Anda di halaman 1dari 8

Heni Sudarna Pengertian Syarat profesi

PENGERTIAN, SYSRAT PROFESI


Heni sudarna
Nim : 2202110031
Jurusan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan
Ilmu Pendidikan ( STKIP
A!s"rak
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menunjukkan tentang
pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter, dikatakannya pekerjaannya
sebagai dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar dikatakan profesinya sebagai guru. Jadi
istilah profesi dalam konteks ini sama artinya dengan pekerjaan atau tugas yang dilakukan oleh
seseorang dalam kehidupan sehari hari keragaman dalam memahami istilah profesi dalam
kehidupan sehari hari mengindentifikasikan perlunya suatu pengertian yang dapat
menegaskan criteria suatu pekerjaan sehingga dapat disebut sebagai suatu profesi.Artinya tidak
semua pekerjaan atau tugas yang dilakukan dapat disebut sebagai profesi. Pekerjaan-pekerjaan
yang memenuhi kriteria tertentu yang disebut sebagai suatu profesi.
Secara etismologi istilah profesi berasal dari bahasa ingris yaitu profession atau bahasa
latin, profecus yang artinya mengakui adanya pengakuan,menyatakan mampu, atau ahli dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrukmen ungtuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual !anin, "##$% .
A# Pendahuluan
Pendidikan nasional kita masih menghadapi
aneka persoalan. &arena itu perhatian masyarakat
terhadap masalah pendidikan tidak pernah surut.
Persoalan itu tidak akan pernah selesai, karena
substansi yang ditransformasikan selama proses
pendidikan dan pembelajaran selalu berada di
ba'ah kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat.
(eberapa persoalan pendidikan yang masih
menonjol saat ini adalah rendahnya mutu proses
dan luaran pendidikan. )ebih mendasar lagi apabila
yang diperbincangkan itu adalah mengenai mutu
atau kualitas pendidikan, dimana mutu pendidikan
di Indonesia memang belum memuaskan atau
rendah. Indikator
rendahnya mutu pendidikan nasional dapat
dilihat pada prestasi sis'a, seperti nilai *jian
+asional *+% rata-rata masih rendah. Selama
bertahun-tahun kemerosotan mutu
pendidikan di Indonesia sudah terasa, dan
untuk kesekian kalinya kurikulum dituding
sebagai penyebabnya. ,al ini tercermin
dengan adanya upaya mengubah dan
menyempurnakan kurikulum, mulai
kurikulum -./0 diganti dengan kurikulum
-.12, kemudian diganti lagi dengan kurikulum
-..2, kurikulum berbasis kompetensi "##2, dan
terakhir adalah &urilum 3ingkat Satuan
Pendidikan &3SP%. 3udingan tersebut tidaklah
sepenuhnya benar. +asanius -..1%
mengungkapkan bah'a kemerosotan
pendidikan bukan
diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya
kemampuan profesionalisme guru dan keengganan
belajar sis'a. Sumargi -..4% mengemukakan
bah'a profesionalisme guru masih belum memadai
utamanya dalam hal bidang keilmuannya.
5isalnya guru (iologi dapat mengajar &imia
atau 6isika. Ataupun guru IPS dapat mengajar
(ahasa Indonesia. 5emang jumlah tenaga
pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak,
tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai
dengan harapan. (anyak diantaranya yang tidak
berkualitas dan menyampaikan materi yang
keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu
menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan
yang benar-benar berkualitas !ahrin, "###%.
&edua pendapat di atas sama- sama mengakui
bah'a profesionalisme guru masih belum memadai
sebagaimana diharapkan.
(erkaitan dengan hal tersebut maka dalam
beberapa tahun terakhir pemerintah senantiasa
berupaya meningkatkan profesionalisme guru.
7uru sebagai tenaga profesional telah ditetapkan
dalam ** Sistem Pendidikan +asional pada Pasal
$. Ayat ". !alam Peraturan Pemerintah tentang
Standar +asional Pendidikan S+P% +omor
-.8"##0 meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan
guru sebagai jabatan dan atau pekerjaan
professional, namun di sini disebutkan seorang
guru sebagai agen pembelajaran diharuskan
memiliki kompetensi profesional, di samping
kompetensi lainnya9 kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial
Pasal "1 Ayat $%. !alam ** +omor -2 tahun
"##0 tentang 7uru dan !osen, pengertian kata
profesional Pasal -
Ayat 2% adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. :umusan ini tidak
memberikan spesifikasi mengenai guru
professional, namun tentu saja dalam ** ini
adalah pekerjaan atau jabatan guru dan
dosen.
