Anda di halaman 1dari 8

SIKLUS DIESEL

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Termodinamika Teknik
yang dibina oleh Bapak Suprayitno, S.T., M.T.


Oleh:
Kelompok 2

1. Hariyanto 110511427012
2. Moch Rokimin 110511427018
3. Muh Ilham Aryakusuma 110511406747
4. Novita Dwi Anggraeni 110511427008
5. Rachmad Khairujik 110511427020
6. Rendi Dwi Sampurno 110511406751
7. Risca Awalia Purnamasari 110511406750
8. Risky Kurniawan 110511406752
9. Rizqa Purnama Putra 110511406749
10. Rudi Anggoro 110511427004
11. Sabdha Purna Yudha 110511427006





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
April 2012

A. PENGERTIAN SIKLUS DIESEL
Siklus diesel yang merupakan siklus dari mesin penyalaan kompresi (compression-
ignition) ditemukan oleh Rudolph Diesel pada tahun 1890. Perbedaan mesin diesel dengan
mesin otto terletak pada permulaan pembakarannya. Pada motor bensin, campuran udara-
bensin dikompresi dibawah temperatur pembakaran bahan bakar dan proses pembakarannya
dimulai dari percikan bunga api pada busi. Sedangkan pada mesin diesel, udara murni diisap
dan dikompresi diatas temperatur pembakaran bahan bakar. Jadi, pada mesin diesel tidak
terdapat karburator dan busi tetapi diganti oleh injektor bahan bakar.
Pada mesin bensin, yang dikompresi adalah campuran udara-bensin dan besarnya
perbandingan kompresi dibatasi oleh temperatur terbakarnya bensin. Pada mesin diesel, yang
dikompresi adalah udaranya saja sehingga mesin diesel dapat didesain pada perbandingan
kompresi yang tinggi, antara 12 sampai 24. Proses injeksi bahan bakar dimulai pada saat
piston hampir mencapai titik mati atas dan masih berlangsung beberapa saat setelah piston
mencapai TMA. Oleh karena itu, proses pembakaran pada mesin diesel terjadi pada interval
waktu yang relative panjang dibanding dengan mesin bensin. Dengan interval waktu
pembakaran yang relatif panjang tersebut, maka proses pemasukan panas didekati
(approximated) sebagai proses tekanan konstan, sedangkan tiga proses lainnya sama dengan
mesin bensin.

)
Perbandingan kompresi:

= (

)
Perbandingan Potong (Cutoff ratio)

= (

) = (

)



Efisiensi Diesel :


)

(

)
(

)

Proses 1 2 : Kompresi Adiabatis


Proses 2 -3 : Tekanan K


Proses 3 4 : Ekspansi Adiabatis


Setelah nilai dari

dimasukkan ke persamaan efisiensi, maka dihasilkan :

)

(

)
(

)

(

[
(

)
(

)
]
Perbandingan efesiensi antara mesin diesel dengan mesin bensin (

=1-

) adalah
terletak pada nilai suku yang ada didalam kurung dimana nilainya selalu lebih besar dari satu.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jika perbandingan kompresi antara mesin bensin
dan mesin diesel sama maka efisiensi mesin bensin lebih tinggi dibanding mesin diesel
(

). Namun, harus diingat bahwa mesin diesel dapat dioprasikan pada perbandingan
kompresi yang lebih tinggi tanpa khawatir akan terjadi pembakaran sebelum waktunya
sehingga efisiensi mesin diesel lebih tinggi dari mesin otto. Selain itu, proses pembakaran
mesin diesel lebih sempurna karena mesin diesel beroprasi pada putaran lebih rendah maka
mesin diesel menjadi pilihan untuk keperluan mesin dengan power besar seperti mesin
lokomotif, kapal laut, truk, dan lain lain.
Prinsip kerja mesin diesel mirip seperti mesin bensin. Perbedaannya terletak pada
langkah awal kompresi atau penekanan adiabatik (penekanan adiabatik = penekanan yang
dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor atau panas tidak sempat mengalir menuju atau
keluar dari sistem. Sistem untuk kasus ini adalah silinder. Kalau dalam mesin bensin, yang
ditekan adalah campuran udara dan uap bensin, maka dalam mesin diesel yang ditekan hanya
udara saja. Penekanan secara adiabatik menyebabkan suhu dan tekanan udara
meningkat.Selanjutnya injector atau penyuntik menyemprotkan solar. Karena suhu dan
tekanan udara sudah sangat tinggi maka ketika solar disemprotkan ke dalam silinder dan solar
langsung terbakar. Tidak perlu memakai busi lagi. Perhatikan besarnya tekanan yang
ditunjukkan pada diagram di bawah.









Diagram ini menunjukkan siklus diesel ideal atau sempurna. Mula-mula udara ditekan
secara adiabatik (a-b), lalu dipanaskan pada tekanan konstan - penyuntik atau injector
menyemprotkan solar dan terjadilah pembakaran (b-c), gas yang terbakar
mengalami pemuaian adiabatik (c-d), pendinginan pada volume konstan - gas yang terbakar
dibuang ke pipa pembuangan dan udara yang baru, masuk ke silinder (d-a).
Zat kerja untuk mesin diesel adalah udara dan solar. Zat kerja biasanya menyerapkalor
pada suhu yang tinggi (Q
H
), melakukan usaha alias kerja (W), lalu membuang kalor sisa pada
suhu yang lebih rendah (Q
L
). Karena energi kekal, maka Q
H
= W + Q
L
.
Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam
(internal combustion engine) (biasanya disebut sebagai motor bakar saja). Prinsip kerja
motor diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi mekanis. Energi kimia di dapatkan
melalui proses reaksi kimia (pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di
dalam silinder (ruang bakar). Penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu
atau dua torak. Pada umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu
torak.Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat
bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak
rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah
menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi. Karena prinsip penyalaan bahan
bakarnya akibat tekanan maka motor diesel juga disebut Compression Ignition Engine.

Diagram P-V Motor Diesel 2 Langkah dan 4 Langkah
Siklus motor diesel merupakan siklus udara pada tekanan konstan. Pada
umumnya jenis motor bakar diesel dirancang untuk memenuhi siklus ideal diesel yaitu
seperti siklus otto tetapi proses pemasukan kalornya dilakukan pada tekanan konstan.
Perbedaannya mengenai pemasukan sebanyak qm pada siklus diesel dilaksanankan pada
tekanan konstan.
Gambar Diagram P-V Motor Diesel 2 langkah:







Keterangan:
1-2 = Langkah kompresi tekanan bertambah, Q = c (adiabatic)
2-3 = Pembakaran, P naik, V = c (isokhorik)
3-4 = Langkah kerja V bertambah, P turun (adiabatic)
4-5 = Awal Pembuangan
5-6 = Awal Pembilasan
6-7 = Akhir Pembilasan

Gambar Diagram P-V Motor Diesel 4 langkah:








Keterangan:
0-1 = Langkah isap pada P = c (isobarik)
1-2 = Langkah kompresi , P bertambah, Q = c (adiabatik)
2-3 = Pembakaran, P naik, V = c (isokhorik)
3-4 = Langkah kerja P bertambah, V = c (adiabatik)
4-1 = Pengeluaran kalor sisa pada V = c (isokhorik)
1-0 = Langkah buang pada P = c

Diagram P-V Motor Gabungan dan Supercharger
Siklus gabungan merupakan siklus udara pada tekanan terbatas. Apabila
pemasukan kalor pada siklus dilaksanakan baik pada volume konstan maupun tekanan
konstan, siklus tersebut dinilai sebagai siklus tekanan terbatas atau siklus gabungan.
Dalam siklus ini gerak isap (0-1) dimisalkan berimpit dengan garis buang (1-0)
sedangkan proses pemasukan kalor berlangsung selama proses (2-3a) dan (3-3a).
Sebenarnya kedua gris tersebut tidak perlu berimpit, garis buang berada diatas atau
dibawah garis isap. Pada Naturally Aspirated Engine garis buang berada diatas garis
isap. Pada Engine Supercharger udara pada waktu langkah isap dipaksa masuk ke
silinder oleh pompa udara yang digerakkan oleh mesin itu sendiri, disitu garis buang
akan berada dibawah garis isap.













Untuk kompresi rasio yang sama siklus diesel mempunyai efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siklus otto. Adapun rumus untuk mencari efisiensi siklus diesel adalah:
Efisiensi siklus diesel yang tinggi
menyebabkan siklus ini digunakan untuk
mesin-mesin dengan kapasitas besar. Seperti
yang terdapat pada truk, lokomotif, mesin kapal, dan pembangkit tenaga listrik darurat
(genset).






DAFTAR RUJUKAN

Nakoela Soenarta dan Shoichi Furuhama. (1995). Motor Serba Guna, Jakarta :
Penerbit PT Pradnya Paramita.
J. Trommel Mans. (1991). Mesin Diesel, Jakarta : Penerbit PT Rosda Jayaputra.
Anonim. (1979). Diesel Manual Handbook, Tokyo : Mitsubishi Motors.
Anonim. (1995). Materi Pelajaran Engine Group Step 2, Jakarta : PT Toyota Astra
Motor.
Anonim. (1995). New Step 1 Training Manual, Jakarta : PT Toyota Astra Motor

Anda mungkin juga menyukai