Anda di halaman 1dari 42

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DI KEBUN JALUPANG


PTPN VIII Persero SUBANG, JAWA BARAT





STEVEN EDUARDO



























PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini penulis menyatakan laporan tugas akhir Pengendalian Hama
Dan Penyakit Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg) Di Kebun
Jalupang PTPN VIII Persero Subang, Jawa Barat adalah karya penulis dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.

Bogor, Mei 2014
Steven Eduardo
NIM J3T111028











3


RINGKASAN
STEVEN EDUARDO. Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Karet
(Hevea Brasiliensis Muell. Arg) Di Kebun Jalupang PTPN VIII Persero Subang,
Jawa Barat. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).
Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) secara umum adalah Memperoleh
pengalaman dan keterampilan dalam melakukan pengelolaan perkebunan
karet.Menambah wawasan serta pengetahuan aspek teknis dan manajemen
perkebunan dalam pengelolaan perkebunan karet.Mengaplikasikan hasil
pembelajaran selama di perkuliahan untuk dipraktikan secara langsung di
lapangan. Tujuan khusus dari kegiatan PKL ini adalah mempelajari teknik dan
masalah dalam budidaya karet, khususnya bidang pengendalian hama dan
penyakit.
PKL dilaksanakan Di Kebun Jalupang PTPN VIII Persero Subang, Jawa
Barat selama 3.5 bulan dimulai dari 10 Februari hingga 17 Mei 2014.
Pengamatan terhadap aspek Pengendalian Hama Dan Penyakit meliputi
permasalahan hama dan penyakit di perkebunan karet di areal tanaman produktif,
mengamati pengaruh hama dan penyakit terhadap pertumbuhan tanaman karet,
serta mengamati permasalahan yang terjadi di areal tanaman tersebut. Banyaknya
insektisida, fungisida, dan nematisida yang harus disediakan untuk memenuhi
kebutuhan di lapangan, perencanaan dan pelaksanaan pengendalian, teknik
pengendalian hama dan penyakit dan penyediaan alat yang sesuai dengan SOP
yang ada serta pengambilan sampel secara acak untuk pengamatan data, serta
pengelolaan tenaga kerja dan manajemen di pengendalian hama dan penyakit.
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan PKL adalah praktik kerja
langsung dilapangan sesuai dengan jadwal kegiatan yang disusun penulis dan
perusahaan. Kegiatan yang dilakukan di Kebun jalupang meliputi pelaksanaan
teknik lapang sebagai buruh. Kegiatannya mencakup pencatatan lokasi afdeling,
prestasi kerja mahasiswa, dan karyawan kebun yang kemudian dibandingkan
dengan prestasi kerja standar kebun di setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Selain pelaksanaan teknik sebagai buruh, mahasiswa juga melaksanakan
kegiatan manajemen sebagai pendamping mandor dan sebagai pendamping
asisten. Membantu dalam kegiatan administrasi kebun sesuai dengan prosedur
kerja, kewajiban dan wewenangnya. Mahasiswa juga sering mengikuti pertemuan-
pertemuan penting yang diadakan, seperti seminar dan pertemuan pagi bersama
para mandor dan asisten.
Pada kebun jalupang afdeling IV hanya ditemukan penyakit Jamur Akar
Putih (JAP) dan Jamur upas/pink disease tanpa adanya hama yang menyerang
tanaman baik Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan
(TM). Pengendalian yang dilakukan untuk penyakit tersebut dilakukan secara
manual dan kimia.




Kata kunci: Metode PKL, Hama penyakit, Tujuan

4


PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DI KEBUN JALUPANG
PTPN VIII Persero SUBANG, JAWA BARAT







STEVEN EDUARDO








Laporan Praktik Kerja Lapangan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh A.Md
pada Program Diploma
Keahlian Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan














PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

5


Judul : Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg) di Kebun Jalupang PTPN VIII Persero
Subang Jawa Barat
Nama : Steven Eduardo
NIM : J3T111028







Disetujui oleh






Ir Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing




Diketahui oleh







Dr Ir Bagus P Purwanto,M Agr
Direktur




Dr Ir Suwarto, MSi
Koordinator Program Keahlian







Tanggal lulus:
i


KATA PENGANTAR

Puji syukur mahasiswa panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
segala Rahmat dan Kasih Sayang-Nya yang begitu besar, sehingga mahasiswa
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan baik dan lancar dengan judul
Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis
Muell. Arg) di Kebun Jalupang PTPN VIII Persero Subang Jawa Barat.
Mahasiswa menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ir Adolf Pieter Lontoh, MS yang telah membimbing dan membantu
mahasiswa dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Direktur PTPN VIII Persero yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan PKL di Kebun Jalupang
3. Lena Lesmana M, Sp yang telah membimbing mahasiswa selama kegiatan
PKL.
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan secara
spiritual maupun material hingga saat ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Keahlian Teknologi dan Manajemen
Produksi Perkebunan yang telah membantu dalam penyelesaian Proposal
PKL ini.
Mahasiswa menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh karena itu mahasiswa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Mei 2014
Steven Eduardo




i


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Karet 3
Syarat Tumbuh 3
Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Karet 4
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN 4
Tempat dan Waktu 4
Metode Pelaksanaan 5
Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data 5
Metode Analisis Data dan Informasi 5
Pelaporan Error! Bookmark not defined.
KEADAAN UMUM 6
Letak Administratif 6
Kebun Jalupang Afdeling IV 6
Keadaan Iklim dan Tanah 6
Luas Guna Tanah 6
Keadaan Tanaman 7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7
KEGIATAN PRAKTIK 7
Aspek Teknis 7
Aspek Manajerial 15
PEMBAHASAN 17
Sensus tanaman 18
Pengendalian Hama dan Penyakit 19
KESIMPULAN DAN SARAN 21
Kesimpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Penggunaan Lahan Kebun Jalupang 6
Tabel 2. Dosis pupuk pada TBM 12
Tabel 3. Penentuan jumlah pohon 13
Tabel 4. Penentuan jumlah hanca 14
Tabel 5. Sensus tanaman terserang penyakit 18

DAFTAR GAMBAR
gambar 1. alat dan bahan pengendalian gulma secara kimia 8
gambar 2. Gejala tanaman terserang jamur akar putih 9
gambar 3. Tanaman yang terserang jamur Upas 10
gambar 4. Pembuatan bubur bordeaux (a) Terusi, (b) kapur tohor, (c)
pencampuran kapur tohor dan terusi, (d) bubur bordeaux Error!
Bookmark not defined.
gambar 5. Truck pengangkut pupuk 12
gambar 6. pengumpulan lateks 15
gambar 7. Proses pengendalian dengan larutan anvil 19
gambar 8. Kondisi tanaman dengan serangan yang parah 20
gambar 9. Pengolesan tanaman dengan bubur bordeaux 20

DAFTAR LAMPIRAN




PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak menunjang
perekonomian negara karena hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar.
Tanaman ini memiliki banyak manfaat salah satunya dapat menghasilkan lateks
yang digunakan sebagai bahan baku industri ban. Selain itu, kayu dari tanaman
ini dinilai sangat potensial untuk mensubstitusi kebutuhan kayu hutan alam
(Departemen Pertanian 1982).
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3-3.5 juta hektar,
Thailand memiliki luas olahan karet sekitar 2 juta hektar, dan Malaysia sekitar 1.3
juta hektar ( Deptan 2013 ). Tetapi, perkebunan karet yang dapat dikatakan luas
ini tidak diimbangi dengan produktivitas yang baik. Hal ini dibuktikan dimana
Indonesia hanya menduduki posisi kedua sebagai produsen karet terbesar di
dunia. Peringkat pertama diduduki oleh Thailand. (Ariyantoro H 2006).
Lahan karet di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan swasta,
dan perkebunan milik negara. Tetapi hanya beberapa perkebunan besar milik
negara dan beberapa perkebuan milik swasta yang pengeloalaan kebunnya sudah
lumayan. Sementara kebanyakan perkebunan karet milik rakyat dikelola
seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat dan hanya mengandalkan pertumbuhan
alami. Padahal, jumlah perkebunan karet rakyat apabila dihimpun akan
menghasilkan jumlah yang besar. Selain itu, perawatan terhadap tanaman ini
masih kurang diperhatikan. Tanaman tua jarang diremajakan dengan klon baru
(Ariyantoro H. 2006).
Tanaman karet memiliki masa produksi selama 30 tahun dan setelah masa
itu tanaman harus diremajakan. Bibit yang umum digunakan untuk peremajaan di
perkebunan negara, swasta, maupun rakyat adalah bibit hasil okulasi. Bibit hasil
okulasi diperoleh dari bibit asal biji sebagai batang bawah yang diketahui berasal
dari varietas yang perakarannya kuat, tahan terhadap tiupan angin kencang, dan
tahan terhadap hama dan penyakit. Dan batang atas yang diketahui berasal dari
varietas yang memiliki produksi lateks yang tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit, dan tahan terhadap tiupan angin kencang (Suwarto dan Octavianty Y.
2010).
Persiapan tanaman yang dimulai dari pembibitan tanaman karet sangat
menentukan produktivitas karet. Persiapan yang baik di pembibitan akan
menghasilkan lateks yang baik dan tinggi juga kedepannya, sehingga dengan
keadaan dapat memperbaiki produktivitas hasil karet Indonesia di dunia
(Ariyantoro H 2006).
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
temak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis (Ditjenbun 2007).
2

Pengendalian hama dan penyakit adalah pengaturan makhluk-makhluk atau
organisme pengganggu yang disebut hama dan penyakit karena dianggap
mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pengelolaan perkebunan
karet sering mengalami kendala, antara lain masalah organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) terutama masalah penyakit. Hampir seluruh bagian tanaman
karet menjadi sasaran infeksi dari sejumlah penyakit tanaman, mulai dari jamur
akar, penyakit bidang sadap, jamur upas sampai pada penyakit gugur daun
(Setiawan dan Andoko 2006).
Penyakit karet telah mengakibatkan kerugian ekonomis dalam jumlah
miliaran rupiah karena tidak hanya kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman
tetapi juga mahalnya biaya yang diperlukan dalam pengendaliannya. Diperkirakan
kehilangan produksi setiap tahunnya akibat kerusakan oleh penyakit karet
mencapai 5-15%. Sesuai dengan undang-undang tentang sistem budidaya tanaman
nomor 12 tahun 1992 dan peraturan pemerintah no 6 tahun 1995 bahwa kegiatan
perlindungan tanaman merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat
yang dilaksanakan dengan mengimplementasikan pengendalian hama terpadu
(PHT) yang aman terhadap manusia dan lingkungan (Ariyantoro H. 2006).
Kerusakan dan kematian tanaman karet dapat disebabkan oleh gangguan
hama dan penyakit, gulma atau gangguan fisik dan kimia. Usaha menanggulangi
masalah ini hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang
terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal
maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system)
(Ariyantoro H. 2006).

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan PKL ini adalah:
1. Memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan pengelolaan
perkebunan karet.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan aspek teknis dan manajemen
perkebunan dalam pengelolaan perkebunan karet.
3. Mengaplikasikan hasil pembelajaran selama di perkuliahan untuk
dipraktikan secara langsung di lapangan.
Tujuan khusus dari kegiatan PKL ini adalah mempelajari teknik dan
masalah dalam budidaya karet, khususnya bidang pengendalian hama dan
penyakit.



3


TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Karet

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi
dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 25 m. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas
(Departemen Pertanian 1982). Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah
tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks (Cahyono B. 2010).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara 15 30 m. Perakarannya cukup
kuat serta akar tunggangnya dalam dengan akar cabang yang kokoh. Pohonnya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas (Cahyono B. 2010).
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning
atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai jadwal kerontokan daun pada
setiap musim kemarau. Di musim rontok ini kebun karet menjadi indah karena
daun daun karet berubah warna dan jatuh berguguran (Cahyono B. 2010). Daun
karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun
utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm dan pada ujungnya
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun
karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing
(Departemen Pertanian 1982). Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet
merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang
tumbuh tinggi dan besar (Tim Penulis PS 2008).


Syarat Tumbuh

Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang
beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah daerah tropis
lainnya.Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15
o

Lintang Utara sampai 10
o
Lintang Selatan (Setiawan dan Andoko 2006).
Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang
cukup. Suhu harian yang cocok untuk tanaman karet rata-rata 25 30
o
C. Apabila
dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20
o
C, maka
tanaman karet tidak akan tumbuh baik di tanam di daerah tersebut. Pada daerah
yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak optimal (Setiawan
2000). Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 m
dari permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm
4

setahun. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun
(Setiawan dan Andoko 2006).
Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis merupakan
syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet
membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tidak selama 5-
7 jam (Setiawan dan Andoko 2006).
Tanah-tanah yang kurang subur seperti podsolik merah kuning yang
terhampar luas di Indonesia dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang
baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang
memuaskan. Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol dan alluvial juga
bisa dikembangkan untuk penanaman karet (Setiawan dan Andoko 2006).
Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami
karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5-6. Batas toleransi pH tanah
bagi pohon karet adalah 4-8. Tanah yang agak masam masih lebih baik dari pada
tanah yang basa. Topografi tanah sedikit banyak juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan tempat
tumbuhnya pohon karet datar dan tidak berbukit bukit (Ahdiat N. 2005).


Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Karet

Kerusakan dan kematian tanaman merupakan masalah penting pada
perkebunan karet. Kerusakan dan kematian tanaman karet dapat disebabkan oleh
gangguan hama dan penyakit, gulma, atau gangguan fisik fisik dan kimia. Usaha
menanggulangi masalah ini hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan
yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak
awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning
system) (Siregar dan Suhendry 2006).
Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan
dan tim pengendalian serangan hama/penyakit. Pengendalian hama pada
umumnya dilakukan dengan cara menakut-nakuti, mencegah kehadiranya,
menangkap dan meracuni. Pada tanaman menghasilkan lebih banyak mengalami
serangan penyakit dari pada hama. Penyakit gugur daun yang menyerang daun
muda (setelah gugur daun) sering dijumpai di lapangan jika kondisi iklim lembab.
Pada tanaman yang disadap cukup berat juga sering dijumpai penyakit kekeringan
alur sadap (Siregar dan Suhendry 2006).


METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN


Tempat dan Waktu

PKL akan dilaksanakan di Kebun Jalupang, PTPN VIII, Kabupaten Subang,
Jawa Barat selama 14 minggu mulai tanggal 10 Februari sampai dengan 17 Mei
2014.

5


Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang akan dilakukan di Kebun jalupang meliputi pelaksanaan
teknik lapang sebagai buruh. Kegiatannya mencakup pencatatan lokasi afdeling,
prestasi kerja mahasiswa dan karyawan kebun yang kemudian dibandingkan
dengan prestasi kerja standar kebun di setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Selain pelaksanaan teknik sebagai buruh, mahasiswa juga melaksanakan
kegiatan manajemen sebagai pendamping mandor dan sebagai pendamping
asisten. Membantu dalam kegiatan administrasi kebun sesuai dengan prosedur
kerja, kewajiban dan wewenangnya. Mahasiswa juga sering mengikuti pertemuan-
pertemuan penting yang diadakan, seperti seminar dan pertemuan pagi bersama
para mandor dan asisten.


Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam Praktik kerja Lapangan ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan
melaksanakan kegiatan langsung di lapangan dan mengadakan diskusi dengan staf
dan karyawan kebun dengan penekanan terhadap aspek khusus yaitu pengendalian
hama dan penyakit.
Data sekunder diperoleh dari laporan arsip kebun (harian, bulanan dan
tahunan) meliputi lokasi kebun, keadaan lingkungan tumbuh (iklim dan tanah),
kondisi tanaman (asal bahan tanam, umur tanaman, tingkat pertumbuhan, dan
produksi), aspek manajerial (perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi terhadap
teknik budidaya yang dilakukan), tenaga kerja (jumlah dan standar kerja kebun),
serta sarana dan prasarana pendukung yang tersedia dan studi pustaka.
Adapun data dan informasi yang akan diamati berkaitan dengan aspek
pengendalian hama penyakit ialah:
1. Permasalahan hama dan penyakit di perkebunan karet di areal tanaman
produktif. Mengamati bagaimana pengaruh hama dan penyakit terhadap
pertumbuhan tanaman karet, serta mengamati permasalahan apa yang terjadi
di areal tanaman tersebut.
2. Banyaknya insektisida,fungisida, dan nematisida yang harus disediakan
untuk memenuhi kebutuhan di lapangan, perencanaan dan pelaksanaan
pengendalian, teknik pengendalian hama dan penyakit dan penyediaan alat
yang sesuai dengan SOP yang ada serta pengambilan sampel secara acak
untuk pengamatan data.
3. Pengelolaan tenaga kerja dan manajemen di pengendalian hama dan
penyakit.


Metode Analisis Data dan Informasi

Data yang akan diperoleh dari lapangan ataupun dari perusahaan akan
dikelompokkan dan diolah, serta dihubungkan dengan data primer. Dengan
menggunakan rataan dari setiap perlakuan yang menunjukan adanya perbedaan
dan hubungan yang erat.
6

KEADAAN UMUM


Letak Administratif

PT Perkebunan Nusantara VIII Persero Kebun Jalupang merupakan salah
satu badan usaha milik negara. Wilayah Kebun Jalupang terletak di wilayah
administratif kecamatan Cipendeuy dan Kalijati. Kebun induk terletak di jalan
raya Cipendeuy kilometer 20 Cigambarsari, Desa Lengkong, Kecamatan
Cipendeuy, Kabupaten Subang - Jawa Barat. Letak geografis Kebun Jalupang
adalah sebelah barat berbatasan dengan Desa Cimayasari dan Cipeundeuy.
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Marengmang, Tanggulun Barat, dan
Jalupang. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Wantilan dan Sawangan.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa banggala dan Perum Perhutani.


Kebun Jalupang Afdeling IV

Afdeling IV Kebun Jalupang terletak di sebelah barat afdeling V,
afdeling IV dan V berada pada satu hamparan yang sama terpisah dengan
afdeling I,II,dan III. Afdeling IV kebun jalupang memiliki luas 637.59 ha.


Keadaan Iklim dan Tanah

PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang memiliki rata-rata curah
hujan antara 2 500 5 300 mm/tahun dengan temperatur 22-32
0
C, curah hujan
rata rata Kebun Jalupang dari tahun 2009-2013 adalah 3.544 mm. Kebun
Jalupang termasuk ke dalam type Iklim C (Smith Ferguson). Data curah hujan
termasuk dalam lampiran
Kebun Jalupang terletak pada ketinggian 50-100 m dari permukaan laut (dpl) dan
memiliki kontur tanah datar dan bergelombang serta memiliki jenis tanah latosol.

Luas Guna Tanah

Kebun Jalupang terbagi dalam 5 afdeling dengan total luas lahan 3 754.89
setiap afdeling memiliki luas yang hampir sama. Berikut ini tabel luasan
penggunaan tanah di Kebun Jalupang. Areal konsensi secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran.
Tabel 1. Rincian Penggunaan Lahan Kebun Jalupang
No. Rincian Luas (ha) %
1 Tanaman Menghasilkan (TM) 1660.23 48.38
2 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1088.07 23.95
3 Pembibitan 21.75 0.58
4 Tanaman Tahun Ini (TTI) 28.47 7.47
5 Tanaman lancuran 501.23 13.35
6 Emplasemen dan lain-lain 235.61 6.27
Jumlah 3 754.89 100.00
7


Keadaan Tanaman

Kebun Jalupang memiliki TBM seluas 1088.07 ha dan memiliki TM seluas
1660.23 ha (berdasarkan hasil sensus tanaman Desember, 2013). Tahun tanam
TM di Kebun Jalupang terdiri dari tahun tanam 1985-2008, sedangkan untuk
TBM terdiri atas tahun tanam 2009-2013. Pada Kebun Jalupang afdeling IV
untuk TBM pada tahun 2009 seluas 54.38 ha, 2010 seluas 79.58 ha, 2011 seluas
94.85 ha, dan 2012 seluas 80.58 ha. Pada TM pada tahun 1987 seluas 27.00 ha,
1989 seluas 13.75 ha, 1991 seluas 29.50 ha, 2005 seluas 39.77 ha, dan 2007 seluas
47.33 ha.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Jalupang dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung
jawab atas kegiatan operasional maupun administrasi yang berlangsung di kebun.
Administratur memimpin beberapa afdeling I, II, III, IV dan V. Masing masing
afdeling di pimpin oleh seorang kepala afdeling (sinder) di bantu oleh dua mandor
besar, satu Juru tulis, satu asisten juru tulis, dua mandor rawat dan empat mandor
panen. Struktur organisasi afdeling IV dapat di lihat pada Lampiran ?????.

KEGIATAN PRAKTIK


Aspek Teknis

Kegiatan aspek teknis yang dilakukan penulis selama menjalani masa PKL
adalah meliputi pemeliharaan tanaman seperti pengendalian gulma secara manual
dan kimia pada TM dan TBM, pengendalian hama dan penyakit pada TBM,
pembuatan dan aplikasi bubur Bordeaux pada tanaman yang terserang penyakit
Jamur Upas, aplikasi ANVIL 50 sc pada tanaman yang terserang Jamur Akar
Putih (JAP), Leaf Sampling Unit (LSU), penyadapan, serta pemupukan pada
TBM dan TM.

Pemeliharaan TBM

Kegiatan pemeliharaan tanaman pada TBM yaitu pengendalian gulma
secara manual dimulai dari pertama pembersihan gulma pada petakan karet dan
dibagi menjadi beberapa sub pekerjaan (norowong). Kegiatan ini dilakukan
menggunakan parang dan sabit. Area yang dibersihkan dalam kegiatan norowong
adalah seluas 1 meter dari kedua sisi tanaman (kanan dan kiri).
Kedua, membersihkan gawangan (jojo). Kegiatan nyiang gawangan adalah
membersihkan gawangan dengan menebang/membabat gulma berkayu yang ada
pada gawangan karet, tetapi tidak sampai akar. Ketiga, membersihkan gawangan
dari gulma berkayu (Nyiang gawangan). Kegiatan ini adalah memotong gulma
rumput yang tumbuh pada gawangan mengunakan parang dan sabit.pengendalian
8

gulma secara manual diawasi oleh mandor kimiawi. Prestasi kerja karyawan pada
kegiatan ini adalah1ha/hk
Pengendalian gulma secara kimiawi (chemist) adalah salah satu kegiatan
dalam upaya pengendalian gulma pada petakan karet. Pengendalian guma secara
chemist di Kebun Jalupang afdeling IV menggunakan Knapsack Sprayer dengan
isi 16 liter, serta menggunakan herbisida dengan merek dagang Glidamin yang
memiliki bahan aktif Isoprofilamina dengan dosis 0,5 liter/ha, serta herbisida
dengan merek dagang Supra yang memiliki bahan aktif Isoprofilamina dengan
dosis 0,5 liter/ha. Kegiatan ini diawali dengan melarutkan herbisida sesuai dosis
yang telah di tentukan (0,5 liter / hektar) kedalam 20 liter air dalam jerigen lalu
dilakukan pengocokan. Setelah itu larutan herbisida tadi dimasukan dalam
knapsack sprayer sampai terisi 16 liter. Tenaga kerja yang digunakan adalah
tenaga Kerja Lepas Matuh (KLM) yang terdiri dari 5 orang bertugas sebagai
penyemprot dan 1 orang sebagai pengambil air. Prestasi kerja penyemprot adalah
1ha/hk.

.
Gambar 1. alat dan bahan pengendalian gulma secara kimia

Pengendalian Penyakit pada TBM dan TM

Penyakit merupakan masalah yang penting dalam budidaya dan pemeliharan
tanaman karet karena dapat mengakibatkan menurunnya produksi lateks,
mengganggu pertumbuhan tanaman, hingga dapat menyebabkan kematian pada
tanaman yang dapat merugikan perusahaan. Hama dan penyakit yang sering
menyerang tanaman karet baik TBM maupun TM di kebun Jalupang afdeling IV
adalah Jamur akar putih (JAP), jamur upas/pink disease.
Pada kegiatan ini penulis melakukan beberapa kegiatan pengendalian hama
dan penyakit pada TBM meliputi pengaplikasian fungisida pada TBM,
penanggulangan Jamur Upas dan JAP.





9


Jamur Akar Putih

Penyakit jamur akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
atau Rigidoporus lignosus. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat
ke dalam. Kemudian tanaman mengalami gugur daun dan ujung ranting menjadi
mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada
perakaran tanaman yang terserang tampak benang-benang jamur berwarna putih
dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip
topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada
serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang
dan mati.
Kematian tanaman sering menyebar pada tanaman disekitarnya.
Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke
tunggul tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar
putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada
pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada
tanah gembur atau berpasir.


Gambar 2. Gejala tanaman terserang jamur akar putih
Jamur akar putih adalah penyakit yang menyerang perakaran tanaman. Ciri-
ciri tanaman yang terserang penyakit jamur akar putih adalah terdapat miselium
yang melekat pada perakaran/leher akar, tanaman berbuah sebelum
waktunya/musimnya, tajuk menguning kemudian rontok daun terlihat kusam dan
agak keriput .Penyakit ini diobati dengan cara menuangkan larutan anvil 5ml /
500 ml air. Pada tanaman yang terserang jamur akar putih. Cara membuat larutan
untuk mengobati tanaman yang terserang jamur akar putih anvil dicampurkan
kedalam air dengan dosis 5 ml / 500 ml air lalu gali perakaran tanaman yang telah
terkena jamur akar putih tuangkan larutan anvil yang telah dibuat sebelumnya
pada perakaran tanaman yang terkena jamur akar putih. Pengulangan di lakukan
setiap 2 minggu sekali selama 8 minggu. Tanah ditutup kembali dengan tanah 2-3
hari setelah aplikasi. Pada areal tanaman yang mati dilakukan pembongkaran
tunggul dan diberikan belerang sebanyak 200 gr, agar jamur yang ada mati.

10



Jamur Upas

Penyakit ini merupakan penyakit batang atau cabang. Jamur ini mempunyai
empat tingkat perkembangan. Mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan
berwarna putih pada permukaan kulit (tingkat sarang laba-laba),
kemudian berkembang membentuk kumpulan benang jamur (tingkat bongkol-
bongkol), selanjutnya terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda
(tingkat corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk ke dalam kayu, terakhir
jamur membentuk lapisan tebal berwarna merah tua (tingkat necator). Pada
bagian yang terserang pada umumnya terbentuk latek berwarna coklat hitam.
Kulit yang terserang akan membusuk dan berwarna hitam kemudian mengering
dan mengelupas. Pada serangan lanjut tajuk percabanagan akan mati dan mudah
patah oleh angin. Serangan ini terlihat pada tanaman muda yang berumur tiga
sampai tujuh tahun dan penyebarannya pada daerah-daerah yang lembab
dengan curah hujan tinggi.
Pengobatan pada tanaman yang terkena serangan Jamur Upas adalah dengan
cara membuat bubur Bordeaux lalu mengoleskannya pada bagian tanaman yang
terserang Jamur Upas.


Gambar 3. Tanaman yang terserang jamur Upas
Cara pembuatan bubur Bordeaux untuk satu tanaman adalah mencampurkan
300 gr kapur tohor kedalam 3 liter air dan terusi di campurkan pada 1 liter air.
Lalu kedua larutan tersebut (terusi dan kapur tohor) di campurkan, setelah itu
larutan yang telah di campurkan di aduk hingga menjadi pasta. Setelah menjadi
pasta bubur Bordeaux.
Bubur Bordeaux yang telah disiapkan di oleskan pada bagian tanaman yang
terserang Jamur Upas, setelah di oles bagian tanaman yang terserang di
kerok/dikerik menggunakan alat yang telah di gunakan sebelumnya, setelah di
kerok/dikerik lalu bagian tanaman tersebut kembali di oles dengan bubur
bordeaux. Pengaplikasian bubur Bordeaux di ulangi setiap 2 minggu sekali
hingga tanaman sembuh. Tetapi jika tanaman telah terkena serangan yang berat
maka batang tanaman dan cabang yang terserang harus segera di potong. yaitu
11


ciri ciri fisik tanaman yang telah terserang berat ditandai dengan keluarnya lateks
dan melebar ke arah batang/ranting dengan lebar lebih dari 10cm.

















Pengaplikasian fungisida dithane. Pengaplikasian dithane dilakukan pada
tanaman TBM 1 Penyemprotan pucuk menggunakan Dithane dengan dosis 250
gram. Bubuk Dithane di larutkan pada 16 liter air (satu gendongan knapsac
sprayer). Knapsack sprayer yang digunakan memakai nozel jenis payung yang
berwarna biru. Cara pengaplikasiannya adalah larutan dithane di semprotkan pada
pucuk daun sampai daun menjadi basah.kegiatan ini juga bertujuan agar tanaman
tidak terserang penyakit daun.


