Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Sistem pemerintahan daerah sangat erat kaitannya dengan otonomi daerah yang
saat ini telah berlangsung di Indonesia. Bila sebelum diperkenalkan otonomi daerah,
semua sistem pemerintahan bersifat sentralisasi atau terpusat. Dengan pelaksanaan
otonomi daerah diharapkan daerah mampu mengatur sistem pemerintahannya sendiri
dengan memaksimalkan potensi daerah yang dimiliki. Walaupun demikian, ada
beberapa hal tetap dikendalikan oleh pemerintah pusat. Seperti hubungan diplomatik,
kerjasama perdagangan, dll.
Sistem pemerintahan daerah juga sebenarnya merupakan salah satu bentuk
penyelenggara pemerintahan yang efektif dan efisien. Karena pada dasarnya tidak
mungkin pemerintah pusat mengatur serta mengelola negara dengan segala
permasalahan yang kompleks. Sementara itu, pemerintah daerah juga merupakan
training ground serta pengembangan demokrasi dalam sebuah negara. Disadari atau
tidak, sistem pemerintahan daerah sebenarnya merupakan persiapan untuk karir politik
lanjutan yang biasanya terdapat pada pemerintahan pusat.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam menyusun makalah ini, ada beberapa rumusan masalah, seperti berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan system, dan pemerintahan daerah?
2. Apa yang dimaksud dengan system pemerintahan daerah dan
bagaimana bentuk pelaksanaannya di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apa definisi system dan pemerintahan daerah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan system pemerintahan
daerah dan bagaimana bentuk pelaksanaan system pemerintahan
daerah di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN SISTEM

Pengertian sistem menurut Wikipedia indonesia adalah sistem berasal dari
bahasa Latin (systma) dan bahasa Yunani (sustma) adalah suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan
suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa
dibuat.

Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen:
1. Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik,
abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut
2. Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
3. Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
4. Lingkungan, tempat di mana sistem berada.
Syarat-syarat system :
1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
4.Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih
penting dari pada elemen sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.


Pengertian Sistem Menurut Para Ahli
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani system yang artinya
adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur
untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :
1. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang
suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
2. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari
fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan
organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan
efesien.
3. C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan
untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
4. J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling
berhubungan.
5. Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang
saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan
saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.

B. PENGERTIAN PEMERINTAHAN DAERAH

Pemerintahan daerah menurut pasal 1 huruf d uu nomor 22 tahun 1999 diartikan
sebagai penyelenggara pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas desentralisasi.
Menurut UU nomor 32 tahun 2004 dalam pasal 1 angka 2, pemerintahan daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan
prinsip negara kesatuan RI.
Berdasarkan UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dan unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah gubernur, bupati , walikota dan perangkat daerah.
Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

C. OTONOMI DAERAH

Pengertian Otonomi Daerah - Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal
1 ayat 5, pengertian otonomi derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, bahwa
pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten / kota didasarkan kepada
desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

a. Kewenangan Otonomi Luas
Yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan
daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua
bidang pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiscal agama serta kewenangan
dibidang lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang
utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
b. Otonomi Nyata
Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan
diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah.
c. Otonomi Yang Bertanggung Jawab
Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan
pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
berupa peningkatan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang Pemerintah
Daerah, ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah yaitu :
Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu
Tugas perbantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau
desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung
jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Hakekat, Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah
a. Hakekat Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kehendak dan
kepentingan masyarakat. Berkaiatan dengan hakekat otonomi daerah
tersebut yang berkenaan dengan pelimpahan wewenang pengambilan
keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan kegiatan
dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat maka
peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan
besar belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang
memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi,
baik penerimaan maupun pengeluaran dan analisa terhadapnya
merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan
dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/
kemandirian daerah (Yuliati, 2001:22)

b. Tujuan Otonomi Daerah
Menurut Mardiasmo (Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah)
adalah: Untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dam
memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi
utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu:
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat.
Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik)
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Selanjutnya tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-
undang No 32 tahun 2004 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi
daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa
dan peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis, dan bertanggung
jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,
mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang
akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

c. Prinsip Otonomi Daerah
Menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip
penyelenggaraan otonomi daerah adalah :
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keaneka ragaman
daerah.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan
bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada
daerah dan daerah kota, sedangkan otonomi provinsi adalah otonomi
yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah kabupaten dan derah kota tidak lagi wilayah administrasi.
Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh
pemerintah.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan
fungsi badan legislatif daerah baik sebagai fungsi legislatif, fungsi
pengawasan, mempunyai fungsi anggaran atas penyelenggaraan
otonomi daerah.
7. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam
kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah.
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di
pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang disertai
pembiayaan, sarana dan pra sarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskan.



BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

Sistem pemerintahan daerah juga sebenarnya merupakan salah satu
bentuk penyelenggara pemerintahan yang efektif dan efisien. Karena pada
dasarnya tidak mungkin pemerintah pusat mengatur serta mengelola negara
dengan segala permasalahan yang kompleks. Sementara itu, pemerintah daerah
juga merupakan training ground serta pengembangan demokrasi dalam sebuah
negara. Disadari atau tidak, sistem pemerintahan daerah sebenarnya merupakan
persiapan untuk karir politik lanjutan yang biasanya terdapat pada pemerintahan
pusat.
Sistem pemerintahan daerah juga membuka peluang bagi masyarakat
daerah untuk meningkatkan kapasitas teknik dan manajerial sehingga bisa
meningkatkan pengaruh serta pengawasan atas berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh para elit lokal. Dalam sistem pemerintahan daerah juga bisa
memungkinkan para pemimpin daerah untuk menetapkan pelayanan dan
fasilitas secara efektif di tengah - tengah masyarakat, mengintegrasikan daerah -
daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek
pembangunan dengan lebih baik bila dibandingan pengawasan yang dilakukan
oleh pejabat dari pusat.
Kajian mengenai hubungan pemerintahan mencakup pembahasan
mengenai hubungan antara pemerintah dan masyarakat sebagai yang
diperintah. Bentuk hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah secara
konkret dapat dilihat dalam proses pembuatan kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai