Anda di halaman 1dari 3

Senyawa oleoresin diperoleh setelah pelarut etanol diuapkan dengan rotary

vacuum evaporator.

Metode analisis
a. Analisis kualitatif
Plat GF-254 yang telah diaktifkan dengan pemanasan pada suhu 110
o
C
selama 4 jam diberi spot ekstrak yang berisi senyawa oleoresin dimulai pada garis
batas lalu dimasukkan ke dalam wadah pengembang yang telah jenuh dengan
eluen n-heksan dan dietileter dengan rasio 3 : 7, dan dibiarkan perambatan eluen
sampai batas akhir. Plat tersebut dikeluarkan dari wadah pengembang, dan terlihat
fraksi yang terpisah satu sama lainnya karena memiliki nilai Rf (Retardation
Factor) yang berbeda.
Nilai Rf merupakan rasio jarak yang ditempuh oleh zat yang larut (spot awal
sampai posisi fraksi yang bersangkutan) terhadap jarak yang ditempuh oleh eluen
(spot awal sampai batas akhir). Penyemprotan dengan larutan Folin-Ciaocalteu
dilakukan untuk pembenaran fraksi 1 sebagai gingerol, dan fraksi 2 sebagai
shogaol.
b. Analisis kuantitatif
Prosedur untuk analisis kuantitatif sama dengan analisis kualitatif, hanya
konsentrasi ekstrak etanol lebih tinggi, yaitu dibuat 10%. Fraksi-fraksi muncul
pada posisi yang sama, dan tidak berbentuk spot melainkan berupa luasan tertentu
sesuai kadar masing-masing fraksi. Masing-masing fraksi 1 dan 2 diekstrak dari
silika dengan pelarut aseton (10-30 ml), lalu dilakukan sentrifugasi 2800 x g
selama 15 menit, dan supernatan diambil. Sentrifugasi dilakukan beberapa kali
sampai endapan silika tidak berwarna kecoklatan lagi. Supernatan disaring dengan
kertas saring Whatman no. 42, sehingga didapat ekstrak aseton yang berisi
komponen fraksi 1 (gingerol) atau fraksi 2 (shogaol). Aseton diuapkan dengan
evaporator dan dilanjutkan dengan gas nitrogen untuk menghilangkan residunya.




Analisis pemilihan metode
Secara kimia, terpena minyak atsiri dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
monoterpena dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C
10
dan C
15
yang jangka titik
didihnya berbeda (monterpena 140 - 180
o
C, seskuiterpena > 200
o
C) (Harborne,
1987).
Untuk mengisolasi monoterpena dan seskuiterpena dari jaringan tumbuhan,
dapat dipisahkan dengan ekstraksi memakai eter, eter minyak bumi, atau aseton
(pelarut non-polar). Cara yang dianjurkan untuk analisis monoterpena dan
seskuiterpena adalah (Harborne, 1987) :
a. Kromatografi Gas-Cair (KGC)
Analisis dengan KGC memungkinkan untuk dilakukannya analisis
kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengidentifikasi terpena atsiri dalam suatu bahan
tumbuhan, penggunaan KGC harus digabung dengan cara lain, terutama
kromatografi lapis tipis (KLT) dan spektroskopi massa (Harborne, 1987).
Fase diam yang paling banyak digunakan adalah fase non-polar (apiezon L
dan silikon SE 30). Hal yang harus diperhaikan adalah bahan penyangga / kolom
(Chromosorb W) harus bebas dari pencemar. Pada KGC, diperlukan
pemrograman suhu agar dapat memisahkan monoterpen, seskuiterpen, dan
turunan reoksigenasi lainnya dengan baik (Harborne, 1987).
b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Terutama ditujukan untuk seskuiterpenoid yang keatsiriannya rendah. Fase
diam yang digunakan silika gel. Fase gerak yang digunakan benzena, kloroform,
benzena - kloroform (1:1), dan benzena - etil asetat (19 : 1). Cara umum
deteksinya dengan menyemprotkan dengan larutan KMnO
4
0,2 % dalam air,
H
2
SO
4
pekat, atau vanilin sulfat (Harborne, 1987).







Uji Kebocoran
Pilih 10 tube, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-
baik permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi
horizontal di atas lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur
pada 60
o
3
o
selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau
setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian
luar, dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube). Jika terdapat
kebocoran pada satu tube, tetapi tidak lebih dari satu tube; ulangi pengujian dengan
tambahan 20 tube salep. Pengujian memenuhi syaat jika tidak ada satupun kebocoran
daiamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari satu
dari 30 tube yang diuji.

Uji difusi metode flow through
Menimbang krim sebanyak 1 gram, meratakannya diatas membran dengan diameter
1,5 cm. Memasukkan cairan sirkulasi aquabidestilata sebanyak 70 ml ke dalam
beaker glass (reseptor). Pompa peristaltik menghisap cairan dari reseptor kemudian
dipompa ke sel difusi, lalu cairan dialirkan ke reseptor lagi. Mengambil cairan
reseptor 5 ml, setiap pengambilan caiaran 5 ml selalu diganti aquadestilata 5 ml
(selang waktu yang digunakan adalah 15 menit). Setelah pengambilan cairan 5 ml
dilihat absorbansinya di spektrofotometer.

Uji pelepasan bahan aktif
Waktu pengujian umumnya dinyatakan dalam interval waktu pemberian obat yang
tertera pada etiket, dinyatakan dalam jam. Cuplikan harus diambil dalam batas
toleransi 15 menit atau 2 % dari waktu yang tertera, toleransi yang menghasilkan
interval waktu paling pendek yang dipilih. Prosedur yang dilakukan menyerupai
prosedur disolusi obat, hanya saja digunakan cakram baja tahan karat untuk menahan
sediaan pada dasar labu dan alat disolusi dayung. Suhu dipertahankan pada 32
o
C
0,5
o
C.

Anda mungkin juga menyukai