Anda di halaman 1dari 41

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 28 APRIL-01 JUNI 2014
KEMALA Hi. BADAR
(2008730077)
TUTOR : Dr. Susanto,
Sp.S
23/06/2014 1 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
REFERAT EPILEPSI
23/06/2014 2
Epilepsi berasal dari kata Yunani yang berarti
"serangan" atau penyakit yang timbul secara tiba-
tiba. Epilepsi merupakan penyakit yang umum
terjadi dan penting di masyarakat
DEFINISI EPILEPSI
Kumpulan gejala dan tanda klinis, ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang akibat gangguan fungsi otak secara
intermitten. Terjadi oleh lepas muatan listrik abnormal dan
berlebihan di neuron neuron secara paroksismal.
DEFINISI BANGKITAN EPILEPSI
Manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal. Disebabkan
oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan. Bukan
disebabkan oleh suatu penyakit otak akut ( unprovoked)
Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
DEFINISI
23/06/2014 3
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan
International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi
didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya
faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik,
perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi
sosial yang diakibatkannya.


DEFINISI SINDROM EPILEPSI
Sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi bersama
sama meliputi berbagai etiologi, umur, awitan (onset), jenis serangan,
faktor pencetus , kronisitas.
Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
EPIDEMIOLOGI
23/06/2014 4
Sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami
epilepsi.
Angka epilepsi lebih tinggi di negara berkembang. 80-90%
diantaranya tidak mendapatkan pengobatan apapun.

Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar
50/100,000 sementara di negara berkembang mencapai
100/100,000.

Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
(262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65 tahun
(81/100.000 kasus).

Jakarta (RSCM), angka kejadian epilepsi pada anak cukup
tinggi, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar
40 kasus per 100.000.


Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
23/06/2014 5
Epilepsi
idiopatik
Epilepsi
simptomatik
Epilepsi
kriptogenik
ETIOLOGI
Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International
League Against Epilepsy (ILAE) 1981
I . Kejang Parsial (fokal)
A. Kejang parsial sederhana (tanpa
gangguan kesadaran)
Dengan gejala motorik
Dengan gejala sensorik
Dengan gejala otonomik
Dengan gejala psikis

B. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan
kesadaran)
1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti
gangguan kesadaran
Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan
kesadaran
Dengan automatisme
2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal
kejang
Dengan gangguan kesadaran saja
Dengan automatisme

C. Kejang umum sekunder/
kejang parsial yang menjadi
umum (tonik-klonik, tonik atau
klonik)
1. Kejang parsial sederhana
berkembang menjadi kejang
umum
2. Kejang parsial kompleks
berkembang menjadi kejang
umum
3. Kejang parsial sederhana
berkembang menjadi parsial
kompleks, dan berkembang
menjadi kejang umum
23/06/2014 6 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 7
Lena/absens
Mioklonik
Tonik Atonik
Klonik
Tonik Klonik

III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan

Klasifikasi Epilepsi berdasarkan Sindroma
menurut ILAE 1989 :
I. Berkaitan dengan letak fokus
A. Idiopatik
Benign childhood epilepsy with centrotemporal
spikes
Childhood epilepsy with occipital paroxysm
B. Simptomatik
Lobus temporalis
Lobus frontalis
Lobus parietalis
Lobus oksipitalis

23/06/2014 8 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
II. Epilepsi Umum
A. Idiopatik
Benign neonatal familial
convulsions, benign
neonatal convulsions
Benign myoclonic
epilepsy in infancy
Childhood absence
epilepsy
Juvenile absence
epilepsy
Juvenile myoclonic
epilepsy (impulsive petit
mal)
Epilepsy with grand mal
seizures upon awakening
Other generalized
idiopathic epilepsies
B. Epilepsi Umum
Kriptogenik atau
Simtomatik
Wests syndrome (infantile
spasms)
Lennox gastaut syndrome
Epilepsy with myoclonic
astatic seizures
Epilepsy with myoclonic
absences

C. Simtomatik
Etiologi non spesifik
Early myoclonic
encephalopathy
Specific disease states
presenting with seizures
23/06/2014 9 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
PATOFISIOLOGI
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan
fungsi neuron-neuron otak dan transmisi
pada sinaps. Ada dua jenis
neurotransmitter, yakni neurotransmitter
eksitasi yang memudahkan depolarisasi
atau lepas muatan listrik dan
neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap
penyaluran aktivitas listrik saraf dalam
sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi
sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak
mudah melepaskan listrik. Di antara
neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi
dapat disebut glutamate, aspartat,
norepinefrin dan asetilkolin sedangkan
neurotransmitter inhibisi yang terkenal
ialah gamma amino butyric acid (GABA)
dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis
lepas muatan listrik dan terjadi transmisi
impuls atau rangsang. Aksi potensial akan
mencetuskan depolarisasi membran
neuron dan seluruh sel akan melepas
muatan listrik.

Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan
patologik, dapat merubah atau
mengganggu fungsi membran neuron
sehingga membran mudah dilampaui oleh
ion Kalsium dan Natrium dari ruangan
ekstra ke intra seluler. Influks Kalsium akan
mencetuskan letupan depolarisasi
membran dan lepas muatan listrik
berlebihan, tidak teratur dan terkendali.
Lepas muatan listrik demikian oleh
sejumlah besar neuron secara sinkron
merupakan dasar suatu serangan epilepsi.

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 10
Gejala
Kejang Parsial Simpleks
Serangan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan
mengalami gejala berupa:
deja vu
Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan
tidak dapat dijelaskan
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum
pada bagian tubuh tertentu.
Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
Halusinasi

23/06/2014 11 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
Gejala (2)
Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan
besar tidak akan mengingat waktu serangan. Gejalanya
meliputi:
Gerakan seperti mencucu atau mengunyah
Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau
memainkan pakaiannya
Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau
berjalan berkeliling dalam keadaan seperti sedang
bingung
Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang
Berbicara tidak jelas seperti menggumam.

23/06/2014 12 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
23/06/2014 13 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
Gejala (4)
Pada tahap tonik pasien dapat:
kehilangan kesadaran,
kehilangan keseimbangan dan
jatuh karena otot yang menegang,
berteriak tanpa alasan yang jelas,
menggigit pipi bagian dalam atau
lidah.
Gejala (5)
Pada saat fase klonik:
terjadi kontraksi otot yang
berulang dan tidak terkontrol,
mengompol atau buang air
besar yang tidak dapat
dikontrol,
pasien tampak sangat pucat,
pasien mungkin akan merasa
lemas,
letih ataupun ingin tidur setelah
serangan semacam ini.
Gejala (3)
Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal)
Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana
terdapat dua tahap: tahap tonik atau kaku diikuti tahap
klonik atau kelonjotan.
Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura.
LANGKAH
DIAGNOSTIK
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 14
ANAMNESIS

- Pola atau bentuk serangan
- Lama serangan
- Gejala sebelum, selama dan paska serangan
- Frekueensi serangan
- Faktor pencetus
- Ada atau tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
- Usia saat serangan terjadinya pertama
- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

23/06/2014 15 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan
dengan epilepsi


Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang
berhubungan dengan epilepsi
seperti trauma kepala
infeksi telinga atau sinus
gangguan kongenital
gangguan neurologik fokal atau difus
Pada anak-anak, diperiksa : keterlambatan
perkembangan, organomegali, perbedaan
ukuran antara anggota tubuh.
23/06/2014 16 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
PEMERIKSAAN PENUNJANG
23/06/2014 17 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur
a. Elektro ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk
rnenegakkan diagnosis epilepsi. Akan tetapi EEG bukanlah gold
standard untuk diagnosis. Hasil EEG dikatakan bermakna jika didukung
oleh klinis. Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan
umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik
atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal :
Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di
kedua hemisfer otak.
Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat
dibanding seharusnya misal gelombang delta.
Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal,
misalnya
Gelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul
secara paroksimal.


Rekaman video EEG

Rekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita yang
sedang mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis
dan lokasi sumber serangan. Rekaman video EEG memperlihatkan
hubungan antara fenomena klinis dan EEG, serta memberi kesempatan
untuk mengulang kembali gambaran klinis yang ada. Prosedur yang
mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang penyebabnya belum
diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk kasus epilepsi
refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan prosedur ini
sangat diperlukan pada persiapan operasi.

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 18

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan yang dikenal
dengan istilah neuroimaging
bertujuan untuk melihat struktur
otak dan melengkapi data EEG.
Bila dibandingkan dengan CT
Scan maka MRl lebih sensitif
dan secara anatomik akan ta
Tampak lebih rinci. MRI
bermanfaat untuk
membandingkan hipokampus
kanan dan kiri serta untuk
membantu terapi pembedahan.

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 19
A CT or CAT scan (computed
tomography) is a much more
sensitive imaging technique than
X-ray, allowing high definition not
only of the bony structures, but of
the soft tissues.

Laboratorium :
Darah
Cairan serebrospinal (infeksi SSP)



23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 20
PENATALAKSANAAN
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 21
Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup
optimal untuk pasien. Prinsip terapi farmakologi epilepsi
yakni :
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 22
Obat Anti Epilepsi (OAE) mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah
dipastikan, terdapat minimal dua kali bangkitan dalam setahun, pasien dan
keluarga telah mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan efek
sampingnya.
Terapi dimulai dengan monoterapi
Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat dalam plasma
ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.
Bila dengan pengguanaan dosis maksimum Obat Anti Epilepsi tidak dapat
mengontrol bangkitan, ditambahkan Obat
Anti Epilepsi kedua.
Bila Obat Anti Epilepsi kedua telah mencapai kadar terapi, maka Obat Anti
Epilepsi pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.
Penambahan Obat Anti Epilepsi ketiga baru dilakukan setelah terbukti
bangkitan tidak dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua
Obat Anti Epilepsi pertama.
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 23
Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan
untuk dimulai terapi bila kemungkinan kekambuhan
tinggi , yaitu bila: dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada
EEG, terdapat riwayat epilepsi saudara sekandung,
riwayat trauma kepala disertai penurunan kesadaran,
bangkitan pertama merupakan status epileptikus.

Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi :
Meningkatkan neurotransmiter inhibisi (GABA)
Menurunkan eksitasi: melalui modifikasi konduksi ion:
Na
+
, Ca
2+
, K
+
, dan Cl
-
atau aktivitas neurotransmiter.

Pada anak-anak penghentian Obat Anti Epilepsi secara
bertahap dapat dipertimbangkan setelah 2 tahun bebas
serangan, syaratnya:

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 24
Penghentian Obat Anti Epilepsi dapat
didiskusikan dengan pasien atau
keluarganya setelah minimal 2 tahun
bebas bangkitan
Harus dilakukan secara bertahap, pada
umumnya 25% dari dosis semula, setiap
bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
Bila digunakan lebih dari satu Obat Anti
Epilepsi, maka penghentian dimulai dari
satu Obat Anti Epilepsi yang bukan
utama.
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 25
TIPE BANGKITAN OAE LINI PERTAMA OAE LINI KEDUA OAE LINI KETIGA
LENA Sodium Valproat
Lamotrigine
Ethosuximide Levetiracetam
Zonisamide
MIOKLONIK Sodium Valproat Topiramate
Levetiracetam
Zonisamide
Clobazam
Lamotrigine
Clonazepam
Phenobarbital
TONIK KLONIK Sodium Valproat
Clobazam
Phenitoin
Phenobarbital
Lamotrigine
Oxcarbazepine
Topiramate
Levetiracetam
Zonisamide
Primidone
ATONIK Sodium Valproat Lamotrigine
Topiramate
Felbamate
PARTIAL Lamotrigine
Topiramate
Carbamazepine
Oxarbazepine
Phenitoin
Phenobarbital
Gabapentin
Sodium Valproat
Levetiracetam
Zonisamide
Pregabalin
Tiagabine
Vigabatrin
Felbamate
Primidone
TIDAK TERKLASIFIKASIKAN Sodium Valproat Lamotrigine Topiramate
Levetiracetam
Zonisamide
Pemilihan Obat Anti Epilepsi pada pasien remaja dan dewasa berdasarkan bentuk bangkitan
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 26
Pemilihan Obat Anti Epilepsi didasarkan pada
sindrom epilepsi
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 27
JENIS BANGKITAN OAE LINI PERTAMA OAE LINI KEDUA AOE LAIN YANG DAPAT
DIPERTIMBANGKAN
EPILEPSI LENA PADA ANAK KECIL (CAE) Sodium Valproat
Lamotrigine

Levetiracetam
Topiramate

BANGKITAN LENA PADA ANAK (JAE) Sodium Valproat
Lamotrigine
Levetiracetam
Topiramate
EPILEPSI MIOKLONIK PADA ANAK (JME) Sodium Valproat
Lamotrigine
Levetiracetam Acetazolamide
EPILEPSI UMUM TONIK KLONIK Sodium Valproat
Lamotrigine
Carbamazepine
Topiramate
Levetiracetam Phenobarbital
Phenytoin
Acetazolamide
Clobazam
Clonazepam
Oxarbazepine
EPILEPSI FOKAL KRIPTOGENIK/SIMTOMATIK Topiramate
Carbamazepine
Oxarbazepine
Sodium Valproat
Lamotrigine
Clobazam
Gabapentin
Levetiracetam
Phenytoin
Acetazolamide
Clonazepam
Phenobarbital
SPASMUS INFANTIL Steroid Clobazam
Clonazepam
Topiramate
Sodium Valproat
EPILEPSI BENIGNA DGN GELOMBANG PAKU
DI DAERAH SENTRO-TEMPORAL
Carbamazepine
Oxarbazepine
Sodium Valproat
Lamotrigine
Levetiracetam
Topiramate
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 28
EPILEPSI BENIGNA DGN GELOMBANG
PAROKSISMAL DI DAERAH OKSIPITAL
Carbamazepine
Oxarbazepine
Sodium Valproat
Lamotrigine
Levetiracetam
Topiramate
EPILEPSI MIOKLONIK BERAT PADA BAYI
(SMEI)
Clobazam
Clonazepam
Topiramate
Sodium Valproat
Levetiracetam Phenobarbital
GELOMBANG PAKU YANG KONTINU PADA
STADIUM TIDUR DALAM
Sodium Valproat
Lamotrigine
Clobazam
Clonazepam
Levetiracetam
Topiramate
SINDROM LENNOX-GASTAUT Sodium Valproat
Lamotrigine
Clobazam
Clonazepam
Levetiracetam
Clobazam
Clonazepam
SINDROM LANDAU- KLEFFNER Sodium Valproat
Lamotrigine
Steroid
Levetiracetam
Topiramate
EPILEPSI MIOKLONIK-ASTATIK Sodium Valproat
Clobazam
Clonazepam
Topiramate
Levetiracetam
Topiramate
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 29
OBAT DOSIS AWAL
(mg/hari)
DOSIS
RUMATAN
(mg/hari)
JUMLAH DOSIS
PERHARI
WAKTU
PARUH
PLASMA
(jam)
WAKTU
TERCEPATNYA
STEADY STATE
(hari)
Carbamazepine 400 600 400 600 2 3x
(untuk yg CR 2x)
15-35 2-7
Phenytoin 200 300 200 400 1 2x 10 80 3 15
Valproic acid 500 1000 500 2500 2 3x
(untuk yg CR 2x)
12 18 2 4
Phenobarbital 50 100 50 200 1 50 170
Clonazepam 1 4 1 or 2 20 60 2 10
Clobazam 10 10 -30 2 3x
(untuk yg CR 2x)
10 30 2 6
Oxarbazepine 600 900 600 3000 2 3x 8 15
Levetiracetam 1000 2000 1000 3000 2x 6 8 2
Topiramate 100 100 400 2x 20 30 2 5
Gabapentin 900 1800 900 3600 2 3x 5 7 2
Lamotrigine 50 100 20 200 1 2x 15 35 2 6

Dosis obat anti epilepsi untuk orang dewasa

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 30
OBAT EFEK SAMPING
YANG MENGANCAM JIWA EFEK SAMPING MINOR
Carbamazepine Anemia aplastik, hepatoksisitas,
sindroma Steven-Johnson,
lupuslike syndrome
Dizziness, ataksia,
diplopia, mual, kelelahan,
leukopeni,
trombositopeni,
hiponatremia, ruam,
gangguan, perilaku, tiks
Phenytoin Anemia aplastik, gangguan fungsi
hati, sindroma Steven Johnson,
lupuslike syndrome,
pseudolymphoma
Hipertrofi gusi,
hirsutisme, ataksia,
nistagmus, diplopia,
ruam, anoreksia, mual,
makrositosis, neuropati
perifer
Valproic acid Hepatatotoksik, hiperamonemia,
leukopeni, trombositopeni,
pankreatitis
Mual, muntah, rambut
menipis, tremor,
amenore, peningkatan
BB, konstipasi
Phenobarbital Hepatotoksik, gangguan jaringan
ikat dan sumsum tulang,
sindroma Steven Johnson
Mengantuk, ataksia,
nistagmus, ruam kulit,
depresi, hiperaktiv (pada
anak), gangguan belajar
Levetiracetam Belum diketahui Mual, nyeri kepala,
dizzines, kelemahan,
mengantuk, gangguan
perilaku
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 31
Gabapentin Belum diketahui Somnolen, kelelahan,
ataksia, dizziness,
peningkatan BB,
gangguan perilaku (pada
anak)
Lemotrigin Sindrom Steven-Johnson, gangguan
hepar akut, kegagalan multi organ
Ruam, dizziness, tremor,
atakia, diplopia, pandangan
kabur, nyeri kepala, mual,
muntah, insomnia
Okskarbazepin Ruam kulit Dizziness, ataksia, nyeri
kepala, mual, kelelahan,
hiponatremia
Topiramat Batu ginjal, hipohidrosis, gangguan
fungsi hati
Gangguan kognitif, kesulitan
menemukan kata, dizziness,
ataksia, nyeri kepala,
kelelahan, mual, penurunan
BB, parestesia, glukoma
Zonisamid Batu ginjal, hipohidrosis, anemia
aplastik
Mual, nyeri kepala,
dizziness, kelelahan,
parestesia, ruam, gangguan
berbahasa
STATUS EPILEPTIKUS
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 32
DEFINIS

Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit
atau adanya 2 bangkitan atau lebih tanpa
pemulihan kesadaran diantaranya.

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 33
KLASIFIKASI

SE Konvulsif (bangkitan umum tonik
klonik)
SE Non Konvulsif ( bangkitan bukan
umum tonik klonik), pada 1/3 kasus SE
terbagi atas:
SE Lena
SE Parsial Kompleks
SE Non Konvulsivus Pada Pasien Koma
SE Pada Pasien Gangguan Belajar



23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 34
Tabel 5. Penanganan SE Konvulsif
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 35
STADIUM PENTALAKSANAAN
Stadium I
( 0 10 menit)

Memperbaiki fungsi kardio- respirasi
Memperbaiki jalan nafas,O2, resusitasi
Stadium II
( 1 60 menit)

Pemeriksaan status neurologik
Vital sign : TD, Nadi, dan Suhu.
EKG
Pasang infus pada PD besar
Ambil darah 50 100 cc Pemeriksaan
Lab
OAE emergensi : diazepam 10 20 mg
IV ( kecepatan 2 5 mg/ mnt atau
rectal dapat diulang15 menit kemudian)
Glukosa 50 % 50 cc dengan atau tanpa
Thiamin 250 mg IV
Tangani asidosis


23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 36
STADIUM PENTALAKSANAAN
Stadium III
( 0 60/90 menit)


Tentukan etiologi
Bila kejang terus selama 30 menit setelah pemberian
diazepam pertama, beri phenytoin IV 15 18 mg/
kg, kecepatan 50 mg /mnt
Mulai terapi dengan vasopressor bila diperlukan.
Koreksi komplikasi.
Stadium IV
( 30 90 menit)


Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30 60 mnt, transfer
ICU, beri Propofol ( 2 mg / kg BB bolus IV, diulang bila perlu)
atau Thiopentone ( 100 250
mg bolus IV dalam 20 mnt, dilanjutkan bolus 50 mg setiap 2- 3
menit ), dilanjutkan s/d 12 24 jam setelah bangkitan klinis
atau bangkitan
EEG
terakhir, tapering off.
Memantau bangkitan & EEG, tekanan intrakranial,
memulai pemberian OAE dosis rumatan.

Tabel 6. Penanganan SE Non
Konvulsivus
23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 37
TIPE TERAPI PILIHAN TERAPI LAIN
SE LENA Benzodiazepine iv / oral Valproate iv

SE PARSIAL KOMPLEKS Clobazam oral Lorazepam / Phenytoin/
Phenobarbital iv

SE LENA ATIPIKAL Valproate oral

Benzodiazepine,
Lamotrigine, Tropiramate,
Methylphenidate, steroid
oral

SE TONIK Lamotrigine oral Methylphenidate, Seroid

SE NON KONVULSIVUS
PADA PASIEN KOMA
Phenytoin iv atau
Phenobarbital

anestesia dengan
thiopentone, pentobarbital,
propofol atau midazolam.

Penghentian pemberian Obat Anti Epilepsi


Syarat umumnya :
Penghentian Obat Anti Epilepsi dapat didiskusikan dengan pasien
atau keluarganya setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan.
Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis
semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan.
Bila digunakan lebih dari satu Obat Anti Epilepsi, maka penghentian
dimulai dari satu Obat Anti Epilepsi yang bukan utama.

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 38
PROGNOSA
Prognosis umumnya baik, 70 80% pasien yang
mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih
pasien akan bisa lepaa sobat
20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi
kronis pengobatan semakin sulit
5 % di antaranya akan tergantung pada orang lain dalam
kehidupan sehari-hari
Pasien dengan lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami
retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan neurologik
prognosis jelek

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 39
DAFTARA PUSTAKA

http://www.epilepsy.ca/eng/content/sheet.html
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Technical_documents_Ment-134.pdf
Tjahjadi,P.,Dikot,Y,Gunawan,D. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi. In : Kapita Selekta Neurologi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005. p119-127.
Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and Related Disorder, Pediatric Neurology: Essentials for
General Practice. 1
st
ed. 2007
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15816939
Octaviana F. Epilepsi. In: Medicinus Scientific Journal of pharmaceutical development and medical
application. Vol.21 Nov-Des 2008. p.121-2.
http://www.who.int/mental_health/neurology/epilepsy_atlas_introdion.pdf
http://www.epilepsyfoundation.org/about/statistics.cfm
http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/epilepsi-dan-anak/pahami-gejala-epilepsi-pada-anak-2
http://www.epilepsysociety.org.uk/AboutEpilepsy/Whatisepilepsy/Causesofepilepsy
Shorvon SD. HANDBOOK OF Epilepsy Treatment Forms, Causes and Therapy in Children and
Adults.2
nd
ed. America: Blackwell Publishing Ltd. 2005
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC
Aminoff MJ dkk. Clinical Neurology. 6
th
ed. New York: McGraw-Hill.
Wilkinson I. Essential neurology. 4
th
ed. USA: Blackwell Publishing. 2005
PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta. 2008
http://www.medscape.com/viewarticle/726809
Kliegman. Treatment of Epilepsy.Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saundres Elsevier.
2008. 593(6)



23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 40
Thank
You

23/06/2014 Dept. Of Neurology RSUD Cianjur 41

Anda mungkin juga menyukai