Pemupukan

Pemupukan pada TBM merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat makanan bagi tumbuhan. PT
Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang dalam hal pemupukan mengikuti
rekomendasi dosis pupuk dari Balai Penelitian Getas. Sebelum melakukan
kegiatan pemupukan tiap afdeling pada kebun jalupang mengadakan kegiatan leaf
sampling unit yang dilakukan setiap bulan februari tiap tahunnya. Pupuk yang
digunakan oleh PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang adalah pupuk
tunggal yaitu Urea, SP-36, Kieserit,dan Pupuk Hayati Emas (PHE).
Pemupukan pada tanaman TBM 1-3 dilakukan dalam 4 kali dalam setahun
sesuai dengan rotasi pemupukan pada TBM. Aplikasi-1 dilakukan pada bulan
februari-maret, aplikasi ke-2 dilakukan pada bulan april-mei, aplikasi ke-3
dilakukan pada bulan september-oktober, dan aplikasi ke-4 dilakukan pada bulan
November-Desember.
Kegiatan pemupukan diawali dengan pengangkutan pupuk dari gudang di
kebun induk ke gudang kebun afdeling sehari sebelum melakukan pemupukan.
Setelah diangkut pupuk kemudian di aduk/di campur sesuai dengan rekomendasi
Getas lalu dikemas kembali. Pada saat pelaksanaan pemupukan pupuk diangkut
dari gudang afdeling menuju lokasi dimana pemupukan berlangsung. Pupuk

b
a
c
d
Gambar 4 Pembuatan bubur bordeaux (a) Terusi, (b) kapur tohor, (c)
pencampuran kapur tohor dan terusi, (d) bubur bordeaux
12

dibagi berdasarkan luas areal pada tiap blok yang akan di pupuk. Pengaplikasian
pupuk dilakukan dengan cara menaburkan pupuk pada rorak yang telah tersedia.
Dosis pupuk pada tanaman TBM.
Tabel 2. Dosis pupuk pada TBM
Umur
tanaman
karet (th)
Jenis pupuk
Urea
(gr/phn/th)
SP-36
(gr/phn/th)
KCL
(gr/phn/th)
Kieserit
(gr/phn/th)
Pupuk dasar - 125 - -
1 250 150 100 50
2 250 250 200 75
3 250 250 200 100
4 300 250 250 100
5 300 250 250 100



Gambar 5. Truck pengangkut pupuk

Perawatan pada TM

Pemupukan. Pada tanaman menghasilkan pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan zat hara tanah yang diharapkan dapat meningkatkan produksi
lateks. Pada tanaman menghasilkan pemupukan dilakukan dua kali. Pemupukan
pertama dilakukan pada awal musim hujan dan yang kedua pada akhir musim
hujan. Pemupukan pada tanaman menghasilkan menggunakan pupuk majemuk
pupuk karet lengkap tersedia (PUKALET). Pengaplikasian pupuk PUKALET,
pupuk di letakkan pada rorak sesuai dengan dosis yang telah di tentukan.
Leaf Sampling Unit Pada TM. Leaf sampling unit dilakukan untuk
menganilisis kebutuhan pupuk (dosis) yang dikeluarkan oleh pihak balai
penelitian Getas. Daun yang diambil untuk leaf sampling unit harus daun yang
tidak terkena sinar matahari langsung ( ternaungi), tidak rusak (utuh) tidak terkena
hama dan penyakit.
Daun yang telah dipilih untuk Leaf Sampling Unit dikirim pada Balai
Penelitian Getas. Penentuan jumlah tanaman yang akan diambil sampel dapat
dilihat pada Tabel 3.
13



Tabel 3. Penentuan jumlah pohon
Luas Areal (ha) Jumlah Pohon
< 10 30
11-020 35
21-30 40
>30 45

Pohon yang akan diambil sebagai sample ditentukan berdasarkan jarak
tanam, dengan rumus :

)



Mahasiswa mengambil sampling unit pada blok pasir astana tahun tanam
2008 3b dengan luas areal 14.00 ha. Berdasarkan rumus diatas dapat dihitung
jarak antar pohon yang akan di sampling perhitungannya sebagai berikut :


- 10 meter =49.16 meter

Pasir astana blok 3b memakai jarak tanam 2,5x6m jadi jarak antar pohon
yang akan diambil sample daunnya pada jarak 2,5 m, dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut untuk menentukan jumlah pohon yang akan dijadikan sample
dalam satu blok,




Jadi pada jarak antar tanaman 2,5m jumlah antar tanaman yang akan
dijadikan sample adalah 24 pohon, untuk jarak antar tanaman 6 m adalah 10
pohon.

Penyadapan

Penyadapan merupakan kegiatan mengerat kulit pohon karet untuk
menghasilkan lateks. Tanaman yang akan disadap harus memenuhi kriteria
matang sadap. Kriteria matang sadap adalah tanaman telah berumur 4.5-5 tahun,
memiliki lilit batang lebih dari 45cm, ketebalan kulit pohon telah mencapai 6-8
mm, tanaman dalam keadaan sehat dengan ditandai memiliki daun hijau yang
mengkilat.
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm di atas pertautan okulasi (kaki gajah)
untuk bukaan sadap ke arah bawah( SKB). Pada bukaan sadap ke arah atas
14

letaknya berada 2cm diatas bukaan sadap ke arah bawah. Bukaan sadap memiliki
sudut kemiringan 40

. Mangkok sadap pada bukaan pertama di letakkan 5-10 cm


dari mulut corong (spout). Letak corong 5-19 cm dari alur sadap terendah.
Pada bulan oktober dan maret di lakukan bukaan sadap pertama apabila
kondisi daun berwarna hijau tua dan mengkilat serta curah hujan yang
mendukung. Bukaan sadap yang di lakukan pada bulan oktober-desember tidak
dimasukkan sebagai tahun sadap pertama. Sedangkan bukaan sadap yang
dilakukan pada bulan maret prolehan produksinya dianggap sebagai tahun sadap
pertama. Rumus sadapan yang digunakan di PT Perkebunan Nusantara VIII
kebun jalupang adalah S2D3. Huruf S diartikan sebagai irisan (spiral) dan huruf
D diartikan sebagai frekuensi sadap (day). Arti dari rumus S2D3 adalah sadapan
setengah lingkaran dan disadap 3 hari sekali.
Hanca sadapan adalah jumlah pohon yang disadap pada suatu lahan yang di
tetapkan. Kebun Jalupang memiliki jumlah tanaman per hanca disesuaikan
dengan umur tanaman dan topografi. Jumlah tanaman per hanca di kebun
Jalupang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Penentuan jumlah hanca
Komposisi
tanaman
Tahun Sadap ke- Topografi
Datar Berbukit
Remaja 1-5 450-500 450-400
Taruna 6-10 500-450 450-400
Dewasa 11-15 450-400 400-375
Madya 16-20 400-375 375-350
Tua 21-25 300-350 300-250

Pada tabel tersebut dijelaskan bahwa jumlah pohon perhanca di tebtukan
berdasarkan umur tanaman, topografi, dan tahun sadap. Pada kebun jalupang
afdeling IV terdapat dua komposisi tanaman yaitu remaja dan tua. Komposisi
tanaman remaja memiliki tahun sadap ke 1-5 dan topografi 450-500 (datar) pohon
per hanca. Sedangkan komposisi tanaman tua memiliki tahun sadap ke 21-25 dan
topografi 300-350 (datar) pohon per hanca.
Pada TM terdapat batas hanca yang disesuaikan dengan gilir sadap, setiap
gilir sadap di beri warna pada batang sebagai tanda batas hanca. kebun jalupang
memiliki ketentuan warna polet, yaitu merah untuk gilir A, kuning untuk gilir B,
dan biru untuk gilir C.
Sedangkan ketentuan poletnya terdiri atas polet 1 untuk batas hanca, polet 2
untuk batas gilir, poletan memiliki lebar 5cm melingkar pohon, tinggi poletan
adalah 160 cm dari tanah, diatas poletan diberi nomor hanca.
Teknik penyadapan. Hal pertama yang harus di lakukan sebelum
melakukan penyadapan adalah memastikan hari tidak hujan atau akan terjadi
hujan. Setelah memastikan cuaca mendukung untuk melakukan penyadapan maka
penyadapan dapat dilakukan. Kegiatan penyadapan di kebun jalupang di
lakukan/dimulai pada pukul 04.30-05.00 WIB. Satu hari sebelum melakukan
penyadapan Pertama penyadap membersihkan mangkok sadapan dari lump dan
mangkok berada pada posisi telungkup. Keesokan harinya pada gilir hanca yang
akan disadap pertama penyadap mengambil sisa lateks yang mengering pada alur
15


sadap (scrap) setelah itu pada pangkal alur sadap sedikit di congkel/disodok
memakai pisau sadap agar alur sadap tetap sesuai dengan alur sadap yang telah di
gambar oleh tap kontrol. Penyadapan dilakukan dengan memakai pisau sadap
yang disesuaikan dengan umur pohon, pohon yang termasuk kategori tua/
lancuran memakai pisau sadap dengan mata pisau berbentuk U sedangakan
pohon yang termasuk kategori remaja memakai mata pisau berbentuk V. Sadapan
dilakukan dengan cara mengiris kulit pohon dengan arah irisan dari kiri atas
pohon, ke kanan bawah pohon dengan kemiringan alur sadap 40
0
dengan
kedalaman sadapan 0.8-1.2 mm dari kambium agar lateks yang dihasilkan optimal
dan tanaman tidak mengalami penulangan. Setelah, melakukan penyadapan posisi
mangkok yang sebelumnya pada posisi telungkup di balikkan mangkok jadi
menghadap ke atas. Dengan ketentuan jarak corong dari alur sadap 7-10 cm dan
jarak corong ke mulut mangkok adalah 5cm.
Pemungutan dan pengumpulan hasil. Pengumpulan hasil sadapan di
kebun jalupang afdeling IV di lakukan pada pukul 10.00 Wib. Karyawan
penyadap mengumpulkan lateks pada hanca masing masing. Sebelum melakukan
pengumpulan lateks kartawan sadap membersihkan tong lateks, setelah itu
karyawan mulai mengumpulkan lateks menggunakan tong lateks yang telah
dibersihkan sebelumnya. setelah itu lateks yang telah terkumpul dibawa ke tempat
penimbangan dengan cara di pikul. Setelah setiap lateks pada hanca selesai di
kumpulkan oleh penyadap maka lateks kemudian di timbang oleh mandor panen,
penimbangan di lakukan dengan cara mandor melihat hasil timbangan pada
neraca. Setelah semua tong lateks selesai di timbang, lateks di pindahkan ke
dalam tangki lateks yng berada pada mobil truck pengangkut lateks, hal ini
dilakukan oleh karyawan sadap.












Aspek Manajerial

Pada kegiatan aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor
dan kepala afdeling (sinder). Mahasiswa juga mempelajari administrasi dan
budidaya tanaman karet.

Pendamping Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan bertugas untuk mengatur dan mengawasi kegiatan
teknis kebun seperti pengendalian hama penyakit, pemupukan dan pengendalian
Gambar 6. pengumpulan lateks
16

gulma baik secara manual maupun kimiawi. Mahasiswa bertugas sebagai
pendamping mandor hama penyakit, mandor pengendalian gulma secara manual
maupun kimiawi dan mandor pemupukan.
Mandor hama penyakit bertugas untuk menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk mengobati tanaman yang terserang hama dan penyakit serta
mengawasi dan mengontrol kegiatan penyemprotan fungisida dan insektisida pada
tanaman TBM.
Mandor pemupukan bertugas mengawasi jalannya pengangkutan pupuk dari
gudang kebun induk ke gudang afdeling. Mandor pupuk juga mengawasi proses
pencampuran pupuk jika pupuk yang akan di aplikasikan adalah pupuk tunggal.
Mandor pemupukan juga menyiapkan tenaga kerja serta memastikan dosis yang
dipakai sesuai dengan rekomendasi Getas.setelah selesai pengaplikasian pupuk
mandor pupuk menginstruksikan karyawan agar mengumpulkan kembali karung
yang digunakan untuk dibawa kembali ke gudang afdeling untuk disimpan
sebagai bukti bahwa pemupukan telah dilakukan. Mandor juga mencatat dan
melaporkan jumlah pupuk yang digunakan dan luas areal yang terpupuk untuk
dilaporkan kepada kepala afdeling, dan ditulis pada buku mandor.
Mandor pengendalian gulma secara kimiawi (chemist). Mandor chemist
bertugas mengatur dan mengawas kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi,
mandor chemist juga bertugas untuk menyiapkan peralatan yang akan dipakai
untuk melakukan chemist.
Kegiatan chemist dilakukan sesuai dengan rotasi pengendalian gulma dan sesuai
atas instruksi dari kepala afdeling.
Sebelum melakukan chemist mandor mengabsen karyawan dan membagi
tugas pada masing masing karyawan, tugas karyawan dibagi menjadi dua yaitu
sebagai penyedia air dan penyemprot, sedangkan mandor bertugas untuk menakar
dosis/konsentrasi yang akan digunakan. Setelah selesai melakukan chemist
mandor menghitung prestasi kerja karyawan dan mengecek peralatan yang
digunakan, dan membereskan peralatan sebelum diangkut kembali ke gudang
afdeling menggunakan truck.
Mandor pengendalian gulma manual, bertugas untuk menyiapkan karyawan,
mengawasi ,dan mencatat prestasi kerja. Pengendalian gulma secara manual
dibagi menjadi kegiataan menyiangi petakan (norowong), menyiangi piringan
(bobokor), dan menyiangi gulma berkayu digawangan (jojo). Dalam
pelaksanaanya mandor memberi instruksi kepada karyawan tentang jenis
pekerjaan apa yang akan dilakukan pada hari itu, setelah itu mandor mengatur
jalannya pekerjaan dengan menempatkan karyawan pada masing masing hanca.
Setelah selesai mandor menghitung prestasi kerja karyawan dan mencatat jumlah
Hk lalu memasukkanya pada buku kerja mandor.

Pendamping Mandor Panen
Mandor panen bertugas mengontrol dan mengawasi kegiatan penyadapan
hingga pengangkutan hasil panen, mandor panen juga bertugas untuk memimpin
jogo pagi yang dilakukan pada pukul 03.00 pagi, mengabsen karyawan,
memeriksa perlengkapan yang akan digunakan oleh penyadap seperti pisau sadap,
tong lateks, dan head lamp, serta memeriksa kelengkapan yang ada pada pohon
seperti mangkok lateks dan corong/talang sadap. Mandor panen juga bertugas
untuk menerangkan kepada penyadap tentang tata cara menyadap (norma sadap).
17


Dan menginstruksikan kepada karyawan untuk memungut hasil panen jika 90%
pohon yang disadap sudah mulai tidak menetes lagi. Selain itu mandor panen juga
bertugas untuk mengawal truck pengangkut lateks sampai ke pabrik, dan ikut
menghitung kadar kering karet (kkk) di laboratorium pabrik, setelah dihitung
mandor panen melaporkan jumlah lateks yang di dapat hari itu dan jumlah KKK
nya ke kantor afdeling. Dalam pelaksanaanya mandor sadap bertanggung jawab
kepada mandor besar panen.

Mandor Besar Pemeliharaan
Mandor besar panen bertugas untuk mengontrol,mengawasi dan
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan
tanaman di afdeling yang dikerjakan oleh mandor pemeliharaan, mandor besar
memiliki kewenangan untuk menginstruksikan pekerjaan kepada mandor rawat.
Mandor besar pemeliharaan menerima laporan hasil kerja mandor rawat
untuk dilaporkan kepada kepala afdeling. Mandor besar rawat juga ikut membuat
rencana kerja yang nantinya akan disusun menjadi rencana kegiatan bulanan.
Mandor besar pemeliharaan bertanggung jawab langsung kepada kepala afdeling
atas hasil pemeliharaan tanaman yang dilakukan mandor rawat.

Mandor Besar Panen
Mandor besar panen bertugas mengontrol, mengawasi mengevaluasi hasil
kerja mandor dan hasil panen yang di dapat setiap kemandoran. Mandor besar
panen menerima hasil kerja mandor panen dan melakukan evaluasi terhadap hasil
panen yang didapat hari itu. Mandor besar panen juga melakukan kontrol
kebersihan tong lateks dan mangkok lateks pada setiap kemandoran. Mandor
besar panen memiliki wewenang untuk menegur mandor bila terdapat tong lateks
yang kotor setelah selesai proses pemupulan lateks.

Pendamping Kepala Afdeling (Sinder)
Kepala afdeling dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua mandor
besar untuk mengelola dan menjalankan kegiatan kebun sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah dibuat. Dalam hal administrasi kepala afdeling dibantu oleh
satu jurun tulis dan seorang asisten juru tulis. Kepala afdeling bertugas
mengevaluasi hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Kepala afdeling juga
melakukan kontrol pada kegiatan kebun baik kontrol langsung kelapangan
maupun kontrol melalui laporan mandor dan juru tulis, untuk memaksimalkan
pencapaian target yang telah ditetapkan kepala afdeling melakukan pengarahan
kepada mandor. Kepala afdeling bertanggung jawab langsung kepada
administratur atas hasil pelaksanaan afdeling yang dipimpinnya.


PEMBAHASAN


Pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengaturan organisme
yang dianggap mengganggu kesehatan tanaman budidaya, ekologi dan ekonomi.
Pengendalian hama dan penyakit di perkebunan karet umumnya dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan pengendalian cara manual dan kimia. Cara pengendalian
18

yang dilakukan sangat bergantung kepada keadaan tanaman dan penyakit atau
hama yang menyerang tanaman budidaya. Hama dan penyakit yang umumnya
menyerang tanaman karet antara lain Kutu tanaman (Planococcus Citri),
Belalang, Hama kutu, Akar Putih (Rigidoporus Microporus, Jamur Upas,
Penyakit pada daun (embun tepung). Selama melakukan PKL di kebun Jalupang,
penulis menemukan dan mengamati beberapa penyakit yang menyerang tanaman
karet. Penyakit tersebut adalah Jamur Akar Putih (JAP) dan Jamur Upas/ pink
disease.


Sensus tanaman

Pengendalian hama dan penyakit di kebun jalupang diawali dengan
melakukan sesnsus terhadap tanaman yang terserang penyakit. Dalam melakukan
sensus tanaman terserang, kebun jalupang memiliki tim yang bertugas khusus
untuk mengerjakan hal ini. Tim ini bertugas untuk mengamati perkembangan
penyakit, baik Jamur Akar Putih (JAP) dan Jamur Upas/ pink disease yang
hasilnya kemudian dilaporkan kepada kepala afdeling. Saat melaksanakan PKL,
penulis juga melakukan sensus terhadap tanaman yang terserang Jamur Akar
Putih (JAP) dan Jamur Upas/ pink disease. Pengamatan yang dilakukan penulis
dilakukan pada satu hektar pada setiap bloknya. Data hasil pengamatan yang
dilakukan penulis dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Sensus tanaman terserang penyakit
Blok
Klon/Tahun
Tanam
Tanaman
Terserang
Persen Tanaman
Terserang
JAP
Jamur
Upas
JAP
Jamur
Upas
Pasir Astana 3b Pb260/2008 5 1 0.90% 0.18%
Kiara Payung Pb260/2010 2 2 0.36% 0.36%
Pangarengan Pb260/2011 6 2 1.09% 0.36%
Lengkong Rrim7012/2005 11 1 2.00% 0.18%
Parigi 4a Pb260/2009 6 3 1.09% 0.54%
Jumlah 30 9 5.44% 1.62%
Rata-rata 6 1.8 1.08% 0.32%
Sumber : pengamatan lapangan April (2014)

Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan penulis diatas, diketahui
bahwa persentase rata-rata tanaman yang terserang JAP setiap hektarnya adalah
1.08% dan 0.32% untuk tanaman yang terserang Jamur Upas. Dari data diatas
juga diketahui blok yang paling banyak terserang JAP adalah blok lengkong dan
yang paling sedikit adalah blok kiara payung. Blok yang paling banyak terserang
Jamur Upas adalah blok parigi 4A dan yang sedikit adalah lengkong dan pasir
astana 3b.
Dari tabel diatas juga diketahui bahwa setiap blok yang diamati penulis,
belum mencapai pada batas ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu
19


5% tanaman terserang per hektarnya. Namun, pengendalian atau pencegahan
harus tetap dilakukan untuk menanggulangi menyebarnya serangan.


Pengendalian Hama dan Penyakit
Jamur Akar Putih
Setelah dilakukan sensus terhadap tanaman yang terserang penyakit,
kemudian dilakukan pelaporan berjenjang mulai dari karyawan, mandor hingga
kepala afdeling. Kepala afdeling kemudian bertugas untuk mengambil keputusan
apakah akan mengendalikan penyakit tersebut atau tidak. Batas ekonomi yang
digunakan untuk menentukan penyakit JAP dikendalikan adalah 5% dari populasi
terserang.
Pengendalian penyakit JAP di kebun Jalupang dilakukan dengan cara
kimia. Pengendalian JAP dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia Anvil 50 SC dengan bahan aktif heksakonasol. Penyakit ini diobati
dengan cara menuangkan larutan anvil 5ml / 500 ml air. Pada tanaman yang
terserang jamur akar putih. Cara membuat larutan untuk mengobati tanaman yang
terserang jamur akar putih anvil dicampurkan dengan air dengan perbandingan
1:100 atau 5 ml/500ml. Setelah larutan tercampur kemudian tanaman dituangkan
ke dalam lubang yang dibuat disekitar tanaman yang terserang. Lubang dibuat
hingga terlihat akar tanaman (15-20 cm). Pengendalia dilakukan setiap 2 minggu
sekali sebanyak 2 kali untuk tanaman yang terserang dengan intensitas yang
rendah. Sedangkan untuk tanaman yang terserang dengan intensitas tingg (parah),
pengendalian dilakukan setiap 2 minggu selama 2 bulan. Lubang ditutup kembali
dengan tanah 2-3 hari setelah aplikasi.

Gambar 7. Proses pengendalian dengan larutan anvil

Pada areal tanaman yang mati dilakukan pembongkaran tunggul dan
diberikan belerang sebanyak 200 gr/pohon dengan diamater aplikasi 100 cm, yang
kemudian dibuat alur agar belerang masuk kedalam perakaran. Tindakan ini
dilakukan untuk mengurangi/meminimalisir persebaran penyakit pada tanaman
disekitarnya.
20


Gambar 8. Kondisi tanaman dengan serangan yang parah
Tindakan selanjutnya yang dilakukan dalam kegiatan pengendalian
penyakit jamur akar putih adalah sensus ulang. Sensus ulang dilakukan untuk
memastikan berapa banyak tanaman yang pengendaliannya berhasil dan tidak
berhasil. Untuk tanaman yang tidak berhasil dikendalikan selama 2 bulan
menggunakan larutan anvil, maka akan dilakukan pembongkaran tanaman. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi biaya pemeliharaan pada tanaman yang terserang
penyakit.

Jamur Upas
Mekanisme pengendalian penyakit tanaman yang terserang jamur upas
sama seperti dengan tanaman yang terserang jamur akar putih. Pengendalian akan
dilakukan setelah keputusan diambil oleh kepala afdeling.
Kebun jalupang afdeling IV melakukan pengendalian jamur upas dengan
cara mengoleskan bubur bordeaux pada bagian tanaman yang terserang jamur
upas. Prosedur pengendaliannya pertama bubur bordeaux dioleskan pada bagian
tanaman yang terserang. Pengolesan ini bertujuan agar spora yang terdapat pada
jamur upas tidak menyebar.

Gambar 9. Pengolesan tanaman dengan bubur bordeaux
21


Setelah itu pada bagian tanaman yang terserang lakukan pengikisan
kemudian oleskan kembali bagian tanaman tersebut dengan bubur bordeaux.
Pengolesan kedua bertujuan agar spora yang tersisa pada bagian yang terserang
tidak dapat berkembang kembali. Pengulangan aplikasi dilakukan dua minggu
kemudian sampai tanaman kembali sembuh.
Pada tanaman yang telah terserang parah dilakukan pemotongan pada
bagian tanaman yang telah terserang. Pemotongan bagian yang terserang
dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit pada tanaman yanga sama.
Bagian tanaman yang telah dipotong kemudian dibakar agar tidak menular pada
tanaman yang lain.


KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Selama menjalankan PKL di Kebun Jalupang, penulis mendapatkan
pengalaman dan bertambahnya wawasan tentang perkebunan karet, terutama
tentang pengendalian hama dan penyakit. Berdasarkan kegiatan PKL yang
dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit di kebun Jalupang sudah
berjalan dengan baik.
2. Penyakit yang banyak ditemukan di adalah penyakit jamur akar putih dan
jamur upas.
3. Pengendalian penyakit di kebun Jalupang dilakukan dengan cara kimia.
4. Pengendalian penyakit jamur akar putih dilakukan dengan menggunakan
larutan anvil.
5. Pengendalian jamur upas dilakukan dengan bubur bordeaux.
6. Tanaman yang terserang parah dilakukan pembongkaran dan pemusnahan
untuk mengurangi penyebaran penyakit.

Saran
Setelah melakukan kegiatan PKL di kebun Jalupang, saran yang dapat
diberikan penulis adalah perlunya pengawasan yang lebih intensif, terutama pada
saat tanaman yang belum terserang dan pengendalian yang berkelanjutan terhadap
tanaman yang terserang.


DAFTAR PUSTAKA
Ahdiat N. 2005. Karet budidaya dan pengolahannya. Jakarta (ID): PT Musi
Perkasa Utama.

22

Ariyantoro H. 2006. Budidaya tanaman perkebunan. Yogyakarta (ID): PT Citra
Aji Parama.

Cahyono B. 2010. Cara sukses berkebun karet. Jakarta (ID): Pustaka Mina
Deptan. 2013. http:// www.deptan.go.id/infoeksekutof/bun/isi_dt5thn_bun.php .
[diakses tanggal 10 November 2013]

Deptan. 1982. Bercocok Tanamn Karet (Hevea brasiliensis). Medan (ID): Balai
Informasi Pertanian.

Ditjenbun. 2007. Road Map Karet. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perkebunan.
Setiawan DH dan Andoko A. 2006. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta
(ID): Agromedia Pustaka.

Siregar THS dan Suhendry I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.

Suwarto dan Yuke O. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Utama. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.

Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
23


24

25


26

27


28

29



30


31


PTP NUSANTATA VIII
KEBUN JALUPANG
DATA CURAH HUJAN
BULAN
T A H U N
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
Januari 18 384 19 382 15 15 9 254 13 404 19 374 15 669 13 258 12 250 14 730
Pebruari 23 704 18 346 12 12 15 23 23 345 18 619 12 707 12 345 12 235 19 626
Maret 13 399 17 613 8 8 10 290 20 436 13 533 19 824 13 340 13 288 20 637
April 12 447 10 203 10 10 23 398 12 263 12 288 9 340 18 573 10 341 11 278
Mei 9 149 6 150 7 7 8 129 5 35 8 114 15 524 15 255 3 23 4 185
Juni 3 102 9 202 1 1 7 171 2 74 3 80 6 155 5 104 2 93 11 358
Juli 2 22 9 162 1 1 2 26 - - - - 6 117 - - - - 11 392
Agustus - - 2 31 - - - - 2 20 - - 11 212 - - - - 2 35
September 1 52 - - - - 1 35 1 3 1 13 17 577 - - 1 16 - -
Oktober 1 31 9 168 3 72 10 283 3 133 3 72 14 532 9 261 4 35 5 328
Nopember 17 430 15 329 5 69 9 215 12 212 7 296 18 374 12 346 12 411 14 178
Desember 12 282 12 333 16 480 8 226 13 309 15 666 14 378 13 302 22 945 20 427

Jumlah 111 3.002 126 2.919 78 675 102 2.050 106 2.234 99 3.055 156 5.409 110 2.784 91 2.637 131 4.174

32


Ir. Tommy Komara
Hidayat
Administratur
Ipe Hanapi
Kep. Afd 1
Ivan Garmediawan S.HUT
Kep. Afd 2
Tatang
Supriatna
Kep. Afd 3
Lena Lesmana M SP
Kep. Afd 4
Utis Sutisna
Kep. Afd 5
Kadarusman SE
Kep. Afd Persemaian
Asep Sutiana
Kepala
Tanaman

Anda mungkin juga menyukai