Anda di halaman 1dari 5

LAHAN PERTANIAN HULU DANAU DENDAM

WILAYAH KELURAHAN SUMUR DEWA


KECAMATAN SELEBAR
KOTA BENGKULU












TIDAK TERMASUK
AREAL CAGAR ALAM DUSUN BESAR

PENDAHULUAN

Cagar Alam Danau Dusun Besar seluas 11,5 ha adalah ditetapkan tahun 1936.
- Dengan Keputusan Menteri Pertanian RI tahun 1981 ditetapkan perluasan wilayah cagar
alam tersebut menjadi 430 ha dengan bentuk kawasan seperti terlampir pada keputusan
tersebut.
- Perluasan batas di lapangan yang dilakukan Tim SPPA termasuk petugas dari Desa Pagar
Dewa bahwa arah wilayah Pagar Dewa patok batas Cagar Alam ada di Pulau Para
Pulau Cempedak dan kebun kopi Zulkipli. Persawahan di wilayah Kel. Sumur Dewa
berada diluar kawasan.
- Luas Cagar Alam 577 ha menurut kepala BKSDA sewaktu hearing dengan DPRD Tk I
Bengkulu adalah hasil pengukuran di lapangan terhadap peta lampiran keputusan
Menteri Pertanian tahun 1981.
- Setelah pergantian para petugas BKSDA, batas berpindah-pindah, kawasan Cagar Alam
yang berada di wilayah T. Indah, Dusun Besar, Surabaya, Nakau dll yang merambah
kawasan tidak dipermasalahkan oleh BKSDA.
- Tindakan anarkis petugas BKSDA yang puncaknya pembakaran pondok ( 20 pondok)
dan pengrusakan tanaman tumbuh di lahan pertanian wilayah Kelurahan Sumur Dewa
yang dilakukan blan januari 2010.
- Para petani tidak terima kejadian tersebut karena tetap berprinsip wilayah itu bukan cagar
alam dan diluar kawasan Caga Alam, kemudian para petani mengadukan permasalahan
kepada DPRD Tk I Bengkulu.
- Data dan fakta yang dirangkum di dalam buku ini adalah bukti bahwa persawahan di
hulu danau dendam yang berada di wilayah Kelurahan Sumur Dewa; Tidak Termasuk Di
dalam Kawasan Cagar Alam Dusun Besar.
- Rangkuman fakta ini diharapkan kiranya Pemda Kota Bengkulu, Pemda Propinsi
Bengkulu, Dep. Kehutanan, Aparat Penegak Hukum (Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan) tidak menuduh petani sebagai Perambah Cagar Alam.
- Sebagai bahan Tim Ad hock yang dibentuk oleh Gubernur Bengkulu dalam rangka
penyelesaian sengketa.







PERMASALAHAN

- Dengan ditetapkannya Cagar Alam Dusun Besar seluas 577 ha pada tahun 1981, sampai
dengan tahun 1992 tidak ada permasalahan sengketa dengan petani wilayah Kelurahan
Sumur Dewa. Ketenangan ini terjadi karena pihak BKSDA masih konsekwen dengan
batas Cagar Alam, perkembangan pembangunan permukiman di Kelurahan Surabaya dan
Nakau belum ada, jalan lintas Ring Road Simpang. 4 Nakau Air Sebakul belum
dibangun.
- Meluasnya pembangunan perumahan oleh pengembang, memicu BKSDA menggeser
batas kawasan Cagar Alam kearah Kelurahan Sumur Dewa.
- Kalau ternyata areal persawahan di wilayah Sumur Dewa berada di dalam kawasan
Cagar Alam berdasarkan pengukuran di lapangan dan ditetapkan pada tahun 1992,
berarti perluasan cagar alam dibuat dan ditetapkan TIDAK sesuai dengan prosedur.
- Hearing yang difasilitasi oleh DPRD Provinsi Bengkulu ( Komisi I ) bersama-sama
dengan BKSDA, Asisten I Pemda Bengkulu, BPN, Kepolisian dll, dilaksanakan setelah
petani mengadukan permasalahan yang terjadi pada bulan januari 2010 yang
mengakibatkan :
Pembakaran / pengrusakan 20 pondok petani
Pengrusakan tanaman tumbuh
Penangkapan warga petani oleh aparat BKSDA dan pihak kepolisian
- Hasil hearing dengan DPRD Provinsi Bengkulu dibentuk Tim Ad Hock yang tugasnya
mencari jalan untuk menyelesaikan sengketa.
- Rentang waktu dari terbentuknya Tim Ad Hock sampai saat ini, BKSDA memanggil
sebagian petani ke Polda dimana intinya masih menganggap petani adalah PERAMBAH
dan mengabaikan adanya Tim Ad Hock dengan menugaskan PPNS BKSDA.
- Tuduhan BKSDA terhadap petani sebagai PERAMBAH, dengan mengadakan operasi di
lapangan yang merusak pondok dan tanaman, tuduhan pelanggaran peraturan bidang
kehutanan yang setiap waktu dituduhkan kepada petani bukanlah solusi untuk
menyelesaikan sengketa.
- Yang menjadi pertanyaan, Siapa yang pantas disebut PERAMBAH, BKSDA atau
petani?
- Dengan bukti yang menjadi pegangan petani sebagai lampiran buku ini, diharapkan
sengketa dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya secara adil dan bijaksana.
- Pelanggar hukum akan berhadapan dengan hukum itu sendiri, tetapi hukum juga
melindungi yang tidak bersalah.




LAMPIRAN

1. SK Menteri Pertanian RI tahun 1981 yang menetapkan kawasan Cagar Alam Danau
Dusun Besar seluas 430 ha (ternyata luas di lapangan 577 ha).
2. Peta yang dibuat oleh SPPA Bengkulu (sekarang menjadi BKSDA) yang menjadi
pegangan petugas SPPA (Sdr Lukman) bersama tim menelusuri dan menetapkan batas di
lapangan. Batas tersebut kea rah P DEwa adalah P Para P Cempedak. Peta dibuka dan
diterangkan di pondok Sdr Ladikin dan sesuai dengan pernyataan yang dibuat Sdr
Buyung Bahari.
3. Peta pembahasan Ruang Tata ruang wilayah Kota Bengkulu 2008 2028, tergambar
bahwa Kec. Selebar di luar Cagar Alam, berarti wilayah Kel. Sumur Dewa tidak
termasuk Cagar Alam.
4. Peta yang dibuat SPPA sebagai pembanding peta lampiran SK Menteri Pertanian tahun
1981.
5. Peta rencana induk penggunaan lahan dalam Kota Bengkulu tahun 2003.
6. Peta yang dibuat BKSDA tahun 2009 dimana seluruh perawahan Kelurahan Sumur
Dewa masuk kawasan Cagar Alam. Karena peta yang salah menyebabkan operasi
mereka salah yang menimbulkan pengrusakan pondok dan tanaman.
7. Surat pernyataan mantan Kepala Desa p Dewa :
- Buchari Kasim : 1976 1990
- Ashad Ali : 1990 1992
- Samsul Bahri : 1992 1993
Menerangkan bahwa :
- Wilayah P Dewa tidak ada Cagar Alam dan tidak pernah diminta untuk dijadikan
Cagar Alam.
- Wilayah pertanian masyarakat P Dewa satu-satunya ada di Ulu Danau Dendam dan
sudah ada sejak tahun 1960.
8. Surat pernyataan Buyung Bahari sebagai salah seorang petugas yang ikut merintis dan
menetapkan patok batas kawasan di lapangan.
9. Surat keterangan tanah dan surat izin garap :
- An Wadi tahun 1976 ; 1990
- An Umar tahun 1974
- An Kelompok yang diketuai Kaidin (22 orang) tahun 1989.
10. Surat Keterangan Penghentian Penuntutan oleh KEJARI Bengkkulu tahun 1997 yang
dituduh BKSDA merambah Cagar Alam terhadap Wadi dkk.
11. Surat yang disampaikan petani kepada DPRD Prop. Bengkulu 8 Februari 2010 setelah
BKSDA dan Aparat Kepolisian melakukan operasi terhadap wilayah pertanian Sumur
Dewa yang mengakibatkan :
- 20 pondok petani dirusak dan dibakar
- Merusak tanaman padi
- Penangkapan terhadap para petani
Sejak tahun 1992 Aparat BKSDA sering bertindak brutal terhadap para petani dan
tanaman mereka.
12. Keputusan Gub. Bengkulu yang membentuk Tim Ad Hock menyelesaikan sengketa
antara petani wilayah Sumur Dewa dan BKSDA.
13. Surat BKSDA 31 Desembar 2010 untuk kembali melakukan operasi ke persawahan
wilayah Kel. Sumur Dewa tidak menghargai keputusan Gubernur yang sudah
membentuk Tim Ad Hock termasuk tidak menghargai seluruh anggota Tim (
KAPOLDA, DANREM, KEJATI dll ).
14. Surat tanggapan An petani Wilayah Sumur Dewa terhadap surat BKSDA (lampiran 13).
15. Bahan pemikiran yang disampaikan para petani kepada Tim Ad Hock dalam upaya Tim
mengambil langkah menyelesaikan sengketa.
16. Surat Gubernur Bengkulu 8 Maret 2001 yang ditujukan kepada Kapolres Bengkulu.
Permasalahan adalah di Ds. Besar dan Surabaya bukan Sumur Dewa.
17. Daftar nama petani yang terpantau dan berada di wilayah Sumur Dewa.
18. Panduan / pedoman bagi PPA dalam :
- Pengelolaan hutan
- Penataan batas
- Pembuatan SK Kawasan
Bahan panduan / pedoman tersebut didapat dari Pegawai PPA / SPPA Bengkulu ( Sdr
Lukman ) yang ikut pendidikan bagi Kepala RESORT PERLINDUNGAN DAN
PENGAWASAN ALAM 1978 dari beliaulah peta Lamp. 2.

Anda mungkin juga menyukai