Anda di halaman 1dari 5

Standar Pelayanan Medik

Pembuatan Surat Keterangan Ahli


Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Untuk kepentingan penegakan hukum / Visum et Repertum
Psychiatricum

( VeRP)


A. TUJ UAN

1. VeRP tersangka menilai kondisi kejiwaan terperiksa pada saat melakukan
tindak pidana dalam kaitan dengan pertanggung jawaban pidananya.

2. VeRP korban menilai kondisi kejiwaan korban tindak pidana dalam rangka
membantu hakim mengambil keputusan terhadap pelakunya.


B. RUANG LI NGKUP

Sarana pelayanan kesehatan jiwa pemerintah meliputi : Rumah Sakit Jiwa
Pemerintah Pusat dan Daerah, bagian Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum
Pemerintah Pusat dan Daerah, TNI dan Polri yang terjamin keamanan nya dan
memiliki prasarana untuk melakukan pengawasan


C. URAI AN

Surat keterangan ahli dokter spesialis kedokteran jiwa ( VeRP) adalah surat
keterangan yang di buat oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) sebagai
hasil pemeriksan psikiatrik dan observasi pada seorang terperiksa di sarana
pelayanan kesehatan jiwa , yang di minta secara resmi oleh penegak hukum
untuk kepentingan peradilan.
Dokter spesialis kedokteran jiwa pembuat VeRP adalah Dokter SpKJ yang karena
pendidikannya sudah memiliki kompetensi untuk melakukan kegiatan di bidang psikiatri
forensik, khususnya VeRP sesuai standar profesi. Untuk dapat/boleh membuat VeRP, harus
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di sarana pelayanan kesehatan yang bersangkutan.
Pemeriksaan dan observasi psikiatrik dilakukan oleh Dokter SpKJ. Dalam keadaan tertentu
pemeriksaan dan observasi psikiatrik dapat dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri
dari beberapa Dokter SpKJ, psikolog klinis, dan dokter spesialis lainnya sesuai dengan
kebutuhan. Tim diketuai oleh Dokter SpKJ.










D. PROSEDUR

1. Terperiksa dengan diantar penegak hukum sebagai pemohon datang ke sarana
pelayanan kesehatan jiwa dengan membawa surat permintaan resmi dari
penegak hukum sebagai pemohon kepada Kepala/ Direktur Sarana Pelayanan
Kesehatan Jiwa.


2. Pemohon yang di layani adalah :

a. Penyidik Polisi , Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) .

b. Penuntut Umum Kejaksaan dalam hal tindak pidana khusus , Penuntut Umum
KPK .

c. Hakim Pengadilan Negeri , Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi .

d. Tersangka/terdakwa/korban melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses
pemeriksaan .

e. Penasihat hukum/pengacara melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses
pemeriksaan .


3. Permintaan tertulis harus berisi :

a. Identitas lengkap pemohon ( nama, pangkat, NRP/NIP, jabatan,
instansi, alamat instansi)

b. Identitas lengkap terperiksa

c. Alasan permintaan pembuatan VeRP

d. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai lampiran


4. Terperiksa di periksa tanda-tanda vital dan ditempatkan pada sarana yang
terjamin keamanannya.

5. Terperiksa diperiksa dan diobservasi psikiatrik selama-lamanya 14 (empat
belas) hari dan dapat diperpanjang 14 (empat belas) hari lagi bila pemeriksaan
dan observasi psikiatrik belum selesai dengan persetujuan tertulis pemohon dan
dengan memperhatikan masa penahanan.

Apabila di perlukan dapat di lakukan pemeriksaan penunjang antara lain tes
psikometri.

6. Permohonan perpanjangan pemeriksaan dan observasi psikiatrik dilakukan
secara resmi dan tertulis kepada pemohon disertai alasannya

7. Selama pemeriksaan dan observasi psikiatrik terperiksa harus mendapat
penjagaan dari polisi/instansi pemohon, termasuk terperiksa yang dibantar (yang
penahannya di tangguhkan )

8. Selama pemeriksaan dan observasi psikiatrik terperiksa tidak diperkenankan
menerima kunjungan kecuali dengan persetujuan tertulis instansi pemohon.

9. Kunjungan dapat ditolak atau dihentikan oleh kepala sarana pelayanan
kesehatan jiwa atau Dokter SpKJ apabila kunjungan tersebut dapat mengganggu
jalannya pemeriksaan dan observasi psikiatrik

10. Kunjungan tersebut harus di bawah pengawasan dokter yang bertugas.

11. Yang berhak mendapat persetujuan tertulis untuk mengunjungi adalah
penasihat hukum, keluarga (orangtua, suami/isteri, anak dan saudara kandung).

12. Selama proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik tidak dilakukan terapi,
kecuali dalam keadaan darurat medik tertentu, dokter dapat memberikan
pengobatan sementara, dalam hal ini diusahakan agar kualitas gejalanya
dipertahankan dan kuantitasnya dikurangi walaupun diagnosis belum ditegakkan.
Setelah diagnosis ditegakkan dapat diberikan pengobatan dengan persetujuan
tertulis dari instansi pemohon.

13. Selama proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik tersangka tidak dapat
dibawa keluar dari sarana pelayanan kesehatan jiwa kecuali untuk pemeriksaan
penunjang medis.

14. Setelah proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik selesai, terperiksa harus
diambil oleh instansi pemohon.

15. VeRP sudah harus diserahkan kepada instansi pemohon paling lambat 7
(tujuh) hari setelah pemeriksaan dan observasi psikiatrik selesai.

16. Rekam medis wajib disimpan oleh sarana kesehatan sampai 5 (lima) tahun
setelah pemeriksaan terakhir, kemudian dapat dimusnahkan kecuali ringkasan
dan persetujuan tindakan medisnya yang harus disimpan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhitung dari pembuatan ringkasan tersebut. (Permenkes No.
269/MENKES/ PER/III/2008 tentang Rekam Medis). Khusus untuk VeRP disimpan
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari diterbitkannya.

























LAMPI RAN 1
Format Visum et Repertum Psychiatricum







Demi Keadilan
Pro Justitia

Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa
(Visum et Repertum Psychiatricum)
No : .


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :
Pangkat/NIP/NRP :
Jabatan :
Alamat sarana pelayanan kesehatan jiwa :

Atas permintaan tertulis dari :
Nama :
Pangkat/NIP/NRP :
Jabatan :
Instansi :
Alamat :
No. Surat :
Tanggal :
Perihal :

Telah melakukan pemeriksaan dan observasi psikiatrik dari tanggal [ditulis
dengan huruf, misal: Satu Januari tahun Dua ribu sembilan] sampai dengan
tanggal [Empat belas Januari tahun Dua ribu sembilan] terhadap:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pendidikan :
Status Perkawinan :
Pekerjaan :
Status Terperiksa :
tersangka/terdakwa/korban/narapidana
Tuduhan :


Laporan hasil pemeriksaan

1. Anamnesis diperoleh dari:
a. Berita acara pemeriksaan dari kepolisian
b. Autoanamnesis
c. Alloanamnesis [dari berbagai sumber]
KOP SARANA PELAYANAN KESEHATAN JIWA

2. Hasil pemeriksaan dan observasi psikiatrik:

3. Hasil pemeriksaan fisik [yang bermakna]

4. Pemeriksaan Penunj ang [yang bermakna misalnya MMPI, evaluasi
psikologik, EEG, CT scan, MRI, neuropsikologik, laboratorium dan lain-lain
sesuai kebutuhan]

5. Kesimpulan
a. Ada/tidak ada gangguan jiwa [diagnosis dan deskriptif]
b. Apakah perilaku pelanggaran hukum merupakan gejala/bagian dari
gangguan jiwa?
c. Ada tidaknya unsur-unsur kemampuan bertanggung jawab
berdasarkan:
1) Apakah terperiksa mampu memahami nilai dan resiko tindakannya?
2) Apakah terperiksa mampu memaksudkan suatu tujuan yang sadar?
3) Apakah terperiksa mampu mengarahkan kemauan/tujuan
tindakannya?

6. Saran:

7. Penutup
Demikianlah Surat Keterangan Ahli Kesehatan Jiwa (Visum et Repertum
Psychiatricum) ini dibuat dengan mengingat sumpah sewaktu menerima
jabatan.


Tempat, tanggal,bulan,tahun [dengan
huruf]

Dokter yang memeriksa,


Tanda tangan



N a m a d o k t e r
NIP/NRP










STEMPEL SARANA
KESEHATAN J IWA
Upayakan VeRP ditulis dengan bahasa yang dapat/mudah dimengerti oleh petugas hukum

Anda mungkin juga menyukai