I. IDENTITAS Topik :Gangguantidur Sub Topik : Mengenalmacam-macamgangguantidur Hari/Tanggal : Jumat, 18Juni 2014 Waktu : 10.00-11.00 WIB Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke poliklinik Tempat : Ruang tunggu poliklinik
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui macam- macam gangguan tidur, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari penyuluhan ini memahami factor penyebab terjadinya gangguan tidur serta berbagai macam gangguan tidur dan penanganannya.
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat: 1. Memahami factor penyebab terjadinya gangguan tidur. 2. Memahami tentang macam-macam gangguan tidur. 3. Memahami tanda-tanda gangguan tidur dan tatalaksananya.
IV. MATERI (TERLAMPIR)
V. MEDIA 1. Laptop 2. LCD 3. Microphone 4. Leaflat
VI. METODE 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab 2
KEGIATAN PENYULUHAN NO Kegiatan Penyuluhan Audiance Waktu 1. Pembukaan Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjawab salam Memperhatikan 5 menit 2. Isi Penyampaianisimateri Menyampaikan pengetahuannya Mendengarkan dan memperhatikan penyampaian materi 45 menit 3. Penutup Menyimpulkan materi Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Menutup dan mengucapkan salam Mendengarkan dan memperhatikan Aktif mengajukan pertanyaan Menjawab salam 10 menit 3
BAB I PENDAHULUAN
Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversible dan berlangsung cepat. Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis penting dalam menjaga keseimbangan regulasi system tubuh, juga merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Fisiologi tidur merupakan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai macam neurotransmiter. Dengan adanya tidur, maka manusia dapat memelihara kesegarannya, kebutuhan, dan metabolism seluruh tubuhnya. Tidur memiliki fungsi restorasi yang penting untuk termoregulasi dan cadangan energy tubuh. Pada saat tidur tenaga yang hilang dipulihkan dan terjadi pelemasan otot. Para peneliti telah mengakui pentingnya tidur untuk perbaikan sel-sel tubuh yang rusak. Proses ini didorong oleh Growth Hormon yang dihasilkan pada tahap tidur dalam. Melambatnya kerja tubuh saat tidur member kesempatan kepada sel-sel penyembuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Aktivitas kerja dan kegiatan lain yang mengeluarkan energi, pikiran kacau dan stress dapat membuat sel-sel tubuh rusak. Tubuh secara otomatis akan memperbaiki sel-sel rusak tersebut pada saat kita tidur. Dikarenakan dianggap sesuatu yang alami dan manusiawi, banyak orang mengganggap remeh kesehatan tidur.Ganguan tidur sangat sering terjadi dan merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup. Sebagian besar masalah tidur yang menetap ditandai dengan tidur yang berlebihan atau rasa mengantuk sepanjang hari termasuk pula tertidur selama melakukan aktivitas seperti makan, mengemudi atau duduk di dalam kelas. 4
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakinlama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang. Pasien dapat meminta pertolongan dari seorang dokter karena: (1) ketidakmampuan tidur akut atau kronik pada waktu malan; (2) pusing yang kronik, tidur atau kelelahan sepanjang hari; atau (3) manifestasi perilaku yang dikaitkan dengan tidur sendiri. Banyak gangguan tidur yang dialami oleh orang. Namun, saat ini orang-orang beranggapan bahwa hanya insomnia semata yang menjadi gangguan tidur. Padahal masih banyak gangguan tidur lain yang perlu diketahui, seperti narkolepsi, sleep apneu, restless legs syndrome (RLS), parasomnia, REM behavior disorder (RBD), dan sebagainya. Dengan mengetahui jenis-jenis gangguantidur, kita dapat mengetahui cara mengatasinya.
5
BAB II PEMBAHASAN
I. TIDUR FISIOLOGIS Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM ) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: 1. Tidur stadium Satu. Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit danmudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombangcampuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
2. Tidur stadium dua 6
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K. 3. Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang slee[ spindle. 4. Tidur stadium empat Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEGdidominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG- nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;stadium 4 : 13%. REM; 25 %.
