Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet merupakan tanaman yang memiliki perananan penting
dalam perekonomian nasional yaitu sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari
10 juta petani di indonesia dan memberikan kontribusi yang sangat berarti
bagi negara yang mencapai U$ 2 juta pada tahun 2004.
Produktifitas dan pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi oleh faktor
keadaan tanaman pada awal pembibitan, yaitu: klon entres yang unggul dan
murni, bibit batang bawah yang prima, lingkungan tumbuh yang berhubungan
dengan kondisi kesuburan tanah, manajemen pemeliharaan tanaman, dan
sistem eksploitasi (sadapan) yang disiapkan. Faktor dasar diatas itulah yang
sangat akan mempengaruhi dan menentukan produktifitas tanaman karet, ada
faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman karet, yaitu :
sifat fisik dan kimia tanah, sifat mikro dan makro iklim, dan keberadaan hama
dan penyakit pengganggu.

B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput
2. Mempraktekan cara perbanyakan bibit karet dengan mengokulasi tanaman
karet
3. Mengetahui pemeliharaan pada pembibitan tanaman karet di PTPN IX
Krumput
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk
mengahasilkan bibit yang baik perlu mempersiapakana adanya batang bawah dan
batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dari biji biji kklon anjuran,
sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata klon anjuran
(Purwanta,2008).
Bibit tanaman karet yang akan dibudidayakan adalah hasil dari
perbanyakakan vegetatif, bibit harus berasal dari klon unggul yang terpilih,
pertumbuhan bibit dalam kondisi prima dan terhindar dari hama dan penyakit
(Amy,2006).
Okulasi merupakan salah satu usaha perbanyakan tanaman yang dilakukan
dengan cara menempelkan mata dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan
tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Hasil okulasi ini akan diperoleh bahan
tanam (bibit) karet unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum tinggi dan
bibit dalam polybag. Okulasi pada tanaman karet dapat dilakukan dengan cara
okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat yang pada prinsipnya relatif sama,
hanya perbedaannya terletak pada umur batang bawah dan batang atasnya,
perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Perbedaan antara Okulasi Dini, Hijau dan Coklat
Teknik Okulasi Umur Batang Atas Umur Batang Bawah
Dini 3-4 minggu, garis tengah
0,5 cm,
2-3 bulan
3

warna hijau muda
Hijau 3-4 bulan, garis tengah
0,5-1 cm,
warna hijau
4-6 bulan
Coklat 1-2 tahun, garis tengah
2,5-4 cm,
warna coklat
8-18 bulan
Pembibitan tanaman karet dilakukan di beberapa lahan secara terpisah
yaitu :
1. Kebun Entres
Kebun entres yaitu kebun untuk perbanyakan calon batang atas. Pemanenan
entres dilakukan disini. Bahan tanam yang digunakan yaitu stum mata tidur,
stum mini dan bibit polibag.
2. Kebun Batang Bawah
Kebun batang bawah yaitu kebun dimana bibit batang bawah ( rootstock )
yang berasal dari biji dikembangbiakan. Seleksi biji dilakukan di kebun
batang bawah.
Pembibitan merupakan hal yang sangat penting dilakukan berkaitan untuk
mendapatkan bibit yang bermutu baik dan unggul. Pembibitan akan berpengaruh
pada produk yang dihasilkan oleh tanaman karet itu sendiri (Lasminingsih,2006).



4

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1. Pembibitan lapang I, alat dan bahan yang digunakan antara lain :
a. Cangkul
b. Bibit batang bawah
c. Biji tanaman karet
2. Pembibitan okulasi, alat dan bahan yang digunakan yaitu :
a. Pisau okulasi
b. Batu asah pisau
c. Plastik pembalut
d. Kain lap
e. Pelepah batang pohon pisang
f. Mata entres
3. Pembibitan lapang II, alat dan bahan yang digunakan antara lain :
1. Tanah
2. Polibag
3. Bibit lapangan I

B. Prosedur Kerja
1. Pembibitan Lapangan I, terdiri atas pembibitan batang bawah dan
pendederan biji
5

a) Pembibitan batang bawah
(1) Tanah diolah dengan pencangkulan dalam (minimum 60 cm)
(2) Setelah pencangkulan dibentuk bedeng untuk tanaman batang
bawah dengan lebar 320 cm, panjang menyesuaikan kondisi lahan
dengan arah timur barat (untuk 6 baris tanaman dengan jarak
40cm)
(3) Bedengan diratakan kemudian ditaburi pupuk dasar ( Rookpospat )
yang telah dicampur dengan bubuk belerang 20 %
(4) Lahan siap ditanami bibit untuk batang bawah.
b) Pendederan Biji
(1) Biji diseleksi dengan cara direndam didalam air
(2) Biji ditanam ke media yang telah dibuat setelah di seleksi dengan
cara biji disusun melintang bedengan dengan rapat satu per satu
(3) Disiram pagi dan sore secara rutin, setelah disiram ditutup dengan
karung.
2. Pembibitan Okulasi
a. Batang bawah dibersihkan dengan menggunakan kain lap
b. Pembuatan jendela mata okulasidengan lebar 2 cm panjang 10 cm
c. Pengambilan mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan
d. Dikupas dari kayu batang entrys lalu ditempelkan dijendela okulasi
yang telah disiapkan
e. Dibalut dengan plastik yang berukuran lebar 2,5 dan panjang 50 cm
dengan rapat dan tidak kendor agar tidak kena air jika hujan
6

f. Setelah 21 hari pembalut plastik dibuka kemudian lakukan
pemeriksaan pertama
g. Setelah 10 hari dari pemeriksaan pertama dilakukan pemeriksaan
kedua untuk mengecek mati dan tidaknya
h. Setelah 10 hari dari pemeriksaan kedua, lakukanlah pemeriksaan
ketiga atau penanaman di polibag ( pembibitan lapangan II ) untuk
mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil okulasi
3. Pembibitan Lapangan II
a. Bibit yang sudah dinyatakan hidup pada pembibitan lapangan I
kemudian di potong batang atasnya
b. Setelah diadakan pemotongan 4 s.d 10 hari atau mata sudah meletis
atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel dengan hati hati
agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm akar
tunggang
c. Bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi media
tanam yang ada di polibag
d. Akar serabut dibersihkan di potong dan disisakan 3 4 cm dari
pangkal akar
e. Bibit siap di tanam dalam polibag setelah ditugal terlebih dahulu agar
tidak ada akar serabut yang terlipat dan kulit akar tunggang tidak luka
atau terkelupas


7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Pembibitan di PTPN IX Krumput melalui beberapa tahapan yang
berbeda tempat. Untuk menyiapkan batang bawah pembibitan dilakukan di
kebun bibit batang bawah ( rootstock ), untuk kebun batang atas dilakukan di
kebun entres, dan pembibitan polibag untuk bibit yang telah di okulasi.
Tanaman yang berada pada kebun entres dapat di ambil mata tunasnya
maksimal 10 kali pengambilan. Mata tunas yang diambil untuk okulasi
merupakan mata tunas prima yang terletak di tengah tengah interdodia
tumbuhnya daun.

B. Pembahasan
Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan secara vegetatif maupun
generatif. Pembitan tanaman karet di PTPN IX Krumput dilakukan sebanyak
beberapa tahap pembibitan untuk menghasilkan bibit yang bermutu dan
berproduksi tinggi. Tahapan pembibitan tersebut yaitu :
1. Pembibitan Lapangan I
Pembibitan lapangan I bertujuan untuk menyiapkan batang bawah
yang unggul dan siap untuk di okulasi. Pembibitan lapangan I dilakukan di
kebun entres sebelum siap di tanam di lapangan. Kebun batang bawah
yaitu kebun dimana bibit batang bawah ( rootstock ) yang berasal dari biji
dikembangbiakan. Lahan perlu disiapkan agar di peroleh bibit dengan
8

perakaran yang baik. Kebun batang bawah yang baik harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu :
a. Lahan yang digunakan relative datar,
b. Mudah di jangkau,
c. Dekat dengan sumber air,
d. Bukan daerah penyebaran penyakit jamur akar putih
(Indranty,1990).
Sebelum biji di tanam dalam kebun bibit batang bawah hal pertama
yang perlu dilakukan yaitu pengecambahan dan pendederan. Pendederan
bertujuan untuk menyeleksi biji yang akan dikecambahkan agardi peroleh
biji dengan kulaitas yang baik dan siap untuk dikecambahkan. Setelah
mendapatkan biji yang baik pada seleksi, langkah selanjutnya yaitu
pengecambahan. Tahapan pengecambahan yang dapat dilakukan yaitu :
1) Biji di benam dengan bagian muka menghadap ke bawah dan
punggungnya terlihat di permukaan
2) Jarak antar biji 1 cm , sehingga 1 m
2
memuat 1000 butir biji
3) Penyiraman dengan rotasi minimal 2 kali sehari guna menjaga
kelembaban.
4) Biji mulai berkecambah pada hari kelima kemudian dipindahkan ke
pembibitan lapangan setelah diadakan penyiapan lahan sebelumnya.
5) Satu hektare pembibitan menghasilkan bibit salur 35000 36000
6) Setelah selesai dilakukan penanaman langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan yaitu pemeliharaan tanaman di kebun pembibitan seperti
9

penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit.
2. Pembibitan secara generatif ( Okulasi )
Okulasi merupakan salah satu usaha perbanyakan tanaman yang
dilakukan dengan cara menempelkan mata dari satu tanaman ke tanaman
sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Hasil okulasi ini
akan diperoleh bahan tanam (bibit) karet unggul seperti stum mata tidur,
stum mini, stum tinggi dan bibit dalam polybag. Okulasi pada tanaman
karet dapat dilakukan dengan cara okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi
coklat yang pada prinsipnya relatif sama, hanya perbedaannya terletak
pada umur batang bawah dan batang atasnya. Dalam pelaksanaan okulasi
terdapat enam tahapan utama yang harus diperhatikan yaitu kesiapan
batang bawah, pembuatan jendela okulasi, penyiapan perisai mata okulasi,
penempelan perisai okulasi, pembalutan dan pemeriksaan hasil okulasi.
Hasil dari okulasi dapat dijadikan bibit stum mata tidur siap tanam, stum
mata tidur yang baik adalah yang mempunyai akar tunggal dengan panjang
35-40 cm sehingga untuk menghasilkan bibit dengan kondisi demikian
diperlukan teknik pencabutan bibit yang baik. Setelah menghasilkan bibit
stum mata tidur ini, dapat dikembangkan beberapa jenis bibit lain seperti;
bibit dalam polibag, bibit stum mini dan bibit stum tinggi. Keperluan bibit
ini pada prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan menggunakan
bibit stum mata tidur tersebut untuk ditanam dan dikembangkan di
lapangan. Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik
10

diperlukan entres yang baik dan dari kelompok klon anjuran. Kebun
entres yang ada di PTPN IX dapat di ambil mata tunasnya maksimal 10
kali pengambilan, setelah itu tanaman di tebang.




















11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pembibitan yang dilakukan di PTPN IX Krumput melalui dua tahap yaitu
pembibitan lapangan ( I dan II ) dan pembibtan okulasi
2. Tanaman karet di perbanyak dengan cara mengokulasi antara batang
bawah dan batang untuk memperoleh stum mata tidur yang bermutu
3. Pemeliharaan yang dilakukan di kebun pembibitan karet di PTPN IX
Krumput yaitu penyiangan, pemupukan serta pengendalian hama dan
penyakit

B. Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan dengan perencanaan yang baik sehingga
waktu pelaksanaannya tidak mepet dengan ujian.









12

DAFTAR PUSTAKA

Amy, K.P. 2006. Okulasi Bahan Tanam. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian
Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.
Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat Penelitian
Perkebunan Getas. Makalah disampaikan dalam Prosiding Konferensi
Nasional Karet, Palembang, 1990.
Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet.
Balai Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.
Purwanta, H.J. dkk. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.













13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan krumput mempunyai bentuk permukaan tanah yang berbukit-
bukit, sehingga mempunyai relief perbukitan dengan ketinggian antara 50-300
m dan relief pegunungan dengan ketinggian 730 m. Daerah ini tersusun dari
bahan induk vulkanik intermediet. Bahan induk dari batuan beku dicirikan
dengan tidak mempunyai kandungan fosil, teksturnya mampat,padat, serta
berstruktur homogen dengan bidang permukaan yang sama ke semua arah dan
sesuai dengan proses pembentukannya. Batuan beku vulkanik intermediet
merupakan batuan yang mencapai permukaan bumi dalam keadan cair, dan
proses pembekuannya berlangsung di atas permukaan bumi dengan kadar
SiO
2
antara 52-65 % (Angger,2010).
Jenis klon-klon yang ditanam di Kebun Krumput adalah PB260,
BPN24, BPN1 dan RRIC 100. Okulasi merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari
satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang
unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa
stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibag, atau stum tinggi
(Chairil,2001).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara ini untuk mengetahui teknik-teknik cara
menanam pada tanaman karet.
14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi
didalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20
tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1 juta ton tahun 1985
menjadi 1,3 juta ton tahun 1995 dan 1,9 juta ton tahun 2004. Pendapatan devisa
dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2,25 milyar, merupakan 5% dari
pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan
lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah
Sumatera dan Kalimantan (Ardi,2009).
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh
rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat
masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan
negara dan swasta samasama menurun 0,15%/tahun, maka tumpuan
pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun, luas
areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu
hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada
sumber dana yang tersedia untuk peremajaan.
Tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama
lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri
pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet
lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya
15

mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi
belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut (Ardi,2009).
Adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditas karet ini di
masa depan, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui
perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang
efektif untuk dilaksanakan. Hal ini perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan
modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun
karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.















16

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penanaman yaitu:
1. Bibit unggul tanaman karet hasil okulasi
2. Tanah
3. Tanaman penutup tanah (Legume Cover Crop)
4. Cangkul

B. Prosedur Kerja
1. Bibit tanaman karet unggul yang akan ditanam, terlebih dahulu plastiknya
dibuang
2. Pemindahan bibit dilakukan dalam keadaan payung tua, kira-kira telah
memiliki dua payung
3. Bibt ditanam pada tempat yang telah ditentukan, tegak lurus dengan arah
okulasi
4. Di sekililing batang bibit ditimbuni tanah sedikit demi sedikit dan diinjak-
injak biar padat, rata dengan pemukaan tanah dan keadaan bibit tegak
lurus dan tidak goyang.




17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, selain pembibitan perlu
adanya persiapan tanam dan penanaman. Kegiatan tersebut seperti kegiatan
pembukaan lahan, persiapan lahan penanaman seperti pengolahan tanah dan
pembuatan teras dan petakan, pengajiran, setelah itu baru dilakukan
penanaman.
Lubang tanam yang digunakan untuk penanaman tanaman tahun ini
atau tahun pertama ukurannya 40 x 40 x 40 cm, dimana lubang tanam tersebut
dibiarkan satu bulan sebelum bibit ditanam. Penanaman biasanya dilakukan
sewaktu musim penghujan, yang bertujuan untuk menghemat biaya
pemeliharaan tanaman dalam hal penyiraman.
Bibit yang digunakan merupakan hasil okulasi dari bahan bibit
tanaman untuk batang bawah dengan entres atau mata tunas prima klon-klon
unggul. Brown Budding merupakan macam okulasi yang biasa dilakukan oleh
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Krumput.
PT. Perkebunanan Nusantara IX Kebun Krumput sudah dua tahun ini
melakukan percobaan penanaman tanaman penutup tanah atau Legume Cover
Crop atau Land Cover Crops (LCC) pada sekitar tanaman karet tahun kedua
atau tahun ketiga. Tujuan menanam LCC di sekitar tanaman karet untuk
menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah,
mengurangi penguapan air, mengendalikan gulma, serta menghasilkan
18

nitrogen yang baik untuk pertumbuhan tanaman karet. Jenis LCC yang sedang
ditanam di PT. Perkebunanan Nusantara IX Kebun Krumput ialah Mucuna
bracteata.

B. Pembahasan
Bibit sebelum ditanam terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk
memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara
lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resistensi terhadap
serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang
baik.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara
lain:
1. Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
2. Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
3. Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
4. Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih) (Hanspari,2010).
Cara-cara penanaman karet yang benar, antara lain:
1. Penanaman karet dilakukan pada musim hujan besar.
2. Bibit yang polibagnya robek harus diikat dengan tali agar tidak pecah
ketika diangkut ke lapangan.
3. Bibit yang didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang
tanam dalam lubang disesuaikan dengan tinggi polibag.
19

4. Dasar polibag disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam lubang
tanam. Bagian samping plastik disayat dan dilepaskan dari bibit,
diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa palstik sudah dibuka.
5. Arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata,
sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak
belakang dengan dinding teras.
Saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga
setelah ditimbun tanah, pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di
bawah permukaan tanah. Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub soil
ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan tanah top soil.
Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke arah
tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai mengenai tanah polibeg.
Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan
yang menggenang (Pakpahan,2009).
Jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman
karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman
sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak
523 batang bibit karet (Hanspari,2010).
Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk
menghindari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah menggunakan ember
yang berisi air. Penanaman kecambah dilakukan dengan cara menugal tanah
sedalam 5 cm dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar
harus berada seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah
20

(biji jangan dilepas dari kecambah). Kemudian tanah di sekitar lubang
dipadatkan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman, lalu di siram
untuk melembabkan. Penyiraman bibit harus dilakukan pada setiap pagi hari
terutama pada musim kemarau (Pakpahan,2009).
Umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim
penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah
hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Saat
penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur
dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea
50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar (Anwar,2001).
Di Krumput, Tanaman karet tahun tanam pertama diharapkan saat
berumur dua tahun mencapai tinggi 1,75 meter. Tanaman tahun kedua
diharapkan batang sudah mencapai diameter 30 cm pada tahun ketiganya. PT.
Perkebunanan Nusantara IX Kebun Krumput sudah dua tahun ini melakukan
percobaan penanaman tanaman penutup tanah atau Legume Cover Crop atau
Land Cover Crops (LCC) pada sekitar tanaman karet tahun kedua atau tahun
ketiga. Alasan ditanam di tanaman karet tahun tersebut agar tanaman karet
tidak kalah bersaing dengan LCC dalam menyerap hara.
Tujuan menanam LCC di sekitar tanaman karet untuk menghindari
kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi
penguapan air, mengendalikan gulma, serta menghasilkan nitrogen yang baik
untuk pertumbuhan tanaman karet. Jenis LCC yang sedang ditanam di PT.
Perkebunanan Nusantara IX Kebun Krumput ialah Mucuna bracteata.
21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Lubang tanam penanaman tanaman tahun ini (tahun pertama) berukuran
40 x 40 x 40 cm dan penanaman karet dilakukan setelah lubang tanam
didiamkan selama 1 bulan.
2. Cara-cara penanaman karet yang benar, antara lain: Penanaman karet
dilakukan pada musim hujan besar, bibit yang polibagnya robek harus
diikat dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke lapangan, bibit yang
didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam dalam
lubang disesuaikan dengan tinggi polibag, dasar polibag disayat dengan
pisau dan bibit diletakkan dalam lubang tanam. Bagian samping plastik
disayat dan dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai tanda
bahwa palstik sudah dibuka, arah mata okulasi diseragamkan menghadap
gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata
okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras.
3. Tujuan menanam LCC di sekitar tanaman karet untuk menghindari
kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah,
mengurangi penguapan air, mengendalikan gulma, serta menghasilkan
nitrogen yang baik untuk pertumbuhan tanaman karet.
B. Saran
Sebaiknya praktikan dapat mempraktikan penanaman secara langsung
tidak hanya mendengarkan teknik-teknik penanaman saja.
22

DAFTAR PUSTAKA

Angger. 2011. Ilmu Tanah.(On-line). http://www.ang-poenya.blogspot.com
diakses 4 Januari 2012.
Anwar, Chairil. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat
Penelitian, Medan.
Ardi, Rio. 2009. Karet (Havea brasiliensis) Budi Daya dan Penanamannya. (On-
line). http://www.rioardi.blogspot.com diakses 4 Januari 2012.
Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hanspari, C. 2010. Karet. (On-line). diakses 4 Januari 2012.
Junaidi, T. 2008. Budidaya Karet. Diakses tanggal 4 Januari 2012.
Pakpahan, E. 2009. Teknis Budidaya Tanaman Karet. Makalah disampaikan
dalam Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet
Non Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Medan, 21
November 2008.
Setyamidjaya, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius,
Yogyakarta.


23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok
untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan
Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih
dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85%
merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar
negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini
masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan
pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk
perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia
terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk
meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan.
Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan
modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun
karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.

B. Tujuan
Mengetahui dari proses okulasi pada tanaman karet di PTPN IX.
24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri,
sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung keberhasilan
pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman Karet digunakan
sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan komoditi tersebut.
Pengembangan karet dilakukan dengan 2 pola yaitu:
1. Peremajaan
Peremajaan adalah upaya pengembangan perkebunan dengan melakukan
penggantian tanaman karet yang sudah tidak produktif (tua/rusak) dengan
tanaman karet baru secara keseluruhan dan menerapkan inovasi teknologi.
2. Perluasan
Perluasan adalah upaya pengembangan areal tanaman perkebunan pada
wilayah bukaan baru atau pengutuhan areal di sekitar perkebunan yang sudah
ada dengan menggunakan inovasi teknologi.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun karet mengacu pada teknik
budidaya karet dengan tahapan sebagai berikut:
a) Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut:
1. Iklim
25

a. Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl.
b. Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th.
c. Bulan kering kurang dari 3 bulan.
d. Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
2. Tanah
a. Kemiringan tanah kurang dari 10%.
b. Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
c. Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
d. Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%. - pH
tanah berkisar antara 4,3 5,0. - Drainase tanah sedang.
b) Bahan Tanam
1) Jenis klon anjuran:
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217,
PB 260.
Klon penghasil lateks-kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS
2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118.
Klon penghasil kayu: IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78 Klon-klon yang
sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh
ditanam, dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, sistem
pengelolaan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon tersebut.
2) Batang bawah:
Syarat kebun sumber biji untuk batang bawah yaitu:
a. Terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber benih.
26

b. Kemurnian klon minimal 95%.
c. Umur tanaman 10-25 tahun.
d. Pertumbuhan normal dan sehat.
e. Penyadapan sesuai norma.
f. Luas blok minimal 15 ha.
g. Topografi relatif datar.













27

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan praktikum yang digunakan antara lain:
1. Bibit tanaman karet
2. Tanah
3. Plastik
4. Kamera
5. Alat tulis

B. Prosedur Kerja
1. Didengarkan dan dicatat penjelasan dari pihak PTPN IX Krumput,
Banyumas tentang pembibitan.
2. Dilakukan pengamatan tentang okulasi
3. Dilakukan diskusi






28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Okulasi dilakukan selama 21 hari, kemudian dilakukan pemeriksaan hasil
okulasi. Jika gagal maka dilakukan okulasi ulang atau dikenal dengan
rondo hingga 3 kali
2. Pengokulasian: Okulasi cokelat (5-6 bulan)
Pengambilan entres pada kebun entres dilakukan dengan memotong
batang tanaman secara serong yang memiliki entres 14-15 mata entres untuk
diokulasi. Untuk menjaga mata entres tidak rusak, mata entres yang akan
digunakan untuk okulasi ditutup menggunakan pelepah pisang.
Proses pengokulasian, antara lain:
a. Dibuat jendela okulasi pada batang bawah
b. Diambil mata okulasi dari batang entres yang telah diambil dari kebun
entres
c. Ditempel mata okulasi. Mata okulasi yang diambil adalah mata prima
ditunggu hingga 21 hari

B. Pembahasan
Okluasi adalah perkembang biakan tumbuhan dengan cara tempel
tunas. Perkembang biakan ini dapat dilakukan pada tumbuhan yang satu
rumpun. Tetapi berbeda jenisnya. Okulasi lebih baik dilakukan pada
tumbuhan yang masih kecil. Hal ini bertujuan agar tunas yang ditempel bisa
29

tumbuh bersamaan dengan pohon induk (pohon tempat menempel). Okulasi
ini merupakan perkembangbiakan secara vegetative buatan atau
perkembangbiakan dengan bantuan manusia.
a) Pembibitan
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif
maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih
menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman.
Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan
tahapan sbb:
1. Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan
lebar 1/2 - 3/4 cm.
2. Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan
mata diambil dari ketiak daun.
3. Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara
kulit jendela dan kambium.
4. Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik
yang tebalnya 0,04 mm.
5. Dua minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah
perisai.
6. Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan
dengan arah pemotongan miring.
7. Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI,
LCB 1320 dan PR 228.
30

b) Penanaman
1. Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya.
2. Lakukan pengairan untuk mengatur letak tanaman dalam barisan.
3. Luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta
Rootone F dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.
4. Pembungkus okulasi dilepas agar tidak mengganggu pertumbuhan dan
bibit siap ditanam.
Menurut Deptan (2011), ada enam tahapan pelaksanaan okulasi:
1. Kesiapan batang bawah
a. Lilit batang tanaman berkisar 5-7 cm diukur pada ketinggian 5 cm
dari permukaan tanah
b. Tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun tua
2. Pembuatan jendela okulasi
a. Batang bawah dibersihkan dari kotoran / tanah dengan
menggunakan kain lap bersih (photo 4)
b. Batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal (photo 6)
c. Irisan sejajar dibuat dua buah sebanyak 25 batang dengan ukuran
5-10 cm dari permukaan tanah (photo 5)
d. Panjang irisan 5-7 cm (photo 9)
e. Lebar irisan 1/3 lilit batang (photo 8)
f. Buatlah potongan melintang di atas irisan vertikal tadi dan
dibukakan sedikit ujungnya untuk bukaan dari atas dan di bawah
irisan vertikal untuk bukaan dari bawah (photo 8)
31

g. Penempelan mata dimulai dari batang pertama dan setelah selesai
semua, dimulai lagi membuat irisan sebanyak 25 batang, demikian
seterusnya.
3. Penyiapan perisai mata okulasi
a. Mata yang terbaik untuk calon perisai okulasi adalah mata yang
berada di atas bekas ketiak daun (photo 1)
b. Perisai mata okulasi dibuat dengan mengiris kayu entres yang
bermata baik, dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 5-7 cm
(photo 2)
c. Untuk bukaan jendela okulasi dari tas maka posisi mata pada kayu
entres menghadap ke atas (photo 3)
d. Untuk bukaan dari bawah, posisi mata pada kayu entres
menghadap ke bawah (photo 4)
e. Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan
mengikutsertakan sedikit bagian kayu (photo 5&6)
f. Lepaskan kulit dari kayu dengan hati-hati dengan cara menarik
bagian kayunya perisai mata harus diusahakan tidak memar, dan
bagian dalam klitnya tidak terpegang atau terkena kotoran (photo
7&8)
g. Perisai mata okulasi yang baik adalah perisai mata yang pada kulit
bagian dalam ada titik putih yang menonjol (photo 9a)
32

h. Apabila kulit bagian dalam berlubang berarti mata-nya tertinggal
pada bagian kayu dan perisai ini tidak boleh ditempelkan pada
batang bawah (photo 9b)
4. Penempelan perisai mata okulasi
Penempelan perisai mata okulasi dilakukan pada batang bawah segera
setelah jendela okulasi dibuka.
Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Setelah perisai mata okulasi disiapkan, secepatnya jendela okulasi
dibuka dan perisai mata dimasukkan ke dalam jendela
b. Jendela okulasi ditutup dengan cara menekan bagian ujung jendela,
bersamaan dengan itu bagian ujung perisai yang dipegang dipotong
dan dibuang
c. Perisai mata okulasi diusahakan tidak bergerak agar tidak merusak
mata
d. Jendela okulasi yang sudah ditutup langsung dibalut
5. Pembalutan
a. Ditujukan untuk menciptakan agar perisai mata okulasi benar-benar
menempel ke batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran
b. Bahan untukn pembalut adalah pita plastik okulasi
c. ntuk bukaan dari bawah maka pembalutan dimulai dari bawah,
demikian juga sebaliknya.
d. Balutan dilakukan dua kali dan dilebihkan sekitar 2 cm di bagian atas
dan bawah jendela okulasi.
33

6. Pembukaan pemeriksaan hasil okulasi
a. Setelah okulasi berumur 2-3 minggu, maka balutan okulasi dapat
dibuka untuk diperiksa keberhasilannya
b. Balutan dibuka dengan cara mengiris plastik okulasi dari bawah
keatas, tepat disamping jendela okulasi
c. Selanjutnya jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah
jendela okulasi
d. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan
pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila cungkilan berwarna
hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil
e. Okulasi yang berhasil ditandai dengan cara mengikatkan bekas
potongan plastik okulasi pada bagian batang.











34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Okulasi adalah perkembang biakan tumbuhan dengan cara tempel
tunas. Perkembang biakan ini dapat dilakukan pada tumbuhan yang satu
rumpun. Tetapi berbeda jenisnya

B. Saran
Ditingkatkan lagi untuk praktikum tahun depan














35

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertaniantan. 2011. Teknik Okulasi Karet. (On-Line).
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/teknik-okulasi-karet-3538 diakses 6
Januari 2012.
Anonim. 2011. Pengertian Okulasi. (On-Line). http://id.shvoong.com/exact-
sciences/agronomy-agriculture/2105063-pengertiaokulasi/#ixzz1ig99jY54
diakses tanggal 7 Januari 2012.














36

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai
umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman
dapat mencapai 15 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini
adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh lateks.
Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku
industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan
sekaligus berperan dalam pelestarian. Guna mendukung keberhasilan
pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman Karet
digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan komoditi
tersebut.

B. Tujuan
1. Mengetahui secara langsung kondisi,organisasi,dan kegiatan utama pada
perkebunan karet PTPN IX Krumput.
2. Mengetahui dan memahami secara langsung teknik pemeliharaan TBM
dan TM tanaman karet pada perkebunan karet PTPN IX Krumput.
3. Melatih ketrampilan dan pengetahuan tentang pemeliharaan tanaman
karet.
37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk
Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu
hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang
diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi
karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal
tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan (TimPenulisPS,2008).
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya
Brasil. Karenanya, nama ilmiahnya Herea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan
sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis
tanaman penghasilan getah (SetiawandanAndoko,2005). Tanaman karet termasuk
famili Euphorbiare atau tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena
golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah
(latek) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai.
Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman
industri (Syamsulbahri, 1996).
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun
lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi
mekanik. Pre treatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit
biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya ore trearment atau perawatan awal pada
38

benih yang dutunjukan untuk mematahkan dormansi serta mempercepat
perkembangan biji yang sergam (Anonim,2010).
Ada 4 fungsi media tanam yang harus mendukung pertumbuhan tanaman
yang baik, yaitu sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang
tersedia bagi tanaman dapat melakukan pertukaran udara antar akar dari atmosfer
di atas media dan berakhir harus dapat menyokong tanaman asal tidak kokoh
(Nelson,1981).
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 dan
15. Bila ditanam diluar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga
memulai produksinya akan lebih lambat. (Setyamidjaja,1999). Vegetasi yang
sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan tropis yang disertai
dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari
hujan 100-150 hari (Syamsulbahri,1996).









39

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah lahan
perkebunan karet PT Perkebunan Nusantara IX (Persero Tanaman Tahunan
Krumput Kabupaten Banyumas), alat perekam, alat pengeras suara, alat
penyemprot, alat pemangkasan atau topping, alat untuk penyulaman,
fungisida, Pupuk organik, pupuk kandang 10 kg/pohon. Pupuk anorganik:
KCl, SP36 dan Urea (45-15-15).

B. Prosedur Kerja
Mendengarkan dan mencatat penjelasan dari pihak PTPN IX Krumput
tentang teknik-teknik pemeliharaan tanaman, melakukan diskusi.










40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada pemeliharaan TBM dan TM karet di PT.
Krumput, Banyumas diantaranya penyulaman, penunasan, pemotongan,
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman karet.
Pemeliharaan tanaman belum mengahasilkan (TBM):
1. Penyulaman
2. Wiwil
3. Perangsangan cabang setelaah tinggi 2,7-3 m
4. Pemeliharaan tanah teras, gondang-gandong, rorak
5. Pengolahan tanah
6. Pengendalian gulma
7. Pemupukan
- Tepat dosis
- Tepat waktu
- Tepat jenis tunggal dan majemuk
- Tepat aplikasi
- Tepat letak
8. Inventarisasi pohon
9. Pengendalian HPT
10. Pengukuran kulit batang.

41

Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM):
1. Pemliharaan saluran air
2. Pemeliharaan tanah teras, gondang-gandong, rorak
3. Pengendalian gulma
4. Pemupukan
- Tepat dosis
- Tepat waktu
- Tepat jenis tunggal dan majemuk
- Tepat aplikasi
- Tepat letak
5. Inventarisasi pohon
6. Pengendalian HPT

B. Pembahasan
Pemeliharaan tanaman di lapangan merupakan faktor yang sangat
menentukan produksi setelah kita memperoleh bibit yang baik. Pemeliharaan
yang tidak tepat waktu akan menyebabkan terlambat tercapainya matang
sadap. Dengan pemeliharaan yang baik, karet dapat disadap pada umur 6
tahun. Selama periode 0-6 tahun, bila pemeliharaan terhambat 2 tahun, maka
matang sadappun akan terlambat 2 tahun. Tanpa pemeliharaan tanaman karet
baru dapat disadap pada umur 12 tahun, sehingga kerugian yang diderita akan
besar dan tidak terganti lagi.
42

Pemeliharaan karet meliputi masalah pengawetan tanah, dan
pemeliharaan tanaman itu sendiri. Pengawetan tanah menyangkut usaha-usaha
mencegah erosi dan menjaga agar sifat fisik tanah tetap baik, dengan cara
membuat teras, selokan drainase, rorak, pembangunan penutup tanah dan
pengolahan tanah yang sempurna. Pemeliharaan terhadap tanaman meliputi
masalah penyulaman, pembuangan tunas-tunas palsu dan lemah, pemupukan,
pengandalian tumbuhan pengganggu, pemberantasan hama penyakit.
a. Pengawetan tanah
Tindakan konservasi tanah dilakukan sejak sebelum tanam, baik pada
pembukaan hutan baru atau penanaman kembali. Tindakan ini meliputi
pembuatan sengkedan, atau menanam dengan sistem kontur, pembuatan rorak
maupun parit-parit untuk jalannya air.
b. Penyulaman
Bibit yang baru dipindah tanamkan selama tiga bulan yang pertama
harus diperiksa terus-menerus, lebih-lebih untuk bibit stump mata tidur.
Pemeriksaan bermaksud mengamati apakah ada bibit yang mati atau tidak,
dan bila ada yang mati harus segera diadakan penyulaman. Penyulaman
merupakan kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak tumbuh.
Penyulaman hanya dapat dianjurkan sampai umur tiga tahun, karena
penyulaman melewati umur tiga tahun, pertumbuhan akan tertinggal oleh
sesamanya sehingga tercapainya matang sadap perlu waktu lama sekali.
Penyulaman tanaman umur lebih dari tiga tahun hanya dapat dilakukan bila
keadaan sangat memaksa. Bibit yang digunakan untuk penyulaman setelah
43

umur satu tahun lebih sebaiknya stump tinggi, agar pertumbuhannnya tidak
ketinggalan dari sesamanya.
c. Penyiangan, pemotongan atau Topping
Tindakan untuk membersihkan tanaman pengganggu yang
menghambat pertumbuhan tanaman budidaya, menghindari persaingan
tanaman didalam pengambilan unsur hara. Ada dua macam penyiangan yaitu
penyiangan bersih (clean weeding) dan selected weeding. Penyiangan bersih
artinya semua rumput-rumputan dibersihkan, sedangkang selected weeding
merupakan penyiangan yang hanya ditujukan untuk memberantas gulma
tertentu. Pada penyiangan bersih tidak semua areal dibersihkan, tetapi hanya
bagian-bagian tertentu saja, khususnya di sekeliling tanaman pokok.
Agar pertumbuhan bibit seragam,tunas-tunas palsu harus dibuang
sebab bila tidak di buang dapat menghambat berseminya mata entres, bahkan
mata entres bisa tidak tumbuh. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan
sebelum berkayu.
d. Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk
menaikkan produktivitas tanaman. Pemupukan dilakukan secara intensif pada
kebun persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan
menggunakan pupuk urea, TSP, dan KCL. Tujuan pemupukan adalah untuk
menambah hara mineral dalam tanah agar tanaman dapat menyerap sebanyak
mungkin yang diperlukan. Dosis pemupukan untuk setiap daerah berbeda
tergantung pada keadaan tanah.
44

Berdasarkan usia pohon pemupukan tanaman karet dibagi dalam tiga
golongan yaitu:
1. Pemupukan bibit dalam persemaian, termasuk tanaman untuk bahan
penempelan (okulasi).
2. Pemupukan pada tanaman muda yang belum menghasilkan.
3. Pemupukan pada tanaman dewasa yang sudah menghasilkan.
Jarak dari tanaman pada waktu pemupukan pertama kira-kira 10 cm,
dan semakin bertambah umur tanaman makin menjauh. Pada waktu tanaman
berumur 4-5 tahun jarak pemupukan 1-1,5 m, dan mengelilingi tanaman.
Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan
tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih
dahulu dari Urea dan KCl.
e. Pengendalian hama dan penyakit
Hama adalah perusak tanamam yang berupa hewan seperti serangga,
mamalia dan nematoda. Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada
tanaman yang disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain.
Sedangkan gulma adalah tanaman liar yang pertumbuhannya tidak
dikehendaki karena bersifat merugikan.
Gulma yang tumbuh diantara tanaman karet dapat menimbulkan
berbagai kerugian yaitu:
1. Menurunkan produksi dan menurunkan hasil.
2. Dapat menjadi sarang hama dan penyakit.
3. Mepersulit pengelolaan dan mempertinggi biaya-biaya.
45

4. Dapat menghambat atau merusak kerjanya peralatan
5. Dapat menimbulkan keracunan ternak maupun manusia
Pengendaliaan atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan
cara:
1. Preventif: cara ini digunakan dengan maksud untuk mengurangi
pertumbuhan gulma supaya usaha pemberantasan dapat dikurangi atau
ditiadakan. Kegiatannya meliputi pengelolaan tanah atau pertanaman itu
secara keseluruhan sehingga mengurangi biaya operasional dalam
pemberantasan.
2. Mekanis: cara ini menggunakan alat-alat mulai dari alat yang paling
sederhana sampai yang modern.
Beberapa penyakit yang menyerang tanaman karet adalah sebagai
berikut:
1) Jamur Akar Putih
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus.
Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman.
Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun
terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati.
Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada
perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih
dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah
mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar
tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga
46

tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat
pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung
melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul, sisa akar tanaman
atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada
tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak,
banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau
berpasir. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu
serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan
mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada
waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di
bawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis fungisida yang dianjurkan adalah:
Pengolesan (Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP).
Penyiraman (Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250
EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC). Penaburan
(Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP
+
).
2) Jamur Upas
Jamur upas (Upasia salmonicolor (Berk, et Br.) Tjok.) adalah jamur
penyebab penyakit upas atau mati cabang atau ranting. Penyakit ini
biasanya menyerang pohon perkebunan dan buah budidaya di daerah
tropis, terutama di musim penghujan.
Gejala penyakit matinya pepagan batang dan tampak mengering.
Pada awalnya bagian yang terserang tampak keperakan, lalu beralih
47

merah jambu. Pada saat ini miselia jamur telah menyerang pada jaringan
korteks kulit kayu. Penyakit jamur ini biasa menyerang bagian pangkal
cabang atau ranting, tempat air terkumpul. Pada serangan yang berat
mengakibatkan tanaman lalu mati sebagian atau seluruhnya. Sehingga
mempengaruhi populasi tanaman per hektar, dan hasil yang diperoleh
tidak optimal.
3) Jamur phytoptora
Gejala: bidang sadapan terdapat garis vertical berwarna hitam dan
bisa masuk sampai sebagian kayu dan kulit membusuk. Banyak timbul di
musim penghujan dan kebun yang dalam kondisi lembab.
Pengndalian: penanaman penutup tanah, dan secara kimiawi
dengan menggunakan fungisida.











48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pemeliharaan karet merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga
tanaman dari serang OPT dan meningkatkan produktivitas tanaman.
2. Pemeliharaan karet meliputi masalah pengawetan tanah, dan pemeliharaan
tanaman itu sendiri.
3. Pemupukan betujuan untuk menambah hara mineral dalam tanah agar
tanaman dapat menyerap sebanyak mungkin yang diperlukan dan dapat
meningkatkan produktivitas tanaman.
4. Pengendaliaan atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan cara:
preventif dan mekanis.
5. Penyakit yang menyerang dan dapat menurunkan produktivitas tanaman
karet antara lain Jamur Akar Putih, Jamur Phytoptora, Jamur Oidium dan
Jamur Upas.

B. Saran
Para praktikan harus dilakukan dengan serius,perhatikan saat pihak
dari PTPN IX perkebunan Karet Krumput.




49

DAFTAR PUSTAKA

Anomnim. 2009. Karet (Hevea Brasiliensis). (On-line).
http://warintek.progressio.or.id diakses 10 januari 2011.

Anwar, Chairil. 2001. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat
Penelitian Karet, Medan.
Sardjono. 2000. Vademecum Budidaya Karet. PTP. Nusantara IX, Semarang.
Setyamidjaja, D. 1983. Budidaya dan Pengolahan Karet. Yasaguna, Jakarta. 150
hal.
Siagian, N. 2006. Perbanyakan bahan tanam karet core stump dan potensinya
dalam mempersingkan masa TBM. Prosiding Lokakarya Budidaya
Tanaman Karet, Pusat penelitian Karet.
Tim Penulis PS. 2007. Budidaya Karet, Stategi Pengolahan, dan Strategi
Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.










50

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan di Indonesia.
Komoditas ini sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu yang
relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi
Indonesia yang pada awal pembudidayaan karet merupakan penghasil karet
utama dunia sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum
lama dalam hal membudidayakan karet. Pada masa mendatang posisi
Indonesia bukan tidak mungkin diancam oleh pendatang baru lagi seperti
Thailand.
Di Indonesia tampaknya usaha menerapkan penyadapan karet yang
benar masih memerlukan waktu lagi, karena kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa penyadapan tanaman karet kita belum sepenuhnya
mengikuti pedoman baku. Kenyataan menunjukkan betapa banyak areal
pertanaman karet yang mutu penyadapannya sangat memprihatinkan. Dengan
demikian, selain produksinya rendah juga umur pohon layak sadap menjadi
semakin singkat. Dengan kata lain, penyadapan tanaman karet di Indonesia
merupakan prioritas utama agar pangsa pasar dan pelestarian produksi dapat
diantisipasi.
B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara penyadapan karet
2. Melakukan kegiatan penyadapan pada tanaman karet
51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berkas pembuluh lateks membentuk sudut dari arah kiri bawah ke arah
kanan atas (berpola spiral) sebesar 3,7
0
terhadap bidang vertikal batang. Karena
itu jika melakukan penyadapan dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut 35
0
-
40
0
.
Kriteria utama layak sadap pada suatu areal pertanaman karet adalah lilit
batang pohon. Lilit batang dinilai sudah dapat memberi petunjuk trntang
ketebalan kulit dan kemampuan fisiologinya untuk menghasilkan lateks dalam
jangka waktu yang lama (20-25 tahun). Ditinjau dari umur tanaman, biasanya lilit
batang yang siap sadap berukuran 45 cm yang dicapai pada umur 5-7 tahun.
Turun naiknya tekanan turgor dipengaruhi oleh waktu (sepanjang hari),
yang tentu saja berpengaruh terhadap pengaliran lateks. Tekanan turgor tertinggi
adalah pada jam 4.00-8.30 pagi. Pada saat itu penyadapan layak dilakukan untuk
mendapatkan tetesan lateks yang banyak. Tetapi sejalan dengan waktu dan
intensitas sinar matahari semakin tinggi, maka akan menyebabkan tekanan turhor
semakin menurun sehingga pengaliran lateks semakin sedikit (Siregar,1995).
Tinggi pembukaan sadapan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sadapan Bawah
a) Pada tanaman okulasi
Bukaan sadapan pertama kali dimulai pada tinggi 130 cm diatas pertautan.
Disadap terus hingga 10 cm diatas pertautan. Sebelum dipindahkan alur
sadap diperpendek hingga menjadi 2/3 nya.
52

b) Pada tanaman asal biji
Bukaan sadapan pertama kali dimulai pada tinggi 90 cm dari permukaan
tanah. Disadap terus hingga 10 cm diatas permukaan tanah. Sebelum
pindah alur sadap diperpendek hingga menjadi 2/3 nya. Bukaaan kedua
kali dan seterusnya pada tinggi 130 cm dari permukaan tanah.
2. Sadapan Tinggi
Baik tanaman asal biji maupun okulasi dapat disadap atas mulai pada
ketinggian 3 m dari atas tanah, pada sisi yang bersebelahan dengan sadap
bawah. Disadap terus hingga titik rendah dari sadap tinggi berjarak 10 cm dari
titik tertinggi sadap bawah. Selanjutnya dibuka pada sisi yang bersebrangan.
Kulit pulihan yang hendak disadap lagi setidak-tidaknya harus setebal 7
mm yang umumnya tercapai setelah 6 tahun (Departemen Pertanian,1977).
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh
rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat
masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan
negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan
pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas
areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu
hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada
sumber dana yang tersedia untuk peremajaan (Maryadi,2005).
Lateks mengandung beragam jenis protein karena lateks merupakan cairan
sitoplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis
53

molekul karet. Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks karena
pengendapan dan terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks
pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada
permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks
pekat tersebut (Pendle, 1992).
Benih karet merupakan benih rekalsitran yang sangat cepat menurun daya
kecambahnya selama dalam penyimpanan, dikarenakan berkurangnya kadar air
benih. Benih rekalsitran merupakan benih yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
kadar airnya, sehingga kadar air suatu benih (khususnya benih rekalsitran) sangat
diperhatikan agar benih tidak mengalami kemunduran. Kadar air optimalnya
adalah 32-35%, dan benih dapat mati pada kadar air 12-20%, dan suhu simpan
yang baik adalah 7
0
C -10
0
C (Anonim, 2005).
Syarat Pertumbuhan Karet, antara lain:
1. Suhu udara 24
0
C - 28
0
C,
2. Curah hujan 1.500 - 2.000 mm/tahun,
3. Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari,
4. Kelembaban tinggi,
5. Kondisi tanah subur dapat meneruskan air dan tidak berpadas,
6. Tanah ber pH 5-6 (batas toleransi 3-8),
7. Ketinggian lahan 200 m dpl (Anonim,2010).


54

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu tanaman karet yang telah
menghasilkan lateks. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu Pisau sadap,
pisau pengeruk kulit (Scraper), mangkuk lateks, dan paku.

B. Prosedur Kerja
1. Menuju lokasi penyadapan dan menyiapkan alat yang digunakan untuk
melakukan penyadapan,
2. Mendengarkan penjelasan dari petugas penyadapan secara seksama,
3. Hal-hal yang dijelaskan dan dilakukan oleh petugas penyadap karet
didokumentasikan,
4. Penyadapan karet yang dicontohkan oleh petugas dipraktekkan oleh
beberapa praktikan.






55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Kriteria buka sadap, yaitu umur tanaman karet 5 tahun, lilit batang
minimal 45 cm, dan ketebalan kulit minimal 7 mm. Ketinggian buka sadap
130 cm diukur dari pertautan mata okulasi tertinggi, ketebalan dalam satu
kali iris adalah 1,6 mm untuk sadap bawah dan untuk sadap atas adalah 2,7
mm. Banyak atau tidaknya lateks yang keluar dipengaruhi oleh dalamnya
penyadapan. Jika sampai mengenai kayu maka tanaman akan sakit dengan
ditunjukkan adanya benjolan. Waktu penyadapan dilakukan sekitar pukul
4-8 pagi dan hasil akan diambil sekitar pukul 11 siang, biasanya
menghasilkan 1-2 mangkuk dalam sekali penyadapaan. Penyadapan pada
pukul 4-8 pagi bertujuan untuk memperoleh lateks yang lebih banyak. Jika
penyadapan diambil terlalu siang pohon karet akan melakukan suatu
proses fotosintesis, dalam fotosintesis ini akan melibatkan lateks sebagai
sumber energi dan akibatnya lateks yang keluar akan lebih sedikit. Jika
terlalu siang aliran sadapan akan lebih cepat mengering.

56

Langkah-langkah melakukan penyadapan, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Membuat hanca
3. Membuat buka sadap dengan lilit batang minimum 45 cm dan
ketebalan kulit 7 mm
4. Ketika melakukan penyadapan gantungkan mangkuk kecil tepat
dibawah aliran sadap
5. Dilakukan penyadapan dengan kemiringan 40
0
, dan mulai mengiris
dari arah kiri atas ke kanan bawah

B. Pembahasan
Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang
atau cabang tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka
waktu yang lama sehingga lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju
mangkuk.
Kriteria buka sadap, yaitu umur tanaman karet 5 tahun, lilit batang
minimal 45 cm, dan ketebalan kulit minimal 7 mm. Ketinggian buka sadap
130 cm diukur dari pertautan mata okulasi tertinggi, ketebalan dalam satu kali
iris adalah 1,6 mm untuk sadap bawah dan untuk sadap atas adalah 2,7 mm.
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku
ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung
protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak
tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna
57

kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik,
penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi,
menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor
kesehatan tanaman.
Pembuluh lateks telah ada pada tanaman sejak awal pembuluh, yakni
sejak masih dalam bentuk kecambah. Pada biji, pembuluh lateks terdapat pada
kotiledon biji muda dan dalam integumen yang kemudian mengalami
perkembangan karena integrasi sel-sel tertentu serta berdifusinya dinding sel
selama proses pertumbuhan. Sel-sel pada pembuluh lateks bentuknya
memanjang dan lebih sempit jika dibandingkan dengan sel-sel tetangganya.
Sel pembuluh lateks terdapat juga pada daun dan buah tetapi tidak terdapat
pada ujung tunas embrio tanaman. Di dalam jaringan kulit batang, sel-sel
pembuluh lateks membentuk kelompok yang berdifusi sehingga terbentuk
pembuluh lateks yang memanjang ke arah vertikal batang. Pembuluh lateks
yang membentuk kelompok itu dikenal sebagai berkas pembuluh lateks.
Ukuran pembuluh lateks dan jumlahnya dipengaruhi oleh
pertumbuhan. Klon yang lambat pertumbuhannya mengandung pembuluh
lateks yang banyak tetapi dengan ukuran yang relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan klon yang pertumbuhannya cepat. Secara umum
pembuluh lateks berukuran antara 21,6 29,7 (mikron).
Kriteria pohon karet layak sadap yang telah memiliki lilit batang 45
cm di ukur pada ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi di dekat permukaan
58

tanah. Sedangkan tanaman karet berbahan tanaman biji pengukuran dilakukan
dari permukaan tanah.
Bidang sadap pada tanaman karet dibedakan atas empat panel, yaitu
bidang sadap A0-1 (Panel A), bidang sadap A0-2 (panel B), bidang sadap H0-
1 (panel C), dan bidang sadap H0-2 (panel D). Sedangkan untuk kulit pulihan
yaitu A1-1 (panel A1), A1-2 (panel B1), H1-1 (panel C1), dan H1-2 (panel
D1).
Bidang sadap A0-1 dan A1-1 terletak pada sisi kiri bawah batang, dan
bidang sadap A0-2 dan A1-2 terletak pada sisi kanan batang. Bidang sadap
H0-1 dan H1-1 terletak di atas bidang sadap A0-1. Batas untuk bidang sadap
bawah dan bidang sadap atas adalah ketinggian 130 cm.
Waktu penyadapan sebaiknya dilakukan jam 5.00-7.30 pagi hari,
dengan dasar pemikiran:
1. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran,
2. Lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai
maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari
semakin siang,
3. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah
cukup terang.
Semakin siang penyadapan dilakukan semakin rendah produksi per
pohon yang diperoleh. Prinsip ini didasarkan atas mekanisme fisiologi internal
tanaman. Tanaman menanggapi perubahan lingkungan dengan mengendalikan
transpirasi. Pada saat suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman menekan
59

transpirasi serendah mungkin untuk mencegah kehilangan air di jaringannya.
Di dalam sel terjadi perubahan turgor yang memberi dampak pelambatan
aliran cairan sel. Bersamaan dengan itu stomata daunpun menutup sehingga
air dapat dihemat pelepasannya. Mekanisme ini berlangsung pada siang hari
dan sejalan dengan turunnya suhu serta rendahnya intensitas matahari sel-sel
akan membesar, dan membentuk turgor yang tinggi. Kemudian lateks di
dalam pembuluh dinamik mengalir sejalan dengan fluktuasi suhu dan
intensitas matahari. Penyadapan yang semakin siang akan sedikit sekali
mengalirkan lateks karena terjadinya penurunan turgor.
Stimulansia diaplikasikan dengan beberapa teknik, yaitu:
1. Teknik Groove application, dilakukan dengan meneteskan stimulansia
tepat di alur sadap. Scrap yang mengering terlebih dahulu ditarik dari alur
sadap.
2. Teknik Lace application, dilakukan pada alur sadap namun scrap yang
mengering dibiarkan pada alur sadap.
3. Teknik Scraping application, dilakukan dengan mengeruk tipis kulit yang
hendak disadap, kemudian stimulansia disapukan pada kulit yang telah
dikeruk tersebut.
Beberapa penyakit yang sering ditemui pada tanaman karet, antara
lain:
1. Mouldy Rot
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata. Penyakit
ini biasa menyerang pada musim hujan atau pada kebun-kebun yang
60

ditanami dengan klon bertajuk lebat dan respon gugur daunnya tidak
serentak. Penyadapan yang terlalu tinggi dan terlalu dalam juga akan
memudahkan bidang sadap terserang penyakit ini.
Pengendaliannya dengan pelumasan Difolatan 4F 2%, Difolatan 80
WP 2%, Topsin M 75 WP 0,5%, Derosol 60 WP 0,1% atau Benlate 50 WP
0,1%.
2. Kanker Garis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytopthora palmivora, yang
perkembangannya pada suasana lembab. Pada bidang sadap yang dekat
dengan permukaan tanah sering juga ditemui penyakit ini. Penyebarannya
dapat dibantu oleh pisau sadap.
Pengendalian dengan pelumasan Difolatan 4F 2%, Difolatan 80 WP
2%, Demosan 0,5% atau Actidione 0,5%.
3. Bark Necrosis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium culmorum. Penyakit ini
tidak menunjukkan gejala yang nyata, tetapi biasanya segera menimbulkan
retaknya kulit. Penyakit ini berkembang ke atas dan ke bawah jaringan
pembuluh lateks sehingga pengaliran lateks terganggu.
Pengendaliannya dengan cara manual, yaitu kulit yang tidak mengalir
lateks segera dikeruk hingga didapati lapisan kulit yang sehat. Pada
lapisan tersebut diolesi Difolatan 4F 4%.


61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang
atau cabang tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka
waktu yang lama sehingga lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju
mangkuk.
Kriteria buka sadap, yaitu umur tanaman karet 5 tahun, lilit batang
minimal 45 cm, dan ketebalan kulit minimal 7 mm. Ketinggian buka sadap
130 cm diukur dari pertautan mata okulasi tertinggi, ketebalan dalam satu kali
iris adalah 1,6 mm untuk sadap bawah dan untuk sadap atas adalah 2,7 mm.
Waktu penyadapan sebaiknya dilakukan jam 5.00-7.30 pagi hari,
dengan dasar pemikiran:
1. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran,
2. Lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai
maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari
semakin siang,
3. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah
cukup terang.
B. Saran
Ketika melakukan penyadapan harus hati-hati, salah sedikit akan
menimbulkan kerusakan pada kambium pohon karet tersebut.

62

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. The Opportunity of Plantation Investment In North Sumatera :
Rubber. (On-line). http://www.bainfokomsumut.go.id/iptek04.php
diakses 30 Desember 2011.
Anonim. 2010. Budidaya Karet. (On-line). http://budidaya-karet.html diakses 30
Desember 2011.
Departemen Pertanian. 1977. Buku II Pedoman Pelaksanaan Unit Pelaksana
Proyek Pada Budidaya Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan,
Departemen Pertanian, Jakarta. 72 hal.
Maryadi. 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Pendle. P.D. 1992. The Production, composition, and chemistry of natural latex
concentrates in sensitivity to latex in medical device (FDA Ed.).
Program and Proceedings of International Latex Conference,
November 5-7, Baltimore. P.13.
Siregar, T.H.S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius, Yogyakarta. 50 hal.








63

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya
peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya.
Karet (rubber) merupakan produk dari proses penggumpalan getah
tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk
dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran
karet (sheet), karet bongkah (block rubber), atau karet remah (crumb rubber)
yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam
berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber,
Standard Indonesian Rubber (SIR) dan produk turunannya seperti ban dan
komponen kendaraan.

B. Tujuan
Agar dapat memahami dan dapat mengetahui bagaimana cara proses
produksi karet serta bagaimana cara untuk mengeksplor hasil produksi karet
dari Indonesia.


64

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet merupakan tanaman penghasil getah yang berasal dari
Brazil. Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Species : Hevea brasiliensis (Willd.) Mull.-Arg.
Tanaman karet merupakan pohon yang dapat tumbuh tinggi hingga
mencapai 15-25 m. Akar tanaman karet merupakan akar tunggang yang mampu
menopang batang yang tumbuh tinggi dan besar. Batang tanaman karet biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Batang tanaman karet
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet berwarna hijau,
apabila akan rontok maka berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun karet
ini terdiri dari tangkai daun utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun
sepanjang 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya terdapat tiga
anak daun pada satu tangkai utama daun karet.
Dari dulu hingga serkarang harga karet mengalami fluktuasi yang cukup
tajam. Pada tahun 1910-1911 harga karet dunia sangat tinggi yang bias menambah
kegairahan para pekebun karet di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun,
65

pada tahun 1920-1921 saat terjadi depresi ekonomi dunia, harga karet ikut anjlok.
Meskipun demikian pascadepresi ekonomi harga karet mellonjak lagi. Hal ini
disebabkan selain kondisi perekonomian dunia sudah pulih, juga permintaan
Amerika Serikat sangat tinggi karena industry mobil berkembang pesat.
Perkebunan dan industri pengolahan karet di Sumatra pada waktu itu
dikelola dengan baik, dari teknik budidaya sampai pemasarannya, sehingga
semuanya berjalan dengan efisien. Sayang sekali efisiensi tersebut tidak diikuti
dengan memerhatikan kesejahteraan para buruh, sehingga taraf hidup mereka
tetap memprihatinkan. Di perkebunan dan pabrik karet tersebut para buruh yang
sebagian besar didatangkan dari pulau Jawa tersebut dieksploitasi tenaganya
secara berlebihan. Keuntungan perkebunan sepenuhnya dinikmati para pemilik
modal.
Dengan areal perkebunan karet terluas di dunia, Indonesia bersana dua
Negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-
an sampai sekarang merupakan pemasok utama karet dunia. Puncak kejayaan
karet Indonesia terjadi antara tahun 1926 sampai menjelang Perang Dunia II.
Ketika itu Indonesia merupakan pemasok karet alam terkemuka di pasar
internasional.
Bagi Indonesia, meningkatnya kebutuhan karet alam dunia memberikan
harapan yang cerah karena peluang untuk mengisi pasar internasional semakin
terbuka. Apalagi produksi karet alam dua Negara pesaing berat, yaitu Thailand
dan Malaysia, menunjukan tanda-tanda mengalammi penurunan.
66

Dalam operasionalnya, perajin didukung oleh pihak penyedia kompon dan
cetakan. Produksi biasanya berdasarkan pesanan dan produk dipasarkan oleh
pihak lain (mediator atau pedagang antara). Barang jadi karet yang dihasilkan oleh
UKM antara lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/ motor, serta
asesori furnitur/ rumah tangga.
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertenru dengan tujuan memperoleh produksi tinggi,
secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan. Sistem eksploitasi yang
dikenal adalah:
1. System eksploitasi konvensional : merupakan sistem sadap biasa tanpa
menggunakan stimulant. Kelebihannya tergantung pada perangsang dan sesuai
dengan keadaan tanaman walaupun kurang baik pertumbuhannya.
Kelemahannya kulit batang akan cepat habis.
2. Sistem sadap stimulasi : sistem sadap kombinasi dengan menggunakan
perangsang. Pemberian perangsang dimaksudkan untuk meningkatkan
produksi yang dapat dilakukan pada pohon karet yang telah berumur lebih dari
15 tahun.
3. Sistem eksploitasi tusuk atau mikro : sistem tusukan pada jalur kulit yang
diberi perangsang yang dilakukan dengan cara menusuk kulit batang tanaman
dengan jarum. Kelebihan sistem ini adalah prduksi lateks tinggi,
pelaksanaannya mudah, kandungan zat gula lateks tetap tinggi, gerakan zat
gula dalam kulit tidak terhalangi, kekeringan alur sadap dapat dihindari dan
dapat dilakukan pada tanaman yang berumur 3 tahun. Peralatan sadap
67

menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan,
maka semakin bagus hasil yang didapat juga.
Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran
sadap, mangkok dan ember-ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap
merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar. Dalam pengangkutan
lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu teguncang dan tidak terlalu
kepanasan karena dapat berakibat terjadinya praloagulasi di dalam tangki.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks :
a. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, keberhasilan pohon, dan lain-lain).
b. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
c. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
d. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
e. Kualitas air dalam pengolahan.
f. Bahan-bahan kimia yang digunakan.
g. Komposisi lateks.




68

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Bahan kimia: bahan pembeku, bahan pengelantang, baham vulkanisasi,
bahan pemercepat dan penggiat reaksi, bahan antioksidan dan
antiozonan, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan peniup, dan bahan
pewangi
b. Bahan non kimia: Air, dan Kayu bakar
c. Shit (hasil olahan lateks/hasil pengasapan)
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
a. Mesin penggiling
b. Tangki koagulasi
c. Ruang pengering
d. Ruang pengasapan.
e. Kotak
f. Plastik
g. Gunting
h. Hidroulic Press.
B. Prosedur Kerja
a) Pengumpulan Lateks dari kebun
1. Pengumpulan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan
dilaksanakan.
69

2. Lateks segar yang telah dikumpulkan dari kebun karet melalui
kegiatan penyadapan selanjutnya dibawa ke pabrik pengolah karet.
3. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak
terlalu tergoncang dan tidak telalu kepanasan karena dapat berakibat
terjadinya prakoagulasi di dalam tangki.
4. Setelah lateks terkumpul semuanya di dalam tempat pengumpulan,
maka lateks-lateks tersebut siap untuk diolah.
b) Pengolahan karet sheet
1. Lateks di encerkan hingga kadar keringnya menjadi 15%.
2. Saat pengenceran ini kotoran yang mengapung atau memisah
disingkirkan.
3. Dalam pengenceran lateks juga di tujukan untuk menghilangkan
gelembung-gelembung gas yang ada di dalamnya.
4. Setelah di encerkan, lateks dibekukan di dalam bejana-bejana atau
tangki-tangki koagulasi. Gumpalan-gumpalan bagian karet yang terjadi
karena proses prakoagulasi juga harus disingkirkan dengan saringan.
5. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembekuan ini adalah dua jam.
6. Setelah itu masuk pada proses penggilingan.
7. Setelah digiling, sheet yang diperoleh kemudian ditiriskan dengan cara
digantung selama satu jam.
8. Setelah itu masuk pada pengasapan, pengasapan dilakukan agar bahan-
bahan pengawet yang terdapat di dalam asap masuk ke dalam sheet
dan menghambat pertumbuhan spora cendawan.
70

9. Kriteria smoked sheet yang bermutu adalah berwarna cokelat dan
jernih.
c) Pengolahan Karet Crepe
1. Setelah lateks dari kebun disaring di tempat pengolahan selama
beberapa kali sehingga didapatkan lateks yang bersih.
2. Setelah zat koagulasi dimasukkan, dilakukan pengadukan secara
merata. Buih yang muncul harus dibuang karena bias menyebabkan
timbulnya garis-garis pada Crepe kering.
3. Setelah membeku, gumpalan lateks tersebut harus dipotong-potong
agar mudah digiling.
4. Setelah selesai digiling, lembaran Crepe ditiriskan dengan cara
digantung selama beberapa jam.
5. Setelah kering, crepe dipak atau dibuat bandela-bandela dengan berat
sekitar 50kg/bandela untuk selanjutnya dipasarkan ke konsumen.
d) Packing
1. Shit yang sudah matang (berwarna coklat) disortir untuk menentukan
kualitas RSS 1,2,3 atau 4.
2. Masing-masing dari kualitas shit, dilipat secara rapi didalam kotak.
3. Untuk memadatkan tumpukan shit yang dilipat perlu dibantu dengan
cara diinjak-injak dengan dilapisi plastik.
4. Setelah satu kotak penuh, pemadatan selanjutnya dilakukan
menggunakan alat hidroulic press 2 agar rapidan siap ke pabrik
pengolahan karet.
71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Praktikum budidaya tanaman tahunan untuk proses prosesing tanaman
karet ini dilakukan di tempat produksi/pengolahan hasil dari lateks tersebut,
kompleks perkebunan karet (krumput) banyumas. Praktikum dilakukan pada
tanggal 28 Desember 2011.
Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks
hasil penyadapan di kebun dan keberhasilan harus diperhatikan. Hal ini pertama-
tama berlaku lateks untuk alat-alat yang dalam pekerjaan pengumpulan lateks
bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks
oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut
dapat pula menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump sebelum
lateks sampai di pabrik untuk diolah.
Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran
sadap, mangkok dan ember-ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap
merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar. Dalam pengangkutan
lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu teguncang dan tidak terlalu
kepanasan karena dapat berakibat terjadinya praloagulasi di dalam tangki.
Lateks has ail penyadapan yang berasal dari berbagai bagian kebun
diangkut dengan tangki yang ditarik truk atau traktor ke pabrik. Di pabrik lateks
diterima dan dicampur dalam bak penerimaan. Lateks yang masuk ke dalam bak
72

penerimaan harus melalui saringan untuk mencegah aliran lateks yang telalu deras
dan terbawanya lump atau kotoran lainnya ke dalam bak penerimaan.
Dari lateks yang telah terkumpul dalam bak penerimaan diambil contoh
untuk mengetahui kadar karet keringnya. Hal ini penting untuk memperhitungkan
kebutuhan air dalam proses pengenceran lateks. Pengenceran lateks dilaksanakan
dalam bak-bak perlemahan yang sekaligus juga dapat dijadikan bak pembekuan.
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi,
secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks:
a. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, keberhasilan pohon, dan lain-lain).
b. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
c. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
d. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
e. Kualitas air dalam pengolahan.
f. Bahan-bahan kimia yang digunakan.
g. Komposisi lateks.




73

B. Pembahasan
Praktikum budi daya tanaman tahunan acara ini yaitu tentang
prosesing. Prosesing merupakan tindakan penanganan lateks setelah
penyadapan. Penyadapan (EKSPLOITASI ) tanaman karet adalah suatu tehnik
memanen tanaman karet, sehingga memperoleh hasil karet maksimal sesuai
dengan kapasitas produksi dalam siklus ekonomi yang direncanakan, jadi
menyadap adalah membuat irisan pada kulit batang pohon karet untuk
membuka sel-sel pembuluh latek yang ada didalamnya. Dengan kata lain
menyadap tanaman karet ibarat kegiatan membuka kran, sedangkan
banyaknya produksi tergantung pada kapasitas produksi tanaman.
Pada acara prosesing ini, kegiatan-kegiatanya dilakukan di pabrik
tempat produksi/pengolahan hasil dari lateks tersebut yang berlokasi di
kompleks perkebunan karet (Krumput) Banyumas. Pelaksanaan praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2011.
Segala aktifitas yang bertujuan untuk memperoleh hasil karet yang
bermutu tinggi, hendaknya dilakukan dengan sebaik mungkin dan denagn
sehati-hati mungkin. Pengumpulan lateks hasil penyadapan serta
keberhasilannya harus benar-benar diperhatikan. Hal ini mencakup tentang
alat-alat yang bersentuhan langsung dengan lateks, untuk menghindari dan
meminimalisir terjadinya pengotoran lateks dari segala jenis kotoran yang
mungkin terjadi dan yang mungkin akan susah untuk dihilangkan, dan
mungkin dapat menyebabkan terjadinya prokoagulasi dan terbentuknya lumb
sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah. Prokoagulasi dapat dihindari
74

dengan cara Alat-alat sadap dan alat angkut harus senantiasa bersih dan tahan
karat, Lateks harus segera diangkut ketempat pengolahan tanpa banyak
goncangan, Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung, Dapat
digunakan anti koagulan : Amonia (NH3) atau Natrium Sulfit (Na2SO3).
Terjadinya prokoagulasi tentunya akan mengakibatkan menurunnya
nilai ekonomi dari lateks, hal ini tentunya bukan hal yang diharapkan dari
suatu usaha pengolahan lateks. Usaha usaha membersihkan bidang sadap,
talang atau spot, saluran sadap, mangkok dan ember-ember pengumpul
sebelum dan saat penyadapan merupakan tindakan yang sangat perlu benar-
benar diperhatikan. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar
lateks tidak terlalu terguncang dan kepanasan, hal ini harus dilakukan karena
apabila hal ini terjadi dapat mengakbatkan lateks mengalami praloagulasi di
dalam tangki. Adapaun hal lain yang dapat menyebabkan lateks mengalami
prokoagulasi yaitu: Aktivitas mikroorganisme, Aktivitas enzim, Iklim
(misalnya : hujan, suhu tinggi), Budidaya/keadaan tanaman (tanaman muda,
tua/sakit), Jenis klon, Pengangkutan (suhu tinggi dan gonangan) dan
Kontaminasi kotoran dari luar (misalnya : logam atau garam).
Lateks hasil penyadapan diangkut menggunakan tangki yang di bawa
oleh truk pengankutan kepabrik tempat pengolahan. Sesampainya di pabrik
selanjutnya lateks dialirkan dan ditampung pada bak penerimaan dan terlebih
dahulu harus melalui saringan, hal ini bertujuan untuk mencegah aliran lateks
yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lain kedalam bak
penerimaan.
75

Latek yang terkumpul pada bak penerimaan selanjutnya diambil
contohnya untuk mengetahui kadar kering karetnya. Hal ini penting untuk
memperhitungkan kebutuhan air dalam proses pengenceran lateks.
Pengenceran lateks dilakukan pada bak-bak perlemahan hingga kadar
keringnya mencapai 15%. Dalam pengenceran lateks kotoran-kotoran yang
mengapung dan memisah disingkirkan, tujuan dari pengenceran ialah untuk
menghilangkan gelembung-gelembung gas yang ada di dalamnya. Bak yang
digunakan untuk pengenceran/ bak perlemahan juga dapat berfungsi sebagai
bak pembekuan. Dilakukannya pembekuan lateks pada bejana atau tangki-
tangi koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir-butir karet yang
terdapat dalam cairan lateks agar menjadi sebuah gumpalan atau koagulum.
Namun gumpalan bagian karet yang terjadi karena proses prokoagulasi harus
disingkirkan dengan saringan. Ukuran dari bak-bak pembekuan yang
digunakan dalam proses koagulasi bermacam-macam, tergantung dari tingkat
besarnya produksi masing-masing kebun karet. Sedangkan waktu yang
diperlukan dalam proses pembekuan berkisar antara 2 jam lamanya.
Tindakan selanjutnya ialah penggilingan. Penggilingan dilakukan
dengan tujuan untuk menggiling lembaran inokulum menjadi lembaran seet.
Caranya yaitu dengan memasukannya kedalam bak pencucian yang jaraknya
berdekatan dengan mesin penggilingan, yaitu tepat dibagian belakang mesin
penggilingan. Setalah digiling kemudian sheet ditiriskan dengan cara
digantung selama sekitar satu jam lamanya, namun pabila lembaran sit masih
terlalu basah, maka waktu pengeringan akan semakin lama.
76

Proses selanjutnya ialah pengasapan dan pengeringan. Proses ini
bertujuan untuk memberikan warna coklat terang yang diinginkan selain itu
juga agar bahan-bahan pengawet yang terdapat di dalam asap masuk ke dalam
sheet dan menghambat pertumbuhan spora cendawan. Teknik pengasapan dan
pengeringan harus sesuai dengan sifat tersebut, hal ini bertujuan agar
diperoleh hasil sheet dengan warna yang baik. Proses pengassapan dan
pengeringan dilakukan di rumah asap yang menyerupai oven dengan ukuran
raksasa. Untuk memperoleh asap yang banyak hendaknya disediakan dan
dipergunakan kayu bakar yang agak basah, atau dengan memanfaatkan kayu-
kayu bakar yang memiliki sifat mampu memberikan/ menghasilkan asap yang
lebih banyak.
Setelah proses ini selesai dan sheet telah mencapai tingkat kekeringan
sesaui dengan yang ditentukan, dapur/rumah asap dimatikan dan dibiarkan
supaya dingin. Lembar-lembar sit yang telah kering dan berubah menjadi
berwarna coklat atau yang disebut dengan Ribbet Smoked Sheet selanjutnya
dikeluarkan dan diangkut keruangan sortasi.
Proses pelaksanaan sortasi ini bertujuan untuk memisahkan lembaran-
lembaran sit berdasarkan kriteria tingkat kualitas yang dihasilkannya. Setelah
melalui sortasi kemudian crepe dipak dan atau dibuat bendela-bendela dengan
berat sekitar 50 kg/bendela untuk selanjutnya di distribusikan atau di salurkan
kepada konsumen.
Agar konsumen karet di luar negeri tetap menggunakan karet produksi
Indonesia, mutu atau kualitas karet ekspor harus dipertahankan dan
77

ditingkatkan. Beberapa industri pemakai karet alam telah menetapkan standar
mutu karet yang akan digunakan.
Kondisi sesampai ditempat tujuan ditentukan oleh kemasannya,
sehingga kemasan harus dari bahan yang baik dan ringan untuk mengurangi
biaya pengiriman. Disamping itu, juga harus dilakukan pemeriksaan terhadap
kemungkinan adanya Virgi rubber atau karet mentah di dalam lot karet yang
bias menghancurkan reputasi Negara kita sebagai Negara eksportir karet.
















78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Prosesing adalah segala tindakan penanganan terhadap lateks hasil
sadapan guna untuk mengubahnya dalam wujud olahan lateks.
2. Penyadapan (eksploitasi) adalah membuat irisan pada kulit batang pohon
karet untuk membuka sel-sel pembuluh latek yang ada didalamnya.
3. Tahap prosesing dilakukan pada lokasi kompleks perkebunan karet
(Krumput) Banyumas.
4. Segala aktivitas penangan lateks terutama penyadapan harus benar-benar
diperhatiakn agar tidak terjadi prokoagulasi.
5. Prokoagulasi yaitu kontaminasi lateks akibat mikroorganisme maupun
segala kotoran yang masuk dan bercampur dengan lateks.
6. Aktifitas dalam tahap prosesing ini dimulai dengan pengumpulan lateks
dari kebun, pengangutan lateks ke pabrik, dan pengolahan lateks di pabrik.
7. Tahap pengolahan lateks di pabrik mencakup kegiatan pengolahan karet
sheet dan pengolahan karet crepe.

B. Simpulan
Pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan lebih awal, sehingga
pembuatan laporan praktikum tidak mengganggu aktivitas belajar pada saat
ujian seperti sekarang ini.

79

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Teknologi Budidaya Tanaman Karet. (On-line).
http://www.ipard.com/art_perkebun diakses 5 Januari 2012.
Anwar, Chairil. 2001. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat
Penelitian Karet, Medan.
Departemen Pertaniaan. 2009. Abstrak Hasil Penelitian Komoditas Karet. (On-
line). http://binaukm.com/2010/04/karakteristik-tanaman-karet-dalam-
budidaya-tanaman-karet/pdf diakses 5 Januari 2012.
Sardjono. 2000. Vademecum Budidaya Karet. PTP. Nusantara IX, Semarang.
Setiawan, D.h dan Agus Andoko. 2005. Petunjuk lengkap budidaya Karet.
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 2007. Budidaya Karet, Stategi Pengolahan, Strategi Pemasaran.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai