Anda di halaman 1dari 21

SPESIFIKASI TEKNIK

ii


PASAL II : PEKERJAAN BETON II-1
II.1 Umum II-1
II.2 Semen dan Bahan-bahan Pembantu II-1
II.2.1 Semen II-1
II.2.2 Bahan-bahan Pembantu. II-2
II.3 Agregat II-2
II.3.1 Umum II-2
II.3.2 Agregrat Halus II-3
II.3.3 Agregrat Kasar II-4
II.4 Air II-4
II.5 Adukan Beton II-5
II.5.1 Komposisi II-5
II.5.2 Kelas-kelas Beton II-5
II.5.3 Campuran beton pendahuluan II-6
II.5.4 Adukan Percobaan untuk Beton II-6
II.5.5 Penakaran (Batching) II-6
II.5.6 Pengadukan Beton II-7
II.6 Peralatan untuk Pengangkutan dan Pengecoran Beton II-8
II.6.1 Umum II-8
II.6.2 Truk Pengaduk Beton II-8
II.6.3 Truk Biasa (Non-Agitasi) II-8
II.6.4 Corong Luncuran II-8
II.6.5 Pompa Beton dan Peralatan Pengecoran II-9
II.6.6 Ban Berjalan (Belt Conveyor) II-9
II.7 Pengecoran Beton II-9
II.7.1 Umum II-9
II.7.2 Persiapan Pengecoran II-9
II.7.3 Suhu Adukan Beton Selama Pengecoran II-10
II.7.4 Pengecoran Beton di dalam Air II-10
II.7.5 Pengecoran II-10
II.7.6 Pemadatan dan Proses Pengerasan Adukan Beton II-10
II.8 Perawatan Beton dan Perlindungan II-11
II.8.1 Umum II-11
II.8.2 Cara Perawatan Kelembaban II-11
II.8.3 Cara Perawatan dengan Larutan Kimia II-11
II.8.4 Cara Perawatan dengan Membiarkan Bekisting Tetap pada Tempatnya II-12
II.9 Penyelesaian Akhir (Finishing) permukaan beton II-12
II.9.1 Umum II-12
II.9.2 Permukaan yang Tampak II-12
II.9.3 Penyelesaian Akhir pada Lantai Beton Monolit II-13
II.10 Pengendalian Mutu II-13
II.10.1 Umum II-13
II.10.2 Uji Kekuatan Tekan II-13
II.10.3 Uji Slump II-13
II.10.4 Pengujian Bahan Beton II-13
II.10.5 Catatan Pengecoran Beton dan Pengujian II-14
SPESIFIKASI TEKNIK
ii

II.11 Pekerjaan Bekisting II-14
II.11.1 Umum II-14
II.11.2 Persyaratan Bahan II-14
II.11.3 Penempatan dan Persiapan II-15
II.11.4 Pembukaan Bekisting II-15
II.12 Besi Beton dan Perlengkapan Lainnya II-15
II.12.1 Persyaratan untuk Bahan Besi Beton II-15
II.12.2 Pembuatan dan Perakitan II-16
II.12.3 Pengisi Sambungan (Joint Filler) II-17
II.12.4 Penahan Air (Water Stop) II-17
II.13 Pengukuran dan Pembayaran II-18
II.13.1 Beton II-18
II.13.2 Pekerjaan Bekisting II-18
II.13.3 Besi Beton II-18
II.13.4 Perlengkapan lain-lainnya II-19




SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 1
PASAL II PEKERJAAN BETON


II.1 Umum

Pasal ini berlaku untuk semua pekerjaan beton termasuk materialnya untuk bangunan-bangunan yang
strukturnya terdiri dari beton masa (mass concrete) maupun beton bertulang yang harus dilaksanakan
Kontraktor sesuai sesuai dengan kewajibannya.
Semua pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan uraian dibawah ini, dan atau yang ditunjukkan dalam
gambar maupun yang diperintahkan oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Kegiatan pekerjaan beton
harus dilaksanakan dengan kehadiran Direksi dan Konsultan Supervisi .
Selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari sebelum peralatan untuk pekerjaan beton yang akan digunakan
oleh Kontraktor untuk pengolahan, penakaran, pencampuran, pengangkutan, pengecoran beton dan
membuat adukan pasangan (mortar), Kontraktor harus menyerahkan bagan alir, gambar dan uraian
tertulis untuk menghasilkan pengelolaan yang benar dan effisien dari peralatan yang akan digunakan dan
menghasilkan metode pelaksanaan pengecoran beton yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan dalam
kontrak.
Jika Kontraktor ingin membeli beton jadi (ready mix) atau mortar dari pabrik, Kontraktor harus memberi
tahu Direksi dan Konsultan Supervisi secara tertulis, selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari sebelum
dimulainya pekerjaan beton sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah disetujui. Pemberitahuan
tersebut mencakup ; uraian lengkap tentang pabrik beton, nama supplier, tempat dan kemampuan dari
Batching Plant, alat-alat pendukung, pengalaman beserta keandalannya untuk menghasilkan beton
berkualitas baik, tepat waktu dan lain-lain untuk mendapatkan persetujuan Direksi dan Konsultan
Supervisi . Tanpa persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi , Kontraktor tidak boleh menggunakan
peralatan untuk pengolahan dan/atau membeli serta mendatangkan beton jadi dari pabrik atau supplier.
Semua persiapan pengamanan yang memadai harus dipenyhi oleh Kontraktor sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Sub-pasal 7.2 dan 7.3 dari Spefikasi Umum, sehingga air buangan dari pengolahan
maupun perawatan beton yang mengandung endapan-endapan bahan-bahan tidak boleh langsung di
buang ke sungai dan di dilimpahkan ke tempat disekitar pekerjaan.

II.2 Semen dan Bahan-bahan Pembantu
II.2.1 Semen

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton maupun mortar adalah jenis-jenis yang memenuhi
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-8 dan SNI 2049-90-A atau ASTM
nomor C150, dan/atau atas persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi .
Sebelum pemesanan semen, Kontraktor harus memberi tahukan terlebih dahulu secara rinci kepada
Direksi dan Konsultan Supervisi tentang semen yang akan digunakan.
Semen yang dikemas dalam kantong harus dikirim sesuai dengan persetujuan dari Direksi dan Konsultan
Supervisi dan harus disimpan dalam gudang yang kedap air serta dilengkapi dengan sarana untuk
menyerap kelembaban, dan harus mendapat persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi . Penempatan
semen harus diatur agar ada jalan longgar untuk pemeriksaan, serta ditandai dengan nomor-nomor
identitas masing-masing pengirim semen, sedemikian rupa sehingga untuk semen yang pertama masuk
harus dapat dikeluarkan yang pertama pula.

Semen harus disimpan di gudang yang mempunyai lantai dengan ketinggian + tiga puluh (30) cm diatas
permukaan tanah. Diantara masing-masing tumpukkan semen harus diberi jarak yang cukup. Satu
tumpukkan tidak boleh lebih dari tiga belas (13) sak, sesuai dengan pengarahan Direksi dan Konsultan
Supervisi , bila penyimpanannya diperkirakan lebih lama dari enam puluh (60) hari.
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 2
Semen tidak boleh disimpan di lapangan lebih lama dari sembilan puluh (90) hari untuk pemakaian
pekerjaan tetap kecuali hasil pengujian menunjukkan masih memenuhi syarat.
Jika semen rusak dalam pengiriman, penanganan atau penyimpanan maka harus disingkirkan dari tempat
kerja.
Kontraktor harus menjamin agar selalu tersedia cukup semen di lokasi pekerjaan dan harus melaporkan
secara periodik kepada Direksi dan Konsultan Supervisi , tetapi tidak dibatasi, hal-hal berikut:
- Persediaan semen di lapangan pada akhir bulan sebelumnya;
- Penerimaan semen dalam bulan sebelumnya;
- Semen yang telah digunakan pad periode bulan sebelumnya;
- Data lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi dan Konsultan Supervisi .

II.2.2 Bahan-bahan Pembantu.

Kontraktor diijinkan secara tertulis oleh Direksi dan Konsultan Supervisi untuk menggunakan bahan
pembantu yang diperlukan guna memperbaiki kelancaran pelaksanan, penyelesaian akhir dan mutu dari
pekerjaan beton dan adukan mortar dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi .
Bahan pembantu jenis air-entraining admixture atau lainnya dapat dipakai untuk semua beton kecuali
ditentukan lain oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Bahan pembantu harus sesuai dengan ASTM
nomor C. 260 atau yang setara dan disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi , dengan pengecualian
untuk air-entraining admixture, Kontraktor harus memberi tahu Direksi dan Konsultan Supervisi atas
usul penggunaan bahan pembantu ini baik sebagai set-retarding, water reducing ataupun mempercepat
pengentalan beton termasuk sumber dari mana bahan diperoleh.
Semua pengujian bahan pembantu harus dilakukan oleh Kontraktor dengan biaya sendiri dan hasilnya
harus diserahkan kepada Direksi dan Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan.
Banyaknya bahan pembantu yang dipakai pada masing-masing adukan beton dan pada bagian dari
pekerjaan beton yang akan menggunakan bahan pembantu akan ditentukan oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi . Batas-batas maksimum slump maupun berkurangnya slump selama pengangkutan, waktu
yang diijinkan untuk beton tetap berada dialat pengaduk (mixer) dan waktu pengadukan dapat dirubah
oleh Direksi dan Konsultan Supervisi bila persetujuan penggunaan bahan pembantu diberikan.
Semua biaya penggunaan bahan pembantu harus sudah termasuk dalam harga satuan kontrak per meter
kubik dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk pekerjaan beton dimana bahan pembantu akan digunakan
dan tidak ada pembayaran terpisah untuk item yang sama harus dipertimbangkan oleh Pemilik.

II.3 Agregat
II.3.1 Umum

Material untuk membuat agregat halus dan kasar dapat berupa pasir/krikil alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir/batu pecah buatan yang dihasilkan dari pemecahan batu yang
disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi , kecuali juka Kontraktor ingin membeli beton jadi dari
pabrik.

Dalam hal Kontraktor ingin membeli agregrat dari sumber lain seperti dari pabrik atau supplier,
Kontraktor harus menyerahkan hasil uji, data dan informasi lainnya tenteng sifat-sifat fisik dan kimiawi
serta mutu agregrat yang akan dibeli dan dipakai sekurang-kurangnya tiga puluh (30) hari sebelum
agregat itu digunakan kepada Direksi dan Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan atau pembelian agregrat beton harus sudah dimasukkan
dalam harga satuan dalam kontrak per meter kubik yang disebutkan pada masing-masing item untuk
beton dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 3

II.3.2 Agregrat Halus

Agregrat halus adalah agregrat yang mempunyai ukuran butir maksimum lima (5) mm dan bahannya
bersifat keras. Agregrat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus
harus bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti panas matahari dan
hujan). Agregat halus harus tidak boleh mengandung lumpur (butiran-butiran yang dapat melalui ayakan
0,063 mm) lebih dari 5%. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan
dengan percobaan Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi
percobaan warna ini dapat juga dipakai asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28
hari tidak kuran dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH
yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
Agregrat halus di uji terhadap sodium sulphate soundness sesuai dengan SNI 1750-90-A untuk lima
(5) putaran dan harus menunjukkan kehilangan maksimum tidak boleh lebih dari sepuluh (10%) persen.
Agregrat halus yang dapat menyebabkan perubahan warna pada permukaan beton tidak boleh digunakan
untuk beton yang ekpose.
Gradasi agregrat yang digunakan sesuai PBI 1971 N.1.2 harus memenuhi persyaratn sebagai berikut:
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;
- sisa di atas ayakan 1mm, harus minimum 10% berat;
- sisa di atas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat.

Ayakan yang dipakai dengan
ukuran lubang rata-rata
Standar persentase berdasar bobot
yang lolos dari setiap ayakan (%)

No. 4
No. 10
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
100
90 100
80 100
50 90
25 65
10 35
2-10

Modulus kehalusan butir dari agregrat halus harus berkisar antara 2.5 sampai 3.3.

Prosentasi dari bahan yang merugikan agregrat halus tidak boleh lebih dari nilai-nilai berikut:

Jenis Persentasi berat (%)
- Gumpalan lempung
- Material yang lolos dari ayakan ukuran 0,063 mm
- Material yang tertahan dari ayakan ukuran 0.297 mm
dan mengapung didalam cairan yang mempunyai berat
jenis 1.95
1.0
5
0.5

Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-
petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui dan atas persetujuan dari Direksi dan
Konsultan Supervisi .
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 4

II.3.3 Agregrat Kasar

Agregrat kasar adalah agregrat yang mempunyai ukuran butir minimum lima (5) mm dan bahannya
bersifat keras.
Agregrat kasar untuk pekerjaan beton dapat berupa krikil sebagai hasil desintegrasi alam dari batuan-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan sifat-sifat karakteristik yang
hampir sama, dengan ukuran butir antara 5 mm 40 mm.
Agregrat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal (tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila
kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban penguji
20 t , harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 19 mm lebih dari 24% berat,
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 30 mm lebih dari 22% berat,
atau dengan mesin Pengaus Loas Angelos, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
Aggregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan
susunan ayakan ISO, dengan ukuran lubang berturut-turut ; 31,5 16 8 4 2 1 0,500 0,250 mm,
harus memenuhi syarat-syarat berikut;
- sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat;
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%;
- sisa antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan
minimum 10% berat.
Penanganan dan penyimpanan agregat kasar harus sedemikian rupa sehingga dicegah segregasi atau
masuknya benda-benda asing kedalam bahan agregat. Direksi dan Konsultan Supervisi berhak untuk
meminta agar agregat kasar harus disimpan di dalam platform terpisah yang memadai.

II.4 Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton, adukan mortar serta air untuk mencuci agregat harus
disediakan oleh Kontraktor dan harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi .
Air yang digunakan pembuatan dan perawatan beton serta pembuatan adukan mortar harus bebas dari
minyak, asam, garam-garam, alkali, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton
dan/atau baja tulangan Bila diminta oleh Direksi dan Konsultan Supervisi contoh air harus diambil dari
tempat yang diusulkan dan dibandingkan dengan air suling. Air tersebut dapat dipakai, apabila kekuatan
tekan mortar semen + pasir dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90%
dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengujian dan pemakaian air yang akan digunakan untuk adukan
beton dan mortar serta pencucian agregat harus sudah termasuk dalam harga satuan masing-masing item
dalam harga satuan kontrak permeter kubik untuk beton maupun mortar seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 5
II.5 Adukan Beton
II.5.1 Komposisi

Beton harus terbuat dari semen Portland biasa, air, agregat halus, agregat kasar dan obat semen / bahan
campuran tambahan, jika diperlukan, yang telah disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi dan
diaduk dengan sempurna dan diatur sesuai dengan kekentalan yang benar.

II.5.2 Kelas-kelas Beton

Tipe/jenis beton yang digunakan dibagi menjadi enam (6) kelas yang diantaranya juga termasuk beton
kurus (untuk lantai kerja). Masing-masing kelas beton yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi,
seperti ditunjukan dalam gambar ataupun sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi .
Berbagai kelas beton yang digunakan diklasifikasikan berdasar atas pengujian kekuatan desak silinder
(15x30) pada umur 28 hari, perbandingan antara air - semen maksimum maupun ukuran maksimum dari
agregat kasar seperti yang tersaji dibawah ini :

Rekomendasi Kelas Beton

Kelas Beton Ukuran maksimum
Agregat kasar
(mm)
Kuat tekan karakteristik
silinder
Usia 28 hari
(kg/cm
2
)
Maksimum
Rasio air semen
(%)
C (K 200) 40 50
E (K 175) 40 55
F (K 125) 25 65

Banyaknya air yang digunakan dalam beton dapat diubah oleh Direksi dan Konsultan Supervisi selama
dalam batas-batas yang telah ditentukan, yang sesuai dengan perbandingan air semen yang diperlukan
guna menjamin beton mudah untuk dikerjakan, mempunyai kekentalan yang benar, termasuk pula
pertimbangan akibat penggunaan bahan campuran tambahan/obat semen, jika digunakan, beserta
kemungkinan variasi dari besarnya kadar air maupun gradasi agregat yang akan dicampur.
Slump adukan beton harus diambil serendah mungkin, dengan masih memungkinkan pemadatan yang
menggunakan dengan alat-alat yang disetujui untuk pekerjaan itu, tetapi dalam setiap kelas beton
besarnya slump tidak boleh melebihi batasan seperti tersebut dibawah ini :
Kelas
Beton
Penggunaan beton pada
Bangunan-bangunan sungai
Slump
Minimum
(mm)
Slump
Maksimum
(mm)
A Tiang pancang beton bertulang 100 140
B
Lantai & balok jembatan, bangunan Sluiceway dan lantai beton untuk
Hoist, Bangunan Syphon serta beton-beton pelindung
120 160
C Pilar dan Abutment jembatan maupun Abutment bendung 80 120
D Bagian pondasi bangunan pengaman (Revetment) 80 120
E
Beton massa untuk tubuh bendung, pelat beton
Pada bangunan permanen sungai
80 120
F Beton untuk lantai kerja 80 120


SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 6
II.5.3 Campuran beton pendahuluan

Kontraktor harus mengajukan beberapa macam usulan campuran beton yang diharapkan sesuai dengan
ketentuan mutu beton dalam spesifikasi. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pencampuran beton
dengan adukan sesuai dengan takaran bahan-bahan yang diuji lebih dahulu di laboratorium yang telah
disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi dengan menggunakan jumlah contoh yang memadai serta
bisa mewakili campuran agregat dan semen yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor harus mempekerjakan tenaga ahli yang mampu dan berkualitas yang sesuai untuk
merencanakan campuran beton, mengawasi dan mengarahkan semua kegiatan pekerjaan beton mulai
tahap persiapan sampai dengan tahap pengecoran beton.
Pada waktu pelaksanaan bila tipe semen atau jenis agregat berubah ataupun komposisi gradasi dari
agregat berubah, sedang hasil uji kekuatan tekan tidak bisa memenuhi standar, maka adukan baru harus
dibuat sesuai dengan cara / prosedur seperti di atas.

II.5.4 Adukan Percobaan untuk Beton

Sekurang-kurangnya (30) tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pekerjaan beton untuk bangunan dimulai,
Kontraktor harus memulai mencoba adukan yang akan digunakan untuk masing-masing kelas beton
dengan pengawasan Direksi dan Konsultan Supervisi . Adukan percobaan untuk beton dengan
menggunakan semua jenis agregat, takaran dan alat pengaduk beton yang sesuai dengan alat yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Adukan percobaan itu harus sepenuhnya berdasarkan hasil
sifat-sifat campuran beton pendahuluan.

II.5.5 Penakaran (Batching)

Kontraktor harus menyediakan peralatan penakar dan pengaduk, yang mampu mengaduk agregat, semen,
bahan pembantu dan air menjadi adukan yang homogen dan mengeluarkannya tanpa adanya segregasi.
Alat-penakar/pengaduk ini juga harus dapat mengantisipasi kemungkinan adanya kadar air agregat yang
berubah secara cepat maupun kemungkinan perubahan berat bahan yang sedang ditakar.
Banyaknya masing-masing bahan untuk pembuatan beton harus dilakukan dengan perbandingan berat
untuk masing-masing bahan, kecuali untuk air dan bahan pembantu yang dapat diukur dengan
perbandingan volume ataupun perbandingan berat.
Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi dan Konsultan Supervisi maka bahan-bahan harus ditimbang
dengan ketelitian yang sudah mempertimbangkan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kecil dari
operator pelaksana maupun kesalahan dari skala timbangannya sendiri:
Semen boleh lebih sampai dengan dua persen (+ 2%)
Agregat halus boleh lebih sampai dengan dua persen (+ 2 %)
Agregat kasar boleh lebih sampai dengan tiga persen (+ 3%)
Air boleh lebih sampai dengan satu persen (+ 1%)
Bahan tambah (admixture) boleh lebih sampai dengan satu persen (+ 1%)

Timbangan semen harus menggunakan timbangan yang mempunyai pembagian skala terkecil tidak lebih
dari dua (2) kg dan untuk timbangan agregat tidak boleh lebih dari sepuluh (10) kg. Pada waktu peneraan
atau perbaikan maka koreksi berat yang ditunjukkan pada setiap angka skala tidak boleh lebih besar nol
koma dua persen (0.2%) dari skala maksimum timbangan. Pada setiap waktu saat pengoperasian, berat
yang ditunjukkan pada satu titik pada timbangan tidak boleh lebih besar nol koma empat persen (0.4%)
dari tanda maksimum timbangan.
Kontraktor harus menyediakan alat untuk pengujian beban standar dan alat untuk memeriksa ketelitian
timbangan.
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 7
Catatan tertulis yang tercetak atau gafik berikut ini harus selalu diletakkan dekat dengan alat untuk
masing-masing penakaran :
(a) berat dari material agregat dan semen;
(b) jumlah dari air yang dipakai;
(c) jumlah dan jenis dari bahan-campuran tambahan yang diguakan.

II.5.6 Pengadukan Beton

(1) Mengaduk beton dengan mesin-aduk (mixer)
Mesin-aduk bisa berupa drum berputar atau sudu berputar dengan drum-pengaduk atau
sudu-pemutar harus dioperasikan merata pada kecepatan mengaduk sebagaimana yang
dianjurkan oleh pabriknya. Sudu pengumpan dan pengaduk dari mesin-aduk harus
diperbaiki atau diganti bila ada bagian yang aus lebih dari dua puluh (20) mm. Mesin-
aduk dan truk-aduk yang telah ditempeli kerak beton yang telah mengeras tidak boleh
digunakan.
Jika dipakai semen curah dan volume takaran setengah (0.5) meter kubik atau lebih maka
timbangan dan berat corong semen harus dipisah dan dibedakan antara corong agregat
dan corong lainnya. Mekanik pengeluran dari corong timbangan untuk semen curah harus
dikunci pada saat pembukaan khususnya bila banyaknya semen dalam corong-corong
berkurang lebih dari satu persen (1%) atau bertambah berat lebih dari tiga persen (3%)
dibandingkan dengan banyaknya berat semen yang sudah ditetapkan.
Bila agregat mengandung air melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan
saturated dry condition, contoh-contoh material harus diambil lagi dari masing-masing
agregat dan kadar-air diukur lagi untuk masing-masing jenis agregat, kemudian kadar air
dan takaran agregat harus diperhitungkan/dipertimbangkan kembali.
Material campuran beton harus dimasukkan dengan baik ke dalam mesin-aduk, dengan
urutan air harus masuk lebih dulu baru kemudian semen dan agregat. Semua air harus
sudah masuk didrum dalam waktu sepertiga dari waktu pengadukan seperti yang
disyaratkan.
Semen harus ditakar dan dimasukkan ke dalam mesin-aduk dengan cara sedemikian rupa
sehingga berat semen tidak berkurang, karena tertiup angin atau menggumpal di
permukaan corong atau di tempat lain yang bisa mengubah jumlah semen seperti yang
disyaratkan dalam adukan beton.
Semua beton harus diaduk sekurang-kurangnya 1,5 menit (90 detik) setelah semua bahan
termasuk air berada dalam mesin-aduk. Selama waktu pengadukan mesin-aduk harus
terus berputar sesuai dengan putaran rencana.
Mesin-aduk harus berputar secara otomatis sesuai dengan alat pengatur-waktu yang dapat
diatur dan dikunci oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Alat pengatur-waktu dan
mekanik pengeluaran harus saling terkait, sehingga selama pengoperasian secara normal,
adukan tidak akan dikeluarkan secara otomatis sampai waktu yang ditetapkan terpenuhi.
Penakaran yang pertama dari bahan beton yang dimasukkan ke dalam mesin aduk harus
mengandung sedikit kelebihan semen, pasir dan air atau penakaran mortar dengan
perbandingan yang sama untuk beton dengan tujuan melapisi bagian dalam drum tanpa
mengurangi kandungan mortar dalam adukan.
Bila berhenti mengaduk selama satu jam atau lebih, maka mesin-aduk harus dicuci
bersih.

(3) Mengaduk beton dengan tangan tidak diperbolehkan.

SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 8
(4) Beton jadi (Ready-mix).
Beton jadi yang dibeli dari supplier boleh digunakan setelah mendapatkan persetujuan
tertulis dari Direksi dan Konsultan Supervisi . Persetujuan ini tidak mengikat dengan
tanpa alasan, karena Kontraktor harus menunjukkan bahwa bahan beton yang dibeli
memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi ini. Persyaratan yang
ditetapkan seperti pengambilan contoh, adukan pendahuluan, pengujian dan mutu beton
untuk berbagai kelas beton harus tetap diikuti.

II.6 Peralatan untuk Pengangkutan dan Pengecoran Beton
II.6.1 Umum

Metode dan jenis peralatan yang digunakan untuk pengangkutan dan pengecoran beton harus sedemikian
sehingga beton mempunyai komposisi dan konsistensi yang diperlukan, dan tidak akan menyebabkan
segregasi yang berarti dari agregat kasar, atau menyebabkan kehilangan slump melebihi dua puluh lima
(25) mm, atau kehilangan kandungan udara sebelum konsolidasi melebihi satu (1%) persen pada adukan
beton.
Dalam hal beton diangkut dan atau dicor dengan salah satu dari tipe peralatan yang disebutkan di bawah
ini maka alat-alat yang digunakan harus dipasang dan ditangani sesuai dengan uraian berikut :

II.6.2 Truk Pengaduk Beton

Kecepatan mengaduk dari drum harus diantara dua (2) sampai empat (4) putaran per menit. Isi campuran
beton di dalam drum harus tidak melebihi kapasitas yang ditetapkan oleh pabrik atau tidak melebihi tujuh
puluh (70%) persen dari isi penuh dari drum. Atas persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi truk-
pengaduk bisa digunakan atau dipakai saat pangangkutan beton. Interval antara dimasukkannya air ke
dalam drum dan pengeluaran adukan beton dari pengaduk harus tidak melebihi satu (1) jam. Selama
dalam interval ini, campuran harus diaduk secara terus menerus dengan kecepatan seperti tersebut di atas.

II.6.3 Truk Biasa (Non-Agitasi)

Bak truk non-agitasi harus halus dan kedap air. Untuk melindungi terhadap hujan harus diberi tutup. Truk
non-agitasi harus mengeluarkan campuran beton ke lokasi pekerjaan sebagai adukan yang merata dan
tercampur secara sempurna.
Adukan yang merata akan dapat dianggap memenuhi syarat, bila contoh dari bagian satu dan bagian
lainnya dari bahan-campuran mempunyai slump yang perbedaannya tidak lebih dari dua puluh lima (25)
mm. Pengecoran beton harus selesai dalam satu (1) jam sesudah memasukkan air kedalam semen dan
agregat.
Dalam keadaan tertentu untuk mempercepat pengerasan beton, atau bila suhu udara tiga puluh (30
0
C)
derajat atau lebih, batas waktu pengeluaran beton harus kurang dari satu (1) jam.

II.6.4 Corong Luncuran

Pengecoran beton dengan corong-luncuran (chute) tidak diijinkan kecuali mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi dan Konsultan Supervisi . Bila disetujui, corong harus mempunyai penampang yang
bersudut bulat dan harus mempunyai kemiringan yang tetap, sehingga beton dapat meluncur tanpa
segregasi. Bagian bawah harus diberi alat-penuntun atau drop-chute atau alat-penuntun dengan corong
yang tidak melebihi satu setengah (1.5) meter tingginya untuk mencegah segregasi saat jatuhnya
campuran beton. Corong luncuran harus dilindungi dari sinar matahari langsung.

SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 9
II.6.5 Pompa Beton dan Peralatan Pengecoran

Sebelum pemompaan dimulai, kira-kira satu (1) m
3
mortar dengan perbandingan air, bahan pembantu,
semen dan agregat-halus sesuai dengan yang direncanakan untuk adukan-beton biasa harus dicoba untuk
dilewatkan melalui pipa inlet pompa. Pipa-pipa tersebut harus diusahakan dipasang selurus mungkin.

II.6.6 Ban Berjalan (Belt Conveyor)

Adukan beton tidak boleh diangkut dengan alat ban-berjalan (belt conveyor), kecuali mendapat
persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi . Jika diijinkan, alat ban-berjalan harus digunakan
dengan syarat-syarat bahwa alat harus dilindungi dari hujan, angin dan sinar matahari, dan suatu corong-
khusus dengan chute tegak harus dipasang di ujung masing-masing alat ban berjalan untuk membatasi
jatuhnya adukan beton yang akan dicor dengan tinggi-jatuh maksimal satu setengah (1.5) m.
Rincian lengkap tentang katalog dari pabrik, cetak biru dan sebagainya utnuk masing-masing tipe dari
alat-alat di atas harus diserahkan kepada Direksi dan Konsultan Supervisi . Semua alat-alat itu harus
dioperasikan dan dipelihara sesuai dengan buku-petunjuk dari pabrik.
Alat tipe lain dari yang disebut di atas harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi
sekurang-kurangnya tiga puluh (30) hari sebelum digunakan.

II.7 Pengecoran Beton
II.7.1 Umum

Beton tidak boleh dicor/ditempatkan sebelum pemasangan bekisting, bagian-bagian yang perlu dipasang
di dalam beton dan persiapan permukaan beton selesai dilakukan oleh Kontraktor dan diperiksa oleh
Direksi dan Konsultan Supervisi .
Kecuali bila disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi , beton tidak boleh dicor pada waktu hujan
atau tergenang air dan dalam segala hal tidak boleh dicor dalam air yang mengalir.
Selama proses ini sarana komunikasi antara lokasi pengadukan dan lokasi pengecoran, bila dianggap
perlu harus disediakan, dioperasikan dan dirawat oleh Kontraktor seperti yang ditentukan oleh Direksi
dan Konsultan Supervisi . Tidak ada pembayaran tersendiri atau tambahan pembayaran kepada
Kontraktor sebagai biaya tambahan untuk tersedianya sarana komunikasi.


II.7.2 Persiapan Pengecoran

Sebelum kegiatan pengecoran dimulai semua permukaan yang akan ditempati adukan beton harus
dibersihakan dan tidak boleh ada minyak, lumpur, bahan organis, potongan-kayu, segala macam lapisan
cat, kotoran atau bahan-bahan lain yang bisa membusuk. Pembersihan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan kompresor udara atau air atau alat-alat lain yang sesuai dan mendapat persetujuan dari
Direksi dan Konsultan Supervisi .
Semua permukaan bekisting dan bahan-bahan yang akan tinggal/tertanam di dalam cor-coran harus
dibersihkan. Permukaan pondasi cadas yang akan diberi adukan beton harus dibasahi dan jika ada
genangan air harus dikeringkan terlebih dahulu.
Permukaan tanah, pasir atau krikil yang akan ditempati adukan beton untuk pondasi harus dibersihkan
dari genangan air , aliran air, potongan kayu atau bahan kotoran lainnya. Permukaan tanah atau pasir dan
krikil harus dalam keadaan lembab sebelum adukan beton untuk pondasi dicor/ditempatkan.
Permukaan construction joint (sambungan pelaksanaan untuk batas pengecoran) yang akan ditempati
adukan beton baru sebelumnya harus dibersihkan dan dibasahi serta harus mendapat persetujuan terlebih
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 10
dahulu dari Direksi dan Konsultan Supervisi . Kegiatan pembersihan harus meliputi pembersihan untuk
semua kotoran, sisa-sisa adukan yang lepas, maupun cat-cat dan benda-benda lainnya.
Permukaan semua sambungan pelaksanaan harus dibersihkan dari kelebihan adukan sebelumnya maupun
benda-benda asing lainnya dengan jalan menyikat, memahat atau dengan cara lain yang disetujui oleh
Direksi dan Konsultan Supervisi . Sambungan pelaksanaan harus diisi karet (joint filler) atau material
yang sesuai dengan petunjuk Direksi dan Konsultan Supervisi .

II.7.3 Suhu Adukan Beton Selama Pengecoran

Suhu adukan beton selama waktu pengecoran tidak boleh lebih dari tiga puluh dua (32
0
C) derajat
Celcius. Penumpukan agregat harus terlindung dan terhindar dari cuaca panas atau material agregat dapat
juga disemprot dengan air. Air untuk adukan harus cukup dingin atau campuran beton diisolasi, jika
diperlukan, untuk menjaga suhu adukan-beton di bawah batas-batas yang telah ditetapkan.

II.7.4 Pengecoran Beton di dalam Air

Beton tidak boleh di cor di bawah air kecuali hal tersebut tidak dapat dihindari dan dalam hal ini harus
mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi dan harus dilakukan dengan pengawasan
yang ketat dan teliti.
Banyaknya semen untuk setiap kelas beton yang dicor di dalam air harus ditambah, sehingga faktor air-
semen dalam adukan tidak lebih dari 0,47. Slump harus dijaga tidak boleh melebih sepuluh (10) cm untuk
menghindari segregasi. Beton harus dituangkan hari-hati dalam gumpalan yang kompak pada posisi yang
tepat dengan bantuan penuntun ataupun alat bucket yang bisa dibuka dari bawah atau alat lain yang
disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Usulan secara rinci untuk pengecoran dalam air harus
dibuat oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi .

II.7.5 Pengecoran

Kontraktor harus memberitahu Direksi dan Konsultan Supervisi , waktu dan tempat dimana akan
dilakukan pekerjaan pengecoran beton. Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada waktu Direksi dan
Konsultan Supervisi hadir di tempat pekerjaan.
Adukkan-beton yang terlambat dicor dan sudah mulai mengeras atau kecuali dapat diperbaiki dengan
menambah air atau menurunkan slump sebesar dua puluh lima (25) mm atau lebih sesuai dengan
persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi , harus dibuang ke tempat yang ditunjuk oleh Direksi dan
Konsultan Supervisi dan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan adukan dan pembuangannya
ditanggung oleh Kontraktor.
Sejauh masih bisa dilaksanakan beton harus dicurahkan langsung ke tempat pengecoran dan tidak perlu
dilewatkan jalan lain untuk menghindari segregasi. Metode dan alat-alat yang dipakai untuk
mencurahkan beton ke dalam bekisting harus sedemikian rupa sehingga tidak akan menghasilkan agregat
kasar terpisah dari adukan lainnya. Kontraktor harus menggunakan cara yang cocok untuk menjaga agar
besi dan bekisting tidak bergeser dari tempatnya. Tinggi jatuh adukan beton harus tidak melebihi satu
setengah (1,5) meter.

II.7.6 Pemadatan dan Proses Pengerasan Adukan Beton

Masing-masing lapisan adukan harus dipadatkan segera setelah adukan di cor dan dibiarkan
berkonsolidasi dengan menggunakan peralatan yang sesuai (concrete vibrator), sehingga beton dapat
dipadatkan sampai batas yang memungkinkan. Pengecoran lapisan adukan berikutnya tidak boleh
dilakukan sebelum lapisan yang adukan sebelumnya dikerjakan secara lengkap.
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 11
Umumnya, beton harus dipadatkan dengan alat penggetar mekanik atau pneumatik tipe penggetar dalam
yang bekerja dengan kecepatan sekurang-kurangnya tujuh ribu (7.000) putaran per menit (RPM).
Sewaktu dibenamkan ke dalam adukan, kepala penggetar harus dibenamkan dalam beton secara vertikal
dan sekurang-kurangnya lima (5) cm kedalam lapisan dibawahnya. Jika sulit menggunakan penggetar
dalam, beton boleh digetarkan dengan tipe penggetar eksternal seperti yang akan diuraikan berikut atau
dipadatkan dengan menusuk-nusuknya dengan tongkat seperti pengarahan Direksi dan Konsultan
Supervisi .
Pemadatan beton pada bagian struktur yang terbuka harus menggunakan alat-penggetar tipe
pembenaman, jika dipakai alat-penggetar bekisting heavy duty harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Direksi dan Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan. Penggetar bekisting harus
ditempelkan secara kuat ke bekisting selama pemadatan, dan harus dapat dilepaskan dengan cepat dan
ditampelkan kembali keposisi lain pada bagian bekisting dan harus bekerja dengan kecepatan sekurang-
kurangnya delapan ribu (8.000) putaran per menit (RPM) sewaktu dipakai untuk menggetarkan beton.
Alat-penggetar harus digunakan secara sistematis dengan pengaturan interval tertentu, daerah yang
terpengaruh tidak boleh bertumpang tindih sehingga beton dapat dipadatkan secara merata dengan
sebaik-baiknya.
Pemadatan pada masing-masing lapisan bagian beton yang baru dicor dan berhubungan dengan beton
yang telah mengeras, maka penggetar harus digunakan lebih lama dan ditusukkan lebih dalam
berdekatan/sepanjang bagian yang berhubungan. Kepala penggetar tidak boleh menyentuh bagian yang
telah mengeras dan dinding bekisting.

II.8 Perawatan Beton dan Perlindungan
II.8.1 Umum

Semua beton yang sudah dicor harus dirawat sesuai dengan spesifikasi dan seperti yang diperintahkan
oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Kontraktor harus menyerahkan cara/metode perawatan beton
untuk mendapatkan persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi , sebelum dimulainya pengecoran.
Perawatan harus segera dilakukan supaya beton tidak kehilangan kelembabannya. Beton harus dilindungi
dari hujan deras selama dua belas (12) jam pertama, air mengalir selama empat belas (14) jam pertama
dari sinar matahari langsung untuk tiga (3) hari pertama.
Semua beton harus dilindungi secara memadai terhadap kemungkinan gangguan akibat adanya lalu lintas,
kebakaran atau panas yang berlebihan termasuk panas yang dihasilkan dari pengelasan besi. Cara-cara
perawatan berikut ini dapat dilaksanakan.

II.8.2 Cara Perawatan Kelembaban

Beton harus dijaga tetap lembab terus menerus dengan menjaga kadar airnya sekurang-kurangnya selama
tujuh (7) hari pertama.
Seluruh permukaan beton harus dijaga tetap lembab dengan cara membasahi dengan air memakai alat
nozzle, kain, kapas, keset, karpet basah, tanah atau lapisan pasir yang juga bisa dipakai untuk menahan
kelembaban. Pada waktu perawatan selesai, permukaan beton harus dibersihkan dari bahan-bahan yang
digunakan selama perawatan.

II.8.3 Cara Perawatan dengan Larutan Kimia

Perawatan permukaan beton yang terbuka/ekpose dapat dilakukan dengan cairan curing compund sesuai
dengan ASTM C309, PBI 1971 N.1.-2 atau yang setara, setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi
dan Konsultan Supervisi.
Larutan kimia tersebut harus digunakan dengan cara disemprotkan dengan tekanan sedemikian rupa
sehingga menutup seluruh permukaan beton dengan lapisan yang merata, dan harus mempunyai sifat
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 12
sedemikian rupa sehingga lapisan ini akan mengeras dalam waktu tiga puluh (30) menit sesudah
pemakaian. Banyaknya larutan-kimia yang digunakan harus sanggup menutup rapat seluruh permukaan
beton. Mesin semprot harus dilengkapi dengan meteran penunjuk tekanan pada waktu pengoperasian dan
alat untuk mengendalikan tekanan.
Curing compound harus digunakan untuk beton yang permukaannya langsung dilakukan finishing segera
setelah kelembaban dari permukaannya hilang, tetapi penggunaannya harus dilakukan sebelum mulai
terjadinya penyusutan akibat kering atau retak yang besar mulai tampak. Jika terjadi keterlambatan pada
pemakaian curing compound mungkin akan terjadi pengeringan yang menimbulkan retakan pada
permukaan, penyemprotan air dengan semburan halus memakai nozzle harus dimulai segera dan harus
dilakukan terus menerus sampai pemakaian bahan kimia dapat dimulai. Bila lapisan bahan kimia rusak
karena sebab-sebab tertentu sebelum masa berakhirnya tujuh (7) hari pertama, maka bagian yang rusak
segera diperbaiki dengan tambahan bahan kimia.
Curing compound tidak boleh mengeras selama disimpan, dan tidak boleh dilarutkan atau dirubah
dengan cara apapun selain sesuai standar dari pabrik. Pada saat digunakan, bahan kimia harus berupa
adukan yang merata. Jika bahan-kimia tidak digunakan selama seratus dua puluh (120) hari sesudah
tanggal pembuatannya Direksi dan Konsultan Supervisi bisa meminta pengujian tambahan sebelum
bahan tersebut digunakan untuk menentukan apakah bahan tersebut masih memenuhi persyaratan.

II.8.4 Cara Perawatan dengan Membiarkan Bekisting Tetap pada Tempatnya

Beton yang memakai bekisting bisa dirawat dengan membiarkan bekisting tetap berada ditempatnya.
Bekisting harus tetap berada ditempatnya sampai sekurang-kurangnya tujuh (7) hari pertama, kecuali
untuk bagian struktur yang mempunyai ketebalan lebih tebal dari lima puluh (50) cm, bekisting harus
dibiarkan ditempatnya sekurang-kurangnya lima (5) hari. Bekisting kayu harus tetap basah dengan
penyiraman air selama masa perawatan.

II.9 Penyelesaian Akhir (Finishing) permukaan beton
II.9.1 Umum

Tingkatan dan syarat-syarat penyelesaian akhir/finishing dari permukaan beton harus dilaksanakan
sebagaimana yang ditetapkan pada pasal ini atau seperti ditampakkan dalam gambar. Finishing pada
permukaan beton harus dilakukan oleh tukang ahli dan berpengalaman.
Kecuali sudah ditetapkan bahwa pada bagian-bagian tertentu tidak diperlukan adanya kegiatan inspeksi,
maka finishing atas permukaan beton harus dilakukan hanya bila dihadiri oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi . Bila diperlukan Direksi dan Konsultan Supervisi akan meminta pengujian pada permukaan
beton untuk menentukan apakah kekasaran permukaan masih dalam batas yang ditetapkan. Kekasaran
permukaan beton bisa digolongkan sebagai kasar atau halus. Bekas yang ditinggalkan oleh bekisting yang
kurang rapat atau tidak lurus atau geblekan bekisting yang jelek bisa dianggap sebagai kekasaran kasar
dan akan diuji dengan pengukuran langsung. Semua kekasaran yang lain akan dianggap kekasaran yang
halus dan akan diuji dengan menggunakan pelat yang mempunyai sisi lurus, sedang untuk permukaan
yang melengkung akan diuji dengan pelat yang mempunyai sisi melengkung yang setara dengan arah
lengkungan bagian yang akan diuji.

II.9.2 Permukaan yang Tampak

Permukaan beton yang memakai bekisting yang akan menerima bahan-timbun atau beton yang akan
dicorkan disitu. Koreksi kekasaran pada permukaan yang diukur seperti uraian sebelumnya harus hanya
diperlukan untuk cekungan yang melebihi tiga puluh (30) mm.
Permukaan yang memakai bekisting yang akan terbuka (exposed) secara tetap dan bila diperlukan
dengan penampilan yang menarik. Kekasaran permukaan yang diukur seperti uraian sebelumnya tidak
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 13
boleh melebihi sepuluh (10) mm untuk yang kasar dan dua puluh (20) mm untuk yang halus.
Plywood harus digunakan untuk penyelesaian tersebut.

II.9.3 Penyelesaian Akhir pada Lantai Beton Monolit

Penyelesaian akhir untuk lantai beton monolit yang tampak pada gambar, maka pengecoran adukan beton
harus berjalan secara terus-menerus setebal dan seluas pelat tanpa mengalami perubahan adukan. Air-
adukan harus sedikit mungkin, untuk menghasilkan pengecoran yang sempurna jumlah air akan
ditetapkan oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Sesudah pengecoran beton selesai, lantai dan
permukaan lain harus disetrika dengan setrika kayu pada permukaan yang benar dan pada elevasi seperti
tampak dalam gambar. Bila ditunjukkan dalam gambar atau dalam spesifikasi ini, permukaan lantai harus
diselesaikan dengan steel trowel. Penyetrikaan harus sedikit mungkin selaras dengan upaya
mempertahankan permukaan yang licin dan padat dan tidak boleh diteruskan sampai saat adukan mulai
mengeras untuk menghindari kelebihan bahan halus terikat dalam penggosokan ini. Penambahan air,
semen kering, atau spesi kering di atas permukaan beton untuk membantu finishing tidak diijinkan.

II.10 Pengendalian Mutu
II.10.1 Umum

Pengujian-pengujian yang harus dilakukan untuk kontrol mutu, dengan standar uji dan frekuensinya
harus sesuai dengan Sub-pasal 2.3. Tambahan pengujian berikut harus juga dilakukan oleh Kontraktor.

II.10.2 Uji Kekuatan Tekan

Selama pembuatan dan pengecoran beton, sekurang-kurangnya harus diambil dua (2) benda uji/lokasi
setiap hari dan sekurang-kurangnya dua (2) benda uji setiap lima (5) meter kubik/lokasi. Benda uji dapat
berupa silinder atau kubus. Jika benda uji berbentuk silinder, maka ukurannya adalah dengan diameter 10
cm dan panjang 20 cm. Jika ukuran maksimum agregat adalah 40 mm, maka silinder harus berukuran
diameter 15 cm dengan panjang 30 cm. Jika benda uji berbentuk kubus, maka ukurannya adalah panjang
15 cm, lebar 15 cm dan tinggi 15 cm, dengan standar perawatan dan diuji pada umur dua puluh delapan
(28) hari.

Bila dianggap perlu oleh Direksi dan Konsultan Supervisi , kekuatan tekan dari beton yang sudah dicor
harus dicek dengan metode schmidt hammer. Frekuensi dari pengujian harus sesuai dengan petunjuk dari
Direksi dan Konsultan Supervisi .

II.10.3 Uji Slump

Uji slump harus dilakukan sebelum pengecoran dan pada waktu pengambilan contoh pengujian atau jika
diperintahkan oleh Direksi dan Konsultan Supervisi . Pengujian harus sesuai dengan ASTM C.143,
AASHTO T119 atau SNI 1972-90-F /SNI 1972:2008.

II.10.4 Pengujian Bahan Beton

Kontraktor harus melakukan pengujian untuk bahan beton yang akan digunakan dengan spesifikasi serta
frekuensi yang ditentukan dan diarahkan oleh Direksi dan Konsultan Supervisi sebagai berikut :




SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 14
Aggregates JIS Standard AASHTO Standard SNI Standards
- Sieving analysis for coarse, fine aggregate and for
stone fineness
E 11+C136 T-27 1968-90-F
- Organic impurities in fine aggregate C 40 T-21 1755-90-A
- Specific gravity and water absorption test in fine
aggregate
C 128 T-84 1970-90-F
- Specific gravity and water absorption test in coarse
aggregate
C 127 T-85 1969-90-F
- Los Angeles abrasion test C 131 T-96 03-2417-1991
- Soundness of aggregates by use of Sodium Sulphate C 88 T-104 1758-90-A
- Fineness test on cement C 150 T-128 15-2530-1991
- Strength test on mortar specimens C 150 T-106 M-111-1990-03

II.10.5 Catatan Pengecoran Beton dan Pengujian

Catatan yang teliti dan mutakhir yang menunjukkan tanggal, waktu, cuaca dan suhu lapangan (bila
berbagai lokasi pekerjaan yang berbeda-beda), harus dilakukan oleh Kontraktor dan laporan quality
control harus diserahkan setiap bulan kepada Direksi dan Konsultan Supervisi untuk evaluasi dan
catatan proyek. Kontraktor juga harus mencatat senua hasil pengujian beton dan harus diberi tanda / kode
dari hasil uji lokasi/tempat contoh itu diambil.

II.11 Pekerjaan Bekisting
II.11.1 Umum

Pekerjaan bekisting harus termasuk penyediaan, pemasangan dan pembongkaran bekisting untuk
pekerjaan beton dengan kekuatan yang cukup, lengkap dengan semua pengikat-pengikat yang diperlukan,
penyokong dan sebagainya sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan dibawah ini.
Bingkai bekisting harus mempunyai kehalusan dan kekasaran yang diperlukan untuk memenuhi syarat-
syarat toleransi dengan penyelesaian akhir sebagaimana yang ditetapkan di bawah ini dan bingkai
bekisting harus dikerjakan sedemikian sehingga jika ada sambungan horisontal tidak menerus sampai
seluruh permukaan bekisting. Bekisting harus benar-benar lurus dan sesuai dengan elevasi, kedap mortar
dan cukup kaku untuk menahan kemungkinan pelenturan yang terjadi akibat tekanan bahan adukan-
beton. Permukaan lengkung harus dibentuk dengan tali busur yang dibuat sesuai dengan lengkungan yang
tampak dalam gambar atau ditulis dalam spesifikasi yang telah disetujui oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi . Permukaan semua bekisting yang berhubungan langsung dengan beton harus bersih, kaku dan
cukup kedap air untuk mencegah kehilangan mortar. Kontraktor bertanggungjawaban terhadap
kelengkapan pembuatan bekisting, tetapi tipe, bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan semua bahan untuk
pembuatan bekisting harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi dan Konsultan Supervisi .
Semua bekisting harus dikerjakan sedemikian rupa, sehingga pada waktu membuka bekisting, tidak
terjadi kerusakan pada betonnya.
Semua sambungan yang expose, tepi dan sudut-sudut luar dipingul sekurang-kurangnya dua (2) cm
dengan sudut empat puluh lima (45) derajat, kecuali bila disyaratkan lain dan diperintahkan oleh Direksi
dan Konsultan Supervisi . Sudut dalam harus dipotong seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau
sesuai dengan permintaan Direksi dan Konsultan Supervisi .


II.11.2 Persyaratan Bahan

Semua bahan untuk pembuatan bekisting harus mendapat persetujuan Direksi dan Konsultan Supervisi .
Kayu harus padat, lurus, tidak lapuk, tidak ada mata kayu yang lepas. Sebelum dibuat bingkai untuk
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 15
bekisting, kayu harus diserut lurus merata baik lebar maupun tebalnya. Bekisting yang digunakan untuk
beton yang dilewati air mengalir yang nantinya akan sepenuhnya terexpose, harus diberi lapisan pada
bagian bidang yang bersentuhan dengan beton dengan plywood atau kayu lain dan harus tidak rusak dan
atau cacat, sehingga tidak meninggalkan bekas yang tidak baik pada permukaan betonnya.
Bila digunakan plywood, tidak boleh terpuntir, tidak keriting dan dikerjakan dengan lem khusus yang
kedap air. Bahan-bahan yang dipakai sejauh mungkin harus mudah didapatjan di lapangan, sedang untuk
lembaran plywood harus memiliki lebar dan panjang yang merata.
Lapisan papan kayu harus dipilih baik jenis maupun mutunya atau bila diperlukan harus dilapisi dengan
bahan pelindung supaya tidak terjadi kemungkinan terpuntir akibat tambahan bahan kimia atau
kemungkinan perubahan warna pada permukaan betonnya. Lapisan bekisting harus dipilih sedemikian
rupa sehingga tahan terhadap puntiran, karena pembebanan dan penggeseran sewaktu pengecoran.

II.11.3 Penempatan dan Persiapan

Bekisting harus ditempatkan sedemikian sehingga tanda sambungannya pada permukaan beton menjadi
bagian dari satu aligment yang lurus baik kearah horizontal maupun vertikal, dengan sambungan antara
permukaan masing-masing bekisting harus halus. Semua bagian tepi dan pojok dari beton yang terbuka
secara permanen harus dipingul seperti ditunjukkan dalam gambar.
Sebelum ditempatkan adukan beton semua bekisting harus kaku, kencang dan harus benar-benar bersih
dari semua potongan kayu-kayu, bubuk gergaji, debu, bongkahan mortar kering, maupun benda-benda
asing lainnya, dan bila ada kelebihan air harus disingkirkan. Permukaan bekisting harus dilapisi dengan
minyak atau lapisan lain yang disetujui oleh Direksi dan Konsultan Supervisi yang tidak akan
meninggalkan warna pada beton. Bekisting yang sudah ditinggalkan cukup lama dan sudah mulai kering
harus dilabur kembali permukaannya dengan oli seperti yang diarahkan oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi . Bekisting untuk permukaan yang menerus dipasang untuk lapisan berikutnya harus dijaga
kekakuan dan kekedapannya untuk seluruh permukaan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kebocoran mortar dari adukan beton serta untuk menjaga kelurusan bagian permukaannya.
Bekisting yang dipakai lebih dari satu kali harus dirawat dalam keadaan yang mudah diperbaiki dan
dibersihkan sebelum digunakan lagi. Apabila memungkinkan bekisting untuk bidang luar dari tembok
harus dibersihkan dengan splash boards.

II.11.4 Pembukaan Bekisting

Kontraktor tidak boleh membuka bekisting sampai beton telah mengeras dan mempunyai cukup kekuatan
untuk menahan beban sendiri maupun beban kerja yang akan disangganya dengan aman. Pembukaan
bekisting harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi dengan suatu cara agar agar
tidak merusak beton dan umumnya bekisting harus dibiarkan tidak kurang dari empat puluh delapan (48)
jam sesudah beton dicor atau atas perintah Direksi dan Konsultan Supervisi .

II.12 Besi Beton dan Perlengkapan Lainnya
II.12.1 Persyaratan untuk Bahan Besi Beton

Kontraktor harus menyediakan alat pemotong, pembengkok dan memasang semua besi beton seperti yang
ditunjukan dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi dan Konsultan Supervisi . Kecuali bila
ditunjukkan lain dalam gambar, besi beton yang akan dipakai adalah besi polos dari pabrik yang
mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi dan memenuhi standar SD 295, SNI 2052-
89-A atau setara yang disetujui. Semua besi beton harus tidak keropos/berkarat dan mengelupas, tidak
berminyak, tidak bergemuk atau lapisan-lapisan lainnya yang bisa merusak atau mengurangi kekuatan
ikatannya dengan beton. Besi beton harus diambil contohnya oleh Direksi dan Konsultan Supervisi di
pabrik atau tempat penjualnya atau kedua-duanya.
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 16
Dimensi dan berat tulangan baja Standar Industri Indonesia (SII 0136 80)

Tulangan Diameter Luas Berat
Plain Deform Nominal Nominal Nominal
(mm) (cm
2
) (Kg/m)
P6 D6 6.00 0.283 0.222
P8 D8 8.00 0.503 0.395
P9 D9 9.00 0.636 0.499
P10 D10 10.00 0.785 0.617
P12 D12 12.00 1.131 0.888
P13 D13 13.00 1.327 1.040
P14 D14 14.00 1.540 1.210
P16 D16 16.00 2.011 1.580
P18 D18 18.00 2.545 2.000
P19 D19 19.00 2.835 2.230
P20 D20 20.00 3.142 2.470
P22 D22 22.00 3.801 2.980
P25 D25 25.00 4.909 3.850
P28 D28 28.00 6.157 4.830
D29 29.00 6.605 5.190
P32 D32 32.00 8.043 6.310
D36 36.00 10.179 7.990
D40 40.00 12.565 9.870
D50 50.00 19.635 15.400


II.12.2 Pembuatan dan Perakitan

Kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar pemotongan dan pembengkokkan besi kepada Direksi
dan Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuannya. Semua pembengkokkan dan pemotongan
besi beton harus mengikuti standar pelaksanaan yang telah disetujui dan berdasarkan atas gambar yang
telah disetujui seperti yang ditetapkan di atas. Membengkok besi dengan cara dipanaskan tidak
diperbolehkan kecuali mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi dan Konsultan Supervisi . Ijin
bisa diberikan atas permohonan khusus yang diajukan oleh Kontraktor dalam penggunaan metode kerja
yang menjamin bahwa besi beton yang akan dipakai tidak akan mengalami kerusakkan. Ijin tersebut tidak
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas kekurangan yang mungkin timbul dan terjadi
nantinya.
Besi beton harus diikat kuat-kuat pada posisinya secara teliti, sehingga tidak bergerak bila dilakukan
pengecoran beton ataupun bergeser akibat penggetaran. Besi horisontal harus ditahan dengan blok beton
precast atau kursi besi yang ditempatkan sedemikian rupa, sehingga besi ini dapat dijaga tetap berada di
tempatnya dan berada pada elevasi yang benar.
Persilangan besi dan overlap batang besi harus diikat kuat-kuat dengan kawat besi beton berdiameter
tidak kurang dari 0,9 mm. Tebal selimut beton minimum yang diukur dari tulangan, harus antara lima (5)
sampai sepuluh (10) cm seperti yang ditunjukan dalam gambar atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi dan Konsultan Supervisi . Ketebalan minimum penutup beton maupun jarak antara besi seperti
yang ditunjukkan dalam gambar bila menurut pendapat Direksi dan Konsultan Supervisi kurang tepat,
dapat diubah selama pelaksanaan.
Besi beton harus dipasang overlap dengan panjang overlap tidak kurang dari dua puluh lima (25) kali
diameter dari ukuran terbesar besi atau seperti yang diarahkan oleh Direksi dan Konsultan Supervisi .
Tempat overlap dari batang besi itu harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Supervisi .


SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 17
II.12.3 Pengisi Sambungan (Joint Filler)

Sebelum pemasangan expansion joint filler Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan yang akan
digunakan, disertai dengan sertifikat pengujian, spesifikasi dari pabrik dan cara-cara pemasangan pada
expansion joint filler yang diperlukan/diinginkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi dan
Konsultan Supervisi .
Kontaktor harus memotong joint filler untuk menutup bidang sambungan yang diperlukan pada beton.
Bila dipasang pada bidang vertikal joint filler harus diletakkan di sisi bidang yang sudah selesai terlebih
dahulu dengan bahan joint filler yang telah disetujui dimana permukaan masing-masing bagian dari joint
filler sekurang-kurangnya empat puluh (40) mm dari bagian tepi. Sambungan dari joint filler harus dibuat
dari perekat yang bisa ditempelkan secara dingin sehingga mortar dari beton tidak akan merembes
melalui bidang beton yang lain. Jumlah sambungan harus diusahakan sesedikit mungkin dan jika
memungkinkan menggunakan sambungan buatan pabrik. Kekedapan dari sambungan dan struktur dimana
joint filler digunakan menjadi tanggung-jawab Kontaktor.

II.12.4 Penahan Air (Water Stop)

Kontraktor harus menyediakan dan memasang penahan air seperti ditunjukkan dalam gambar atau
perintah dari Direksi dan Konsultan Supervisi dan/atau seperti yang ditetapkan pada pasal ini. Penahan
air yang akan dipakai harus mempunyai karakteristik fisik sesuai syarat-syarat dalam standar ASTM,
Flexible Polyvinyl Chloride (PVC) Water Stop, atau bahan yang setara yang disetujui oleh Direksi dan
Konsultan Supervisi .
Persyaratan untuk penahan air

Karakteristik fisik Metode pengujian
Specific gravity tidak kurang dari 1.20 g/cm3 ASTM D. 792
Tensile strength tidak kurang dari 100 kg/cm2 ASTM D. 412
Elongation tidak kurang dari 330 % ASTM D. 412
Stiffness in flexure, 6 mm span tidak kurang dari 28 kg/cm2 ASTM D. 747

Penahan air harus dibuat dari bahan plastik dengan resin dasar yang harus berupa polyvinyl cloride.
Semua penahan air harus dicetak atau dicor dengan setiap bagian penampangnya harus padat serta rata
dan tidak ada keropos atau ketidak sempurnaan lainnya. Penahan air harus terdiri dari tipe 3-bulb baik
untuk sambungan konstraksi maupun sambungan pelaksanaan. Penahan air harus simetris, dengan bentuk
dan ukuran untuk kedua tipe di atas harus sesusai dengan persyaratan berikut :

Dimensi (mm) Tipe A (tipe 3-bulb) Tipe B (tipe 3-bulb)
Lebar 300 200
Tebal 9 5
Toleransi : lebar + 3 % tebal + 10%

Penyambungan penahan air harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi pabrik dan sesuai instruksi
Direksi dan Konsultan Supervisi . Penyambungan khusus untuk menyatukan keping-kepingan penahan
air digunakan disemua pertemuan penahan air. Penahan air harus dipasang dengan lebar yang sama
dengan bahan yang ditanam dalam beton pada masing-masing sisi sambungan. Kontraktor harus
menempatkan penahan air secara berhati-hati dan pemadatan beton disekitar penahan air harus dijamin
bahwa penahan air tidak akan rusak, dan terjadi lekatan yang sempurna antara beton dengan bidang
penahan air yang tertanam.
Kontraktor harus mengganti atau memperbaiki dengan biaya sendiri setiap penahan air yang sobek,
berlubang atau rusak. Kontraktor harus melengkapi semua penyokong dan pengikat yang diperlukan
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 18
untuk penempatan penahan air seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas perintah dari Direksi dan
Konsultan Supervisi .Kekedapan air dari sambungan dan struktur dimana penahan air dipasang harus
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua bahan dan tenaga yang
mampu untuk melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan sehingga hasilnya memuaskan, sesuai
dengan spesifikasi dan perintah dari Direksi dan Konsultan Supervisi .

II.13 Pengukuran dan Pembayaran
II.13.1 Beton

a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan beton harus dilakukan berdasarkan volume beton
yang sebenar-benarnya dicor dalam meter kubik (m
3
) sesuai garis batas struktur seperti yang
ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang ditentukan oleh Direksi dan Konsultan Supervisi .
Pengukuran beton terhadap bagian sisi dari setiap penggalian tanpa menggunakan bekisting
perantara harus dilakukan hanya di dalam garis yang wajib dibayar atau garis yang ditunjukkan
dalam struktur. Tidak ada potongan yang dibulatkan atau pinggir yang dipingul atau ruangan
yang ditempati oleh logam, saluran listrik atau ruangan kosong atau barang penting lainnya
yang luas penampangnya kurang dari 0.05 m
2
.

b. Pembayaran
Pembayaran harus dilakukan untuk jumlah meter kubik (m
3
) beton yang telah dicor sesuai hasil
pengukuran dengan cara sebagaimana diuraikan di atas untuk masing-masing harga satuan
kontrak per meter kubik seperti yang tercantum di Daftar Kuantitas dan Harga dengan
melampirkan hasil uji mutu laboratorium, dan harus disetujui oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi termasuk semua kompensasi untuk penyediaan semua tenaga kerja, bahan-bahan,
perlengkapan, alat-alat dan sebagainya untuk menyelesaikan pekerjaan, sesuai dengan perintah
dari Direksi dan Konsultan Supervisi dan syarat-syarat dalam spesifikasi.

II.13.2 Pekerjaan Bekisting

a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan bekisting harus dilakukan berdasarkan luas
permukaan cetakan beton dalam meter persegi (m
2
), ditentukan oleh dimensi dari struktur-
struktur beton sebagaimana ditunjukkan pada gambar atau atas petunjuk Direksi dan Konsultan
Supervisi .

b. Pembayaran
Pembayaran harus dilakukan untuk jumlah meter persegi (m
2
) yang dihasilkan dari pengukuran
seperti syarat-syarat diatas, untuk masing-masing harga satuan per meter persegi yang
dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dan harus disetujui termasuk kompensasi penuh
untuk penyediaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan, alta-alat dan sebagainya
untuk menyelesaikan pekerjaan, sesuai dengan perintah dari Direksi dan Konsultan Supervisi
dan syarat-syarat dalam spesifikasi.

II.13.3 Besi Beton

a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran besi beton harus dilakukan berdasarkan berat besi yang sebenar-
benarnya terpasang dalam metrik kilogram (kg) yang dihitung dari panjang dan jumlah batang
seperti tampak dalam gambar atau atas petunjuk Direksi dan Konsultan Supervisi diubah
SPESIFIKASI TEKNIK
ST II - 19
keberat untuk ukuran batang yang terdaftar dengan mengalikan satuan berat per linier meter.
Besi overlap yang ditunjukkan dalam gambar atau diminta oleh Direksi dan Konsultan
Supervisi harus dibayar sesuai dengan harga satuan dalam kontrak. Bila ada tambahan besi
dalam overlap melebihi yang diperlukan untuk kemudahan kerja Kontraktor maka tidak akan
ada pembayaran tambahan.

b. Pembayaran
Pembayaran harus dilakukan untuk jumlah metrik kilogram (kg) yang dihasilkan dari
pengukuran seperti syarat-syarat di atas untuk masing-masing harga satuan kontrak per metrik
kilogram yang dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dan telah mendapat pengesahan
dari Direksi dan Konsultan Supervisi , termasuk kompensasi penuh untuk penyediaan semua
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, alat-alat dan sebagainya untuk menyelesaikan pekerjaan,
sesuai dengan perintah dari Direksi dan Konsultan Supervisi dan syarat-syarat dalam
spesifikasi.

II.13.4 Perlengkapan lain-lainnya
II.13.4.1 Penahan Air (Waterstop)

a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran penahan air harus dilakukan berdasarkan penahan air yang
sebenar-benarnya terpasang dalam linier meter (m) yang dihitung dengan ukuran dan panjang
seperti tampak dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi dan Konsultan Supervisi . Dalam
menghitung volume tidak termasuk panjang overlap pada sambungan.

b. Pembayaran
Pembayaran harus dilakukan untuk jumlah linier meter (m) hasil pengukuran seperti syarat-
syarat diatas sesuai harga satuan kontak per meter yang dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, dan telah mendapat pengesahaan dari Direksi dan Konsultan Supervisi , termasuk
kompensasi penuh untuk penyediaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan, alat-alat
dan sebagainya, untuk menyelesaikan pekerjaan, sesuai dengan perintah dari Direksi dan
Konsultan Supervisi dan syarat-syarat dalam spesifikasi.

Anda mungkin juga menyukai