II. PERANAN NEUROTRANSMITER Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. 7
Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik. Sistem serotonergik Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM. Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur.Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga. Sistem Kholinergik Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal danpenurunan REM. Sistem histaminergik Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur. Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun.
III. INSIDENSI 8
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalamikesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius.Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol. Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%).
IV. KLASIFIKASI I nternasional Classification of Sleep Disorders 1. Dissomnia Gangguan tidur intrisik Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik. Gangguan tidur ekstrisik Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik,ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant Gangguan tidur irama sirkadian Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama Berhubungan dengan fase REM Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest Parasomnia lain-lainnya Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distoniaparosismal.
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri Gangguan mental Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol Berhubungan dengan kondisi kesehatan 5 Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi,status epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma. Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK) 4. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi
1. DISSOMNIA Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi daintaranya. A. Gangguan tidur spesifik Narkolepsi Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2- 3 jam berikutnya. Narkolepsi menyerang lebih dari 200.000 penduduk di Amerika Serikat dan tampaknya mempunyai dasar genetik. Gejala secara tipikal mulai pada decade kedua, meskipun awitan pada usia antara 5 sampai 50 tahun. Seatu stress yang teridentifikasi (seperti gangguan siklus tidur bangun, perceraian, kehilangan orang yang dicintai) dapat mendahului awal gejala. 10
Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Gejala Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM. Berbagai bentuk narkolepsi: Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop. Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka pikiran normal. Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya. Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak pada lokus kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white dengan populasi lebih dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%, dan bangsa Israel 1:500.000. Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki dan wanita. Kelainan ini diduga terletak antara batang otak bagian atas dan kronik pada malam harinya serta tidak rstorasi seperti terputusnya fase REM Pengobatan narkolepsi adalah simptomatik. Somnolen diobati dengan stimulant. Pengobatan katalepsi, halusianasi hipnogogik, dan paralisis tidur memerlukan antidepresan, yang efektif, sebagian karena efek menekan REM poten.
Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodiklimb movement disorders)/mioklonus nortuknal Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik, berulang selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5detik, berulang dalam waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung terusmenerus dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering dari pada mioklonus. Sering timbul pada fase NREMatau saat onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada pusatkontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari orang normal antara usia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50 tahun. 11
Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah gerakan yang terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan, 25-50 gerakan/jam: sedang, danlebih dari 50 kali/jam : berat. Didapatkan pada penyakit seperti mielopati kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea, ketergantungan obat, anemia.
Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/Ekbomssyndrome Pasien dengan dissomnia yang dihubungkan dengan restless legs syndrome mengalami usaha keras untuk menggerakkan tungkai mereka saat bangun dan tidak aktif, terutama bila berbaring di tempat tidur sebelum tidur. Keadaan ini mengganggu keinginan untuk tertidur. Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onset tidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik disertai dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan sehingga penderita selalu mendorong-dorong kakinya. Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson,wanita hamil. Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi batang otakhipotalamus.
Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea) Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan. Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia. Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui 12
obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur.Akibat hipoksia atauhipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi medula, dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali normal secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun berulang kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan gangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid, atau bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord chiari malformation. Paska trauma kepala Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering mengeluh gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan timbulnya keluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahun kemudian. Pada gambaran polysomnography tampak penurunan fase REM dan peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa fase koma (trauma kepala) sangat berperan dalam penentuan kelainan tidur. Pada penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalu mengantuk berlebih sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onset REM. Penanganan dengan proses program rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium carbonat dapat menurunkan angka frekuensi gangguan tidur akibat trauma kepala.
B. Gangguan tidur irama sirkadian Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus 13
biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian: 1) Sementara (acute work shift, Jet lag) 2) Menetap (shift worker) Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM. Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadianadalah sebagai berikut: 1) Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orangorang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder). 2) Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang terputus-putus. 3) Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM. 4) Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1- 3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai. 14
5) Tipe bangun-tidur beraturan 6) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.
C. Lesi susunan saraf pusat (neurologis) Sangat jarang. Les batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau trauma daerah ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM berkurang atau tidak ada sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan gangguan tiduryang berat, yang diakibatkan kerusakan pada raphe batang otak. Penyakit seperti Gilles de la Tourettes syndrome, parkinson, khorea, dystonia, gerakan-gerakan penyakit lebih sering timbul pada saat pasien tidur. Gerakan ini lebih sering terjadi pada fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada fase dalam. Pada dememsia sinilis gangguan tidur pada malam hari, mungkinakibat diorganisasi siklus sirkadian, terutama perubahan suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur, bila terjadi gangguan vaskuler didaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi pada saat tidur terutama pada fase NREM (stadium ) jarang terjadi pada fase REM.
D. Gangguan kesehatan, toksik Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati distropi, low back pain, gangguan metabolik seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik, asma, penyakit, ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering menyebabkan gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus nortuknal.
E. Obat-obatan Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti penggunaan obat stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein, nikotine), antihipertensi, antidepresan, antiparkinson, antihistamin, antikholinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-outus fase tidur REM.
2. PARASOMNIA Istilah parasomnia menunjukkan gangguan perilaku selama tidur yang dihubungkan dengan gangguan parsial atau singkat tetapi tidak dengan gangguan tidur 15
yang nyata atau gangguan kesadaran siang hari.Parasomnia yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian. Keluhan yang ada biasanya terkait dengan perilaku sendiri. Kebanyakan keluhan lebih lazim pada anak-anak tetapi dapat menetap pada masa dewasa bila kejadiannya mempunyai patologik lebih signifikan. Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan ataupenurunan insidensi padausia dewasa (3%). Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu: a) Peminum alkohol b) Kurang tidur (sleep deprivation) c) Stress psikososial Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antarabangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
A. Gangguan tidur berjalan (slepp walking)/somnabulisme Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membukapintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah. Pada gambaran EEG \ menunjukkan iram acampuran terutama theta dengangelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha. B. Gangguan teror tidur (sleep teror) Gangguan ini juga disebut pavornocturnus, terjadi primer pada anak-anak muda selama beberapa jam pertama setelah awitan tidur. Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti 16
ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam pemeriksaan polisomnografy. Teror tidurmungkin mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas. Serangan rekuren jarang terjadi. Tertidur dan tidur berjalan menggambarkan abnormalitas bangun. C. Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest. Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) dan selanjutnya terjadi aktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada larut malam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang jelas. Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan psikiatri atau dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol. Kemungkinan lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus sepertiperdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM burst dan mioklonik potensial pada rekaman EMG.
3. GANGGUAN TIDUR DIHUBUNGKAN DENGAN GANGGUAN MEDIS/PSIKIATRI A. Gangguan Tidur Dihubungkan dengan Gangguan Mental Skizofrenia kronik biasanya dapat tidur nyenyak. Sebaliknya, pasien dengan gangguan psikiatri lain (gangguan ansietas, penyakit afektif, gangguan obsesif- kompulsif dan alkoholisme kronik) sering sulit tidur. Depresi dapat dihubungkan dengan insomnia awitan tidur, dan/atau bangun terlalu pagi. Pada mania dan hipomania, latensi tidur meningkat, dan waktu tidur total berkurang. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif mempunyai gangguan tidur yang serupa dengan pasien yang mengalami depresi endogen. Tidur alkoholik kronik tetap terganggu selama bertahun-tahun setelah berhenti mengkonsumsi alkohol. B. Gangguan Tidur Dihubungkan dengan Gangguan Neurologik Berbagai penyakit neurologic menyebabkan putusnya tidur melalui 17
mekanisme nonspesifik, tidak langsung (seperti nyeri pada spondilodisservikal atau low back pain)atau oleh gangguan struktur saraf pusat yang terserang dan control tidur itu sendiri. C. Gangguan Tidur Dihubungkan dengan Gangguan Medis Lain Sejumlah kondisi medis dihubungkan dengan gangguan tidur. Hubungan bisa non spesifik, sebagai contoh, antara gangguan tidur dan nyeri kronik dari gangguan rematologik. Selain itu, gangguan tidur berasal dari penggunaan obat yang sesuai seperti steroid atau dari gejala penyakit lain. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan gangguan tidur yaitu asma, iskemia jantung, penyakit paru obstrsuktif
V. DIAGNOSA ETIOLOGI Sebelum mencari diagnosa penyebab suatu gangguan tidur, sebaiknya ditentukan terlebih dahulu jenis danlamanya gangguan tidur (duration of sleep disorder), dengan mengetahui jenis dan lamanya gangguan tidur, selain untuk membantu mengidentifikasi penyebabnya, juga dapat memberikan pengobatan yang adekuat. Pada tahun 1984, The International Institute of Health membuat suatu konsensus pengelompokan gangguan tidur berdasarkan lamanya gangguan yang terdiri dari: 1) Transient yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari. 2) Short term yaitu jika gangguan tidurnya menetap lebih dari 7 hari dan kurang dari 3 minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya berhubungan dengan stress yang akut seperti perubahan kehidupan sosial, peningkatan emosional, faktor lingkungan, faktor sistemik, kelainan gangguankesehatan, desinkronisaso irama sirkadian. 3) Long term yaitu jika gangguan tidur menetap lebih dari 3 minggu. Biasanya berhubungan dengan gangguan tidur primer, gangguan psikiatri, gangguan kesehatan, gangguan psikologi. Pada tahun 1990, American Sleep Disorders Association membuat reklasifikasi untuk mencari kemungkinan penyebab gangguan tidur menjadi 4 kelompok yaitu: 1) Dissomnia, misalnya: ganguan intrisik, gangguan ekstrisik, gangguan irama sirkadian. 2) Parasomnia, misalnya: Gangguan aurosal, gangguan bangun-tidur, berhubungan fase REM. 18
3) Gangguan kesehatan/psikiatri, misalnya: gangguan mental, gangguan neurologi, gangguan kesehatan. 4) Gangguan yang tidak terklasifikasi
VI. PENATALAKSANA UMUM 1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya: Untuk mencari penyebab dasarnya danpengobatan yang adekuat. Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik. Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat hipnotik, alkohol, gangguan mental. Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Konseling dan Psikotherapi Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari: a) Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan b) Hindari tidur pada siang hari/sambilan c) Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari d) Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan e) Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur f) Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong g) Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit) h) Hindari rasa cemas atau frustasi i) Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
4. Pendekatan farmakologi Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dsarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang 19
menekan susunan sarafpusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres. Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long acting) sehingga menggangguaktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakain obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang(NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati padapemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan. Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilaikondisi primernya danharus berhati-hati pada pemakain obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan. Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dgnmembatasipenggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tiduryang normal.Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dantidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long terminsomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan untukmenghindarkan withdraw terapi. Terapi yang dapat dilakukan a. Pola tidur-bangun Pertahankan bangun tidur yang teratur 20
Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin dariawal Apabila tidur siang, batasi20 menit. Hindari tidur yang lama. Pergi tidursaat mengantuk Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur Jika tidak dapat tidur dalam 15 sampai 30 menit, turun dari tempat tidur b. Lingkungan Tidurlah ditempat anda yang nyaman. Jaga kebisingan. Gunakan lampu tidur dan jaga jalur kekamar mandi bebas dari hambatan Atur temperatur kamar sesuai keinginan. c. Medikasi/obat-obatan Gunakan sedatif dan hipnotiksesuairesepdokterdandosis. Sesuaikan medikasi yang diperlukan. d. Diet Batasi alkohol, kafein, dan rokokdan malam hari Konsumsi karbohidrat atau susu sebagai makanan ringan sebelum tidur Kurangi asupan cairan 2 sampai 4 jam sebelum tidur
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia. Buku Ajar Psikiatri Klinis. EGC. Jakarta: 2010 2. Elvira, Sylvia D, Hadisukanto, Gitayanti. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta: 2010 3. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001 4. Harrison. Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam volume 1. Jakarta: EGC. 2000 5. Prasadja, Andreas. Ayo Bangun! DenganBugarKarenaTidur yang Benar. Jakarta: PT MizanPublika. 2009
22
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN GANGGUAN KEPRIBADIAN
No Nama Alamat TandaTangan
23
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN GANGGUAN KEPRIBADIAN No Nama Alamat TandaTangan
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis