Dalam salah satu referensi disebutkan bahwa yang dimaksud dengan software quality adalah pemenuhan terhadap kebutuhan fungsional dan kinerja yang didokumentasikan secara eksplisit, pengembangan standar yang didokumentasikan secara eksplisit, dan sifat-sifat implisit yang diharapkan dari sebuah software yang dibangun secara profesional (Dunn, 1990). Berdasarkan definisi di atas terlihat bahwa sebuah software dikatakan berkualitas apabila memenuhi tiga ketentuan pokok:
Memenuhi kebutuhan pemakai yang berarti bahwa jika software tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna software tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan tidak atau kurang memiliki kualitas; Memenuhi standar pengembangan software yang berarti bahwa jika cara pengembangan software tidak mengikuti metodologi standar, maka hampir dapat dipastikan bahwa kualitas yang baik akan sulit atau tidak tercapai; dan Memenuhi sejumlah kriteria implisit yang berarti bahwa jika salah satu kriteria implisit tersebut tidak dapat dipenuhi, maka software yang bersangkutan tidak dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik.
McCall dan kawan-kawan pada tahun 1977 telah mengusulkan suatu penggolongan faktor-faktor atau kriteria yang mempengaruhi kualitas software. Pada dasarnya, McCall menitikberatkan faktor-faktor tersebut menjadi tiga aspek penting, yaitu yang berhubungan dengan:
1) Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations); 2) Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision); dan 3) Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product Transition).
Product Operations Sifat-sifat operasional suatu software berkaitan dengan hal-hal yang harus diperhatikan oleh para perancang dan pengembang yang secara teknis melakukan penciptaan sebuah aplikasi. Hal-hal yang diukur di sini adalah yang berhubungan dengan teknis analisa, perancangan, dan konstruksi sebuah software. Faktor- faktor McCall yang berkaitan dengan sifat-sifat operasional software adalah:
1) Correctness sejauh mana suatu software memenuhi spesifikasi dan mission objective dari users; 2) Reliability sejauh mana suatu software dapat diharapkan untuk melaksanakan fungsinya dengan ketelitian yang diperlukan; 3) Efficiency banyaknya sumber daya komputasi dan kode program yang dibutuhkan suatu software untuk melakukan fungsinya; 4) Integrity sejauh mana akses ke software dan data oleh pihak yang tidak berhak dapat dikendalikan; dan 5) Usability usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output dari software.
Product Revision Setelah sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus diperhatikan. Faktor-faktor McCall yang berkaitan dengan kemampuan software untuk menjalani perubahan adalah:
1) Maintainability usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan (error) dalam software; 2 2) Flexibility u saha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi terhadap software yang operasional 3) Testability usaha yang diperlukan untuk menguji suatu software untuk memastikan apakah melakukan fungsi yang dikehendaki atau tidak
Product Revision Product Transition Product Operations Maintainability (Can I fix it?) Flexibility (Can I change it?) Testability (Can I test it?) Portability (Will I be able to use it on another machine?) Reusability (Will I be able to reuse some of the software?) Interoperability (Will I be able to interface it with another system?) Correctenss (Does it what I want?) Reliability (Does it do it accurately all of the time?) Efficiency (Will it run on my hardware as well as it can?) Integrity (Is it secure?) Usability (Is it designed for the user?) Product Revision Product Transition Product Operations Product Revision Product Transition Product Operations Maintainability (Can I fix it?) Flexibility (Can I change it?) Testability (Can I test it?) Portability (Will I be able to use it on another machine?) Reusability (Will I be able to reuse some of the software?) Interoperability (Will I be able to interface it with another system?) Correctenss (Does it what I want?) Reliability (Does it do it accurately all of the time?) Efficiency (Will it run on my hardware as well as it can?) Integrity (Is it secure?) Usability (Is it designed for the user?)
Sumber: Pressman, 1994
Product Transition Setelah integritas software secara teknis telah diukur dengan menggunakan faktor product operational dan secara implementasi telah disesuaikan dengan faktor product revision, faktor terakhir yang harus diperhatikan adalah faktor transisi yaitu bagaimana software tersebut dapat dijalankan pada beberapa platform atau kerangka sistem yang beragam. Faktor-faktor McCall yang berkaitan dengan tingkat adaptibilitas software terhadap lingkungan baru:
1) Portability usaha yang diperlukan untuk mentransfer software dari suatu hardware dan/atau sistem software tertentu agar dapat berfungsi pada hardware dan/atau sistem software lainnya 2) Reusability sejauh mana suatu software (atau bagian software) dapat dipergunakan ulang pada aplikasi lainnya 3) Interoperability usaha yang diperlukan untuk menghubungkan satu software dengan lainnya
Teknik Pengukuran Menimbang tingkat kesulitan yang dihadapi para programmer dalam mengukur secara langsung dan kuantitatif kualitas software yang dikembangkan berdasarkan pembagian yang diajukan McCall di atas, sebuah formula diajukan untuk mengukur faktor-faktor software quality secara tidak langsung menurut hubungan:
F q = c 1 * m 1 + c 2 * m 2 + c 3 * m 3 + . . . +
c n * m n
dimana : F q = Faktor software quality c 1 = Bobot yang bergantung pada produk dan kepentingan m 1 = Metric yang mempengaruhi faktor software quality 3 Adapun metric yang dipakai dalam skema pengukuran di atas adalah sebagai berikut:
o Auditability kemudahan untuk memeriksa apakah software memenuhi standard atau tidak; o Accuracy ketelitian dari komputasi dan kontrol; o Communication Commonality sejauh mana interface, protokol, dan bandwidth digunakan; o Completeness sejauh mana implementasi penuh dari fungsi-fungsi yang diperlukan telah tercapai; o Conciseness keringkasan program dalam ukuran LOC (line of commands); o Consistency derajat penggunaan teknik-teknik desain dan dokumentasi yang seragam pada seluruh proyek pengembangan software; o Data Commonality derajat penggunaan tipe dan struktur data baku pada seluruh program; o Error Tolerance kerusakan yang terjadi apabila program mengalami error; o Execution Efficiency kinerja run-time dari program; o Expandability sejauh mana desain prosedur, data, atau arsitektur dapat diperluas; o Generality luasnya kemungkinan aplikasi dari komponen-komponen program; o Hardware Independence sejauh mana software tidak bergantung pada kekhususan dari hardware tempat software itu beroperasi; o Instrumentation sejauh mana program memonitor operasi dirinya sendiri dan mengidentifikasi error yang terjadi; o Modularity functional independence dari komponen-komponen program; o Operability kemudahan mengoperasikan program; o Security ketersediaan mekanisme untuk mengontrol dan melindungi program dan data terhadap akses dari pihak yang tidak berhak; o Self-Dokumentation sejauh mana source-code memberikan dokumentasi yang berarti; o Simplicity Kemudahan suatu program untuk dimengerti; o Traceability kemudahan merujuk balik implementasi atau komponen program ke kebutuhan pengguna software; dan o Training sejauh mana software membantu pemakaian baru untuk menggunakan sistem.
Auditability Accuracy Communication Comm. Completeness Conciseness . . . Traceability Training C o r r e c t e n e s s R e l i a b i l i t y E f f i c i e n c y I n t e g r i t y ...I n t e r o p e r a b i l i t y U s a b i l i t y M e t r i c s Quality Factors Auditability Accuracy Communication Comm. Completeness Conciseness . . . Traceability Training C o r r e c t e n e s s R e l i a b i l i t y E f f i c i e n c y I n t e g r i t y ...I n t e r o p e r a b i l i t y U s a b i l i t y M e t r i c s M e t r i c s Quality Factors
Sumber: Pressman, 1994
4 Hubungan antara faktor-faktor software quality dan metric-metric tersebut ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Dengan memanfaatkan formula ini, paling tidak seorang perancang, programmer, evaluator, dan pengguna perangkat lunak dapat mendeskripsikan secara kuantitatif tingkat kualitas sebuah software. Semakin tinggi nilai F q yang dihasilkan, semakin baik kualitas software tersebut. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evaluasi terhadap nilai kuantitatif sebuah software adalah:
o Tentukan terlebih dahulu faktor-faktor apa yang ingin diukur berdasarkan metric kualitas yang ada; dan o Untuk masing-masing metric, tentukan bobot yang sesuai, sejalan dengan kebutuhan dari kualitas yang diharapkan terhadap software yang ingin dievaluasi.