Sebagai jabatan professional maka kepada
guru diberlakukan akuntabilitas publik, yang
mengacu pada pemenuhan kriteria kelayakan
profesi guru. Sehubungan dengan hal tersebut, uji
kompetensi guru adalah langkah a'al yang
dilakukan pemerintah untuk menentukan langkah
selanjutnya dalam perbaikan kualitas pendidikan.
!engan uji kompetensi, maka dapat ditentukan
standard kompetensi guru, yaitu suatu ukuran yang
ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai
seperangkat kemampuan agar berkelayakan
menduduki salah satu jabatan fungsional guru,
sesuai bidang tugas dan jenjang pendidikannya.
Standardisasi kompetensi guru diperoleh dari uji
kompetensi bertujuan untuk memformulasikan peta
kemampuan guru secara nasional,
memformulasikan peta kebutuhan dan peningkatan
mutu guru, dan menumbuhkan kreati;itas guru
yang bermutu, ino;atif, terampil, mandiri, dan
bertanggung ja'ab, serta menumbuhkan kultur dan
moral yang tinggi.
$# Penger"ian %ro&esi
Seiring dengan di tetapkannya *ndang-
undang +omor -2 3ahun "##0 tentang 7uru dan
!osen, tuntutan profesionalisme guru terus
didengungkan oleh berbagai kalangan di
masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri
melalui berbagai organisasi guru yang ada. 5ereka
berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru
yang profesional dalam mendidik sis'a-sis'inya di
sekolah. ,al ini jelas menunjukkan masih adanya
perhatian masyarakat terhadap peningkatan mutu
pendidikan nasional. +amun sebagaimana telah
dikemukakan di atas bah'a profesionalisme guru
pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan masih
rendah.
!alam me'ujudkan tuntutan kemampuan
profesionalisasi guru seringkali dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang dapat menghambat
per'ujudannya. 5asih rendahnya tingkat
profesionalisme
guru saat ini disebabkan oleh faktor-faktor yang
berasal dalam diri guru itu sendiri internal%, dan
permasalahan yang ada di luar diri guru eksternal%.
Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang
masih konser;atif, rendahnya moti;asi guru untuk
mengembangkan kompetensinya, dan guru
kurang8tidak mengikuti berbagai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
permasalahan eksternal menyangkut sarana dan
prasarana yang terbatas.
!ari sisi internal, masih banyak guru yang
memiliki sikap konser;atif. 7uru cenderung
mempertahankan cara yang biasa dilakukan dari
'aktu ke 'aktu dalam melaksanakan tugas, atau
ingin mempertahankan cara lama konser;atif%,
mengingat cara yang dipandang baru pada
umumnya menuntut berbagai perubahan dalam
pola-pola kerja. 7uru-guru yang masih memiliki
sikap konser;atif, memandang bah'a tuntutan
semacam itu merupakan tambahan beban kerja bagi
dirinya. Selain itu, masih banyak guru yang tidak
menekuni profesinya secara utuh. ,al ini
disebabkan oleh banyaknya guru yang bekerja di
luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, sehingga 'aktu untuk membaca
dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada.
7uru kurang berminat untuk menambah 'a'asan
sebagai upaya meningkatkan tingkat
profesionalisme. Selain daripada itu, guru kurang
termoti;asi guru dalam meningkatkan kualitas diri
karena guru tidak dituntut untuk meneliti
sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di
perguruan tinggi.
!ari sisi eksrternal, rendahnya
profesionalisme guru kemungkinan disebabkan
sarana dan prasarana yang kurang memadai dan
mendukung bagi proses pembelajaran baik. Sarana
dan prasarana itu tidak harus berupa berbagai
peralatan yang canggih, melainkan disesuaikan
dengan kebutuhan yang memungkinkan untuk
di'ujudkan. (etapa pun lengkap dan
canggihnya sarana yang tersedia, jika masih ada
masalah-masalah seperti gurunya konser;atif
tidak mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknolgi serta moti;asi untuk
meningkatkan kinerja lemah, maka ada
kecenderungan pengadaan sarana dan prasarana
kurang bermanfaat. Sebaliknya, jika masalah-
masalah itu dapat diatasi, tetapi sarana dan
prasarananya terbatas, maka tidak akan mendukung
keberhasilan pendidikan atau pembelajaran.
Selain itu, adanya perguruan tinggi s'asta
sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi
tanpa mempehitungkan outputnya kelak di
lapangan, maka tidaklah heran jika banyak guru
yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan,
disamping belum adanya standar profesional guru
sebagaimana yang berlaku di negara-negara
maju.
Akadum -...% juga mengemukakan bah'a
ada lima penyebab rendahnya profesionalisme
guru< -% masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara total, "% rentan dan rendahnya
kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi
keguruan, $% pengakuan terhadap ilmu pendidikan
dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan
kebijakan dan pihak-pihak terkait. ,al ini terbukti
dari masih belum mantapnya kelembagaan
pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, 2%
masih belum smooth-nya perbedaan pendapat
tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada
calon guru, 0% masih belum berfungsi P7:I
sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
makssimal meningkatkan profesionalisme
anggotanya.
!engan melihat adanya faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,
pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk
meningkatkan profesi guru. =alaupun guru dan
pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan, profesionalisasi harus
dipandang sebagai proses yang terus menerus.
>leh karena itu profesionalisme guru harus
tetap dan selalu dikembangkan.
'# Pengem!angan Pro&esi dan Kom%e"ensi
Guru $er!asis (oral dan Kul"ur
&ompetensi guru erat kaitannya dengan
profesionalisasi guru. Profesi keguruan merupakan
jabatan yang dilandasi oleh berbagai kemampuan
dan keahlian yang bertalian dengan keguruan.
*ntuk memahami tugas pekerjaan guru, maka
dapatlah dilakukan pengenalan terhadap
kompetensinya. &ompetensi profesional guru
menggambarkan tentang kemampuan yang
dituntutkan kepada seseorang yang memangku
jabatan sebagai guru. Artinya kemampuan yang
ditampilkan itu menjadi ciri keprofesionalannya.
>leh karena itu, pengembangan profesionalisme
guru menjadi perhatian secara global, sebab guru
memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan
informasi-informasi ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada peserta didik, melainkan juga
membentuk sikap dan ji'a untuk mampu
bertahan dalam era kompetisi. 3ugas
dalam lingkungan profesinya. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Arifin "###% mengemukakan
guru yang profesional dipersyaratkan mempunyai<
dasar ilmu yang kuat, menguasai kiat-kiat profesi
berdasarkan riset dan praksis pendidikan, serta
melakukan pengembangan kemampuan profesional
berkesinambungan.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru
terpenuhi, maka akan mengubah peran guru yang
tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan
dinamis. Semia'an -..-% mengemukakan bah'a
pemenuhan persyaratan guru profesional akan
mengubah peran guru yang semula sebagai orator
yang ;erbalistis menjadi berkekuatan dinamis
dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan
belajar yang in;itation learning en;ironment.
!alam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru
harus memahami berbagai fungsi yang
diembannya, yaitu sebagai fasilitator, moti;ator,
informator, komunikator, transformator, agen
perubahan,
guru adalah membantu peserta didik agar
ino;ator, konselor, e;aluator,
dan
mampu melakukan adaptasi terhadap administrator. Para guru sepatutnya
berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik
ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. 3ugas
mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad
pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai indi;idu maupun sebagai
profesional.
Supriadi -..1% mengutip jurnal ?ducational )eadership -..$ bah'a untuk menjadi profesional
seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal9 -% 7uru mempunyai komitmen pada sis'a dan proses
belajarnya, "% 7uru menguasai secara mendalam bahan8mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarnya kepada sis'a, $% 7uru bertanggung ja'ab memantau hasil belajar sis'a melalui berbagai
cara e;aluasi, 2% 7uru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya, 0% 7uru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar
menyadari, bah'a menduduki jabatan profesional sebagai guru, tidak semata-mata menuntut pelaksanaan
tugas sebagaimana adanya, tetapi juga memperdulikan apa yang seharusnya dicapai dari pelaksanaan
tugasnya. !engan adanya keperdulian terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam melaksanakan tugas,
dapat diharapkan tumbuh sikap ino;atif, yaitu kecenderungan untuk selalu berupaya memperbaiki hasil
yang selama ini telah dicapai, sehingga tugas- tugas yang menjadi tanggung ja'abnya selalu dilaksanakan
dan diupayakan untuk selalu meningkat.
Pengembangan profesi dan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengoptimalkan berbagai
sarana dan prasarana yang ada di sekolah, seperti meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan 5usya'arah
7uru 5ata Pelajaran 575P%, meningkatkan budaya membaca bagi guru- guru, dan juga meningkatkan
kemampuan berbahasa asing terutama bahasa Inggris dan kemampuan menggunakan berbagai media
teknologi informasi 3I%, dan sebagainya.
(eberapa yang disebutkan di atas merupakan
sebagian kecil alternatif yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme
guru. 5ustahil &(& bisa berhasil tanpa diimbangi
dengan kompetensi gurunya terlebih dahulu
sebagai ujung tombak front liner%. 7uru yang
profesional dan sekolah yang kondusif akan
menjadi jalan mulus untuk mencapai cita-cita
pendidikan nasional kita. >leh karena itu
profesionalisme guru harus tetap dan selalu
dikembangkan.
3erkait dengan profesinya, guru dituntut
memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan
standard kompetesi yang harus dimiliki oleh
seorang guru. 3erdapat beberapa pendapat tentang
pengelompokkan kompetensi guru. !alam **
Sisdiknas, dan ** 7uru dan !osen, kompetensi
guru dikelompokkan ke dalam empat rumpun,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. 5enurut !epdiknas dalam buku @
Standar &ompetensi 7uru Pemula S5&A,
kompetensi guru dapat dikelompokkan ke dalam 2
empat% rumpun, yaitu9 penguasaan bidang studi,
pemahaman peserta didik, penguasaan
pembelajaran yang mendidik, dan pengembangan
&epribadian dan &eprofesionalan. !i samping itu,
Paul Suparno "##$% mengelompokkan kompetensi
guru kedalam tiga rumpun, yaitu kompetensi
pribadi, kompetensi bidang studi, dan kompetensi
dalam pembelajaran8pendidikan. !ari ketiga
pendapat di atas tampaknya tidak ada yang saling
bertentangan melainkan saling memperkuat.
&ompetensi kepribadian mencakup
kepribadian yang utuh, berbudi luhur, jujur,
de'asa, beriman, bermoral< kemampuan
mengaktualisasikan diri seperti disiplin, tanggung
ja'ab, peka, objektif, lu'es, ber'a'asan luas,
dapat berkomunikasi dengan orang lain<
kemampuan mengembangkan profesi seperti
berpikir kreatif, kritis, reflektif, mau belajar
sepanjang hayat, dapat ambil keputusan dan lain-
lain. &emampuan kepribadian lebih menyangkut
jadi diri seorang guru sebagai pribadi yang baik,
tanggungja'ab, terbuka, dan terus mau
belajar untuk maju. Bang pertama ditekankan
adalah guru itu bermoral dan beriman. ,al ini jelas
merupakan kompetensi yang sangat penting karena
salah satu tugas guru adalah membantu anak didik
bertak'a dan beriman serta menjadi anak yang
baik.
&ompetensi dalam bidang studi memuat
pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar,
menguasai konsepnya, mengenal metodologi ilmu
yang bersangkutan, memahami konteks bidang itu
dan juga kaitannya dengan masyarakat, lingkungan
dan dengan ilmu lain. Jadi guru tidak cukup hanya
mendalami ilmunya sendiri tetapi termasuk
bagaimana dampak dan relasi ilmu itu dalam hidup
masyarakat dan ilmu-ilmu yang lain. 5aka guru
diharapkan punya 'a'asan yang luas.
&ompetensi dalam pembelajaran atau
pendidikan memuat pemahaman akan sifat, ciri
anak didik dan perkembangannya, mengerti
beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk
membantu sis'a, menguasai beberapa metodologi
mengajar yang sesuai dengan bahan dan
perkembangan sis'a, serta menguasai sistem
e;aluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya
semakin meningkatkan kemampuan sis'a.
Persoalan yang melekat dengan guru dan
menarik untuk dicermati adalah persoalan kultur
guru. &enyataan sudah membuktikan bah'a kultur
yang baik akan menjadi kunci kesuksesan.
&eberhasilan negara-negara maju di Asia, seperti
Jepang, Singapura, dan &orea Selatan tidak lain dan
tidak bukan karena mereka memegang dan
membangun kultur yang baik.
5enurut 5ochtar )ubis, bangsa Indonesia
-tentu saja termasuk guru- memang terkenal dengan
kultur yang kurang baik. 5isalnya tidak suka
bekerja keras, tidak jujur, tidak disiplin, mudah
putus asa, malu mengakui kesalahan, senang
jalan pintas, tidak rasional. Jika kultur itu tidak
dapat berubah pada diri seorang guru, penulis
pesimistis akan keberhasilan pelaksanaan &(&
seperti harapan insan pendidikan khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
Pelaksanaan &(& menjadikan beban yang
cukup berat pada sosok guru. 5ulai dari
pencermatan standar kompetensi, menyeleksi
kompetensi dasar yang harus dipelajari sis'a,
membuat silabus, memilih pendekatan,
memperhatikan pengalaman belajar, mengetahui
secara personal setiap anak didiknya, sampai pada
tahap pelaksanaan e;aluasi yang begitu CrenikC
hingga pemberian remedi bagi yang belum tuntas
penguasaan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
*ntuk melaksanakan tugas yang berat seperti itu
guru hendaknya mau membangun kultur yang baik.
3anpa kerja keras dan etos kerja yang tinggi
tidak mungkin seorang guru mau berusaha untuk
mencermati kompetensi dasar yang sesuai bagi
sis'anya, membuat silabus sebelum masuk ruang
kelas, mencari sebuah pendekatan yang rele;an,
memilih model pembelajaran yang cocok,
membuat e;aluasi yang rinci, dan seterusnya.
&ultur kejujuran juga harus dibangun le'at
penilaian terhadap anak didik. Pemberian nilai
tidak asal memberi angka yang sementara ini
banyak dilakukan teman- teman guru. !i samping
itu, tanggung ja'ab guru dalam proses
pembelajaran juga perlu diperhatikan. !i manakah
letak tanggung ja'ab guru bila kelas sering
kosong, sementara guru duduk-duduk di kantor
atau CngopiC di 'arungD &ita tidak boleh gampang
melimpahkan tanggung ja'ab kepada orang lain,
sehingga kita sering Ccuci tanganC bila terjadi
permasalahan. !an, jangan lupa bah'a guru
merupakan model bagi sis'anya.
(erangkat dari berbagai pengalaman yang
lalu, kita sebenarnya tahu bah'a kegagalan dalam
dunia pendidikan bukan hanya karena perangkat
dan pelaksananya tidak menguasai perangkat yang
digunakan. Akan tetapi, berpulang kepada mental
pelaksana yang ada di lapangan. &ita semua tahu
bah'a korupsi, kolusi dan nepotisme itu tidak
baik, tetapi karena kegiatan itu sudah menjadi
kultur bangsa kita maka kita sulit untuk
menghilangkannya. Jika kultur bersantai-santai,
malas, suka bohong, tidak malu dengan kesalahan
yang dilakukan, suka jalan pintas, gampang
melimpahkan
tanggung ja'ab kepada orang lain, dan sebagainya
yang sudah terpatri di dalam ji'a bangsa
Indonesia -termasuk guru- tidak dikikis sedikit
demi sedikit, maka sulit bagi kita mengharapkan
keberhasilan pelaksanaan pendidikan yang
berkualitas.
Sebagai indi;idu yang berkecimpung dalam
pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Sebagai pendidik,
guru harus yang menjadi tokoh panutan dan
identilikasi bagi para peserta didik, dan
lingkungannya. 7uru sering dijadikan panutan oleh
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal
nilai-nilai yang dianut dan berkembang di
masyarakat tempat melaksanakan tugas dan
bertempat tinggal. >leh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung ja'ab, 'iba'a, mandiri, dan
disiplin.
(erkaitan dengan tanggung ja'ab< guru
harus mengetahui, serta memahami nilai, norma
moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
guru juga harus bertanggung ja'ab terhadap
segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah,
dan dalam kehidupan bermasyarakat.
(erkenaan dengan 'iba'a< guru harus
memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai
spiritual, emosional, moral, sosial, dan mtelektual
dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam
pcmahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
7uru juga harus mampu mengambil
keputusan secara mandiri independent%, terutama
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta
bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan
lingkungan. 7uru harus mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara cepat, tepat 'aktu,
dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan
masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak
menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan disiplin< dimaksudkan
bah'a guru harus mematuhi berbagai peraturan dan
tata tertib secara konsisten, atas
kesadaran professional, karena guru bertugas
mendisiplinkan para peserta didik di sekolah,
terutama dalam pembelajaran. >leh karena itu,
dalam menanamkan disiplin guru harus memulai
dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan
perilakunya. &ita tidak begitu yakin dengan
paradigma Cjika guru mendapatkan imbalan yang
memadai akan bekerja dengan baikC kalau tanpa
didukung dengan kultur yang baik. !engan
demikian, agar pelaksanaan pendidikan
pembelajaran% berjalan sukses, marilah kita
bersama-sama membangun kultur yang baik.
)# Penu"u%
7uru sebagai tenaga profesional telah
ditetapkan dalam berbagai *ndang-*ndang dan
Peraturan Pemerintah ** Sistem Pendidikan
+asional, *ndang-*ndang 7uru dan !osen, dan
Peraturan Pemerintah tentang Standar +asional
Pendidikan. Sebagai pekerjaan professional,
seorang guru diharuskan memiliki berbagai
kompetensi antara lain kompetensi professional,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi sosial. !isamping itu, guru
juga memiliki multi fungsi yaitu sebagai
fasilitator, moti;ator, informator, komunikator,
transformator, change agent, ino;ator, konselor,
e;aluator, dan administrator dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
*ntuk melaksanakan tugas yang berat
seperti itu guru harus tetap membangun
moral dan kultur yang baik, seperti berbudi luhur,
jujur, beriman, kemampuan mengaktualisasikan
diri seperti disiplin, tanggung ja'ab< kemampuan
mengembangkan profesi seperti berpikir kreatif,
kritis, dan lain-lain. &enyataan sudah membuktikan
bah'a kultur yang baik akan menjadi kunci
kesuksesan sebagaimana yang terjadi dinegara-
negara maju di Asia. !engan memegang dan
membangun kultur dan moral yang baik dalam
melaksanakan profesi sebagai guru maka
pelaksanaan &urikulum (erbasis &ompetensi
berjalan sukses,
sehingga kualitas pendidikan akan
meningkat.
*paya-upaya guru untuk meningkatkan
profesionalismenya, diperlukan adanya dukungan
dari semua pihak yang terkait agar benar-benar
ter'ujud, seperti P7:I, pemerintah dan juga
masyarakat.
Sebagai saran, pengembangan
profesionalisme guru seharusnya sudah dimulai
sejak masa perekrutan. Selain itu, perlu didukung
fasilitas yang memadai, perbaikan kesejahteraan
guru merupakan agenda penting yang tidak bisa
ditinggalkan.
)AFTAR P*STAKA
Akadum. -.... Potret 7uru 5emasuki
5ilenium &etiga. Suara Pembaharuan.
>nline% http 9 88'' ' .suara
pembaharuan.com%.
Anderson, S. and (all, S. -./1. The Profession
and Practice of Program Evaluation. San
6rancisco9 Jossey-(ass Publisher.
Arifin, I. "###. Profesionalisme 7uru9 Analisis
=acana :eformasi Pendidikan dalam ?ra
7lobalisasi. Simposium Nasional
Pendidikan di *ni;ersitas 5uhammadiyah
5alang.
5aister, !,. -../. True Professionalism. +e'
Bork9 3he 6ree Press.
5ulyasa, ?. "##0. Menjadi Guru Profesional
Mcnciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menenangkan, Eetakan kedua, (andung9
Penerbit PT !EM"#" !$S%"K"!&".
Paul Suparno. "##$. Guru %emokrasi %i Era
!eformasi Pendidikan, Jakarta9 Penerbit
P3 7rasindo.
Samana, A. -..2. Profesionalisme Keguruan
'Kompetensi dan Pengembanganna%9
Bogyakarta, Penerbit &anisius.
Semia'an, E.:. -..-. Mencari Strategi
Pengembangan Pendidikan Nasional
Menjelang "bad ((). Jakarta9 7rasindo.
Supriadi, !. -..1. Mengangkat *itra dan
Martabat Guru. Jakarta9 !epdikbud.
Surya, ,.5. -..1. Peningkatan
Profesionalisme 7uru 5enghadapi
Pendidikan Abad ke-"-n I%< >rganisasi
F Profesi. I +o. /8-..1.
3ilaar, ,.A.:. -.... +eberapa "genda !eformasi
Pendidikan Nasional %alam Perspektif "bad
,-. 5agelang9 Indonesia 3era.

Anda mungkin juga menyukai