Suku Bunga
Dalam dunia perbankan, suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua
kekuatan yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama
dari sektor bisnis). Bunga dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar
masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan di tentukan oleh tinggi
rendahnya tingkat bunga.semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin tinggi
pula minat masyarakat untuk menabung.
Menurut (karl, 2001: 506) pada tingkat suku bunga yang tinggi, makin
tinggi pula biaya untuk menahan uang. Hal ini bisa di artikan ketika suku bunga
meningkat, masyarakat akan mengambil keuntungan yang lebih tinggi dari yang
di tanamkan.
1. Teori Klasik
Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga
dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi jumlah
tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masayarakat menabung sangat di
pengaruhi pada tingkat suku bunga.
2. Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga
Keynes menyatakan bahwa tingkat suku bunga adalah tingkat balas jasa
diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa
yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity
preferencenya. Makin besar liquidity preference seseorang makin besar
keinginan seseorang untuk menahan uang tunai, maka semakin besra tingkat suku
bunga yang diterima orang tersebut bila dia meminjamkan uang tersebut kepada
orang lain.
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat bsuku
bunga. Hubungan negatif antar permintaan uang dengan tingkat suku bunga ini
dapat diterangkan oleh keynes. Keynes mengatakan bahwa masyarakat
mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal (natural rate).
Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada
suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang . bila
masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga
obligasi akan mengalami penurunan) pemilik obligasi akan mengalami kerugian
(capital loss).
Teori Inflasi
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas merupkan teori yang paling tua mengenai inflasi, dalam
teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan harapan
masyarakat terhadap barang dan jasa. Menurut teori ini hanya bisa terjadi kalau
ada tambahan volume uang yang beredar (kartal maupun giral) tanpa diiringi
pasokan (suply) barang-barang yang tersedia. Inflasi juga dapat terjadi oleh
harapan ekspektasi psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
datang
2. Teori Keynes.
Keynes menyatakan faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi
makro. Menurut keynes inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar
batas kemampuan pendapatannya. Terjadi inflasi melalui proses, ada sekelompok
masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih
besar dari pada kemampuan kelompok lain. Proses perebutan ini akhirnay di
wujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan
masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup di
sediakan oleh kapasitas yang tersedia.
Hal ini dapat menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat golongan
masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional secara nyta di
wujudkan dalam peemintaan di pasar-pasar barang. Dengan demikian akan
menimbulkan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga ini menyebabkan
bertambahnya permintaan uang untuk transaksi dengan demikian akan menaikan
suku bunga. Hal ini mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan
melunakkan tekanan inflasi.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur variabelvariabel yang
mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di Sumatera Barat dengan
menggunakan konsep ekonomi makro. Variabel variabel ekonomi yang akan
diteliti adalah PDRB Riil Sumbar, dan Suku Bunga Kredit dari Kuartal I tahun
2000 sampai dengan Kuartal IV tahun 2012.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Republik
Indonesia yang meliputi data pengeluaran konsumsi rumah tangga, Pendapatan
Nasional, dan Suku Bunga Kredit. Data penelitian ini merupakan data time series.
Model Estimasi
Penulis membuat model determinan Jumlah tabungan di indonesia dalam
kurun waktu annual dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2010 berdasarkan teori-
teori yang telah ada, yaitu:
JT = f(PP,TSB, Inflasi)
Dalam penelitian ini akan menggunakan model OLS (Ordinary Least
Square), OLS merupakan metode yang sering dan banyak digunakan dalam
mengestimasi sebuah model. Metode ini dilaksanakan dengan cara
meminimumkan kuadrat residual. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada
metode OLS, yaitu:
1. Zero conditional mean dari error:
(
)
2. Tidak ada serial korelasi dari error:
(
)
3. Homoskedasticity/varians dari error konstan
(
4. Covarian dari error (U) dan X adalah nol
(
) (
)
5. Tidak ada bias dalam spesifikasi model/model dispesifikasi dengan benar
6. Tidak ada collinearity yang sempurna antar variabel independen
Selanjutnya kita akan membuat persamaan regresi dari model yang telah kita
buat.
JT = b0 + b1PP + b2TSB +b3Inflasi+
Dimana :
JT = jumlah tabuangan (dalam milyar rupiah)
PP = Pendapatan Perkapita (dalam milyar rupiah)
TSB = Tingkat Suku Bunga (dalam persen)
b0 : Intersep (konstanta)
b1-b2-b3 : Koefisien Regresi
: Kesalahan pengganggu (disturbance)
Hipotesis Penelitian
1. Diduga pendapatan perkapita berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap jumlah tabungan di indonesia.
2. Diduga tingkat suku bunga berpengaruh secara negatif dan kurang
signifikan terhadap jumlah tabungan di indonesia.
3. Diduga tingkat inflasi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan
terhadap jumlah tabungan di indonesia.
4. Diduga pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, dan inflasi, berpengaruh
secara bersama-sama terhadap jumlah tabungan di indonesia.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Setelah dilakukan pengolahan data melalui program Eviews 6 maka
didapatkan hasil estimasi sebagai berikut :
Dependent Variable: JT
Method: Least Squares
Date: 06/17/14 Time: 15:52
Sample: 1980 2010
Included observations: 31
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 90743.13 58817.62 1.542788 0.1345
PP 0.024061 0.002479 9.707857 0.0000
TSB -7161.805 4160.817 -1.721250 0.0966
INFLASI 1412.014 1623.772 0.869589 0.3922
R-squared 0.878829 Mean dependent var 143755.6
Adjusted R-squared 0.865365 S.D. dependent var 195885.3
S.E. of regression 71875.47 Akaike info criterion 25.32317
Sum squared resid 1.39E+11 Schwarz criterion 25.50820
Log likelihood -388.5092 Hannan-Quinn criter. 25.38349
F-statistic 65.27496 Durbin-Watson stat 1.113109
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil estimasi dapat kita interpretasikan beberapa hal berikut ini :
1. Model yang dibuat ternyata tidak terlau signifikan karena nilai inflasi
sebesar 0.3922 dan tingkat suku bunga sebesar 0.0966 memiliki nilai
probabiliti besar dari alfa .
2. Nilai R
2
semakin mendekati satu sebesar 0.878829, artinya model yang kita
buat semakin mendekati kenyataan. Variabel pendapatan perkapita, tingkat
suku bunga dan inflasi secara bersama mampu menjelaskan varabel
jumlah tabungan sebesar 87,88 %
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi adanya korelasi antar variabel bebas dapat dilakukan
dengan cara mengestimasi variabel bebas secara parsial
1. Variabel JT dengan PP
Dependent Variable: JT
Method: Least Squares
Date: 06/17/14 Time: 22:34
Sample: 1980 2010
Included observations: 31
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -12476.53 17572.78 -0.709992 0.4834
PP 0.026824 0.001984 13.52143 0.0000
R-squared 0.863097 Mean dependent var 143755.6
2. Variabel JT dengan TSB
Dependent Variable: JT
Method: Least Squares
Date: 06/17/14 Time: 22:41
Sample: 1980 2010
Included observations: 31
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 411444.5 80819.88 5.090883 0.0000
TSB -18869.77 5294.560 -3.563991 0.0013
R-squared 0.304590 Mean dependent var 143755.6
3. Variabel JT dengan Inflasi
Dependent Variable: JT
Method: Least Squares
Date: 06/17/14 Time: 22:45
Sample: 1980 2010
Included observations: 31
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 162314.7 45760.04 3.547084 0.0013
INFLASI -1811.102 2814.044 -0.643594 0.5249
R-squared 0.014082 Mean dependent var 143755.6
Dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa model yang kita buat terbebas
dari masalah multikolinieritas. Hal ini dapat kita lihat dari nilai R
2
pada pengujian
secara parsial yang lebih kecil dari R
2
pengujian secara bersama.
2. Uji Heteroskedastisitas
Dari pengujian dengan metode Breusch-Pagan-Godfrey didapatkan hasil
sebagai berikut.
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.055265 Prob. F(3,27) 0.3843
Obs*R-squared 3.253341 Prob. Chi-Square(3) 0.3542
Scaled explained SS 26.42265 Prob. Chi-Square(3) 0.0000
dari hasil diatas dapat kita artikan bahwa model yang kita buat terbebas
dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini dibuktikan dengan nilai prob obs*R-
squared yang tidak terlalu signifikan.
3. Uji Autokorelasi
Melalui uji serial correlation LM test ternyata terjadi autokorelasi, hal ini
jug dapat kita lihat dari uji Durbin-Watson Stastistic pada regresi awal.
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.078617 Prob. F(1,26) 0.7814
Obs*R-squared 0.093453 Prob. Chi-Square(1) 0.7598
Dari hasil diatas terlihat bahwa tidak terjadi autokorelasi karena nilai
Obs*R
2
Squared yang besar dari nilai alpha.
Pembahasan
Dari hasil analisis data regresi yang kita lakukan, variabel Pendapatan
Perkapita (PP) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel
dependen Jumlah Tabungan (JT). Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
variabel Pendapatan Perkapita (PP) sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari pada nilai
0,05. Koefisien regresi variabel Pendapatan Perkapita (PP) adalah sebesar
0.024061 yang artinya apabila Pendapatan Perkapita (PP) bertambah sebesar 1
milyar maka Jumlah Tabungan (JT) akan meningkat sebesar 0.024061 milyar.
Dari hasil intepretasi diatas dapat dilihat bahwa hasil telah sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh Keynes dalam Sukirno (2003 : 338) bahwa konsumsi
seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Dari hasil analisis dapat
dilihat bahwa variabel Pendapatan Perkapita (PP) berpengaruh secara positif dan
signifikan, artinya apabila pendapatan perkapita meningkat maka secara otomatis
minat masyarakat untuk menabung juga akan bertambah.
Variabel tingkat Suku Bunga (TSB) memiliki probabilitas sebesar 0.0966
yang lebih besar dari 0.05 artinya berbengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap Jumlah Tabungan (JT). Hal ini sesuai dengan pendapat Keynes dalam
Mankiw (2003 : 425-426) yang mengatakan bahwa :
Pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting sementara
tingkat bunga tidak memiliki peranan penting, pengaruh tingkat bunga terhadap
tabungan hanya merupakan sebatas teori.
Variabel Inflasi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap
variabel dependen Jumlah Tabungan (JT). Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas variabel Inflasi sebesar 0.3922 yang lebih besar dari pada nilai 0,05.
Koefisien regresi variabel Inflasi adalah sebesar 1412.014 yang artinya apabila
Inflasi berkurang sebesar 1 milyar maka Jumlah Tabungan (JT) akan meningkat
sebesar 1412.014 milyar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengaruh Pendapatan Perkapita, dan
tingkat suku bunga dan Inflasi terhadap jumlah tabungan di Indonesia dari tahun
1980 sampai tahun 2010, dengan menggunakan model regresi OLS (Ordinary
Least Square) maka dapat dibuatlah kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan perkapita berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengolahan eviews bahwa nilai probabilitas Pendapatan
Nasional yaitu sebesar 0,0000 lebih kecil dari pada nilai 0,05.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Suku Bunga berpengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap Jumlah Tabungan, hal ini
ditunjukkan berdasarkan hasil pengolahan Eviews dari nilai probabilitas
Tingkat Suku Bunga(TSB) sebesar 0.0966 yang lebih besar dari nilai 0,05
dan memiliki koefisien negative sebesar -7161.805.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap jumlah tabungan, hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil
pengolahan eviews dari nilai probabilitas inflasi sebesar 0.3922 yang
leebih besar dari nilai 0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar
1412.014.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan terhadap penelitian ini, maka
penulis dapa memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Peran pemarintah sangat diperlukan dalam peningkatan pendapatan
perkapita , diharapkan pemerintahdapat memberikan kebijakan-kebijakan
yang meringankan pelaku agar kenaikan PDB lebih tinggi dari pada
kenaikan jumlah populasi karena pendapatan perkapita itu timbul karena
pembagian antara PDB dengan jumlah populasi.
2. Dalam suku bunga, Bank sentral harus berperan sebagai stabilisator
naiknya suku bunga, karena jika suku bunga yang terlalu ttinggi
menaikkan tabungan namun akan berdampak negatif terhadap penyaluran
kredit atu pinjaman pada masyarakat. Karena bunga yang di bebankan
lebih besar dari bunga dalam menabung.
3. Pemerintah daBI harus menjaga agar inflasi stabil sehingga berrdampak
pada sedikitnya uang yang beredar di masyarakat yang akan menakibatkan
kenaikan pada tabungan itu sendiri.