Anda di halaman 1dari 2

1.2.2.

Analisis Ekonomi
1.3.2.1 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dibebankan dalam kegiatan produksi
yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti depresiasi asuransi,
perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal (Widjaja, 1999). Biaya tetap terdiri dari biaya
penyusutan sebesar Rp 148.560.000, Gaji tenaga kerja beserta tagihan listrik dan telepon
sebesar Rp.136.800.000. Total biaya tetap yang dikeluarkan PT KGU setiap bulan adalah
sebesar Rp 285.360.000.
1.3.2.2 Biaya Variabel
Biaya variabel yang dikeluarkan PT Kariyana Gita Utama sebesar Rp
11.495.600.000/ bulan. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian ternak sebesar Rp.
8.970.000.000 biaya pembelian bahan pakan Rp. 2.525.400.000, dan biaya operasional
lainnya sebesar Rp.200.000. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai hasil
produksi dan harga dipasaran pada waktu itu. Biaya yang dapat berubah-ubah antara lain
berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan peralatan dan biaya lain yang berupa
penerangan/listrik, sumbangan, pajak usaha dan iuran. Semakin besar kuantitas produk
yang dihasilkan maka semakin besar biaya variabel yang dibutuhkan. Biaya variabel ini
meliputi biaya pakan, obat-obatan dan vaksinasi. Biaya produksi terbesar yang
dikeluarkan dalam usaha peternakan adalah biaya variabel, terutama biaya pakan dan
upah tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abidin (2008), bahwa biaya
variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi sapi yang biasanya
habis dalam satu kali produksi, misalnya biaya pembelian sapi bakalan, pembelian bahan
pakan dan gaji tenaga kerja.
1.3.2.3 Analisis Break Event Point (BEP)
Perhitungan break even point didasarkan atas penjualan dalam rupiah dan dalam
produk. Break even point di PT KGU dicapai pada tingkat hasil penjualan sebesar Rp
285.359.999 dan sejumlah 588 ekor. Analisis break even point (BEP) adalah suatu teknik
analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan
volume kegiatan (Riyanto, 2001). Analisis break even point digunakan dengan tujuan
untuk mengetahui berapa minimal perusahaan harus menghasilkan dan menjual produk
agar minimal tidak menderita kerugian atau titik impas yaitu untuk mengetahui keadaan
suatu perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak memperoleh kerugian.
1.3.2.4 Analisis Efisiensi Ekonomi
Salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan usaha adalah
dengan cara melakukan perhitungan efisiensi. Jumlah penerimaan dapat digunakan untuk
menentukan keuntungan. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan. Keuntungan yang diperoleh PT KGU sebesar Rp
829.873.330.00/bulan.
Besarnya perhitungan return cost ratio (R/C) yaitu 1,07 yang berarti dari
penggunaan biaya sebesar Rp 1,00 memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,07. Return cost
ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran yang menunjukan
penerimaan untuk setiap satu rupiah. Sesuai dengan pendapat Riyanto (2001) bahwa
tingkat keuntungan relatif dapat diukur dengan analisis imbangan penerimaan dengan
biaya atau anlisis R/C ratio. Hal ini berarti perusahaan tersebut sudah efisien dalam
penggunaan biaya.
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka rentabilitas
sebesar 2,22 %. Berarti bahwa modal yang digunakan untuk menjalankan usaha lebih
efisien dibandingkan jika modal disimpan di bank dalam bentuk deposito dengan suku
bunga bank, perusahaan memperoleh keuntungan yang cukup besar meskipun
menginvestasikan modalnya karena perputaran modal dalam usaha penggemukan ini
lebih memungkinkan untuk melakukan pengembangan usaha yang dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai