi dan Verifikasi lapangan dengan prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Berdasarkan ususlan dari dinas Kabupaten/kota, dinas provinsi melakukan penilaian dan
dilanjutkan dengan verifikasi kelompok;

2. Berdasarkan hasil penilaian dan verifikasi lapangan, tim verifikasi Provinsi mengajukan
kelompok untuk ditetapkan sebagai kelompok pelaksana kegiatan Pengembangan Budidaya
Sapi/Kerbau Potong oleh KepalaDinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
Provinsi;

3. Penetapan kelompok tersebut dituangkan dalam surat Keputusan Kepala Dinas yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi, sebagai kelompok pelaksana kegiatan Pengembangan
Budidaya Sapi/Kerbau Potong tahun 2013;

BAB III
PENGGUNAAN DANA


Dana Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong diarahkan pada usaha skala ekonomis yang dikelola
secara professional agar dapat mendukung terlaksanannya usaha budidaya yang dikelola kelompok
secara mandiri dan propesional yang berorientasi bisnis.

Dana digunakan sesuai harus memenuhi prinsip-prinsip efesiensi dan efektifitas serta ekonomis.

Untuk memenuhi kebutuhan lainnya dalam rangka pengembangan usaha yang belum dapat difasilitasi,
kelompok dapat memanfaatkan sumber pembiayaan lainnya, baik yang berasal dari anggota kelompok
maupun pihak luar kelompok, seperti dana koperasi dan sebagainnya.

Dana dapat digunakan untuk pengadaan agroinput berupa ternak dan sarana penunjang lainnya yang
ada kaitannya dengan pengembangan budidaya sapi/kerbau potong kelompok. Apabila kelompok
p[enerima bantuan sudah memiliki sarana penunjang yang dibutuhkan, maka kelompok dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk penambahan pengadaan agroinput berupa ternak.

Tabel- 2 : Proporsi Penggunaan Dana
Komponen kegiatan Proporsi pembiayaan (%)
a. Pembelian Ternak ( Betina
Produktif dan Bakalan/Pejantan)
Minimal 85
b. Sarana Penunjang (Perbaikan
kandang, Pengembangan HPT, Pakan
konsentrat, Pengolahan Limbah
Ternak, Obat-obatan &
Vitamin/Mineral, Administrasi dan
Pelaporan)
Maksimal 15


BAB IV
ORGANISASI PELAKSANAAN


Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Sapi/Kerbau
Potong, yang dilaksanakan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (peternak) melalui pendekatan
kelompok tersebut, perlu dibentuk Tim Pelaksana, baik di tingkat Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian maupun di masing-masing Dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Adapun tugas dan peran
masing-masing tim pelaksana adalah sebagai berikut:

A. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tim pelaksana tingkat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memiliki tugas dan
peran sebagai berikut:
1. Menyusun pedoman pelaksanaan pengembangan budidaya Sapi/Kerbau potong tahun 2013;
2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan;
3. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta membantu memberikan alternatif
penyelesaian masalah apabila terdapat permasalahan yang belum dapat diselesaikan oleh Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan pada tingkat Provinsi;
4. Melaporkan kinerja pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan.

B. Dinas Membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Tim pelaksana tingkat Provinsi memiliki tugas dan peran sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota, instansi terkait pada tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan;
2. Melaksanakan verifikasi kelompok sasaran dan mengusulkan penetapan kelompok pelaksana
kegiatan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan pada tingkat
Provinsi;
3. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta membantu menyelesaikan permasalahan
yang belum dapat diselesaikan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
Kabupaten/Kota, disamping melakukan tugas pemberdayaan lainnya;
4. Menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan cq Direktur Budidaya Ternak;

C. Dinas Membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota
Tim pelaksana tingkat Kabupaten/Kota memiliki tugas dan peran sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi dan seleksi kelompok sasaran (CP/CL) dan memberikan rekomendasi
kelompok peternak calon penerima bantuan kepada Dinas Peternakan atau yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan Provinsi;

2. Menetapkan standar/spesifikasi teknis ternak potong;

3. Mendampingi dan mengawasi kelompok dalam kegiatan pengembangan budidaya sapi/kerbau
potong;

4. Membimbing kelompok agar dapat mengelola usaha sesuai prinsip good farming practice
(GFP) dan agribisnis;
5. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta membantu menyelesaikan permasalahan
yang timbul dilapangan, disamping melakukan tugas-tugas pemberdayaan lainnya;
6. Melaporankan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan Provinsi dengan tembusan kepada Direkorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan cq Direktur Budidaya Ternak;

D. Kelompok
Kelompok peternak pelaksana kegiatan pengembangan budidaya sapi/kerbau potong memiliki tugas
dan peransebagai berikut:
1. Mengajukan proposal kegiatan pengembangan budidaya sapi/kerbau potong kepada Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi melalui Dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/Kota;
2. Memanfaatkan dana kegiatan pengembangan budidaya sapi/kerbau potong, sesuai aturan dan
norma yang berlaku;
3. Melaksanakan usaha budidaya sapi/kerbau potong sesuai dengan prinsip tatacara yang benar
atau good farming practice (GFP);
4. Meningkatkan kapasitas usaha dan kelembagaan kelompok;
5. Menerima saran/rekomendasi, pengetahuan kewirausahaan dan manajemen usaha dari petugas
pendamping, penyuluh pertanian, tim teknis Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan Kabupaten Kota, BPTP, Perguruan Tinggi dan pihak yang berkompeten lainnya;
6. Melaporankan kemajuan pelaksanaan kegiatan secara berkala kepada Dinas yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/Kota;

BAB V
PEMBINAAN

Pembinaan dilakukan dalam rangka mendukung terlaksananya Usaha Pengembangan Budidaya
Sapi/Kerbau Potong yang sesuai dengan tatacara berbudidaya yang benar dan dikelola secara
profesional, sehingga usaha yang dikembangkan dapat memberikan nilai ekonomis yang maksimal bagi
para peternak. Pembinaan yang dilakukan dapat mencakup aspek teknis dan administratif. Pembinaan
aspek teknis dilakukan untuk meningkatkan kafasitas peternak terhadap hal-hal yang bersifat teknis,
disamping meningkatkan kemampuan peternak dalam mengatur strategi pengelolaan dan
pengembangan usahanya. Jenis usaha yang dikembangkan harus didasarkan pada potensi sumber daya
yang tersedia dan kemampuan yang dimiliki serta potensi pasar yang ada. Usaha budidaya sapi/kerbau
potong yang dikembangkan, dapat berupa usaha pengembangbiakan dan penggemukan. Usaha tersebut
dapat dilaksanakan sebagai usaha khusus atau dilakukan terintegrasi dengan usaha pembibitan atau
terintegrasi dengan usaha subsektor/sector lain yang dapat mendatangkan nilai ekonomis yang lebih
besar bagi peternak. Dalam upaya mendukung pengembangbiakan ternaknya, kelompok dapat
melakukannya melalui teknik IB dan atau kawin alam. Untuk pengembangbiakan melalui teknis kawin
alam, kelompok harus dapat melakukan seleksi terhadap pejantan yang akan digunakan sebagai
pemacek, agar turunan yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas.
Dalam hal pelayanan jasa reproduksi, konsultasi pakan, kesehatan hewan dan penyuluhan, dilakukan
dengan memanfaatkan sarana/prasarana pelayanan yang suda hada seperti pos IB, pos keswan dan lain-
lain. Sedangkan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas usaha dapat dilakukan kerjasama dengan
kelompok /peternak yang sudah maju. Kerjasama tersebut dapat terkait dengan aspek hulu (penyediaan
bibit), aspek budidaya, (tatalaksana) dan aspek hilir, terkait dengan pemasaran dan lain sebagainya.
Pembinaan pada aspek non teknis, dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas peternak dalam hal
manajemen/pengelolaan usaha yang bernuansa agribisnis, pengembangan kelembagaan kelompok,
pengembangan kemampuan memilih bentuk dan memanfaatkan peluang usaha yang menguntungkan,
serta pengembangan jaringan kerjasama dengan pihak lain.
Pembinaan usaha yang dilakukan oleh pemerintah, difokuskan pada pengembangan usaha yang searah
dengan program pengembangan usaha kawasan usaha peternakan. Pengembangan Usaha Budidaya
Sapi/Kerbau Potong dapat berhasil, apabila pemerintah daerah, swasta dan masyarakat memberikan
dukungan yang maksimal. Pemerintah daerah dalam rangka mendorong berkembangnya usaha
peternakan, dapat membuat aturan dan kebijakan disamping menyediakan sarana dan prasarana
pendukung seperti jalan, saluran irigasi, pasar, listrik, serta alokasi dana yang cukup untuk memfasilitasi
terlaksananya kegiatan pendampingan yang harus dilakukan secara berkelanjutan. Disamping itu
pemerintah daerah juga bertanggung jawab melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta
pelaporan.
BAB VI
INDIKATOR KEBERHASILAN

Evaluasi keberhasilan terhadap implementasi kegiatan perlu dilakukan sebagai umpan balik
penyempurnaan kegiatan dan akuntabilitas public. Kegiatan ini dapat dinilai dari beberapa aspek, antara
lain:

2. Aspek teknis

a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sekitar lokasi kelompok, seperti : bibit ternak, limbah
tanaman untuk pakan ternak;

b. Rekayasa teknologi produksi yang diaplikasikan secara efektif dan efesien seperti IB, pakan, obat-
obatan serta peralatan dan mesin dan sebagainya;

c. Peningkatan produksi dan produktifitas ternak melalui peningkatan kelahiran dan berkurangnya
resiko kematian terhadap populasi ternak di kelompok tersebut.

3. Aspek Kelembagaan

a. Perkembangan jumlah anggota atau kelompok yang menerima manfaat;

b. Perkembangan partisifasi kelompok/anggota dalam pengambilan keputusan;

c. Mengakomodasi aspirasi anggota kelompok serta masyarakat sekitarnya;

d. Meningkatkan kerjasama dengan stakeholder, seperti dalam pengadaan pakan dan lain-lain;

e. Mengukuhkan dan memperkuat system dan usaha kelompok.

4. Aspek Usaha

a. Perkembangan permodalan kelompok, baik internal (dari usaha yang dilakukan oleh kelompok itu
sendiri);

b. Kemampuan kelompok untuk mengakses sumber pembiayaan modal usaha dari sumber exsternal
(perbankan, investasi masyarakat dan kemitraan, dan lain-lain);

c. Meningkatkan kapasitas usaha dan peran masyarakat disekitar kelompok dalam mengembangkan
usaha, memanfaatkan peluang usaha, seperti usaha pupuk kandang, usaha pembesaran, usaha simpan
pinjam, dan sebagainnya;

d. Meningkatkan keterlibatan kelompok/anggota dalam menanggulangi resiko usaha;

e. Kelompok mampu melakukan analisa, merencanakan dan memonitor sendiri kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya;

f. Perkembangan peningkatan pendapatan anggota kelompok;

g. Perkembangan usaha dan peningkatan skala usaha kepemilikan ternak;

h. Perkembangan usaha agribisnis masyarakat di sekitar kelompok tersebut.


BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya sapi/kerbau potong,
dimaksudkan untuk mengetahui secara akurat realisasi fisik, serta perkembangan usaha dan
kelembagaan, disamping untuk mengetahui masalah serta kendala yang dihadapi dalam proses
pelaksanaan kegiatan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang, mulai dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan kelompok.
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan.
Tujuan dariMonitoring dan evaluasi tersebut adalah untuk mengidentifikasi dan memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi menjaga trpada masing-masing jenjang (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan kelompok).

Monitoring dan evaluasi dilakukan secara terkoordinasi diantara Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi
dan Kabupaten/Kota, untuk memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan. Sasaran monitoring dan
evaluasi yang dilakukan secara berjenjang meliputi:.
1. Kemajuan pelaksanaan kegiatan;
2. Permasalahan/potensi masalah yang dihadapi di tingkat kelompok, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Hasil monitoring dan evaluasi diformulasikan dalam bentuk laporan, yang memuat data dan informasi
sebagai bahan untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.

B. Pelaporan
Pelaporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, pengembangan usaha
budidaya sapi/kerbau potong yang dilaksanakan kelompok. Untuk itu perlu ditetapkan mekanisme
pelaporan sebagai berikut :
1. Kelompok wajib melaporankan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap bulan kepada Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi.
2. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten/Kota melakukan
rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari kelompok penglaksanaan kegiatan untuk
disampaikan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi setiap
triwulan dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq Direktur
Budidaya Ternak..
3. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi melakukan rekapitulasi
seluruh laporan perkembangan yang diterima dari Kabupaten/Kota dan selanjutnya setiap 3 bulan
menyampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur Budidaya
Ternak.


BAB VIII
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pelaksanaan (Juknis) ini disusun sebagai acuan bagi pelaksanaan
kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi/Kerbau Potong oleh Tim Teknis dan Petugas di lapangan.


Kuala Pembuang, Maret 2013
KepalaDinasPertaniandanPeternakan
KabupatenSeruyan



Ir. H. PRIYO WIDAGDO., MM
Pembina Utama Muda ( IV/C )
NIP. 19620115 199103 1 004

Lampiran - 1

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA
NOMOR : ....................................

ANTARA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
....................................

DENGAN

KELOMPOK TANI TERNAK ............................
DESA ....................., KECAMATAN ..................., KABUPATEN ............................
PROVINSI .......................................................................

TENTANG

PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI POTONG
TAHUN 2013

Pada hari ini ............... tanggal ................. bulan ..................... tahun dua ribu tiga belas bertempat
di.................., Jalan ..........No. ..... kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. ...................... : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
........ DIPA Tahun 2013 yang berkedudukan di Jalan ...........
yang untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
2. : Ketua Kelompok Tani Ternak..dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Kelompok Ternak.yang
berkedudukan di
Desa/KelKecamatanKabupaten/Kota
Provinsi...yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang mengikat dan berakibat
hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan Pengembangan Budidaya Sapi Potong
melaluiKegiatan Dana Pengembangan Budidaya Sapi Potong Tahun 2013 kepada Kelompok, dengan
ketentuan sebagai berikut :


Pasal 1
DASAR PELAKSANAAN

1. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72
Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4418);
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2013 Nomor: .../018-
06.1.01/00/2013tanggal .. ......... 2013, satuan kerja ...................
3. Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota . Nomor.tanggal.
2013 tentang Penetapan Kelompok Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong Tahun 2013.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju untuk
menerima dan melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong Tahun 2013 sesuai
dengan Petunjuk Pelaksanaan/Teknis Pengembangan Budidaya Sapi Potong.

Pasal 3
PELAKSANAAN KEGIATAN

1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan mengerahkan segala
kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya;
2. PIHAK PERTAMA berwenang mengadakan pemantauan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;
3. Kelompok wajib menyampaikan laporan perkembangan usaha kegiatan pengembangan budidaya
sapi potong kepada PIHAK PERTAMA, setiap bulan;
4. Dalam melaksanakan kegiatannya PIHAK KEDUA berkewajiban mengembangkan usahanya sesuai
petunjuk Tim Teknis Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota setempat.


Pasal 4
SANKSI

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi
Potong sebagaimana dimaksud dengan Pasal 2, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak
mencabutdan mengalihkan seluruh bantuan yang diterima PIHAK KEDUA kepada kelompok Lain yang
mengakibatkan Surat Perjanjian Kerjasama batal.

Pasal 5
PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan surat
perjanjian kerjasama ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka kedua belah pihak
sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri ........., sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum adalah mengikat kedua belah
pihak.

Pasal 6
FORCE MAJEURE

1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar kekuasaan PIHAK KEDUA
sehingga mengakibatkan terganggunya proses pengembangan budidaya sapi potong, maka PIHAK
KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada kepada PIHAK PERTAMA dengan tembusan
kepada DinasKab/KotaProvinsi.dalam waktu 4 X 24 jam;

2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud pasal 6 ayat (1) adalah :
a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran yang bukan disebabkan
kelalaian PIHAK KEDUA;
b. Peperangan;
c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7
LAIN-LAIN

1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini menjadi beban PIHAK
KEDUA;
2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;
3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu telah
mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.


Pasal 8
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan penuh kesadaran dan
tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun dan dibuat rangkap ....... (...) yang kesemuanya
mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA
Ketua Kelompok ............



.

PIHAK PERTAMA
Pejabat Pembuat Komitmen

.........................................
NIP..................................














Lampiran 2

RENCANA USAHA KELOMPOK


No

Agroinput

Volume

1 Pengadaan Ternak


A Betina calon indukan

Ekor
B Betina produktif

Ekor
C Pejantan

Ekor
D Bakalan

Ekor

2
Sarana penunjangdengan
pilihan :

A pakan konsentrat

Kg
B Obat-obatan

Paket
C Vitamin

Paket
D Mineral

Paket


, .......................... 2013
Kelompok Peternak..
1 (ttd)
Ketua

2 (ttd)

Anggota




Mengetahui/Menyetujui
Dinas ...
Kabupaten/Kota..


......................................
NIP. ...............................


Lampiran 3


BERITA ACARA SERAH TERIMA
PEKERJAAN PENGADAAN AGROINPUT PENGEMBANGAN
BUDIDAYA SAPI POTONG
DINAS.........

Nomor :.......


Pada hari ini .......... tanggal ............... bulan ................... tahun dua ribu tiga belas bertempat di .....
Kabupaten .... Provinsi ..... . Kami yang di tugaskan berdasarkan Surat Keputusan ........./Kuasa Pengguna
Anggaran Nomor : ........ tanggal ..... tentang Pembentukan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa Satker...... TA. 2013

1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Anggota :
Telah melaksanakan penerimaan hasil pekerjaan pengadaan Agroinput Pengembangan Budidaya Sapi
Potong di ....... yang dilaksanakan oleh :

Nama Perusahaan :
Direktur :
Alamat :
No. Kontrak :
Waktu Penyelesaian
Pekerjaan
:

Hasil Pemeriksaan dan Penerimaan :
1. Pemeriksaan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa telah memeriksa hasil pekerjaan
Pengadaan Agroinput Pengembangan Budidaya Sapi Potong, sesuai dengan spesifikasi yang tercantum
dalam dokumen kontrak dengan rincian sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Jumlah
1. Sapi Bangsa /Ras
-
- dst
..... ekor

2 Pakan Konsentrat -
- dst
..... kg
3 Obat-Obatan -
- dst
..... paket
4 Vitamin -
- dst
..... paket
5 Mineral -
- dst
..... paket


2. Penerimaan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa telah menerima hasil pekerjaan
pengadaan Agroinput Pengembangan Budidaya Sapi Potong dalam keadaan utuh dan telah
diuji/diperiksa sebagaimana mestinya serta siap digunakan, sesuai spesifikasi yang tercantum dalam
dokumen kontrak dengan rincian sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Jumlah
1. Sapi Bangsa /Ras
-
- dst
..... ekor

2 Pakan Konsentrat -
- dst
..... kg
3 Obat-Obatan -
- dst
..... paket
4 Vitamin -
- dst
..... paket
5 Mineral -
- dst
..... paket

Demikian Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pengadaan Agroinput Pengembangan Budidaya Sapi
Potong ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pelaksana Kegiatan Penerima Hasil Pekerjaan

CV.PT.....
1.Nama .......................
2.Nama .......................
(............................) 3. Nama .......................
Direktur




Mengetahui,
Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Budidaya Sapi Potong
Dinas.......




Nama ....
Nip. .......

Lampiran - 4
BERITA ACARA SERAH TERIMA
MASA PEMELIHARAAN 7 (TUJUH) HARI SAPI ....
DINAS......

Nomor :

Pada hari ini ....., tanggal ...... bulan ..... tahun dua ribu tiga belas bertempat di ....... Kami yang
ditugaskan berdasarkan Surat Keputusan ....... Nomor : ....... tanggal ....... tentang Pembentukan
panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Pengembangan Budidaya Sapi Potong
Satker ....... TA. 2013.

1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Anggota :

Telah melaksanakan Penerimaan hasil pekerjaan Masa Pemeliharaan 7 (tujuh) hari sapi ..... di ...... yang
dilaksanakan oleh :
Nama Perusahaan :
Alamat :
No. Kontrak :

Hasil Pemerikasaan dan Penerimaan :

Pihak penyedia telah melaksanakan pemeliharan sapi ...... sebanyak .... ekor selama masa pemeliharaan
7 (tujuh) hari dan pihak Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa telah
memeriksa dan menerima hasil pekerjaan Masa Pemeliharaan 7 (tujuh) hari sapi ..... sesuai dengan Brita
Acara Serah Terima Pekerjaan Pengadaan Sapi .... Nomor : .......... pada tanggal ........

Demikian Berita Acara Masa Pemeliharaan 7 (tujuh) hari ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Pelaksana Kegiatan Penerima Hasil Pekerjaan

CV.PT.....
1.Nama .......................
2.Nama .......................
(............................) 3. Nama .......................
Direktur

Mengetahui,
Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Budidaya Sapi Potong
Dinas.......



Nama ....
Nip. .......


Lampiran - 5

BERITA ACARA HASIL SELEKSI/PENELITIAN
SAPI AGROINPUT PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI POTONG
DINAS.........

Nomor :.......

Pada hari ini .......... tanggal ............... bulan ................... tahun dua ribu tiga belas bertempat di kandang
..... Desa ..... Kabupaten .... Provinsi ..... . Kami yang di tugaskan berdasarkan Surat Keputusan
........./Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : ........ tanggal ..... tentang Pembentukan Tim Selektor
Pengadaan Agroinput Pengembangan Budidaya Sapi Potong Satker...... TA. 2013.

1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Anggota :

Telah melaksanakan/melakukan Seleksi/Penelitian Performance Agroinput Pengembangan Budidaya
Sapi Potong di ......, Kabupaten/Kota .... Provinsi ..... yang penyediaan/pengadaannya oleh :
Nama Perusahaan :
Alamat :
No. Kontrak :
Pelaksanaan seleksi :
1. Agroinput sapi yang disediakan sebanyak .... ekor
2. Seleksi:
Performan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan meliputi :
- .....
- .....
- ..... dst
3. Dari .... ekor sapi yang disediakan, setelah diseleksi yang memenuhi syarat sebanyak ... ekor
(secara lengkap hasil seleksi terlampir)

Demikian Berita Acara Hasil Seleksi ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penyedia Tim Selektor

CV.PT.....
1.Nama .......................
2.Nama .......................
(............................) 3. Nama .......................
Direktur

Lampiran - 6


KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG
TA :
Nomor Bukti :
Mata
Anggaran
:

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah diterima
dari
: Pejabat Pembuat Komitmen
Satker
Jumlah Uang : Rp.
Terbilang :
Untuk :
Pembayaran


a.n.Kuasa Pengguna
Anggaran
Tempat/Tgl
Pejabat Pembuat Komitmen Jabatan Penerima Uang
Nama Jelas Nama Jelas
NIP.

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baik
Pejabat Yang Bertanggung Jawab



Nama Jelas
NIP.

Diposkan oleh halimatussaadiyah SPt di 18.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:

vito1 Oktober 2013 19.46
ASKUM... PAK APA PUNYA PEDUM BUDIDAYA SAPI POTONG TAHUN 2006
Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
kalender

Free Blog Content
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Top of Form

Search


Bottom of Form

aku dan teman

Twitter
facebook
Lily Soedjak

Buat Lencana Anda
Pengikut
Arsip Blog
2014 (6)
2013 (24)
September (2)
Agustus (2)
Juli (1)
Juni (2)
Mei (3)
April (2)
JUKNIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI/KERBAU POTONG
JUKNIS PEMBIBITAN SAPI POTONG
Maret (11)
Januari (1)
2012 (30)
2011 (35)
2010 (20)
Mengenai Saya

halimatussaadiyah SPt
Sampit, Kalteng, Indonesia
saya anak ke 9 dari 11 bersaudara putri bapak H.Moch Soedjak (Alm) dan Hj Siti nurbaya dan saya
menikah dengan seorang pria yang bernama Rahadyan sambodo S.Pt dan kami berharap blog ini
bermanfaat bagi siapa saja
Lihat profil lengkapku
Laskar pelangi
Nidji - Laskar Pelangi.mp3


Free Mp3 Codes Indo at www.musik-live.net
JAM Amazon MP3 Clips


powered by


Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.
Related Searches:
Grand Seasons Hotel Kuala Lumpur
KL Hotels
Kuala Lumpur City Centre
Kuala Lumpur International Airport
Berjaya Times Square
Visit Kuala Lumpur
Petronas Twin Towers
Berjaya Redang Beach Resort

Anda mungkin juga menyukai