Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK BUMI

UNIT POLIMERISASI


Disusun oleh:
Andry Septian (11521074)
Retno Elakadesci (115210)
Firda Mahira Alfiata Chusna (1152109)
Matswa Akrimi (11521090)
Rofiatun Nurfaiza (11521098)


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Unit Polimerisasi.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Teknologi Minyak Bumi di jurusan Teknik Kimia Universitas Islam
Indonesia.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Aamiin Yaa Robbal Alamiin.



Yogyakarta, Oktober 2013

Penulis







DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan masalah .............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Polimerisasi ....................................................................................
B. Proses dan Alat dalam Polimerisasi ................................................................
C. Fungsi Polimerisasi dalam Pembentukan Minyak Bumi ..............................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................









BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak bumi atau petroleum dijuluki juga sebagai emas hitam, yaitu cairan yang kental,
coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, dan berada di lapisan atas dari beberapa
area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,
dimana sebagian besar terdiri dari seri alkana tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi,
dan kemurniannya.
Asal minyak bumi adalah mahluk hidup (tumbuhan, hewan) yang terkubur selama jutaan
tahun dengan melalui proses penguburan, proses diagenesis kemudian proses lebih lanjut
pada masa katagenesis dan tidak dapat dimanfaatkan lagi pada masa metagenesis.
Proses perengkahan, pengubahan, alkilasi, atau polimerisasi merupakan tahap awal dari
pemanfaatan senyawa (zat kimia) yang berasal dari minyak bumi. Minyak bumi mengandung
banyak senyawa kimia dan hasil isolasi senyawa ini dapat dimanfaatkan oleh industri. Bahan
kimia ini disebut sebagai bahan petrokimia. Pemanfaatan industri umumnya didasari oleh
reaksi-reaksi polimerisasi (perpanjangan rantai), reaksi perengkahan (perpendekan rantai),
reaksi pengubahan (paduan dengan senyawa lain), maupun pembentukan senyawa pendek
dari senyawa panjang minyak bumi (pembentukan gas, alkilasi, perpendekan rantai atom
karbon). Perpendekan rantai minyak bumi menghasilkan senyawa yang ekonomis dan
bermanfaat.
Minyak bumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri. Bahan dasar ini dipisahkan
berdasar beberapa proses sebagai berikut.
a. Reaksi Perengkahan (cracking)
Cracking adalah pemecahan senyawa organik rantai panjang menjadi dua atau lebih
senyawa organik rantai lebih pendek, terjadi secara alami maupun dari pemanasan
langsung.
b. Reaksi pengubahan (reforming)
Reaksi pengubahan adalah reaksi dari bahan petroleum menjadi bahan dasar industri
dengan pemanfaatan bahan yang murah menjadi material yang dibutuhkan sehingga
bernilai ekonomis (murah). Proses ini diperoleh pada polimerisasi (pembentukan
plastik).
c. Reaksi alkilasi


Proses alkilasi dibagi dua yaitu proses perpanjangan atom karbon rantai lurus dan
proses pemutusan ikatan rantai karbon (dealkilasi). Proses ini dapat dikelompokkan
dalam polimerisasi, bila perpanjangannya memiliki gugus fungsi yang sama. Dealkilasi
dapat dimasukkan ke dalam kelompok perengkahan.
d. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer. Polimer terdiri dari polimer alami dan
polimer sintetik. Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan
kecil (monomer). Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua
dan ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai jumlah
yang diinginkan (polimer sintetik). Polimer alam membentuk senyawa secara alami,
contoh polimer alam yaitu lateks (dari pohon karet), karbohidrat (singkong jagung),
protein, selulosa, resin. Sedangkan Contoh polimer sintetik adalah nilon, dakron, teflon.
Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu pembentukan radikal bebas
(inisiasi), perpanjangan monomer (propagasi), dan terminasi (pemotongan atau
penyetopan reaksi). Pembentukan cabang dalam proses polimerisasi menyebabkan tiga
bentuk struktur yaitu struktur beraturan (isotaktik), struktur tak beraturan (ataktik),
campuran (sindiotaktik). Struktur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat
polimernya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian polimerisasi?
2. Bagaimana proses polimerisasi yang terjadi pada tahapan pembuatan minyak
bumi?
3. Alat apa saja yang digunakan dalam proses polimerisasi?
4. Apa fungsi unit polimerisasi dalam tahapan pembuatan minyak bumi?
C. Tujuan
Mengetahui proses polimerisasi dalam tahapan pembuatan minyak bumi serta
mengetahui fungsinya dan alat apa saja yang digunakan dalam proses tersebut.








BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Polimerisasi
Polimerisasi merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan minyak bumi. Polimerisasi
adalah proses pembentukan polimer. Polimer terdiri dari polimer alami dan polimer sintetik.
Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil (monomer).
Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap ini
terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai jumlah yang diinginkan (polimer
sintetik). Polimer alam membentuk senyawa secara alami, contoh polimer alam yaitu lateks
(dari pohon karet), karbohidrat (singkong jagung), protein, selulosa, resin. Sedangkan
Contoh polimer sintetik adalah nilon, dakron, teflon.
Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu pembentukan radikal bebas
(inisiasi), perpanjangan monomer (propagasi), dan terminasi (pemotongan atau penyetopan
reaksi). Pembentukan cabang dalam proses polimerisasi menyebabkan tiga bentuk struktur
yaitu struktur beraturan (isotaktik), struktur tak beraturan (ataktik), campuran (sindiotaktik).
Struktur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat polimernya.
Polimeriasi adalah reaksi kombinasi material tak jenuh menghasilkan produk dengan berat
molekul lebih tinggi daripada sebelumnya. Dengan mekanisme ini suatu etilena atau
propilena dapat membentuk hidrokarbon dalam range gasolin.
B. Proses dan Alat dalam Polimerisasi
Secara umum, proses polimerisasi dapat dibedakan menjadi; polimerisasi termal dan
polimerisasi katalitik. Katalis yang banyak digunakan dalam proses ini antara lain adalah
asam sulfat (H
2
SO
4
) dan asam pospat (H
3
PO
4
).
1. Polimerisasi Termal
Polimerisasi termal adalah polimerisasi yang dilakukan pada tekanan tinggi tanpa
adanya katalisator. Tekanan yang digunakan untuk proses ini berada pada range 600 hingga
3000 psig, dan temperaturnya antara 510 sampai 590
o
C. Secara ekonomis, proses
polimerisasi termal ini mahal dan memerlukan instalasi dan operasi yang lebih rumit
dibandingkan polimerisasi katalitik.
2. Polimerisasi Katalitik
Polimerisasi katalitik berlangsung dengan mekanisme adanya pembentukan ester asam
dari reaksi olefin dengan katalis asam. Dua molekul ester kemudian terdekomposisi sehngga


akan terjadi regenerasi katalis asam, sedangkan residu hidrokarbon dapat bergabung
membentuk molekul yang lebih besar/polimer.
Sebagai contoh polimerisasi isobutena dengan katalis asam pospat yang berlangsung dengan
mekanisme berikut:
Polimerisasi Katalitik menggunakan asam sulfat
Polimerisasi Katalitik menggunakan asam sulfat meliputi polimerisasi tipe asam dingin dan
polimerisasi tipe asam panas. Pada mekanisme asam dingin, kontak material dengan katalis
dilangsungkan menggunakan aliran arus balik (countercurrent flow). Pada stage kedua, asam
yang telah teregenerasi akan mengalami kontak dengan hidrokarbon dari stage pertama.
Asam, dengan isobutena yang terabsorbsi oleh cairan katalis asam dipanaskan untuk
pembentukan polimer untuk selanjutnya didinginkan. Apabila fase polimer yang telah
terbentuk telah dipisahkan, katalis asam selanjutnya dapat dipakai kembali untuk kontak
dengan umpan yang mengalir selanjutnya.
Tahap absorbsi dilangsungkan pada temperatur antara 20 sampai 40
o
C dan tekanan yang
cukup sehingga umpan masih tetap berada dalam fasa cair. Apabila digunakan 65% asam,
kira-kira 90 sampai 95% isobutena dapat terabsorbsi. Polimerisasi berlangsung pada
temperatur sekitar 90 sampai 105
o
C dan menghasilkan sekitar 75 sampai 80% dimer,
disamping trimer.
Pada polimerisasi menggunakan tipe asam panas, hidrokarbon dikontakkan dengan asam
pada temperatur 75 sampai 100
o
C. Pada range temperatur tersebut baik n butena dan
isobutena akan terabsorbsi. Dengan waktu kontak antara 10 sampai 15 menit sekitar 85
sampai 90% C4 olefin dapat terkonversi mementuk polimer yang mengandung 90 hingga
95% oktana.
Polimerisasi Katalitik menggunakan asam pospat
Temperatur inlet umpan adalah sekitar 200
o
C. Sejumlah menara katalis digunakan secara
berseri sehingga katalis dapat diregenerasi pada suatu menara sementara yang lainnya
melangsungkan proses. Regenerasi dilangsungkan dengan melakukan oksidasi kokas dan
deposit polimer. Umpan yang digunakan sangat bervariasi. Untuk mengantisipasi adanya C3-
C4 terpolimerkan, reaktor dilengkapi dengan depropanizer dan debutanizer.
Contoh lain dari proses polimerisasi yaitu pembentukan LLDPE (Linear Low Density
Polyethylene) dari polietilen. Teknologi yang dapat dipakai dalam pembuatan LLDPE


meliputi polimerisasi fase gas (gas-phase fluidized-bed polymerization), polimerisasi dalam
larutan (polymerization in solution), dan polimerisasi suspensi (slury polymerization). Setiap
proses memiliki spesifikasi katalis tertentu yang membantu jalannya reaksi.
1. Polimerisasi Fase Gas
Proses polimerisasi fase gas pertama kali dibangun oleh Union Carbide pada tahun 1977, dan
dipatenkan dengan nama Unipol process. Teknologi ini juga dikembangkan oleh British
Petroleum Company. Teknologi ini hemat secara ekonomi, fleksibel, dan memiliki kisaran
yang luas dalam penggunaan katalis padat [Kirk Othmer, et al. 1998].

Gambar 1. Polimerisasi fasa gas ( Union Carbide)
Proses Unipol menggunakan reaktor fluidized bed dengan bagian untuk berlangsungnya
reaksi berbentuk silinder, dan bagian yang mengembang untuk menurunkan kecepatan gas
sehingga memungkinkan entrained particles polymer jatuh kembali ke dalam unggun (bed).
Tinggi reaktor dapat mencapai 25 meter, reaktor beroperasi pada tekanan 1,5-2,5 Mpa (15-25
atm) dengan temperatur 70 sampai 95
o
C.
Gas ethylene, comonomer (1-butene) dan hidrogen dimasukkan ke dalam reaktor melalui
perforated distribution plate di bagian bawah reaktor yang sebelumnya telah melewati
tahapan pemurnian. Katalis diumpankan ke dalam reaktor melalui catalyst feeder yang
terletak disamping reaktor. Katalis padat yang digunakan adalah katalis TiCl
4
digabungkan


dengan Co-catalyst TEAL (Try Ethyl Alumunium) sehingga membentuk katalis Ziegler-Natta.
Partikel katalis tinggal dalam reaktor selama 2.5 sampai 4 jam.
Aliran Gas dari bawah dan katalis dari samping akan membentuk fluidisasi, sehingga
diharapkan akan terjadi reaksi polimerisasi yang akan membentuk resin polyethylene. Pada
saat start up digunakan benih resin untuk membantu mempercepat proses polimerisasi,
diharapkan dengan adanya benih resin tersebut proses fluidisasi dapat berlangsung sempurna.
Mekanisme reaksi pembentukan polyethylene dari ethylene adalah sebagai berikut :
H = Kcal/kg produk
Panas yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi ditransfer ke dalam Cycle Gas Cooler dengan
bantuan air pendingin untuk menjaga kestabilan temperatur di reaktor. Jika diperlukan,
sebagian dari aliran Cycle Gas dibuang ke flare melalui Product Purge Bin untuk menjaga
kestabilan tekanan reaktor dapat juga ditambahkan condensing agent untuk membantu
transfer panas di Cooler. Kecepatan Superficial Cycle Gas yang masuk ke dalam reaktor
berkisar antara 0.68-0.72 m/s, kecepatan ini dianggap dapat memfluidisasi resin dengan
sempurna untuk membantu mempercepat proses polimerisasi.
Reaktor dilengkapi dengan dua sistem pengeluaran produk yang dapat bekerja secara
bergantian (Cross tie mode) dalam keadaan normal. Cara kerjanya berdasarkan perbedaan
ketinggian unggun di dalam reaktor pada Control Set Reactor. Karena setiap terbentuk resin
polyethylene baru, akan memberikan variabel naiknya ketinggian unggun hingga ketinggian
tertentu. Setelah Level Set mendeteksi ketinggian tertentu yang telah ditetapkan dan
ketinggian tersebut telah mencapai delay time yang telah ditetapkan biasanya selama 5 detik,
maka terjadi pengeluaran produk secara otomatis. Jika Level Set telah dicapai namun delay
time belum terpenuhi maka pengeluaran produk tidak akan terjadi.
Resin polyethylene yang berupa powder (= 500-900 m, tergantung tipe katalis yang
digunakan) dikeluarkan dari reaktor menuju Pruduct Chamber untuk selanjutnya ditranfer
lagi ke Product Blow Tank (PBT), dari PBT di transfer ke Pruduct Purge Bin (PPB).
Keseluruhan sistem pengeluaran sistem kemudian disebut Product Discharge System (PDS)
[Kirk Othmer, et al. 1998].


Pada proses Unipol, reaktor polimerisasi fluidized bed dioperasikan tanpa zona pengurangan
kecepatan atau cyclone untuk memisahkan partikel yang bagus dari gas, ternyata memiliki
beberapa keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pembentukan lembaran yang curam
di dinding atau kerak pada zona transisi dapat dihilangkan. Hasilnya akan mengurangi
shutdown pada reaktor. Keuntungan yang kedua adalah kedalaman dari area bed polimerisasi
dapat divariasikan sehingga output reaktor dapat ditingkatkan dengan kondisi operasi yang
bagus pula [US. Patent 4,255,542].
Pada proses polimerisasi fase gas untuk teknologi BP (British Petroleum), katalis Ziegler-
Natta dan metallocene dimasukan dalam reaktor fluidized-bed. Pengendalian terhadap sifat
propertis produk, seperti titik lebur dan densitas dilakukan oleh komposisi gas proses dan
kondisi operasi. Reaktor didesain agar terjadi mixing yang sempurna dan temperatur yang
seragam.

Gambar 2. Polimerisasi fasa gas (BP process)
Kondisi operasi pada bed adalah, tekanan 20 bar g, dan temperatur antara 75 sampai 100 C.
Partikel polimer terbentuk di reaktor fluidized bed dimana campuran gas ethylene,
comonomer, hydrogen dan nitrogen terfluidiskan. Partikel polimer yang bagu akan


meninggalkan reaktor bersama gas yang tertangkap oleh cyclone, yang merupakan keunikan
dari proses BP, yang akan direcycle kembali kedalam reaktor. Cyclone berfungsi juga untuk
mencegah terkontaminasinya produk pada saat transisi. Gas yang tidak bereaksi didinginkan
dan dipisahkan dari berbagai cairan, dikompes kemudian dikembalikan kedalam reaktor.
[Petrochemical Procesess. 2005].
Produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi yaitu densitasnya 0,919 g/cm
3
m, titik leleh 1,0
g/10 menit, dan ketebalan 0,038 mm [Elias, Hans-Georg. 1986]. Polimer berbentuk powder
yang kemudian ditambahkan zat addiktif dan kemudian disimpan dalam storage
[Petrochemical Procesess. 2005].
2. Polimerisasi Larutan
Proses larutan telah dikembangkan oleh beberapa perusahaan meliputi Du Pont, Dow, dan
Mitsui untuk membuat LLDPE. Keuntungannya adalah dapat dengan mudah menangani
banyak jenis dari comonomer dan densitas produk tergantung katalis yang dipakai.

Gambar 3. Polimerisasi larutan (Du Pont)
Penjelasan flowsheet proses Du Pont yaitu Ethylene dilarutkan dalam pelarut (diluent) seperti
heksana atau sikloheksana, kemudian dipompakan ke dalam reaktor pada tekanan 10 Mpa.
Tahapan reaksi merupakan proses adiabatis dan temperatur reaksinya adalah sekitar 200-300
o
C.


Umpan mengandung ethylene sebesar 25 wt% dimana 95% terkonversi menjadi polyethylene
dalam reaktor. Waktu tinggal dalam reaktor selama 2 menit. Katalis yang dipakai yaitu
campuran dari VOCl
3
dan TiCl
4
diaktifasi oleh kokatalis alkylaluminum, Larutan
polyethylene yang meninggalkan reaktor diolah dengan zat deaktifasi dan kemudian
campurannya melewati alumina dimana residu dari katalis yang sudah dideaktifasikan
diadsorb. Pelarut dan comonomer yang tidak bereaksi diuapkan dalam tahap
depressurization. Setelah ekstrusi menjadi pellet, penghilangan pelarut dilakukan dengan
melewatkan aliran gas panas melewati tumpukan pellet [Ulmans encyclopedia, 1992].
Kelemahan dari proses ini yaitu terdapatnya tahapan penghilangan katalis sehingga
memperbesar biaya proses.
3. Polimerisasi suspensi (slurry Polimeryzation)
Teknologi ini merupakan teknologi yang paling tua dalam pembuatan polyethylene. Philips
Petroleum Company telah mengembangkan proses slurry yang efisien untuk memproduksi
LLDPE. Reaktor dibangun menyerupai large folder loop yang mengandung serangkaian
pipa dengan diameter 0.5 sampai 1 meter.

Gambar4. Polimerisasi suspensi (Phillips Petroleum)
Reaktor berbentuk double loop diisi dengan suatu pelarut ringan (biasanya isobutene), dan
mengelilingi loop dengan kecepatan tinggi secara kontinyu [Kirk Othmer, et al. 1998] .
Reaktor double loop bekerja pada tekanan 3,5 MN/m
2
, temperatur 85 sampai 100C, dan
waktu tinggal rata-rata adalah 1,5 jam. Katalis chromium/titanium dipakai dalam teknologi
ini [Alagoke, Olabisi: 1997 ]. Katalis disuspensikan oleh pelarut dan diumpankan ke dalam
reaktor [Ulmans encyclopedia, 1992]. Aliran campuran mengandung ethylene dan


comonomer (1-butene, 1-hexene, 1-oktene, atau 4-methyl-1-pentene), dikombinasikan dengan
diluent hasil recycle dan suspensi katalis, diumpankan ke dalam reaktor. Dalam reaktor
tersebut kopolimer etilen membentuk partikel-partikel yang tumbuh berlainan disekitar
partikel katalis [Kirk Othmer, et al. 1998].
Temperatur merupakan variabel operasi yang paling kritis dan harus selalu dikontrol untuk
menghindari terjadinya swelling (pengembangan) dari polimer. Setelah melewati waktu
tinggal antara 1.5 sampai 3 jam, resin mengendap secara singkat dalam tahap pengendapan di
tepi bawah loop dan dilepaskan menuju ke flash tank. Akhirnya pelarut dan monomer yang
terpisah masuk ke dalam sistem recovery pelarut untuk pemurnian dan recycling [Kirk
Othmer, et al. 1998].
C. Fungsi Polimerisasi dalam Pembentukan Minyak Bumi
Fungsi polimerisasi dalam tahapan pembentukan minyak bumi yaitu untuk membentuk
senyawa yang lebih kompleks dari monomer yang sudah ada.Polimer-polimer minyak bumi
yang sudah terbentuk tersebut bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Polimer alam
membentuk senyawa secara alami, contoh polimer alam yaitu lateks (dari pohon karet),
karbohidrat (singkong jagung), protein, selulosa, resin. Sedangkan Contoh polimer sintetik
adalah nilon, dakron, teflon.










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer. Polimer adalah molekul besar yang terdiri
atas pengulangan satuan kecil (monomer). Polimer alam membentuk senyawa secara alami,
contoh polimer alam yaitu lateks (dari pohon karet), karbohidrat (singkong jagung), protein,
selulosa, resin. Sedangkan Contoh polimer sintetik adalah nilon, dakron, teflon. Secara
umum, proses polimerisasi dapat dibedakan menjadi; polimerisasi termal dan polimerisasi
katalitik.


B. Saran















DAFTAR PUSTAKA
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%202.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/makromolekul/polimerisasi/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/teknik-pengolahan-minyak-bumi/
http://www.chem-is-try.org/kata_kunci/polimerisasi/
http://www.pustakasekolah.com/kegunaan-polimer.html

Anda mungkin juga menyukai