0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan8 halaman
Cancer stem cells are a subpopulation of cancer cells that have tumorigenic potential and are responsible for relapse, resistance, and metastasis of cancer. Like normal stem cells, cancer stem cells have the ability to self-renew and differentiate, forming a heterogeneous population of cancer cells within tumors. Only a small fraction of cancer cells, including cancer stem cells, are capable of initiating tumor growth when transplanted, indicating their tumorigenic potential. Conventional chemotherapy targets proliferating cancer cells but not cancer stem cells, which often exist in a quiescent state, leading to relapse as cancer stem cells are left unaffected by treatment. Targeting cancer stem cells may be key to overcoming problems of metastasis, resistance, and relapse in cancer
Cancer stem cells are a subpopulation of cancer cells that have tumorigenic potential and are responsible for relapse, resistance, and metastasis of cancer. Like normal stem cells, cancer stem cells have the ability to self-renew and differentiate, forming a heterogeneous population of cancer cells within tumors. Only a small fraction of cancer cells, including cancer stem cells, are capable of initiating tumor growth when transplanted, indicating their tumorigenic potential. Conventional chemotherapy targets proliferating cancer cells but not cancer stem cells, which often exist in a quiescent state, leading to relapse as cancer stem cells are left unaffected by treatment. Targeting cancer stem cells may be key to overcoming problems of metastasis, resistance, and relapse in cancer
Cancer stem cells are a subpopulation of cancer cells that have tumorigenic potential and are responsible for relapse, resistance, and metastasis of cancer. Like normal stem cells, cancer stem cells have the ability to self-renew and differentiate, forming a heterogeneous population of cancer cells within tumors. Only a small fraction of cancer cells, including cancer stem cells, are capable of initiating tumor growth when transplanted, indicating their tumorigenic potential. Conventional chemotherapy targets proliferating cancer cells but not cancer stem cells, which often exist in a quiescent state, leading to relapse as cancer stem cells are left unaffected by treatment. Targeting cancer stem cells may be key to overcoming problems of metastasis, resistance, and relapse in cancer
ABSTRACT Relaps, resistance and metastasis has become prominent problems that oncologists and cancer patients have to dealt with. Various studies have been done previously concluded that there are a subpopulation of cancer cells, identified as cancer stem cell, most likely to be the cause of relaps, resistance and metastasis of cancer. Cancer stem cell is a subpopulation of cancer cells that possess tumorigenicity, hence it can initiate the growth of tumor. Cancer stem cell has been suspected to be originated from normal stem cells reside in mature tissues, or from progenitor cells that gone through some series of alterations on its characteristics, including mutagenic and non-mutagenic changes. As seen in normal stem cells, cancer stem cell is also oftenly found in its inactive state. Therefore, cancer stem cell is not affected when it treated with many chemotherapeutic agents that are targeting cancer cells that proliferate extensively. Eventually, this event leads to the incidence of cancer relaps on cancer patients who already had series of cancer therapy. Based on this knowledge, it can be concluded that the only absolute way to overcome the incidence of metastasis, resistance and relaps on cancer patients, is to targeting cancer stem cell. Therefore, optimization on protocols of cancer stem cell identification and isolation strived continously. Some molecular markers that are oftenly used as a standard on cancer stem cell isolation are CD34, CD44 and CD133. In line with that, isolation methods that are based on sphere formation and the absorption of coloring dye could also be done to obtain cancer stem cell population. This review article would like to explain the nature of cancer stem cell existence, the pathology underlies its formation, characteristics and identification techniques that are commonly used, and challenges that have to be faced by scientists and physicians in order to optimize the application of cancer stem cell theory for the progress of science and patients sake. Keywords: Cancer stem cell, relaps, resistance, metastasis, chemotherapy ABSTRAK Relaps, resistansi, dan metastasis adalah masalah yang seringkali dihadapi oleh dokter dan pasien dalam hal terapi kanker. Berbagai hasil penelitian yang telah ada mengungkapkan keberadaan cancer stem cell yang dinilai menjadi alasan terjadinya relaps, resistansi, dan metastasis berbagai jenis kanker. Cancer stem cell adalah subpopulasi sel kanker yang memiliki potensi tumorigenik sehingga merupakan sel yang dapat menginisiasi terbentuknya tumor. Cancer stem cell diduga berasal berasal dari stem cell normal ataupun sel progenitor yang mengalami sejumlah perubahan sifat, baik yang bersifat mutagenik maupun non-mutagenik. Sama halnya dengan stem cell normal, cancer stem cell seringkali berada dalam keadaan tidak aktif. Akibatnya, berbagai golongan senyawa kemoterapi yang umumnya hanya mengenali dan bersifat toksik terhadap sel kanker yang aktif berproliferasi, tidak berefek pada cancer stem cell. Pada akhirnya, hal ini pula yang menyebabkan relaps kanker yang sama pada pasien yang telah menjalani rangkaian terapi kanker secara tuntas. Atas dasar ini maka satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah metastasis, resistansi, dan relaps kanker adalah eradikasi cancer stem cell. Demi tujuan tersebut, optimasi protokol identifikasi dan isolasi cancer stem cell terus dilakukan. Beberapa molekul penanda yang seringkali dijadikan patokan dalam isolasi cancer stem cell adalah CD34, CD44, dan CD 133. Selain itu, metode isolasi berdasarkan terbentuknya sphere dan penyerapan senyawa pewarna juga dapat ditempuh untuk memperoleh populasi cancer stem cell. Artikel ilmiah ini akan memberi penjelasan tentang hakekat keberadaan, patomekanisme, karakteristik, dan identifikasi cancer stem cell, serta tantangan peneliti dan praktisi klinis dalam mengoptimalkan penerapan teori cancer stem cell demi kemajuan pengetahuan dan kepentingan pasien. Kata kunci: Cancer stem cell, relaps, resistansi, metastasis, kemoterapi KORESPONDENSI: dr. Danny Halim FK. Unpad/RS. Hasan Sadikin Bandung E-mail: hi_dannyhalim@yahoo.com Cancer Stem Cell: Target Baru Obat Antikanker DANNY HALIM, TONO DJUWANTONO, TRI HANGGONO ACHMAD, LERI SEPTIANI, AHMAD FARIED Grup Peneliti Sel Punca, Unit Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, Bandung Diterima tanggal, 24 Mei 2010, direview 26 Mei 2010, disetujui 4 Juni 2010 ARTIKEL KONSEP 112 Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 PENDAHULUAN S ebagai salah satu penyakit yang memiliki tingkat mortalitas tertinggi, kanker telah menjadi tema sentral dari berbagai pusat penelitian di dunia. 1 Sekalipun pernah terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa sel kanker memiliki karakteristik yang mirip dengan sel primitif, selama beberapa dekade sebelumnya, sel kanker hampi r sel al u di anggap sebagai sel apapun yang mengalami sejumlah mutasi hingga memiliki tingkat proliferasi yang tidak terkontrol. Dari pengertian ini, setiap sel kanker dianggap memiliki potensi yang sama untuk melakukan metastasis dan menyebabkan terjadinya tumor bila disuntikkan pada hewan percobaan. 2 Sejalan dengan pengertian tersebut, obat antikanker yang telah ada selama ini dirancang untuk membunuh sel kanker sebanyak mungkin. Meskipun tujuan obat antikanker tersebut tercapai , pasi en yang di anggap berhasi l menjalani terapi seringkali mengalami kanker yang sama di kemudi an hari dal am hi dupnya. Hal i ni tentu memunculkan pertanyaan: Apakah sel kanker yang dijadikan target obat antikanker selama ini sudah tepat? Kesimpulan yang didapat dari sejumlah penelitian akhir- akhir ini mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil dari total populasi sel kanker yang ternyata memiliki potensi tumorigenik. Sel kanker dengan potensi tumorigenik inilah yang seringkali disebut dengan tumor initiating cell atau cancer stem cell. 3 Terungkapnya keberadaan cancer stem cell di antara populasi sel kanker lainnya telah menciptakan sudut pandang yang berbeda dari yang telah ada selama ini. Dengan keberadaannya, populasi sel kanker tidak lagi dipandang sebagai suatu populasi sel yang homogen dengan potensi yang sama dan merata, melainkan layaknya sel normal yang memiliki hirarki dengan tingkat diferensiasi sel yang berbeda satu dengan yang lain. Karena berada di puncak hirarki, cancer stem cell dianggap bertanggung jawab atas kejadian relaps, resistansi, dan metastasis. Oleh karena itu, saat ini banyak peneliti dan praktisi medis di dunia berpendapat bahwa cancer stem cell adalah sel yang harusnya menjadi target obat antikanker. Hal ini berarti bila cancer stem cell berha- sil dibunuh maka resistansi dan relaps pascapengobatan antikanker tidak akan terjadi. Sebaliknya, bila cancer stem cell belum terbunuh, meskipun seluruh sel kanker lainnya berhasil dibunuh, relaps dan resistansi hampir dapat dipastikan akan terjadi pada pasien yang bersangkutan. 3,4 Pemikiran ini didasari sejumlah alasan ilmiah men- dasar yang perlu diketahui oleh peneliti dan praktisi medis manapun di dunia, terutama yang terlibat dalam penelitian dan pengobatan pasien penderita kanker. Karakteristik Cancer stem cell Seperti yang telah banyak diketahui, stem cell atau sel punca adalah sel yang membentuk seluruh jenis sel tubuh sejak tahap embriogenesis, serta berfungsi menjaga homeostasis jaringan tubuh saat dewasa. Fungsi ini dapat dijalankan berkat sejumlah karakteristik yang hanya dimiliki stem cell, seperti self renewal, potensi diferensiasi dan membentuk populasi sel heterogen, serta potensi proliferasi yang tinggi, bahkan tidak terbatas. 3,4 Berbeda dengan sel kanker yang dihasilkannya dari pembelahan simetris, cancer stem cell juga memiliki sejumlah karakteristik yang identik dengan stem cell normal. 3,4 Hasil penelitian menyebutkan bahwa hanya < 0,01% sel kanker yang berada dalam sirkulasi darah yang mampu menyebabkan terjadinya metastasis. 5 Saat di- transplantasikan pada mencit Non Obese Diabetic/Severe Cancer Stem Cell: Target Baru Obat Antikanker. 111118 Gambar 1: Efek kemoterapi terhadap tumor primer dan cancer stem cell Tumor primer yang diterapi dengan obat antikanker konvensional menyisa- kan keberadaan cancer stem cell. Akibatnya, beberapa saat setelah terapi kanker selesai dijalani, terjadi relaps dari kanker yang sama (Panel A). Apabila tumor primer diobati dengan obat antikanker yang mampu membunuh cancer stem cell di dalam massa tumor, sekalipun sel kanker lainnya tidak terbunuh, tumor tetap tereradikasi secara total sehingga relaps tidak terjadi (Panel B). Gambar 2: Karakteristik cancer stem cell Seperti halnya stem cell normal, cancer stem cellmemiliki potensi self renewal, proliferasi, dan diferensiasi, yang membuatnya mampu memben- tuk populasi sel kanker yang heterogen dalam massa tumor. Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 113 Combine Immunodeficiency (NOD/SCID), cancer stem cell terbukti berperan sebagai sel yang mampu me- nyebabkan terbentuknya tumor baru. Potensi tumorigenik i ni menandakan bahwa cancer stem cel l memi l i ki kemampuan untuk membelah dan menghasilkan sel anak yang memiliki sifat sama dengan sel induk (self renewal). Dengan menggunakan potensi ini pula, cancer stem cell memegang peranan utama pada terjadinya metastasis kanker ke organ yang jauh dari tempat awal terbentuknya tumor primer, serta menyebabkan terjadinya relaps pada penderita yang dinilai telah mengalami remisi pasca pengobatan kanker. 3,4 Serupa dengan stem cell normal, self renewal pada cancer stem cell merupakan potensi yang diatur oleh beberapa alur pengiriman sinyal ataupun reseptor, seperti Notch, Hedgehog, Wnt, Transforming Growth Factor- (TGF-), dan JAK-STAT. 6,7,8,9 Sinergis dengan aktivitas self renewalpada cancer stem cell, inhibitor siklus sel p21 memegang peranan penting dalam menyelenggarakan kondisi inaktif dari cancer stem cell, sehingga jumlah cancer stem cell dalam habitatnya tetap terjaga dan terhindar dari deplesi berlebih akibat hiper- proliferasi. Selain self renewal dan potensi proliferasi yang besar, cancer stem cell juga mengekspresikan multidrug resistance (MDR) gene yang juga diekspresikan oleh stem cell normal. 10,11 Bila dicermati secara teliti maka sebenarnya karakteristik stem cell normal yang juga dimiliki cancer stem cell bermanfaat dalam menjaga kontinuitas jumlah dan fungsi sel somatis dalam jaringan tubuh. Sayangnya, karakteristik ini juga dimiliki oleh cancer stem cell yang justru mengakibatkan kanker berkembang dengan sangat cepat, mampu bermetastasis, dan resistan terhadap kemoterapi serta apoptosis. Patomekanisme Terciptanya Cancer stem cell Pengetahuan tentang cancer stem cell dan kemiripan karakteristiknya dengan stem cell normal cenderung mengarahkan peneliti pada asumsi bahwa cancer stem cell berasal dari stem cell normal yang mengalami sejumlah perubahan abnormal dan berakibat pada timbulnya tumor primer yang mampu berkembang dengan cepat serta bermetastasis. Hipotesis lain yang juga banyak dipercaya menyebutkan bahwa cancer stem cell berasal dari sel progenitor yang mengalami sejumlah perubahan abnormal, yang mengakibatkan sel progenitor tersebut memperoleh kembali potensi self renewal dan potensi proliferasi yang sangat besar. Secara umum, setidaknya terdapat enam potensi yang harus dimiliki sel kanker untuk menyebabkan terjadinya tumor, yaitu mampu tumbuh tanpa adanya sinyal pertumbuhan, resistansi terhadap sinyal anti-pertumbuhan, kemampuan menghindari apoptosis, potensi proliferasi yang tinggi/ tidak terbatas, merangsang terjadinya angiogenesis, dan mampu melakukan invasi terhadap jaringan di sekitar tumor primer maupun metastasis ke organ yang keber- adaannya jauh dari lokasi tumor primer. 12 Potensi lain yang mutlak harus dimiliki oleh sel yang mampu menjadi inisiator pembentukan tumor adalah potensi untuk melakukan pembelahan asimetris dan menghasilkan sel anak dengan karakteristik yang sama persis dengan sel induknya (self renewal). Pada hakikatnya, stem cell normal secara alami telah memiliki sejumlah potensi serupa seperti self renewal, potensi proliferasi yang tinggi/tidak terbatas, dan mampu merangsang terjadinya angio- genesis. Berdasarkan potensi yang dimilikinya tersebut, perubahan stem cell normal menjadi cancer stem cell lebih mudah terjadi dibandingkan dengan perubahan sel progenitor menjadi cancer stem cell. Perubahan genetik apapun yang menyebabkan stem cell normal menjadi independen terhadap sinyal pertumbuhan dan resistan terhadap sinyal antipertumbuhan, dapat menyebabkan berubahnya stem cell normal menjadi cancer stem cell. Meskipun demikian, telah cukup banyak penelitian terdahulu yang juga menyimpulkan bahwa sel progenitor dapat menjadi sel yang memiliki potensi tumorigenik. Sel progenitor yang memiliki potensi proliferasi yang tinggi namun terbatas, telah kehilangan potensi self renewal, sehingga diperlukan faktor yang mampu mengembalikan potensi self renewal terlebih dulu sebelum sel progenitor tersebut benar-benar memiliki potensi tumorigenik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa alur pengi ri man si nyal atau reseptor, seperti Notch, Hedgehog, Wnt, Transforming Growth Factor- (TGF-), Receptor Tyrosine Kinase (RTK) dan JAK-STAT, memegang peranan penting dalam aktivitas self renewal. 13 Hal ini berarti apabila alur pengiriman sinyal tersebut teraktivasi kembali dalam sebuah sel maka sel tersebut dapat memiliki potensi self renewal kembali. Faktor Mutasi Genetik dan Epigenetik Seperti telah diketahui sejak dulu, mutasi genetik me- rupakan salah satu peristiwa yang dapat mengakibatkan suatu sel melakukan proliferasi yang tidak terkontrol. Salah satu bentuk mutasi genetik yang seringkali disebut sebagai penyebab terjadinya kanker adalah kromosom aneuploidi. Meskipun peran kromosom aneuploidi sebagai sebab atau akibat kanker masih diperdebatkan, hal ini jelas menjadi bukti bahwa sel kanker mengalami instabilitas genomik yang diperkirakan terkait dengan sifat keganasannya. Pada penelitian sebelumnya, beberapa faktor yang mengi nduksi mutasi geneti k, seperti mitomyin-c dan sinar ultraviolet, terbukti mampu mening- katkan subpopulasi cancer stem cell pada populasi sel kanker nasofaring dan neuroblastoma. 14 Mutasi pada gen supresor tumor seperti p53 dan pRB menyebabkan akumulasi jumlah sel yang mengalami kerusakan DNA, sehingga mutasi pada kelompok gen tersebut juga banyak DANNY HALIM, TONO DJUWANTONO, TRI HANGGONO ACHMAD, LERI SEPTIANI, AHMAD FARIED. 111118 114 Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 diduga sebagai penyebab terjadinya tumorigenesis. 12 PTEN yang juga merupakan gen supresor tumor, adalah salah satu gen yang seringkali terbukti mengalami mutasi pada gl i obl astoma. Pada si de popul ati onskanker payudara, selain PTEN yang mengalami mutasi, ekspresi sejumlah gen yang berperan pada jalur pengiriman sinyal Phosphatidyl-Inositol-3-Kinase (PI3K), seperti PI3KC2A, PI3KR1, SOS1, SOS2, FKHR, terbukti lebih tinggi diban- dingkan dengan sel kanker yang tidak termasuk dalam side populations. 15 Alterasi gen yang berakibat pada hiperaktivitas jalur pengiriman sinyal yang menjadi regulator self renewal, seperti Notch, Hedgehog, dan Wnt juga dapat menjadi penyebab terciptanya cancer stem cell. Dalam kaitannya dengan teori terbentuknya cancer stem cell, kemungkinan besar mutasi genetik ini terjadi pada stem cell normal atau sel progenitor yang meng- ubahnya menjadi cancer stem cell. Pada patogenesis terjadinya glioma, zona subventrikuler yang banyak mengandung stem cell neural adalah lokasi yang sangat rentan terkena mutasi genetik, yang diakibatkan oleh senyawa karsinogenik ataupun virus. Dalam penelitian sebel umnya, transfeksi Epi dermal Growth Factor Receptor (EGFR) aktif oleh retrovirus, stem cell neural yang terkena mampu menjadi pemicu terjadinya glioma secara in vivo pada saat ditransplantasikan kembali ke dalam otak tikus. 9 Penelitian seputar mutasi genetik yang berakibat pada terciptanya cancer stem cell masih perlu dilakukan, agar pada saatnya nanti dapat dijadikan modal untuk menentukan target terapi yang terutama ditujukan pada cancer stem cell. Berkembangnya pengetahuan tentang interaksi berbagai faktor penyebab kanker tel ah berhasi l membuktikan bahwa faktor lingkungan dan mutasi genetik tidak lagi menjadi penentu peningkatan aktivitas proliferasi sel yang memicu terbentuknya tumor. Kedua faktor ini ternyata harus juga disertai dengan faktor epigenetik yang menentukan terekspresi atau tidaknya suatu gen, tanpa disertai perubahan struktur basa nukleotida pada rantai DNA. Bentuk faktor epigenetik yang paling umum adalah metilasi DNA. Metilasi DNA adalah penambahan gugus metil pada basa nukleotida rantai DNA, khususnya sitosin yang mendahului guanin (Cytosine precede Guanine-CpG). Enzim yang meregulasi peristiwa ini adalah DNA Methyltransferase (DNMTs). Pada sel normal, metilasi banyak terjadi pada bagian susunan DNA yang berulang. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi reaktivasi susunan DNA yang telah terekspresikan sebelumnya. Apabila terjadi kelainan DNMTs maka akibat reaktivasi susunan DNA seperti instabilitas kromosom, translokasi dan gangguan ekspresi gen dapat terjadi, sehingga sifat proliferatif berlebih dari sel dapat terjadi. Singkat kata, metilasi berfungsi untuk mencegah ekspresi gen yang dikenainya, sehingga hipometilasi pada sel kanker berakibat pada timbulnya risiko ekspresi gen yang berlebih. Sebaliknya, hipermetilasi pada gen supresor tumor mengakibatkan terganggunya ekspresi protein supresor tumor. Hipermetilasi pada bagian kaya CpG di gen supresor tumor Retinoblastoma (Rb), p16, von Hipel Lindau (VHL), homolog MutL Escherichia coli (hMLH1), dan Breast Cancer susceptibility gene 1 (BRCA1), terbukti berperan penting pada patomekanisme terjadinya beberapa jenis kanker. 16 Hipermetilasi terjadi pada berbagai tahapan terjadinya kanker serta berinteraksi dengan kelainan genetik lain yang dialami sel kanker itu sendiri. Dalam kaitannya secara langsung dengan cancer stem cell, hipermetilasi telah ditemukan pada sel kanker kolorektal dan glioblastoma yang mengekspresikan molekul protein permukaan CD133, yakni molekul penanda yang telah umum digunakan untuk mengisolasi cancer stem cell pada medulloblastoma, glioblastoma, dan karsinoma kolon. 17,18 Hasil yang didapatkan pada penelitian yang telah ada sebelumnya perlu diuji dan diselidiki lebih dalam sehingga pola metilasi DNA yang konsisten pada cancer stem cell dapat dipastikan. Faktor Niche Keberadaan stem cell secara khusus pada beberapa lokasi tubuh tertentu, seperti stem cell hematopoitik di sumsum tulang dan stem cell neural di hipokampus serta zona subventrikuler, telah membuktikan pentingnya faktor lingkungan mikro (niche) dalam keberlangsungan hidup stem cell tersebut. Stem cell tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya faktor yang berperan dalam men- jaga homeostasis jaringan tubuh, melainkan merupakan faktor yang ekspresinya sangat ditentukan oleh faktor lingkungan mikro yang menjadi kediamannya. Sama halnya dengan yang terjadi pada stem cell normal, niche j uga di duga memegang peranan penti ng pada keberlangsungan hidup cancer stem cell. Perubahan abnormal dari kondisi lingkungan mikro adalah hal yang dianggap berperan dalam menyebabkan terciptanya cancer stem cell. Hasil penelitian Katz dkk., membuktikan bahwa subpopulasi sel kanker ovarium yang tidak menimbulkan tumor baru saat ditransplantasikan pada tikus imunodefisien, dapat menimbulkan pembentukan tumor baru apabila ditransplantasikan ke dalam niche yang sebelumnya dibentuk oleh stem cell embrionik. 19 Hasil penelitian tersebut semakin membuktikan peranan niche sebagai salah satu regulator utama yang menentu- kan normal tidaknya fungsi yang dijalankan stem cell. Pada hakikatnya, niche memiliki beberapa fungsi utama, yaitu: 1. Niche terdiri dari sekelompok sel pada lokasi khusus yang berfungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup stem cell. 2. Niche berperan sebagai tempat perlekatan stem cell. Cancer Stem Cell: Target Baru Obat Antikanker. 111118 Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 115 Untuk itu, sejumlah molekul adhesif terlibat dalam interaksi antara stem cell dan niche, serta antara stem cell dan matriks ekstraseluler. Contoh dari molekul adhesif yang terdapat dalam niche stem cell adalah cadherin dan -catenin. 3. Niche berperan dalam pelepasan sejumlah faktor ekstrinsik yang menentukan terjadinya self renewal dan diferensiasi stem cell, seperti Wnts, hh, BMPs, FGF, dan Notch. 4. Niche memegang peranan kunci dalam mengontrol pembelahan stem cell secara asimetris. Singkat kata, keseimbangan antara sinyal yang memicu terjadinya self renewal dan sinyal yang memicu diferen- siasi stem cell adalah kunci keberlangsungan hidup dan normalitas fungsi stem cell dalam jaringan tubuh. Stem cell hematopoitik dalam sumsum tulang diketahui banyak terdapat pada niche yang mengandung banyak osteoblas dan sedikit mengandung pembuluh darah. Apabila mobilisasi terjadi maka stem cell hematopoitik dan sel progenitor akan bergerak mendekati niche yang banyak diperdarahi. Niche yang banyak mengandung vaskuler pembuluh darah memicu terjadinya proliferasi dan diferensiasi. Sejalan dengan hal ini, cancer stem cell karsinoma kolon juga banyak ditemukan keberadaannya pada lingkungan mikro yang hipoksia. 20 Secara lebih spesifik, penelitian lain yang menggunakan galur murni sel stroma sumsum tulang AFT024 membuktikan bahwa sel stroma sumsum tulang AFT024 yang banyak meng- hasilkan delta-like (dlk)/preadipocyte factor-1 (pref-1) merupakan regulator stem cell dalam mempertahankan jumlah dan karakteristiknya. 21 Protein lain yang juga terlibat dalam aktivasi dan proliferasi stem cell normal maupun cancer stem cell adalah Wnt. Sebaliknya, Transformi ng Growth Factor- ( TGF- ) dan Bone Morphogenic Protein (BMP) berfungsi sebagai sinyal antiproliferasi stem cell. Dengan demikian, keseimbangan antara Wnt sebagai sinyal proliferasi dan BMP sebagai sinyal antiproliferasi adalah regulator keseimbangan aktivitas stem cell dalam menyelenggarakan self renewal dan diferensiasi. Bila terjadi gangguan keseimbangan sinyal, di mana BMP tidak lagi diekspresikan atau terjadinya ekspresi Wnt yang berlebih dalam niche, maka stem cell normal akan terus berproliferasi sehingga menyebabkan terbentuknya tumor. 22 Pengetahuan yang telah ada tentang peranan niche dalam menentukan vi abi l i tas dan akti vi tas stem cel l membuat fokus penelitian tidak hanya ditujukan untuk cancer stem cell, melainkan juga untuk mengetahui karakteristik dan regulasi sinyal dalam niche secara lebih mendalam. Isolasi dan Karakterisasi Cancer stem cell Sebagai kelompok sel yang hanya mencakup sebagian kecil dari total sel kanker, populasi murni cancer stem cell hanya bi sa di dapatkan mel al ui sej uml ah tahapan disagregasi dan isolasi berdasarkan karakteristik yang membedakannya dengan sel kanker lain. Beberapa teknik isolasi cancer stem cell yang umum digunakan adalah: a. Pembentukan sphere Metode i sol asi cancer stem cel l berdasarkan kemampuannya dalam membentuk sphere pertama kali ditunjukkan oleh cancer stem cell pada tumor otak. Sphere adalah sekelompok sel yang membentuk suatu kesatuan dengan struktur sferis dan tidak menempel pada dasar cawan kultur. Setelah dilakukan pengambilan massa tumor yang disusul oleh disagreagasi secara mekanik maupun enzimatik, sel-sel tumor yang diduga mengan- dung cancer stem cell dikultur dalam medium tanpa serum yang telah diberi Endothelial Growth Factor (EGF) dan basic Fibroblast Growth Factor (bFGF). Setelah dijaga dan dilakukan pasase secara teratur, sphere akan terbentuk dalam populasi sel yang mengandung cancer stem cell tersebut. Karena sphere dibentuk oleh cancer stem cell dan sel progenitor kanker maka jumlah sel yang terdapat dalam sphere tidak dapat digunakan untuk menghitung kuantitas cancer stem cell secara akurat. Hasil penelitian Singh SK dkk., mengungkapkan bahwa <1% sel yang membentuk sphere sel tumor otak adalah cancer stem cell, sedangkan mayoritas sisanya adalah sel progenitor kanker. 23 Meskipun banyak yang menyimpul- kan bahwa pembentukan satu sphere dilakukan oleh satu cancer stem cell, rasio ini tidak dapat dipastikan dan dijadikan nilai ukur yang konsisten. Sekalipun tidak dapat digunakan untuk menghitung jumlah cancer stem cell secara akurat, pembentukan sphere merupakan hal yang dapat digunakan sebagai bukti keberadaan cancer stem cell. Sifat self renewal yang hanya dimiliki cancer stem cell dapat dilihat dari stabilitas penyelenggaraan self renewal setelah mengalami >5 kali pasase. Apabila diferensiasi terjadi pada tahapan kultur selanjutnya maka sel-sel DANNY HALIM, TONO DJUWANTONO, TRI HANGGONO ACHMAD, LERI SEPTIANI, AHMAD FARIED. 111118 Gambar 3: Kultur in vitro sel Glioma (A) Sel tumbuh dan membentuk sphere saat dikultur pada medium kultur stem cell neurobasal yang mengandung b27, N2, EGF dan bFGF. (B) Sphere yang dikultur dalam medium kultur yang mengandung serum, berdiferensiasi, dan membentuk seluruh jenis sel yang membentuk massa tumor (Faried A. dkk, hasil penelitian yang belum dipublikasikan). 116 Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 penyusun sphere mampu membentuk seluruh jenis sel kanker yang sebelumnya ditemukan pada massa tumor. 24 Potensi tumorigenik juga dapat dibuktikan secara in vivo dengan melakukan implantasi sphere pada tikus imu- nodefisien. Bila sphere yang ditransplantasikan dapat me- micu terbentuknya tumor maka pembuktian keberadaan cancer stem cell secara in vivo telah berhasil dilakukan. 24 b. Side Populations Salah satu potensi yang diduga membuat cancer stem cell resistan terhadap banyak obat kemoterapi adalah aktivitas ATP-Binding Cassette (ABC) transporter yang dimilikinya. Melalui aktivitas ABC transporter, cancer stem cell dapat melakukan efluks atau pengeluaran ber- bagai senyawa yang bersifat toksik dan membahayakan kehidupan sel dengan sangat cepat. Berdasarkan potensi ini maka salah satu metode identifikasi dan isolasi cancer stem cell yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengenali side populations. Side populations adalah populasi minoritas sel yang menunjukkan fluoresensi minimal ketika sel diwarnai dengan senyawa pewarna DNA, seperti Hoechst 33342. Fluoresensi akibat Hoechst 33342 disebabkan oleh ikatan senyawa pewarna tersebut dengan daerah pada rantai DNA yang banyak mengandung pasangan basa A-T. 25 Pada penelitian yang menggunakan stem cell hematopoitik, efluks Hoechst 33342 merupakan hasil aktivitas transpor yang dimediasi oleh ABC transporter dari protein Multidrug Resistance (MDR). Kesimpulan tersebut didapat karena saat dilaku- kan penambahan verapamil yang merupakan inhibitor MDR1, jumlah side populations pun berkurang. 26 Dengan menggunakan alat Fluorescence Activated Cell Sorting (FACS), side populations dapat terlihat pada kuadran kiri bawah dalam gambaran status fluoresensi sel. Meskipun side populations terbukti sebagai populasi sel yang masih primitif dan mengekspresikan banyak molekul penanda stem cell, side populations merupakan popul asi sel heterogen yang j uga di duga banyak mengandung sel progenitor. Banyaknya senyawa Hoechst 33342 yang mengalami efluks dianggap menggambarkan keprimitifan sel, sehingga sel yang lebih tidak dapat diwarnai dengan Hoechst 33342 adalah sel yang lebih primitif dan memiliki aktivitas ABC transporter yang lebih tinggi dibandingkan sel lainnya. Hingga saat ini, status diferensiasi kelompok sel yang terdapat dalam side populations masih banyak diperdebatkan, terlebih beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian sel yang tidak teridentifikasi dalam side populations juga menunjukkan potensi untuk melakukan pembelahan secara asimetris. 25 Berdasarkan pengetahuan yang telah ada, metode side populations dapat menjadi metode pilihan untuk melakukan identifikasi dan isolasi cancer stem cell, terutama jika molekul protein permukaan spesifik yang dimiliki cancer stem cell yang diinginkan belum diketahui. c. Identifikasi keberadaan molekul protein permukaan spesifik Secara morfologis, cancer stem cell tidak dapat dibedakan dengan sel kanker lain yang telah lebih berdiferensiasi. Pengenalan molekul protein permukaan spesifik dengan menggunakan Flourescence Activated Cell Sorting (FACS) ataupun Magnetic Cell Sorting (MACS) adalah metode isolasi cancer stem cell yang paling dapat diandalkan. Pada metode isolasi dengan menggunakan FACS maupun MACS, cancer stem cell berikatan dengan antibodi dari molekul protein permukaan yang dimi- likinya, sehingga dapat dipisahkan dari sel-sel lain yang tidak memiliki molekul protein permukaan yang sama dan tidak berikatan dengan antibodi yang diberikan. Sejak dicetuskannya teori cancer stem cell, penge- nalan subpopulasi sel kanker yang mampu menyeleng- garakan aktivitas self renewal didasarkan pada penge- nalan molekul protein permukaan spesifik/Cluster of Differentiation (CD) yang dimilikinya. Serupa dengan stem cell hematopoitik, cancer stem cell pada leukemia mieloblastik akut mengekspresikan CD34 pada permu- kaan selnya. CD34 berperan dalam adhesi leukosit, aktivitas homing stem cell, dan adhesinya di sumsum tulang. Dengan demikian, bila molekul CD34 juga diekspresikan pada permukaan cancer stem cell maka besar kemungkinan cancer stem cell juga dapat melaku- kan aktivitas homing dan adhesinya pada sumsum tulang, sehingga mempermudah terjadinya invasi dan metastasis kanker. 27 Molekul protein permukaan lain yang seringkali ditemukan pada permukaan cancer stem cell adalah CD44 yang diekpresikan oleh cancer stem cell pada kanker payudara, kanker pankreas, kanker kolorektal, kanker kepala dan leher, serta CD133 yang diekpresikan oleh cancer stem cell pada kanker otak, kanker kolorektal, dan kanker hati. CD44 yang berperan sebagai reseptor utama hyaluronan memiliki beberapa subtipe, seperti CD44s, CD44v3,8-10 yang terbukti berperan dalam proses terjadinya metastasis kanker. 28 Berbeda dengan CD34 dan CD44, hingga saat ini fungsi CD133 belum diketahui, sekalipun CD133 terbukti diekspresikan oleh subpopulasi kanker di berbagai organ. 29 Setelah proses isolasi dilakukan, karakteristik cancer stem cell harus diuji secara ilmiah untuk membuktikan potensi yang di mi l i ki nya. Untuk menguj i potensi tumorigeniknya, populasi sel yang diduga mengandung cancer stem cell ditransplantasikan pada tikus Non-obese Diabetic/SevereCombined Immunodefficient (NOD/SCID). Apabila populasi sel tersebut mampu menyebabkan terbentuknya tumor dalam tubuh tikus maka sel yang ditransplantasikan dianggap masih memiliki potensi Cancer Stem Cell: Target Baru Obat Antikanker. 111118 Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 117 tumorigenik. Untuk membuktikan keberadaan potensi self renewal dari cancer stem cell, peneliti dapat melakukan transplantasi berseri dan kulturisasi in vitro populasi sel yang diduga mengandung cancer stem cell. Apabila populasi sel tersebut dapat menyebabkan terbentuknya tumor pada secara berkelanjutan serta dapat membentuk sphere setelah berulang kali dilakukan subkulturisasi maka populasi sel yang diuji dapat dikatakan terbukti memiliki potensi self renewal. Potensi diferensiasi cancer stem cell diuji secara in vitro maupun in vivo. Pada pengujian secara in vitro maupun in vivo, populasi sel yang diduga mengandung cancer stem cell harus mampu berdiferensiasi menjadi populasi sel kanker heterogen yang membentuk tumor. 10 Aplikasi Konsep Cancer Stem Cell dalam Penelitian dan Klinis Sejak terbuktinya keberadaan dan peran cancer stem cell dalam kanker, banyak peneliti dan pekerja medis yang berpendapat bahwa cancer stem cell adalah subpopulasi sel kanker yang harus dijadikan target eradikasi secara total, demi penyembuhan kanker secara sempurna pada pasien yang menderitanya. 30 Oleh karena itu, penelitian yang bertujuan pada pengembangan diagnosis dan terapi kanker semakin banyak difokuskan pada cancer stem cell. Berdasarkan pengetahuan mengenai molekul protein permukaan cancer stem cell pada leukemia mieloblastik akut maka semakin tinggi presentase sel CD34+ CD38- merupakan implikasi semakin tingginya risiko terjadinya relaps pascaterapi dan semakin rendahnya angka kebertahanan hidup pasien yang menderitanya. 31 Hal ini logis mengingat semakin banyak cancer stem cell yang terdapat dalam massa sel tumor berarti semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya relaps, metastasis, dan resistansi, sehingga prognosis pasien penderita kanker pun semakin buruk. Hingga kini, terdapat beberapa me- tode yang mungkin dapat ditempuh untuk menghambat maupun mengeradikasi cancer stem cell. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, beberapa protein seperti Wnt, Notch, dan Hedgehog telah terbukti menjadi regulator aktivasi serta ekspansi jumlah cancer stem cell. Inhibisi terhadap protein pemicu terjadiya aktivasi dan ekspansi cancer stem cellini adalah salah satu landasan terapi yang ditujukan untuk menurunkan jumlah cancer stem cell. Senyawa cyclopamine yang merupakan inhibitor Hedgehog terbukti menurunkan jumlah cancer stem cell dalam multipel mieloma secara signifikan. 7 Pada tumor otak, terapi dengan menggunakan inhibitor -secre- tase yang menghambat jalur pengiriman sinyal Notch juga terbukti secara selektif menurunkan subpopulasi cancer stem cel l yang mengekspresi kan mol ekul protei n permukaan CD133 dan protein Nestin. 6 Selain hambatan pada berbagai protein yang meregulasi aktivasi dan ekspansi cancer stem cell, terapi kanker juga dapat dilakukan dengan cara memicu terjadinya diferensiasi cancer stem cell. Contoh dari hal ini adalah terapi meng- gunakan senyawa asam retinoid yang dikombinasikan dengan dibutyryl-cAMP mampu memicu terjadinya diferensiasi cancer stem cell pada teratokarsinoma. Asam retinoid bekerja melalui reseptor spesifik asam retinoid pada inti sel untuk mengaktifkan transkripsi yang dimediasi oleh c-Fos/c-Jun, yang selanjutnya akan memicu terjadinya diferensiasi cancer stem cell. 32 Seperti halnya stem cell neural yang normal, cancer stem cell pada glioma juga mengekspresikan reseptor BMPs pada permukaannya, sehingga terapi dengan BMPs dapat memicu terjadinya diferensiasi cancer stem cellpada glioma. 24 Meskipun penelitian pada pengembangan terapi yang menargetkan cancer stem cel l tel ah menunjukkan hasil yang memberi harapan, namun kami berpendapat bahwa metode yang digunakan masih jauh dari kelayakan untuk dapat diterapkan secara rutin dalam praktik klinis. Pendapat ini didasari pada kenyataan bahwa hampir seluruh molekul protein permukaan cancer stem cell dan protein yang menjadi regulator ekspansi dan di ferensi asi nya, adal ah sama persi s dengan karakteristik yang dimiliki oleh stem cell normal. Dengan demikian, apabila metode terapi yang digunakan tersebut didasari oleh pengenalan molekul protein permukaan dan sinyal regulator ekspansi serta diferensiasi cancer stem cell, maka efek terapinya tidak hanya mengenai cancer stem cell, melainkan juga mengenai stem cell normal yang terdapat di jaringan tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan deplesi jumlah stem cell normal yang berperan penting dalam menjaga homeostasis jaringan tubuh tersebut. Pada akhirnya, degenerasi dini jaringan tubuh adalah suatu risiko yang sangat mungkin terjadi pascaterapi yang sebenarnya hanya ditujukan pada cancer stem cell. Untuk mengatasi hal ini, kami berpendapat bahwa investigasi DANNY HALIM, TONO DJUWANTONO, TRI HANGGONO ACHMAD, LERI SEPTIANI, AHMAD FARIED. 111118 Tabel 1: Jenis cancer stem cell dan molekul protein permukaan yang diekspresikannya No. Jenis Kanker Molekul Protein Permukaan Referensi 1 Leukemia mieloblastik CD34 + , CD38 - ; CD96 + , CD90 - 5 ;30; 31 akut 2 Kanker payudara CD44 + , CD24 - , Lin - , ESA + 32 3 Kanker otak CD133 + 23 ; 18 4 Kanker pankreas CD44 + , CD24 + , ESA + 33 5 Kanker kolorektal CD133 + ; CD44 + 18 ; 6 Kanker hepatoseluler CD133 + 10 7 Kanker kepala dan CD44 + 34 leher 8 Multipel mieloma CD138 + ; CD20 + , CD52 + 35 9 Melanoma CD20 + 10 10 Kanker prostat CD133 + 36 118 Indonesian Journal of Cancer Vol. 4, No. 3 July - September 2010 pada karakteristik cancer stem cell dan berbagai faktor yang mempengaruhinya masih sangat perlu dilakukan untuk menemukan keunikan cancer stem cell yang sama sekali tidak dimiliki oleh stem cell normal, sehingga hal tersebut dapat dijadikan target terapi definitif yang be- kerja secara sangat spesifik pada cancer stem cell saja. v DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Fact Sheet on Cancer. Fact Sheet No. 297. 2009. Diunduh dari: http://www.who.int/mediacentre/fact- sheets/fs297/en/ pada tanggal 23 Maret 2010. 2. Wicha MS, Liu S, Dontu G. Cancer stem cells: An Old Idea-A Paradigm Shift. American Association for Cancer Research. 2006;66(4):1883-90. 3. Bhattacharyya S, Khanduja KL. New Hope in The Horizon: Cancer stem cells. Acta Biochim Biophys Sin. 2010;42(4):237-42. 4. Jordan CT, Guzman ML, Noble M. Cancer stem cells. The New England Journal of Medicine. 2006;355:1253-61. 5. Bonnet D, Dick JE. Human Acute Myeloid Leukemia is Organized as a Hierarchy That Originates from a Primitive Hematopoietic Stem Cell. Nature Medicine. 1997;3(7):730-7. 6. Fan X, Matsui W, Khaki L, Stearns D, Chun J, Li YM, Eberhart CG. Notch Pathway Inhibition Depletes Stem-like Cells and Blocks Engraftment in Embryonal Brain Tumors. Cancer Research. 2006;66(15):7445-52. 7. Altaba ARi. Therapeutic Inhibtion of Hedgehog-GLI Signaling in Cancer: Epithelial, Stromal, or Stem Cell Targets. Cancer Cell. 2008;14:281-3. 8. Singh SR, Chen X, Hou SX. JAK/STAT Signaling Regulates Tissue Outgrowth and Male Germline Stem Cell Fate in Drosophila. Cell Research. 2005;15(1):1-5. 9. Sanai N, Buylla AA, Berger MS. Neural Stem Cells and the Origin of Gliomas. The New England Journal of Medicine. 2005;353(8):811-22. 10. Bunting KD. ABC Transporters as Phenotypic Markers and Functional Regulators of Stem Cells. Stem Cells. 2002;20:11-20. 11. Hurt EM, Farrar WL. Purification and Characterization of Cancer stem cells. Dalam: Cancer stem cells. Editor: William L. Farrar. Cambridge University Press. 2010:1-14. 12. Hanahan D, Wei nberg RA. The Hal l marks of Cancer. Cel l . 2000;100:57-70. 13. Stocum DL. An Overview of Regenerative Biology and Medicine. Dalam buku: Regenerative Biology and Medicine. Elsevier. 2006:1-20. 14. Liang Y, Zhong Z, Huang Y, Deng W, Cao J, Tsao G, et al. Stem-like Cancer Cells Are Inducible by Increasing Genomic Instability in Cancer Cells. Journal of Biological Chemistry. 2010;285(7):4931-40. 15. Zhou J, Wulfkuhle J, Zhang H,Gu P, Yang Y, Deng J, et al. Activation of the PTEN/mTOR/STAT3 Pathway in Breast Cancer Stem-like Cells is Required for Viability and Maintenance. Proceedings National Academy of Sciences. 2007;104(41):16158-63. 16. Esteller M. Epigenetics in Cancer. The New England Journal of Medicine. 2008;358(11):1148-59. 17. Siegmund KD, Marjoram P, Woo YJ, Tavare S, Shibata D. Inferring Clonal Expansion and Cancer stem cell Dynamics from DNA Methylation Patterns in Colorectal Cancer. Proceedings National Academy of Sciences. 2009;106(12):4828-33. 18. Yi JM, Tsai HC, Glckner SC, Lin S, Ohm JE, et al. Abnormal DNA Methylation of CD133 in Colorectal and Glioblastoma Tumors. American Association for Cancer Research. 2008;68(19):8094-104. 19. Katz E, Skorecki K, Tzukerman M. Niche-Dependent Tumorigenic Capacity of Malignant Ovarian Ascites-Derived Cancer Cell Subpopulations. Human Cancer Biology. 2009;15(1):70-81. 20. Zhang Y, Guo WH, Chen T, Mo XM, Lu Y. Human Colon Cancer stem cells Located in Hypoxic Niche. 2008 ASCO Annual Meeting Proceedings (Post-Meeting Edition). Journal of Clinical Oncology. 2008;26(15S):22209. 21. Hackney JA, Charbord P, Brunk BP, Stoeckert CJ, Lemischka IR, Moore KA. A Molecular Profile of a Hematopoietic Stem Cell Niche. Proceedings National Academy of Sciences. 2002;99(20):13061-6. 22. Li L, Neaves WB. Normal Stem Cells and Cancer stem cells: The Niche Matters. American Association for Cancer Research. 2006;66(9):4553-57. 23. Singh SK, Clarke ID, Terasaki M, Bonn VE, Hawkins C, Squire J, Dirks PB. Identification of a Cancer stem cellin Human Brain Tumors. Cancer Research. 2003;63:5821-8. 24. Tang C, Ang BT, Pervaiz S. Cancer stem cell: Target for Anti-cancer Therapy. The FASEB Journal. 2007;21:3777-85. 25. Balicki D, Beaulieu R. Cancer stem cell Side Populations. Dalam: Cancer stem cell: Identification and Targets. Editor: Sharmila Bapat. John Wiley & Sons. 2009:73-86. 26. Goodell MA, Brose K, Paradis G, Conner AS, Mulligan RC. Isolation and Functional Properties of Murine Hematopoietic Stem Cells that are Replicating In vivo. Journal of Experimental Medicine. 1996;183:1797-806. 27. Krause DS, Fackler MJ, Civin CI, May WS. CD34: Structure, Biology and Clinical Utility.The Journal of The American Society of Hematology. 1996;87(1):1-13. 28. Gtte M, Yip GW. Heparanase, Hyaluronan, and CD44 in Cancers: A Breast Cancer Perspective. American Association for Cancer Research. 2006;66(21):10233-7. 29. Bidlingmaier S, Zhu X, Liu B. The Utility and Limitations of Glycosylated Human CD133 Epitopes in Defining Cancer stem cells. Journal of Molecular Medicine. 2008;86(9):1025-32. 30. Dingli D, Michor F. Successful Therapy Must EradicateCancer stem cells. Stem Cells. 2006;24:2603-10. 31. van Rhenen A, Feller N, Kelder A, Westra AH, Rombouts E, Zweegman S, et al. High Stem Cell Frequency in Acute Myeloid Leukemia at Diagnosis Predicts High Minimal Residual Disease and Poor Survival. Clinical Cancer Research. 2005;11(18):6520-7. 32. Sell S, Glinsky G. Preventative and Therapeutic Strategies for Cancer stem cell. Dalam: Cancer stem cells. Editor: William L. Farrar. Cambridge University Press. 2010:68-88. Cancer Stem Cell: Target Baru Obat Antikanker. 111118