Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diaaikan, karena
merupakan penyakit erat. Hampir semua alat tuu! dapat diserang, termasuk sistem
kardi"#askular dan saraf. $elain itu %anita hamil yang menderita sifilis dapat
menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat
menyebabkan kelainan bawaan dan kematian. Istilah kita untuk penyakit Ini yaitu raja
singa sangat tepat karena keganasannya.
1
A%al mula penyakit sifilis tidak &elas diketa!ui, seelum ta!un 1'() ada yang
mengangap a!%a penyakit ini erasal dari penduduk Indian yang dia%a "le! anak ua!
*"lumus %aktu mereka kemali ke spany"l pada ta!un 1'(). Pada ta!un 1'(' ter&adi
epidemi di Nap"li. pada aad ke+1, ter&adi %aa! di Er"pa, sesuda! ta!un 1-./ m"rilitas
sifilis di er"pa menurun dengan 0epat, mungkin !al ini dikarenakan peraikan s"sial
ek"n"mi. $elama perang dunia kedua insidensnya meningkat dan men0apai pun0aknya
pada ta!un 1('., dan kemudian ak!irnya semakin menurun.
)
Insidens sifilis di eragai negeri di seluru! dunia pada ta!un 1((. erkisar antara
/,/' . /,,)1. Insidens yang terenda! di *ina, sedangkan yang tertinggi di Amerika
$elatan. (Buku UI) Di Amerika $erikat dilap"rkan lei! dari 2.,/// kasus sifilis pada ta!un )//.
dengan (.3,. kasus merupakan sifilis stadium primer dan sekunder. Insiden tertinggi ditemukan
pada %anita umur )/ + )' ta!un dan pria umur 2, + 2( ta!un, sedang kasus sifilis k"ngenital
meningkat dari 22( kasus pada ta!un )//, men&adi 2'( kasus pada ta!un )//., 45ulyani, $ri. )//(.
Aspek Imunologi Penyakit Sifilis. 5urnal 6ese!atan Masyarakat Madani7 Di Ind"nesia insidensnya
/,.11. Di agian kami penderita yang terbanyak ialah stadium laten, disusul sifilis
stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
1
8H9 memperkirakan a!%a terdapat 1) &uta kasus aru pada ta!un 1(((, dimana
lei! dari (/1 terdapat di negara erkemang.
2
1.) :umusan Masala!
:umusan Masala! yang terdapat pada makala! ini ;
1. Apa itu $ifilis <
). Bagaimana Pat"genesis ter&adinya $ifilis <
2. Bagaaiman tanda dan ge&ala $ifilis <
'. Bagaimana management terapi pada seseorang yang terkena Sifilis
,. Bagaimana prognosis Sifilis
1.! "ujuan #enulisan
"ujuan penulisan makalah ini adalah $
1. Untuk mengetahui apa itu Sifilis
). Untuk mengetahui patogenesis terjadinya Sifilis
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala Sifilis
'. Untuk mengetahui management terapi pada seseorang yang terkena Sifilis
,. Untuk mengetahui #rognosis Sifilis
BAB II
=IN5AUAN PU$=A6A
).1 Definisi
$ifilis iala! penyakit infeksi yang diseakan "le! Treponema pallidum, sangat
kronik dan bersifat sistemik. #ada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat
tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan
dari ibu ke janin.
1
$ifilis merupakan suatu penyakit akiat !uungan seksual yang diseakan "le!
"reponema (Spiro%haeta) pallidum (#&" 'U(')(). merupakan asil gram negatif yang
mempunyai flagel, entuknya sangat ke0il dan erpilin+pilin. 6uman atau akteri terseut umumnya
!idup di muk"sa 4saluran7 genetalia, rektum, dan mulut yang !angat dan asa!. 6uman ini sangat
sensiti#e ter!adap 0a!aya, perua!an 0ua0a dan perua!an temperature se!ingga penyakit ini sulit
untuk menular ke0uali adanya k"ntak langsung dengan penderita.
'
).) Eti"l"gi
Pada ta!un 1(/, penyea sifilis ditemukan "le! $0!audinn dan *offman ialah
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetates, familia Spirochaetaceae
dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara +,1-
um, lebar .,1- um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan.
/erakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka
botol. 0embiak se%ara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap
tiga puluh jam.
Pemiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. &i luar badan
kuman tersebut %epat mati, sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup
tujuh puluh dua jam.
1
6lasifikasi sangat sulit dilakukan, karena spesies Treponema tidak dapat diiakkan in
vitro. $eagai dasar diferensiasi terdapat ' spesies yaitu Treponema pallidum sub species pallidum
yang menyeakan sifilis, Treponema pallidum sub species pertenue yang menyeakan framusia.
,
$ifilis ditularkan melalui !uungan seksual, alat suntik atau transfusi dara! yang
mengandung kuman terseut, maupun penularan melalui intra uterin dalam entuk sifilis k"ngenital
tetapi tidak dapat menular melalui enda mati seperti misalnya angku, tempat duduk t"ilet, !anduk,
gelas, atau enda+enda lain yang ekas.
'
>amar 1 ; Treponema Pallidum, sumer ; ; =rep"nema pallidum,
!ttp;??en.%ikipedia."rg?%iki?image
).2 6lasifikasi
$ifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis
kongenital dibagi menjadi$ dini (sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua tahun),
dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua %ara, secara klinis
epidemiologik. 0enurut %ara pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium, stadium I
(SI), stadium II (SII) dan stadium III (SIII). Secara epidemiologik menurut WHO
dibagi menjadi :
1. Stadium dini menular ( dalam satu tahun sejak ineksi ) terdiri atas SI, SII,
Stadium rekuren dan stadium laten dini.
). Stadium lanjut tak menular ( setelah satu tahun sejak ineksi ), terdiri atas
stadium laten lanjut dan SIII
Bentuk lain iala! sifilis kardi"#askular dan neur"sifilis. Ada yang memasukkannya ke dalam
$III atau $I@ .
1
).' Pat"genesis
Stadium dini
Pada sifilis yang didapat,=.pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikr"lesi atau
selaput lendir, iasanya melalui sanggama. 6uman terseut memiak, &aringan ereaksi
dengan mementuk infiltrat yang terdiri atas sel+sel limf"sit dan sel+sel plasma, terutama di
perivaskulr,pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh
T.pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium
kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil
menyebabkan perubahan hipertrofik endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen
(enarteritis obliterans). 'ehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada
pemeriksaan klinis tampak sebagai SI.
$eelum $I terli!at, kuman tela! men0apai kelen&ar geta! ening regi"nal se0ara
limf"gen dan memiak. Pada saat itu ter&adi pula pen&alaran !emat"gen dan menyear ke
semua &aringan di adan. tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. 0ultiplikasi ini
diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II, yang terjadi enam sampai delapan minggu
sesudah S I. S I akan sembuh perlahan,lahan karena kuman di tempat tersebut
jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas,fibroblas dan akhirnya sembuh
berupa sikatriks. S II juga mengalami regresi perlahan,lahan dan lalu menghilang.
"ibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih
terdapat. Sebagai %ontoh pada stadium Ini seorang ibu dapat melahirkan bayi dengan
sifilis kongenita.
'adang,kadang proses imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga ". pallidum
membiak lagi pada tempat S dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut
menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S II
yang terakhir ini lebih sering terjadi daripada yang terdahulu. (esi menular
tersebut dapat timbul berulang,ulang, tetapi pada umumnya tidak melebihi dua tahun.
Stadium lanjut
$tadium laten dapat erlangsung erta!un+ta!un, rupanya truponema dalam
keadaan dorman. 0eskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
'eseimbangan antara tr%ponema dan jaringan dapat sekonyong,konyong berubah,
sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. #ada
saat itu mun%ullah S. III bertentuk guma. 0eskipun pada guma tersebut tidak dapat
ditemukan ".pallidum , reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung
bertahun,tahun. Setelah mengalami masa laten yang ber1ariasi guma tersebut timbul
di tempat,tempat lain.
=rep"nema men0apai sistem kardi"#askular dan sistem saraf pada %aktu dini, tetapi
kerusakan ter&adi perla!an+la!an se!ingga memerlukan %aktu erta!un+ta!un untuk
menimulkan ge&ala klinis. Penderita dengan guma iasanya tidak mendapat gangguan
saraf dan kardi"#askular, demikian pula sealiknya. 6ira+kira dua pertiga kasus dengan
stadium laten tidak memeri ge&ala.
>E5ALA 6LINI$
$IAILI$ A6UI$I=A
A. $ifilis dini
L $ifilis primer 4$ I7
Masa tunas iasanya dua sampai empat minggu, T.pallidum masuk ke dalam
selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesi!mikrolesi secara langsung,
biasanya melalui senggama, Treponema tersebut akan berkembang biak, kemudian
terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen.
6elainan kulit dimulai seagai papul lentikular yang permukaannya segera men&adi
er"si, umumnya kemudian men&adi ulkus. Ulkus terseut iasanya ulat, s"litar, dasarnya
iala! &aringan granulasi ber"arna merah dan bersih, di atasnya hanya tampak serum.
#indingnya tak bergaung, kulit di sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang
akut. $ang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut
ulkus durum.
%elainan tersebut dinamakan afek primer dan umumnya berlokasi pada
genitalia eksterna. &ada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronarius,
seangkan pada "anita di labia minor dan mayor. Selain itu juga dapat di
ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil dan anus.
Afek primer terseut semu! sendiri antara tiga sampai sepulu! minggu. $eminggu
setela! afek primer iasanya terdapat pemeesaran kelen&ar geta! ening regi"nal di
inguinalis medialis. 6eseluru!annya diseut k"mpleks primer, kelen&ar terseut s"litar,
ind"len, tidak lunak esarnya iasanya lentikular, tidak supuratif dan tidak terdapat
periadenitis. 6ulit di atasnya tidak menun&ukkan tanda+tanda radang akut. Istila! syphilis
d2emblee dipakai jika tidak terdapat afek primer. 'uman masuk ke jaringan yang lebih
dalam misalnya pada transfusi darah atau suntikan.
/ambar 1.1 Ulkus &urum pada Sifilis #rimer
(sumber $
II. Sifilis sekunder (S II)
Biasanya $ II timbul setelah enam sampai delapan minggu sejak S I dan sejumlah
sepertiga kasus masih disertai SI . (ama S II dapat sampai sembilan bulan. Berbeda
dengan S I yang tanpa disertai gejala konstitusi, pada S II dapat disertai gejala
tersebut yang terjadi sebelum atau selama S II. /ejalanya umumnya tidak berat,
berupa anoreksia, turunnya berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi,
dan artralgia.
6elainan kulit dapat menyerupai eragai penyakit kulit se!ingga diseut The Great
Imitator. Selain memberi kelainan pada kulit, SII dapat juga memberi kelainan pada
mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang, dan saraf.
6elainan kulit yang memasa! 4eksudatif7 pada $II sangat menular, kelainan yang
kering kurang menular. 6"ndil"mata lata dan plaBue muBueuses ia3ah bentuk yang sangat
menular.
/ejala yang penting untuk membedakannya dengan berbagai penyakit kulit yang
lain ialah' kelainan kulit pada S II umumnya tidak ga(al sering disertai limfadenitis
generafisata, padi SII dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dan
kaki.
Antara $ II dini dan $ lI lanjut terdapat perbedaan. &ada SII dini kelainan kulit
generalisata simetrik, dan lebihi cepat hilang )beberapa hari hingga beberapa
minggu*. &ada SII lanjut tidak generalisata lagi, melainkan setempat-setempat, tidak
simetrik dan lebih lama bertahan )beberapa

minggu hingga beberapa bulan*.
Bentuk lesi
Lesi dapat erentuk r"se"la, papul dan pustul atau entuk lain.
1. :"se"la
:"se"la iala! eritema makular, berbintik,bintik atau ber%ak,ber%ak, warnanya
merah tembaga, bentuknya bulat atau lonjong.
:"se"la iasanya merupakan kelainan kulit yang pertama terli!at pada $II , dan di
sebut roseola sidilitika. 'arena efloresensi tersebut merupakan kelainan SII dini maka
seperti telah dijelaskan, lokalisasinya generalisata dan simetrik. &isebut pula eksantema
karena timbulnya %epat dan menyeluruh.
:"se"la akan meng!ilang dalam eerapa !ari?minggu dapat pula erta!an !ingga
eerapa ulan. 6elainan terseut dapat residif &umla!nnya men&adi lei! sedikit lei! lama
erta!an dapat anular dan erger"m"l. 5ika meng!ilang umumnya tanpa ekas kadang C
kadang dapat meninggalkan er0ak !ip"pigmentasi dan diseut leuk"derma sifilitkum.
). #apul
Bentuk ini merupakan entuk yang paling sering terlihat pada SII. Bentuknya bulat,
ada kalanya terdapat bersama,sama dengan roseola. #apul tersebut dapat berskuama
yang terdapat di pinggir (koleret) dan disebut papuloskuamosa. Skuama dapat pula
menutupi permukaan papul sehingga mirip psoriasis, oleh karena itu dinamai
psoriasiformis. jika papul,papul tersebut menghilang dapat meninggalkan ber%ak,
ber%ak hipopigmentasi dan disebut leukoderma sifilitikum, yang akan menghilang
perlahan,lahan. Bila pada leher disebut leukoderma koli atau %olar of 1enus.
Selain papul yang lentikular dapat pula terbentuk papul yang *kenoid, meskipun
jarang4 dapat pula folikular dan ditembus rambut #ada S II dini, papul generalisata
dan simetrik, sedangkan pada yang lanjut bersifat Setempat dan tersusun se%ara
tertentu$ orsinar, sirsinar, polisiklik, dan korimbiformis.
5ika pada dahi susunan yang arsinar5sirsinar tersebut dinamakan korona venerik
karena menyerupai mahkota, papul,papul tersebut juga dapat dilihat pada sudut mulut,
ketiak, di bawah mamme dan alat genital.
Bentuk lain iala! k"ndil"mata lata, terdiri atas papul+papul lentikular, permukaannya
datar, seagian erk"nfluerisi, terletak pada daerah lipatan kulit4 akibat gesekan antar
kulit #emukaannya menjadi erosif, eksudatif, sangat menular. "empat predileksinya di
lipat paha, skrotum, 1ul1a, perianal, di bawah mamme, dan antar jari kaki.
6e&adian yang &arang terli!at iala! pada tempat afek primer terentuk lagi infiltrasi dan
reindurasiD seanya trepan"mena masi! tertinggal pada %aktu $ l menyemu! yang
kemudian akan memiak, dan dinamakan chancer redu!.
2. Pustul
Bentuk ini &arang terdapat. 0ula,mula terbentuk banyak papul yang segera menjadi
1asikel dan kemudian terbentuk pustul, sehingga di samping pustul masih pula terlihat
papul.
Bentuk pustul ini lebih sering tampak pada kulit berwarna dan jika daya tahan
tubuh menurun. "imbulnya banyak pustul ini sering disertai demam yang intermiten dan
penderita tampak sakit. lamanya dapat berminggu,minggu. 'elainan kulit demikian
disebut siilis "ariseliormis karena menyerupai 1ari%ela.
'. Bentuk lain
6elainan lain yang dapat terli!at pada $ II iala! anyak papul, pustul, dan krusta yang
erk"nfluensi se!ingga mirip impetig", karena itu diseut sifilis impetigin"sa. Dapat pula timul
eragai ulkus yang ditutupi "le! krusta diseut ektima sifilitikum. Bila krustanya tebal
disebut rupia sifilitika. &isebut sifilis ostrasea jika ulkus meluas ke perifer sehingga
berbentuk seperti kulit kerang.
$ifilis erupa ulkus+ulkus yang terdapat di kulit dan muk"sa disertai demam dan
keadaan umum uruk diseut sifilis mallgna yang dapat menyeakan kematian. =es
ser"l"gik sering negatif atau p"sitif lema!. Sifilis tersebut terdapat pada penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah.
S II pada mukosa
Biasanya timbul bersama,sama dongan ek,santema pada kulit4 kelainan pada
mukosa ini disebut enantem, terutama terdapat pada mulut dan tenggorok. Umumnya
berupa makula eritematosa, yang %epat berkonfluensi sehingga membentuk eritema yang
difus, berbatas tegas dan disebut angina sifllitlka eritematosa. 'eluhannya nyeri pada
tenggorok, terutama pada waktu menelan. Sering faring juga diserang, sehingga
memberi keluhan suara parau. #ada eritema tersebut kadang,kadang terbentuk ber%ak
putih keabu,abuan, dapat erosif dan nyeri.
6elainan lain iala! yang diseut pla#ue mu#ueuses (mucous patch), berupa papul
eritematosa, permukaannya datar, biasanya miliar atau lentikular, timbulnya bersama,
sama dengan S II bentuk papul pada kulit. $la#ue mu#ueuses tersebut dapat juga
terletak di solaput lendir alat genital dan biasanya erosif. Umumnya kelainan pada
selaput lendir tidak nyeri, lamanya beberapa minggu.
Pada S II yang masih dini sering terjadi kerontokan rambut, umumnya bersifat
difus dan tidak khas, disebut alopesia difusa. #ada S II yang lanjut dapat terjadi
kerontokan setempat,setempat, tampak sebagai ber%ak yang ditumbuhi oleh rambut
yang tipis, jadi tidak botak seluruhnya, seolah,olah seperti digigit ngengat dan disebut
alopesia areolaris. Ber%ak,ber%ak tersebut disebabkan oleh roseola5papul, akar rambut
dirusak oleh treponema. 'erusakan tersebut dapat juga terjadi pada alis mata bagian
lateral dan janggut.
$ II pada kuku
6elainan pada kuku &arang dibandingkan dengan pada rambut. +arna kuku
berubah menjadi putih, kabur. Selain itu juga menjadi rapuh, terdapat pula alur
transversal dan longitudinal. ,agian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik
sehingga kuku terangkat. %elainan tersebut dinamakan onikia sifilitika.
Pada par"nikia sifilitika timul radang kr"nik, kuku men&adi rusak, kadang+kadang
kuku terlepas. 6elainan ini sukar diedakan dengan par"nikia "le! pi"k"kus dan kandida.
$ II pada alat lain
1.6elen&ar geta! ening
Pada $II umumnya seluru! kelen&ar geta! ening superfisial memesar , sifatnya
seperti pada $ I.
). Mata
Pada $II lan&ut ter&adi u#eitis anteri"r, tetapi lei! sering ter&adi pada stadium rekuren.
6"r"id"+renitis dapat ter&adi, tetapi &arang.
2. Hepar
6adang+kadang ter&adi !epatitis. !e
par
membesar dan menyebabkan ektirus ringan
'. "ulang
$endi dan ursa &arang dikenai, kadang, kadang terentuk efusi. 6elainan erupa p"m+
engkakan, iasanya tidak nyeri dan pergerakan tidak terganggu. Peri"stffis atau kerusakan
k"rteks akan menyeakan nyeri.
,. $araf
Pada pemeriksaan liku"r serer"spinal, tampak kelainan erupa peninggian sel dan
pr"tein. >e&ala klinis pada stadium ini &arang, tetapi dapat diseakan de! meningitis
akut?suakut. =ekanan tntrakranial dapat meninggi dan memeri ge&ala nyeri kepala, munta!,
dan edema papil. #emeriksaan serebrospinal pada S II ini tidak pertu dikerjakan se%ara
rutin.
III. Sifilis laten dini
Laten erarti tidak ada ge&ala klinis dan kelainan, termasuk alat+alat dalam, tetapi
infeksi masi! ada dan aktif. =es ser"l"gik dara! p"sitif sedangkan tes likuor
cerebrospinalis negatif, tes

yang dianjurkan ialah -#./ dan T&01,.
I@. $tadium rekuren
:elaps dapat ter&adi aik se0ara klinis erupa kelainan kulit mirip $ II, maupun
ser"l"gik yang telah negatif menjadi positif terutama pada sifilis yang tidak diobati
atau yang mendapat pengobatan tidak %ukup. Umumnya bentuk relaps ialah S II, kadang,
kadang SI. 'adang,kadang relaps terjadi pada tempat afek primer dan disebut
monore%idi1e. 6elaps dapat memberi kelainan pada mata,tulang, alat dalam dan susunan
saraf. 7uga dapat terlahir bayi dengan sifilis kongenital.
B. $ifilis lan&ut
I. $ifilis laten lan&ut
Biasanya tidak menular, diagn"sis ditegakkan dengan pemeriksaan tes ser"l"gik. Lama masa
laten eerapa ta!un !ingga erta!un+ta!un, a!kan dapat seumur !idup. Liku"r
serer"spinal !endaknya diperiksa untuk menyingkirkan neur"sifilis asimt"matik. Demikian
pula sinar+E a"rta untuk meli!at apaka! ada a"rititis.
Perlu diperiksa pula apaka! ada sikatriks ekas $1 pada alat genital atau leuk"derma pada
le!er yang menun&ukkan ekas $ II 40"llar "f #enus7. 6adang+kadang terdapat pula anyak
kulit !ip"tr"fi lentikular pada adan ekas papul+papul $ II.
II. $ifilis tersier 4$ III7
Lesi pertama umumnya terli!at antara tiga sampai sepulu! ta!un setela! infeksi.
6elainan yang k!as iala! guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kr"nis, iasanya melunak, dan
destruktif.
Besar guma ber1ariasi dari lentikular sampai sebesar telur ayam. 'ulit di atasnya
mula,mula tidak menunjukkan tanda,tanda radang akut dan dapat digerakkan. Setelah
beberapa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari tengah, tanda,tanda radang mulai
tampak, kulit menjadi eritematosa serta melekat terhadap guma tersebut. 'emudian
terjadi perforasi dan keluarlah cairan seropurulen, kadang,kadang sanguinolen4 pada
beberapa kasus disertai jaringan nekrotik.
=empat perf"rasi akan meluas men&adi ulkus, bentuknya lonjong5bulat, dindingnya
curam, seolah,olah kulit tersebut terdorong ke luar. Beberapa uikus berkonfluensi
sehingga membentuk pinggir yang polisiklik. 7ika telah menjadi ulkus, maka infiltrat yang
terdapat di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi datar.
=anpa peng"atan guma terseut akan erta!an eerapa ulan !ingga eerapa ta!un.
Biasanya guma s"litar, tetapi dapat pula multipel, umumnya asimetrik. >e&ala umum
iasanya tidak terdapat, tetapi &ika guma multipel dan porlunakannya %epat, dapat disertai
demam.
Selain guma, kelainan yang lain pada S III iala! n"dus. Mula+ mula di kutan
kemudian ke epidermis, pertumu!annya lamat yakni eerapa minggu?ulan dan umumnya
meninggalkan sikatriks yang !ip"tr"fi. N"dus terseut dalam perkemangannya mirip guma,
mengalami nekr"sis di tenga! dan mementuk ulkus. Dapat pula tanpa nekr"sis dan men&adi
skler"tik. Peredaannya dengan guma, n"dus lei! superfisial dan lei! ke0il 4miliar !ingga
lentikular7, lei! anyak, mempunyai ke0enderungan untuk erger"m"l atau erk"nfluensiD
selain itu tersear 4diseminata). 8arnanya merah ke%oklatan.
9odus,nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terus se%ara serpiginosa. Bagian
yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti lilin dan disebut psoriasiformis.
'elenjar getah bening regional tidak membesar. 'elainan yang jarang ialah yang disebut
nodositas ju!ta articulahs berupa nodus,nodus subkutan yang fibrotik, tidak melunak,
indolen, biasanya pada sendi besar
$ III pada muk"sa
>uma &uga ditemukan di selaput lendir, dapat setempat atau menyear. Fang setempat
iasanya pada mulut dan tengg"r"k atau septum nasi. $eperti iasanya akan melunak dan
mementuk ulkus, ersifat destruktif &adi dapat merusak tulang ra%an septum nasi atau
palatum m"le !ingga ter&adi perf"rasi. Pada lida! yang tersering iala! guma yang nyeri
dengan fisur+fisur tidak teratur serta leuk"plakia.
$ III pada tulang
Paling sering menyerang tiia, tengk"rak, a!u, femur, fiuta, dan !umerus. >e&ala
nyeri, iasanya pada malam !ari. =erdapat dua entuk, yakni peri"stitis gumat"sa dan "steitis
gumat"sa, kedua+duanya dapat didiagn"sis dengan sinar+E.
$III pada alat dalam
*epar merupakan organ infra abdominal yang pating sering diserang, /uma
ersifat multipel, &ika semu! ter&adi fir"sis, !ingga !epar mengalami refraksi, mementuk
l"us+l"us tidak teratur yang diseut !epar l"atum.
Es"fagus dan lamung dapat pula dikenai, meskipun &arang. >uma dapat menyeakan
fir"sis. Pada paru &uga &arang, guma s"litar dapat ter&adi di dalam atau di luar r"nkusD &ika
semu! ter&adi fir"sis dan menyeakan r"n+kiektasi. >uma dapat menyerang gin&al,
#esika urinaria, dan pr"stat, meskipun &arang. $III pada "#arium &arang, pada testis kadang+
kadang erupa guma atau fir"sis interstisial, tidak nyeri, permukaannya rata dan unilateral.
6adang+kadang meme0a! ke agian anteri"r skr"tum.
SI:I(IS ';6&I<=;S'U(;6
$ifilis kardio1askular bermanifestasi pada SIII, dengan masa laten 1-,!. tahun.
Umumnya mengenai usia >.,-. tahun. Insidens pada pria lebih banyak tiga kali daripada
wanita.
Pada dinding a"rta ter&adi infiltrasi peri#askular yang terdiri atas sel limf"sit dan sel
plasma. Enarteritis akan menyeakan iskemia. Lapisan intima dan media &uga dirusak
se!ingga ter&adi pelearan a"rta yang menyeakan aneurisma.
A"rtitis yang tersering iala! yang mengenai a"rta asendens, katup mengalami
kerusakan se!ingga dara! mengalir kemali ke #entrikel kiri. A"rtitis &uga sering mengenai
arteria k"r"naria dan menyeakan iskemia mi"kardium. A"rtitis
dapat tanpa k"mplikasi dan tidak memeri ge&ala.
;ngina pektoris merupakan gejala umum aortitis karena sifilis, yaitu disebabkan
oleh stenosis muara arteria koronaria, karena jaringan granulasi dan defomiitas, serta
dapat menyebabkan kematian mendadak. Heartblock merupakan kelainan aritmia jantung
yang jarang dan kadang,kadang disebabkan oleh sifilis, miokarditis karena sifilis sangat
jarang, demikian pula guma pada kor.
6elainan lain iala! aneurisma pada a"rta yang dapat fusif"rmis atau sakular.
Umumnya tidak memeri ge&ala selama eerapa ta!un. Aneurisma dapat mengenai a"rta
asendens yang dapat memeri en&"lan dan puisasi pada dada seela! kanan atas stemum.
5ika aneurisma terseut memesar, dapat menggeser trakea dan menyumat #ena ka#a
superi"r. 6ematian iasanya disebabkan oleh ruptur ke pleura, perikardium, dan bronkus.
Aneurisma pada arkus a"rta akan menyebabkan tekanan pada alat,alat tubuh di
mediasternum superior. "ekanan pada trakea meneybabkan stridor. Selain itu aneurisma
tersebut juga dapat menekan bronkus kiri dan menyebabkan
Aneurisma a"rta abdominalis hampir selalu

karena perubahan arteriosklerotik,
biasanya tarnpa geiala &iagnosis aneurisma aorta ditegakkan dengan sinar,?. "es
serologik positif pada @. A kasus.
NEU:9$IAILIS
Akiat peng"atan sifilis dengan peni0ilin, kini &arang ditemukan neur"sifilis.
Neur"sifilis lebih sering terjadi pada orang berkulit putih daripada orang kulit berwarna,
juga lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
9eurositilis dibagi menjadi empat ma%am$
1. Neur"sitilis asimt"matik
Diagn"sis erdasarkan kelainan pada liku"r serer"spinalis. 6elainan terseut elum
0ukup memeri ge&ala klinis.
B. $ifilis mening"#askular (sifilis serebrospinalis)
=er&adi inflamasi #askular dan peri1askular. #embuluh darah di otak dan medula
spinalis mengalami endarteritis pr%liferatif dan infiltrasi peri1askulCr berupa limfosit,
sel plasma, dan fibroblas. /ejala yang sering terdapat ialah$ nyeri kepala, kon1ulsi
fokal atau umum, papil 9.2ptikus sembab, gangguan mental, gejala,gejala meningitis
dengan kelumpuhan saraf,saraf otak.
!. $ifilis parenkim
=ermasuk g"l"ngan ini iala! tabes dorsalis dan demensia paralitika.
Tabes dorsalis
=imulnya antara delapan sampai dua elas ta!un setela! infeksi pertama. /ejala klinis
di antaranya ialah gangguan sensibilitas berupa ataksia, arefleksia, gangguan 1isus,
gangguan rasa nyeri pada kulit, dan jaringan dalam. /ejala lain ialah retensi dan
inkontinensia urin. /ejala tersebut terjadi berangsur,angsur terutama akibat
demielinisasi dan degenerasi funikulus dorsalis.
Demensia paralitika
Penyakit ini iasanya timul delapan sampai sepulu! ta!un se&ak infeksi primer. /ejala
klinis yang utama ialah demensia yang terjadi berangsur,angsur dan progresif.
3ula-mula terjadi kemunduran intelektual, kemudian kehilangan memori, bersikap
apatis, euforia, dan dapat terjadi depresif.
>. >uma
>uma dapat s"litar atau multipel pada #erteks atau dasar "tak. 6elu!annya nyeri
kepala, mual, munta!, dan dapat terjadi kon1ulsi dan gangguan 1isus.
/ejalanya berupa edema papil akibat peninggian tekanan intrakranial, paralisis ner1us
kranial, atau hemiplegia.
$IAILI$ 69N>ENI=AL
$ifilis k"ngenital pada ayi ter&adi, &ika iunya terkena sifilis, terutama sifilis dini
sea anyak T. pallidum beredar dalam darah. "reponema masuk se%ara hematogen ke
janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 1. minggu.
Pada ke!amilan yang erulang, infeksi &anin pada ke!amilan yang kemudian men&adi
erkurang. Misalnya pada !amil pertama akan ter&adi a"rtus pada ulan kelima, erikutnya
la!ir mati pada ulan kedelapan, erikutnya &anin dengan sifilis k"ngenital yang akan
meninggal dalam eerapa minggu, diikuti "le! dua sampai tiga ayi yang !idup dengan
sifilis k"ngenital. Ak!irnya akan la!ir se"rang atau lei! ayi yang se!at. 6eadaan ini
diseut !ukum 6"ss"%itG.
>amaran klinis dapat diagi men&adi sifilis k"ngenital dini (prekoks), sifilis
kongenital lanjut (tarda), dan Stigmata. Batas antara dini dan lanjut ialah dua tahun.
Dang dini bersifat menular, jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut berbentuk
guma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau deformiias akibat
penyembuhan kedua stadium tersebut.
a. $ifilis k"ngenital dini
6elainan kulit yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula
bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada tempat
lain di badan. 4airan bula mengandung banyak T. pallidum. Bayi tampak sakit.
Bentuk ini disebut pemfigus sifilitika.
6elainan lain iasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa minggu dan mirip
erupsi pada SII, pada umumn%a berbentuk papul atau papuloskuamosa %ang simetris dan
generalisata. &apat tersusun teratur misaln%a anular. $ada tempat %ang lembab papul
dapat mengalami erosi seperti kondiloma lata. 'agades merupakan kelainan umum %ang
terdapat pada sudut mulut, lubang hidung dan anus. (entukn%a memancar ( radiating )
8a&a! ayi erua! seperti "rang tua aki turunnya erat adan se!ingga kulit
erkeriput, al"pesia dapat ter&adi pula, terutama pada sisi dan elakang kepala. 6uku dapat
terlepas akiat papul di a%a!nya diseut "nikia sifilitika. =umbuh kuku yang baru akan
kabur dan bentuknya berubah.
#ada selaput lendir mulut dan tengger dapat terlihat pla#ues mu#ueuses seperti
pada S II. 'elainan sema%am itu sering terdapat pada daerah mukoperiosteum dalam
ka1um nasi yang menyebabkan timbulnya rinitis dan disebut s%philitic snules. 'elainan
tersebut disertai sekret yang mukopurulen atau seropurulen yang sangat menular dan
menyebabkan sumbaian. #emapasan dengari hidung sukar. 7ika pla#ues mu#ueuses
terdapat pada laring suara menjadi parau. 'elenjar getah bening dapat membesar,
generalisata, tetapi tidak sejelas pada S II.
Hepar dan lEen membesar akibat in1asif ". pallidum sehingga terjadi fibrosis yang
difus. &apat terjadi udema dan sedikit ikterik (fungsi hepar terganggu). /injal dapat
diserang, pada urin dapat terentuk alumin, !ialin, dan granular cast. #ada paru kadang,
kadang terdapat infiltrasi yang disebut Fpneumonia putihF.
U&ung tulang terasa nyeri dan engkak se!ingga tidak dapat digerakkanD se"la!+"la!
ter&adi paralisis dan diseut pseud"paralisis Parr"t. Umumnya terdapat anemia berat
sehingga rentan terhadap infeksi.
Akiat in#asi =. pallidum pada otak waktu intrauterin menyebabkan perkembangan
otak terhenti. Bentuk neurosifiGs meningo1askular yang lebih umum pada bayi muda
5
menyebabkan kon1ulsi dan defisiensi mental. /angguan ner1us II terjadi sekunder
akibat korioditis atau akibat meningitis karena guma. &estruksi serabut traktus
pyramidalis akan menyebabkan hemiplegia5diplegia. &emikian pula dapat terjadi
meningitis sifilitika akuta.
. $ifilis k"ngenital lan&ut
Umumnya ter&adi antara umur tu&u! sampai lima elas ta!un. >uma dapat menyerang
kulit, tulang, selaput lendir, dan alat dalam. Fang k!as iala! guma pada !idung dan mulut.
5ika ter&adi kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi, bila meluas terjadi destruksi
seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengan deformitas. /uma pada palatum mole
dan durum juga sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada palatum.
0. $tigmata pada lesi dini
Aasies?muka
Akiat rinitis yang para! dan terus menerus pada ayi akan menyeakan gangguan
pertumu!an septum nasi dan tulang lain pada ka#um nasi. 6emudian ter&adi depresi pada
&ematan !idung dan diseut saddle n"se. Maksila tumu! se0ara an"rmal yakni lei! ke0il
daripada mandiula yang tumu! n"rmal dan diseut ulld"g &a%.
>igi
>igi Hut0!ins"n merupakan kelainan yang k!as, !anya terdapat pada gigi insisi
permanen. >igi terseut lei! ke0il daripada n"rmal, sisi gigi k"n#eks, sedangkan daera!
untuk menggigit k"nkaf.
6elainan lain yang k!as iala! pada gigi m"lar pertama, iasanya yang di a%a!.
Pertama kali dilukiskan "le! M""n dan diseut M""nHs m"lar. Permukaannya erintil+intil
(tuberkula) sehingga mirip murbai, karena itu dinamai pula mulbery molar. 'elainan ini
lebih sering terdapat daripada gigi *ut%hinson. )namel di tempat itu tipis hingga mudah
terjadi karies dan %epat tanggal.
:agades
:agades terdapat terutama pada sudut mulut, &arang pada luang+luang !idung dan
anus. =erentuknya dari papul+papul yang erk"nfluensi akiat pergerakan mulut ter&adi fisur
yang kemudian mengalami infeksi sekunder, jika sembuh meninggalkan jaringan parut
linear yang meman%ar dari sudut mulut.
5aringan parut k"r"id
'oroidoretinitis pada sifilis kongenital dini meninggalkan kelainan permanen di
fundus okuli.
6uku
9nikia akan merusak dasar kuku dan meninggalkan kelainan yang permanenD kelainan ini
tidak k!as.
d. Stigmata pada lesi lanjut
1. 6"rnea
6eratitis interstisial dapat meninggalkan kekeruhan pada lapisan dalam kornea.
). $ikatriks gumat"sa
>uma pada kulit meninggalkan sikatriks yang !ip"tr"fi seperti kertas perkamen. #ada
palatum dan septum nasi meninggalkan perforasi.
2. "ulang
<steoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai sabre tibia. 9odus
periosteal yang menyembuh sering memberi prominen yang abnormal dan pelebaran regio
frontalis yang disebut rontal bossing. 'elainan ini bersama dengan saddle nose dan
bulldog ja) disebut bulldog ades.
'. Atr"fi 2ptikus
5ika susunan saraf pusat diserang akan menyeakan atr"fi <ptikus primer.
,. =rias Hut0!ins"n
=rias Hut0!ins"n ialah sindrom yang terdiri atas 'eratitis interstisialis, gigi
0utchinson, dan ketulian nervus -III.
PEMBAN=U #I1672SIS
$eagai pemantu diagn"sis iala!;
I. Pemeriksaan T. pallidum.
II. Tes Serologik Sifilis )T.S.S.*.
III. &emeriksaan yang lain.
I. PEME:I6$AAN T. $*++I&,-
*ara pemeriksaan adala! dengan mengamil serum dari lesi kulit dan dili!at entuk
dan pergerakannya dengan mikr"sk"p lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga !ari
erturut+turut. 5ika !asil pada !ari I dan II negatif sementara itu lesi dik"mpres dengan
larutan garam faal. Bila negatif ukan selalu erarti diagn"sisnya ukan sifilis, mungkin
kumannya terlalu sedikit. =rep"nema tampak er%arna puti! pada latar elakang gelap.
Pergerakannya memutar ter!adap sumunya, ergerak perla!an+la!an melintasi lapangan
pandang, &adi tidak ergerak 0epat seperti Borrelia vincentii penyea st"matitis.
Pemeriksaan lain dengan pe%arnaan menurut Buri, tidak dapat dili!at pergerakannya
karena trep"nema terseut tela! mati, &adi !anya tampak entuknya sa&a. $ementara itu lesi di
k"mpres dengan larutan garam faal setiap !ari. Pemeriksaan yang tidak rutin iala! dengan
teknik flu"resen.
T.pallidum tidak dapat diedakan se0ara mikr"sk"pik dan ser"l"gik dengan
=.pertenue penyea framusia dan =. *arateum penyea pinta.
II. =.$.$.
=.S.S. atau Serologic Tests o r S%philis (S.T.S.) merupakan pembantu diagnosis
yang penting bagi sifilis. #ada tulisan ini tidak akan dijelaskan teknik
pemeriksaannya, melainkan hanya interpretasinya.
$eagai ukuran untuk menge#aluasi tes serologi ialah sensitivitas dan spesifisitas.
Sensitivitas ialah kemampuan untuk bereaksi pada penyakit sifilis. Sedangkan
spesifisitas berarti kemampuan nonreaktif pada penyakit bukan sifilis. 3akin tinggi
sensitivitas suatu tes, makin baik tes tersebut dipakai untuk tes screening."es
dengan spesifisitas yang tinggi sangat baik untuk diagnosis. 3akin spesifik suatu
tes, makin sedikit memberi hasil semu positif.
$ I pada mulanya memberi hasil ".S.S. negatif )seronegatif*, kemudian
menjadi positif )seropositif* dengan titer rendah, jadi positf lemah. &ada S II yang
masih dini reaksi menjadi positif agak kuat, yang akan menjadi sangat kuat
padaSII lanjut. &ada 8 III reaksi menurun lagi menjadi positif lemah atau negatif.
=.$.$. diagi men&adi dua erdasarkan antigen yang dipakai'
1. N"ntrep"nemal 4tes reagen*.
Pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardi"lipin yang dik"minasikan
dengan lesitin dan k"lester"l, karena itu tes ini dapat memeri :eaksi Bi"l"gik $emu 4:B$7
atau (iologic .ase $ositi"e (B:#).
Anti"dinya diseut reagin, yang terentuk setela! infeksi dengan T. pallidum, tetapi
Hat tersebut terdapat pula pada berbagai penyakit lain dan selama kehamilan.. 6eagin ini
dapat bersatu dengan suspensi ekstrak lipid dari binatang atau tumbuhan, menggumpal
membentuk massa yang dapat dilihat pada tes flokulasi. 0assa tersebut juga dapat
bersatu dengan komplemen yang merupakan dasar bagi tes ikatan komplemen.
*"nt"! tes n"ntrep"nemal ;
1. =es f i ks as i 6"mpl emen ; 8as s er man 4 8:7 , k"l mer
). =es fl"kulasi; @D:L (/enereal &isease 'esearch +aboratories), 'ahn, 6#6 ('apid
$lasma 'eagin), ;6" (*utomated 'eagin Test), dan 6S" ('eagin Screen Test).
Di antara tes,tes tersebut, yang dianjurkan ialah =&6( dan 6#6 se%ara
kuantitatif, karena teknis lebih mudah dan lebih %epat daripada tes fiksasi komplemen,
lebih sensitif daripada tes 'olmer58asserman, dan baik untuk menilai terapi.
=es :P: dilakukan dengan antigen @D:L, kelei!an :P: iala! fl"kulasi dapat dili!at
se0ara makr"sk"pik, lei! seder!ana, serta dapat dia0a setela! sepulu! menit se!ingga dapat
dipakai untuk screening.
6alau terapi er!asil, maka titer @D:L 0epat menurun, dalam enam minggu titer akan
men&adi n"rmal. =es ini dipakai se0ara rutin, termasuk untuk tes screening. 7ika titer
seperempat atau lebih tersangka penderita sifilis, mulai positif setelah dua sampai
empat minggu sejak S I timbul. "iter akan meningkat hingga men%apai pun%aknya pada S
II lanjut (15+> atau 151B@) kemudian berangsur,angsur menurun dan menjadi negatif.
Pada tes fl"kulasi dapat ter&adi reaksi negatif semu karena terlalu anyak reagin
se!ingga fl"kulasi tidak ter&adi. :eaksi demikian diseut reaksi pro9on. 7ika serum
dien%erkan dan dites lagi, hasilnya menjadi positif.
B. =rep"nemal.
=es ini ersifat spesifik karena antigennya iala! trep"nema atau ekstraknya dan dapat
digolongkan menjadi empat kelompok:
a. "es Imobilisasl$ "#I )Treponema! pallidum mobili0ation Test).
. "es fiksasi 'omplemen $ 6 # I : (6eiter #rotein Iomplement :iJation "est)
0. "es Imunofluoresen$ :";,;bs (.luorecent Treponemal *ntibod% *bsorption Test), ada
dua' Ig0, Ig/4 :";,;bs &S (.luorescent Treponemal *ntibod%1*bsorption &ouble
Staining).
d. "es hemoglutisasl$ "#*; (Treponemal pallidum Haemoglutination *ssa%), 1KS Ig0
S#*; (Solid1phase Hemabsorption *ssa%), *;""S (Hemagglutination Treponemal Test
or S%philis), 0*;,"# (-icrohemagglu2inaiion *ssa% or *ntibodies to Treponema
pallidum).
=PI merupakan tes yang paling spesifik, tetapi mempunyai kekurangan; iayanya
ma!al, teknis sulit, memutu!kan %aktu anyak. $elain itu &uga reaksinya lamat, aru
p"sitif pada ak!ir stadium primer, tidak dapat digunakan untuk menilai !asil peng"atan,
!asil dapat negatif pada sifilis dini dan sangat lan&ut.
:P*A sering digunakan untuk tes screening karena biayanya murah4 kadang,kadang
didapatkan reaksi positif semu.
A=A+As paling sensitif 4(/17, terdapat dua ma0am yaitu untuk IgM dan Ig> suda!
p"sitif pada %aktu timul kelainan $ l. IgM sangat reaktif pada sifilis dini, pada terapi yang
er!asil titer IgM 0epat turun, sedangkan Ig> lamat. IgM penting untuk mendiagn"sis sifilis
k"ngenital 4li!at a mengenai sifilis k"ngenital7.
=PHA merupakan tes trep"nemal yang dian&urkan karena teknis dan pema0aan
!asilnya muda!, 0ukup spesifik dan sensitif, men&adi reaktifnya 0ukup dini. 6ekurangannya
tidak dapat dipakai untuk menilai !asil terapi, karena tetap reaktif dalam %aktu yang lama.
=es ini suda! dapat dilakukan di Ind"nesia. $eaiknya dilakukan se0ara kuantitatif yakni
dengan pengen0eran antara 1?-/+ 1?1/)'.
Ig$ IgM $PHA merupakan tes yang relatit aru. $eagai antiserum iala! 0in0in spesifik
u dan reagin =PHA. $e0ara teknis lei! muda! daripada A=A+As IgM. Maksud tes ini iala!
untuk mendeteksi se0ara 0epat IgM yang spesifik ter!adap =. pallidum dan memegang
peranan penting untuk memantu diagn"sis neur"sitilis. 5ika titernya melei!i ),./,
artinya meny"k"ng diagn"sis aktif.
3enurut 9otowi%s )3453) urutan sensiti1itas untuk SI sebagai berikut$ :";,
;bs,6#6. 6#I:,=&6(, 'olmer, "#I. #ada sifilis laten lanjut urutan berkurangnya
sensiti1itas lain ialah$ :";,;bs, ,&4:, 6#6, =&6(, %olmer.
9INeil membandingkan tes :";,;bs Ig/5Ig0, "#*;, dan =&6( Dang %epat bereaksi
ialah :T1-1bs, yakni satu minggu setelah afek primer. #isusul oleh :";,;bs Ig/,
kemudian T&01 bersama-sama =&6( #ada pengobatan yang paling cepat menurun
berturut-turut ialah =&6( :";,;bs Ig0, :T1-1bs Ig/, sedangkan titer T&01 masih tetap
tinggi. 0enurut &latts (1KL>), 86 lebih lambat bereaksi dibandingkan -#./!.&4:,
sedangkan T&I lebih lambat daripada +..
$ensitifitas MHA+=P !ampir sama dengan A=A+As pada $ II , laten dan stadium
lan&ut, tetapi pada $I A=A+As lei! sensitif. Pada sifilis laten dan $III, tes
n"ntrep"nemal er#ariasi ; p"sitif lema! atau negatif, sedangkan tes trep"nemal
p"sitif lema!.
=es rutin yang dian&urkan iala! :P:?@D:L dan =PHA, dipakai seagai
pemeriksaan pemantu dan s0reening. 5ika perlu aru A=A+AsD sayang tes ini
umumnya elum dapat dilakukan di Ind"nesia.
Bila !asil tes ser"l"gik tidak sesuai dengan klinis, tes terseut perlu diulangi,
karena mungkin ter&adi kesala!an teknis. 6alau perlu di la"rat"rium lain. Demikian
pula &ika !asil tes yang satu dengan yang lain tidak sesuai, misalnya titer @D:L
renda! 41?'7, sedangkan titer =PHA tinggi 41?1/)'7.
=$$ dan ke!amilan
Untuk me0ega! ter&adinya sifilis k"ngenital, setiap %anita !amil !arus diperiksa =.$.$
pada %aktu kun&ungan antenatal pertama, kemudian diulangi pada trimester ketiga.
Peng"atan pada iu akan men0ega! ter&adinya sifilis k"ngenital pada seagian esar kasus.
5ika pada permulaan ke!amilan di"ati maka kemungkinan ke0il penyakit akan dipinda!kan
ke &anin. Meskipun iunya tela! di"ati ayinya !arus diperiksa dan dilakukan =.$.$ . dari
dara! pada %aktu erumur enam minggu dan dua ulan.
Bila pada ayi =.$.S. reaktif, maka belum tentu diagnosanya sifilis kongenital,
karena ada kemungkinan faktor perpindahan serum dari ibu se%ara pasif. 7ika karena
perpindahan, maka titer pada bayi tidak lebih tinggi daripada titer pada ibu dan akan
terjadi penurunan titer paling lamaM daiam waktu tiga bulan. 'enaikan titer Ig0 dalam
darah janin dapat membantuM menegakkan diagnosis. &alam keadaan normal Ig0 dari ibu
tidak dapat melalui plasenta dan masuk ke dalam darah janin, sebab molekulnya besar.
*arus diperhatikan pula bahwa bayi belum membentuk Ig0 sampai ia berumur tiga
bulan. Berdasarkan terdapatnya Ig0 dalam serum janin yang terinfeksi sifilis,
maka pemeriksaan :";,;bs Ig0 dilaporkan lebih sensitif daripada tes yang lain.
7adi tes ini akan memberi reaksi positif pada neonatus dengan sifilis kongenital,
tetapi negatif pada neonatus yang tidak terinfeksi oleh ibu dengan ".S.S. positif.
Sensitivitas tes ini men%apai K.A pada sifilis kongenital dini simtomatik, sedangkan
pada sifilis kongenital lanjut hanya +-A.
=.$.$. pada neurosifilis
Hasil tes @D:L pada 0airan serer"spinalis tidak dapat diper0aya karena n"nreaktif
pada 2/+,31 kasus neurosifilis aktif.
.eaktivitas dengan tes treponemal, terutama :T1-1bs dan!atau T&01, dapat
disebabkan oleh transudasi Ig6 dari serum pada penderita yang telah diobati secara
adekuat. ;adi tidak selalu berarti terdapat neurosifilis yang aktif. Sebaliknya, jika
hasilnya nonreaktif dapat menyingkirkan diagnosis neurosifilis. Tes yang berguna
untuk mendiagnosis neurosifilis ialah <S Ig3 S&01, karena adanya Ig3 dalam
cairan serebrospinalis yang merupakan indikator tepat bagi neurosifilis.
P"sitif $emu Bi"l"gik 4P.$.B.7
P.$.B. atau (i ol ogi c .al se $osi t i "o (B.:.#.) sering disebut sebagai positif semu
saja, yaitu keadaan penderita tanpa menderita sifilis aiau treponemaiosis yang lain, akan
tetapi pada pemeriksaan serum memberi reaksi positif, terutama dengan tes
nontreponema3.
$erum se"rang tanpa menderita trep"nema+t"sis dapat mengandung sedikit anti"di
trep"nemal. 5ika mendapat infeksi dengan eragai mikr""rganisme, anti"di terseut dapat
ertama! !ingga memeri !asil tes n"ntrep"nemaJ p"sitifD iasanya titernya renda!. Hal
terseut dapat ter&adi pula pada penyakit aut"imun, sesuda! #aksinasi, selama ke!amilan, dan
"at nark"tik.
P.$.B. diagi men&adi dua ma0am; akut dan kr"nis, diseut kr"nis &ika menderita lei!
dari enam ulan.
P.$.B. akut
*iri k!as pada P.$.B. akut; !asil tes n"n+trep"nemal p"sitif lema!, tidak ada
persesuaian antara kedua tesD erak!ir dalam eerapa !ari?minggu, &arang melei!i enam
ulan sesuda! penyakitnya semu!.
Penyea yang sering iala! infeksi saluran napas, m"rili, #arisela, m"n"nukl"sus
infek+ti"sa, !epatitis, #irus pneum"nia, #aksinasi, malaria, ke!amilan, dan kala+aGar.
Penyea yang &arang; ulkus mole, limfo,granuloma 1enereum, pneumonia,
pneumokokus, tuberkulosis, leptospirosis, relapsing e"er, rat bite e"er, tifus,
tripanosomiasis, dan obat narkotik.
P.$.B. kr"nis
Pada entuk ini tes trep"nemal akan memeri reaksi p"sitif yang erulang dalam
eerapa ulan?ta!un. Hasil tes liku"r serer"spinalis negatif.
Beragai penyakit yang memeri P.$.B. kr"nis iala!; lepra terutama tipe LL, penyakit
aut0imun 4misalnya lupus eritemosa sistemik!diskoid, skleroderma, anemia hemolilik
autoimun*, rheumatic heart disease, multiple sclerosis like neuropath%, sirosis hepatis,
poliarteritis nodosa, psikosis, nefritis kronis, adiksi heroin, sklerosis sistemik, dan penyakit
vaskular perifer. Tes yang dianjurkan untuk menyingkirkan &.S ,. ialah T&I, karena tes
tersebut mempunyai spesifisitas yang tinggi. &ada &.S.,. biasanya -#./ positif dengan titer
rendah, maksimum !=.
P"sitif se&ati
P"sitif se&ati (truepositi"e) pada ".S.S. ialah penyakit treponematosis yang
menyebabkan tes nontreponemal dan tes treponemal positif. #enyakit tersebut ialah
penyakit tropis5subtropis, yakni$ frambusia, beje3, dan pinta. >ntuk kita yang penting
ialah frambusia. "es serologik yang dapat membedakan sifilis dengan infeksi oleh
treponema yang lain belum ada.
Menilai =.$.$. !arus er!ati+!ati, !arus ditanyakan apaka! penderita erasal dari
daera! framusia, di samping diperiksa apaka! terdapat tanda+tanda framusia atau ekasnya.
III. PEME:I6$AAN FAN> LAIN
$inar :"ntgen dipakai untuk meli!at kelainan k!as pada tulang, yang dapat ter&adi pada
$ II, $ III, dan sifilis k"ngenital. 5uga pada sifilis kardi"#askular, misalnya untuk meli!at
aneurisma aorta.
HI$=/PA=/L/>I
6elainan yang utama pada sifilis iala! pr"liferasi sel+sel end"tel terutama terdiri atas
infiltrKt peri#askulLr tersusun oleh sel-sel limfoid dan sel-sel plasma.
pada S II lanjut dan S III juga terdapat infiltr?t granulomatosa terdiri atas epiteioid dan
sel-sel raksasa.
IMUN9L9>I
Pada manusia, =reponema yang diinokutasi dalam masa tunas akan membiak dan
menimbulkan lesi baru, tetapi setelah timbul S I, inokulasi tidak akan menimbulkan respons
jaringan. Super-infeksi kadang-kadang terjadi pada sifilis stadium lanjut atau pada sifilis
kongenital, yaitu jika inokulasi banyak. .einfeksi mungkin terjadi pada S I yang telah
berhasil diobati secara dini.
$etela! infeksi, timul resp"n imun, aik selular maupun !um"ral. Imunitas !um"ral
terentuk lamat pada $I dan tidak dapat meng!amat perkemangan penyakit atau
timulnya $ II.
&ada sifilis dini, -@ minggu setelah infeksi, pada "aktu timbul lesi primer, antibodi Ig3
anti-treponemal yang pertama-tama terbentuk. %emudian kira-kira setelah @ minggu disusul
oleh timbulnya antibodi Ig6. ;adi pada stadium lanjut pada "aktu tanda klinis timbul
didapati, baik Ig3 maupun Ig6.
Terdapatnya dan sintesis antibodi Ig3 yang spesifik bagi T. pallidum bergantung pada
keaktivan kuman, sedangkan antibodi Ig6 yang spesifik umumnya tetap terdapat meskipun
telah diobati.
DIA>N9$I$ BANDIN>
1) $ tadium I
Pada anamnesis dapat diketahui masa inkubasi4 gejala konstitusi tidak terdapat,
demikian pula gejala setempat yaitu tidak ada rasa nyeri. #ada afek primer yang penting
ialah terdapat erosi5ulkus yang bersih, solitar, bulat5lonjong, teratur, indolen dengan
indurasi$ T. pallidum positif. 'elainan dapat nyeri jika disertai infeksi sekunder.
'elenjar regional dapat membesar, indolen, tidak berkelompok, tidak ada periadenitis,
tanpa supurasi. "es serologik setelah beberapa minggu bereaksi positif lemah.
$eagai diagn"sis anding dapat dikemuka+kan eragai penyakit.
1. Herpes simpleks
Penyakit ini residif dapat disertai rasa gatal? nyeri, lesi erupa #esikel di atas kulit yang
eritemat"sa, erkel"mp"k. 5ika tela! pe0a! tampak kel"mp"k er"si, sering erk"nfluensi dan
p"lisiklik, tidak terdapat indurasi.
). Ulkus pi"genik
Akiat trauma misalnya garukan dapat ter&adi infeksi pi"genik. Ulkus tampak k"t"r
karena mengandung pus, nyeri, tanpa indurasi. 7ika terdapat limfadenitis regional
disertai tanda,tanda radang akut dapat terjadi supurasi yang serentak, dan terdapat
leukositosis pada pemeriksaan darah tepi.
2. $kaies
Pada skaies lesi erentuk esrapa papul atau #esikel di genitalia eksterna, terasa
gatal pada malam hari. 'elainan yang sama terdapat pula pada tempat predileksi,
misalnya lipat jari tangan, perianal.
'. Balanitis
Pada balanitis, kelainan berupa erosi superfisial pada glans penis disertai eritema,
tanpa indurasi. :aktor predisposisi$ diabetes melitus dan yang tidak disirkumsisi.
,. Llmf"granul"ma #enereum ((/.=.)
;fek primer pada (/.=. tidak khas, dapat berupa papul, 1esikel, pustul, ulkus, dan
biasanya %epat hilang. Dang khas ialah limfadenitis regional, disertai tanda,tanda radang
akut, supurasi tidak serentak, terdapat periadenitis. (/.=. disertai gejala konstitusi$
demam, malese, dan artralgia.
.. 'arsinoma sel skuamosa
Umumnya ter&adi pada "rang usia lan&ut yang tidak disirkumsisi. 6elainan kulit erupa
en&"lan+en&"lan, terdapat indurasi, muda! erdara!. Untuk diagn"sis, perlu i"psi.
3. Ulkus mole
Penyakit ini kini langka. Ulkus lei! dari satu, disertai tanda+tanda radang akut,
terdapat pus, dindingnya bergaung. Haemophilus &ucre%i positif. 7ika terjadi
limfadenitis regional juga disertai tanda,tanda radang akut, terjadi supurasi serentak.
$II
Dasar diagn"sis $ II seagai erikut. $ timul enam sampai delapan minggu sesuda! .
$eperti tela! di&elaskan, $ II ini dapat menyerupai eragai penyakit kulit. Untuk
memedakannya dengan penyakit lain ada eerapa pegangan. Pada anamnesis !endaknya
ditanyakan, apaka! pernah menderita luka di alat genital (S I) yang tidak nyeri.
'linis yang penting umumnya berupa kelainan tidak gatal. #ada SII dini
kelainan generalisata, hampir simetrik, telapak tangan5kaki juga dikonal. #ada S II
lambat terdapat kelainan setempat,setempat, berkelompok, dapat tersusun menurut
susunan tertentu, misalnya$ arsinar, polisiklik, korimbiformis. Biasanya terdapat
limfadenitis generalisata. "es serologik positif kuat pada S II dini, lebih kuat lagi pada
S II lanjut.
$eperti tela! diterangkan, sifilis dapat menyerupai eragai penyakit karena itu
diagn"sis andingnya sangat anyak, tetapi !anya seagian yang akan diuraikan.
1. Erupsi obat alergik
Pada anamnesis dapat diketa!ui timulnya alergi karena "at yang dapat disertai
demam. 6elainan kulit erma0am+ma0am, di antaranya erentuk eritema se!ingga mirip
r"seala pada $ II. 6elu!annya gatal, sedangkan pada sifilis iasanya tidak gatal.
). Morbili
6elainan kulit erupa eritema seperti pada $ II. Peredannya; pada m"rili disertai
ge&ala k"nstitusi 4tampak sakit, demam7, kelen&ar geta! ening tidak memesar.
2. &itiriasi s rosea
=erdiri atas anyak er0ak eritemat"sa terutama di pinggir dengan skuama !alus,
erentuk l"n&"ng, lentikular, susunannya se&a&ar dengan lipatan kulit. Penyakit ini tidak
disertai limfadenitis generalisata seperti pada S II.
'. &soriasis
Persamaannya dengan $ II; terdapat eritema dan skuama. Pada ps"riasis tidak didapati
limfadenitis generalisataA skuama berlapis-serta terdapat tanda tetesan lilin dan *uspit.
,. Dermatitis se"r"ik
&ersamaannya dengan S II ialah terdapatnya eritema dan skuama. &erbedaannya
pada dermatitis seboroik, tempat predileksinya pada tempat seboroik, skuama berminyak
dan kekuning-kuningan, tidak disertai limfadenitis generalisata.
.. 6"ndil"ma akuminatum
Penyakit ini mirip k"ndil"ma iata, kedua+duanya erentuk papul. Peredaannya; pada
k"ndil"ma akuminata iasanya permukaannya run0ing+run0ing, sedangkan papul pada k"n+
dil"ma lata permukaannya datar serta eksudatif.
3. Al"pesia areata
6e"takan setempatD penyakit ini mirip al"pesia are"laris pada $ II. Peredaannya;
pada al"pesia areata lei! esar 4numular7 dan !anya eerapa, sedangkan al"pesia are"laris
lei! ke0il 4lentikular7 dan anyak serta seperti digigit ngengat.
$ III
6elainan kulit yang utama pada $ III iala! guma. >uma &uga terdapat pada penyakit
lain. tuerkul"sis, framusia, dan mik"sis pr"tunda. =es ser"l"gik pada $ III dapat negatif
atau p"sitif lema!, karena itu yang penting iala! anamnesis, apaka! penderita tersangka
menderita $I atau S II dan pemeriksaan histopatologik.
=uerkul"sis kutis gum"sa mirip guma $ III. *ara memedakannya dengan
pemeriksaan !ist"pat"l"gik. Demikian pula rambusia stadium lanjut, guma S III bersiat
kronis dan destrukti, karena itu kelainan tersebut mirip keganasan. 6ara
membedakann%a dengan pemeriksaan histopatologik.
PENA=ALA6$ANAAN
Peng"atan sifilis meliputi penderita dan mitra seksualnya. $elama belum sembuh
penderita dilarang bersenggama. &engobatan dimulai sedini mungkin. &ada sifilis
laten terapi bermaksud mencegah proses lebih lanjut. &engobatannya
menggunakan penisilin dan antibiotik lain.
1. PENI$ILIN
9at yang merupakan pili!an iala! penisilin. 9at terseut dapat menemus plasenta
se!ingga men0ega! infeksi pada &anin dan dapat menyemu!kan &anin yang terinfeksiD
%adar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari B,B8
unit!ml. $ang penting ialah kadar tersebut harus bertahan dalam serum selama sepuluh
sampai empat belas hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh satu hari untuk neurosifilis
dan sifilis kardiovaskular. ;ika kadarnya kurang dari angka tersebut, setelah lebih dari dua
puluh empat sampai tiga puluh jam, maka kuman dapat berkembang biak.
Menurut lama ker&anya, terdapat tiga ma0am penisilin;
a. Penisilin 6 prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, jadi bersifat
kerja singkat, diberikan setiap hari
. Penisilin > pr"kain dalam minyak dengan aluminium m"n"stearat 4PAM7, lama ker&a
tu&u! pulu! dua &am, ersifat ker&a sedang, dierikan setiap tiga !ari.
c. &enisilin 6 ben9atin dengan dosis @ juta unit akan bertahan dalam dua sampai tiga
minggu, jadi bersifat kerja lama, diberikan setiap minggu. 2bat ini mempunyai
kekurangan, yakni tidak dianjurkan untuk neurosifilis karens sukar masuk ke dalam
darah dan rasa nyeri pada tempat suntikan
6etiga "at terseut dierikan intramuskular. #erivat penisilin per oral tidak dianjurkan
karena absorpsi oleh saluran cerna kurang dibandingkan dengan suntikan.
=entang 0ara pemerian dan d"sisnya dalam kepustakaan agak ereda+eda.
Pada sifilis kardi"#askular terapi yang dian&urkan iala! dengan penisilin > enGatin (,.
&uta unit, dierikan 2 kali ),' &uta unit, dengan inter#al seminggu. Untuk neur"sifilis terapi
yang dian&urkan iala! penisilin > pr"kain dalam akua 1-+)' &uta unit se!ari, dierikan 2+'
&uta unit, i.#. setiap ' &am selama 1/+1' hari.
&ada sifilis kongenital, terapi anjurannya ialah penisilin 6 prokain dalam akua
BB.BBB-CB.BBB satuan!kg ,.,. per hari, yang diberikan CB.BBB unit!kg ,.,., i.m., setiap
hari selama B hari.
$elain penisilin, masi! ada eerapa antii"tik yang dapat digunakan seagai peng"+
atan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin.
Di agian kami agi yang alergi ter!adap penisilin dierikan tetrasiklin ' D CBB
mg!hari, atau entromisin = D CBB mg!hari, atau doksisiklin @ D
BpjTjgEanrtamaiFpengobatan C hari bagi S I dan SII dan 8B hari bagi stadium laten.
Eritromisin bagi yang hamil, efektivitasnya meragukan. #oksisiklin absorbsinya lebih baik
daripada tetrasiklin, yakni <B-BBG, sedangkan tetrasiklin hanya HB-IBG.
9at yang lain iala! g"l"ngan sefal"sp"rin, misalnya sefaleksin ' M ,// mg se!ari
selama 1, !ari. 5uga seftriaks"n setiap !ari ) gr, d"sis tunggal l.m. atau i.#. selama 1, hari.
N
19itromisin ;uga dapat digunakan untuk S I dan S II, dosisnya CBB mg sehari sebagai
dosis tunggal. /ama pengobatan B hari. 3enurut laporan -erdon dkk.. penyembuhannya
mencapai I=,=G. tunggal. /ama pengobatan B hari. 3enurut laporan -erdon dkk.,
penyembuhannya mencapai I=,=G.
Reaksi Jarish-Herxheimer
Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat ter&adi reaksi 5aris!+HerM!eimer. $ea yang
pasti tentang reaksi ini elum diketa!ui, mungkin diseakan "le! !ipersensitifitas ter!adap
t"ksin yang dikeluarkan "le! anyak T. pallidum yang mati. Di&umpai seanyak ,/+-/1 pada
sifilis dini. =anda sifilis dini dapat ter&adi setela! enam sampai dua elas &am pada suntikan
penisilin yang pertama.
>e&alanya dapat ersifat umum dan l"kal. >e&ala umum iasanya !anya ringan erupa
sedikit demam. $elain itu dapat pula erat; demam yang tinggi, nyeri kepala, artralgia,
malese, erkeringat, dan kemera!an pada muka. >e&ala l"kal yakni afek primer men&adi
engkak karena edema dan infiltrasi sel, agak nyeri. :eaksi iasanya akan meng!ilang
setela! sepulu! sampai dua elas &am tanpa merugikan penderita pada $I.
Pada sifilis lan&ut dapat mema!ayakan &i%a penderita, misalnya; edema gl"tis pada
penderita dengan guma di laring, penyempitan arteria k"r"naria pada muaranya karena edema
dan filtrasi, dan tr"m"sis sereral. $elain itu dapat ter&adi ruptur aneurisme atau ruptur
dinding a"rta yang tela! menipis yang diseakan "le! terbentuknya jaringan fibrotik yang
berlebih akibat penyembuhan yang cepat.
&engobatan reaksi ;arish-0elsaimer dengan kortikosteroid contohnya dengan
prenison @B-=B mg sehari.
.
5ika sifilis tidak di"ati, maka !ampir seperempatnya akan kamu!, ,1 akan
mendapat $III, 1/1 mengalami sifilis kardi"#askular, neur"sifilis pada pria (1 dan pada
%anita ,1, )21 akan meninggal.
Pada sifilis dini yang di"ati, angka penyemu!an men0apai (,1. 6elainan kulit akan
semu! sem+u!da5a&iLil'5iari. Pemesaran kelen&ar geta! BinlrOaka=O bennjnciguEEu.
%egagalan terapi sebanyak CG pada SI dan S II %ambuh klinis umumnya terjadi
setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut, tenggorok, dan regio perianal. #.
samping Jtu dikenal pula kambuh serologik, yang berarti T. SS yang negatif menjadi positif
atau yang telah positif menjadi makin positif. .upanya kambuh serologik ini mendahului
kambuh klinis. %ambuh klinis pada sebelum pemberian penisilin serta dilanjutkan dua
sampai tiga hari kemudian.
2. 17TI,I2TI% /1I7
=INDA6 LAN5U=
=INDA6 LAN5U=
E#aluasi =.$.$. 4@.D.:.L.7 di agian kami seagai erikut;
1 ulan sesuda! peng"atan selesai, =.$.$.
diulangi;
a.titer menurun ' tidak diberikan pengobatan lagi
b.titer meningkat ' pengobatan ulang
c. titer menetap ' tunggu bulan lagi
bulan sesudah c '
Titer menurun ' tidak diberikan pengobatan
Titer meningkat atau tetap ' pengobatan ulang K
6riteria semu!, &ika lesi tela! meng!ilang, kelen&ar geta! ening tidak teraa lagi dan
=.&.6.(. negatif.
#ada sifilis dini yang diobati ".S S (=.&.6.(.56.#.6.) akan menjadi negatif dalam
waktu !,+ bulan. #ada 1+A kasus tetap positif dengan titer rendah selama setahun
atau lebih tetapi akan menjadi negatif setelah dua tahun.
"indak lanjut dilakukan sesudah !,+, dan 1B bulan sejak selesai pengobatan.
Setelah setahun diperiksa likuor serebrospinalis. 'asus yang mengalami kambuh
serologik atau klinis diberikan terapi ulang dengan dosis dua kali lebih banyak. "erapi
ulang juga untuk kasus seroresisten yang tidak terjadi penurunan titer serologik
setelah +,1B bulan setelah terapi.
#ada sifilis laten tindak Flanjut dilakukan selama B tahun. #enderita sifilis
kardio1askular dan neurosifilis yang telah diobati hendaknya di tindaklanjuti selama
bertahun,tahun.
P:9>N9$I$
Dengan ditemukannya penisilin, maka pr"gn"sis sifilis men&adi lei! aik. Untuk
menentukan penyemu!an mikr"i"l"gik, yang erarti a!%a semua T. pallidum di badan
terbunuh tidaklah mungkin. #enyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup, tidak
menular ke orang lain, ".S.S. pada darah dan likuor serebrospinalis selalu negatif.
5ika sifilis tidak di"ati, maka !ampir se+perempatnya akan kamu!, ,1 akan mendapat $
III, 1/1 mengalami sifilis kardi"#askular, neur"sifilis
neur"sifilis pada pria (1 dan pada %anita ,1, )21 akan meninggal.
Pada sifilis dini yang di"ati, angka penyemu!an men0apai (,1. 6elainan kulit akan
semu! dalam 3+1' !ari. Pemesaran kelen&ar geta! ening akan menetap erminggu+
minggu.
6egagalan terapi seanyak ,1 pada S I dan S II. 'ambuh klinis umumnya terjadi
setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut, tenggorok, dan regio perianal.
&i samping itu dikenal pula kambuh serologik, yang berarti ".S.S. yang negatif menjadi
positif atau yang telah positif menjadi makin positif. 6upanya kambuh serologik ini
mendahului kambuh klinis. 'ambuh klinis pada wanita juga dapat bermanifestasi pada
bayi berupa sifilis kongenital.
Pada sifilis laten lanjut prognosisnya baik, prognosis pada sifilis gumatosa
bergantung pada alat yang dikenai dan banyaknya kerusakan. &engan melihat hasil ".S.S.
pada sifilis lanjut sukar ditentukan prognosisnya. ".S.S. yang tetap positif lebih daripada
@.A, meskipun telah mendapat terapi yang adekuat. Umumnya titer akan menurun, jika
meningkat menunjukkan kambuh dan memerlukan terapi ulang.
Pada sifilis kardi"#askular, pr"gn"sisnya sukar ditentukan. Pada a"rtitis tanpa
k"mplikasi pr"gn"sisnya aik. Pada paya! &antung pr"gn"sisnya uruk. Aneurisma
merupakan k"mplikasi erat karena sek"ny"ng+k"ny"ng dapat mengalami ruptur. Meskipun
demikian seagian penderita dapat !idup sampai 1/ ta!un atau lei!. Pr"gn"sisnya pada
%anita lei! aik daripada pria.
Pada kelainan arteria k"r"naria, pr"gn"sisnya ergantung pada dera&at penyempitan
yang er!uungan dengan kerusakan mi"kardium. Pada setiap stadium sifilis kardi"#askular
penderita dapat meninggal se0ara mendadak akiat "klusi muara arteria k"r"naria, ruptur
aneurisma, atau kerusakan katup.
Pr"gn"sis neur"sifilis ergantung pada tempat dan dera&at kerusakan. $el saraf yang
tela! rusak ersifat irreversibel. Pr"gn"sis neur"sifilis pada sifilis dini aik, angka
penyemu!an dapat men0apai 1//1. Neur"sifilis asimt"matik pada stadium lan&ut
pr"gn"sisnya &uga aik, kurang daripada 11 memerlukan terapi ulang. #ada kasus sifilis
meningitis penyembuhan lebih daripada -.A. #ada demensia paralitika ringan -.A
menunjukkan perbaikan. #ada tabes dorsalis hanya sebagian gejala akan menghilang,
sedangkan yang lain menetap.
#rognosis sifilis kongenital dini baik. #ada yang lanjut prognosisnya bergantung
pada kerusakan yang telah ada. Stigmata akan menetap, misalnya keratitis interstisialis,
ketulian ner1us =III, dan 6lutton7s 8oint. 0eskipun telah diobati, tetapi pada L.A
kasus ternyata tes reagin tetap positif.
BAB III
6esimpulan
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh trponema pallidum dan
mempunyai beberapa sifat, yaitu: perjalanan penyakit sangat kronis, dalam
perjalanan dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam
macam penyakit, mempunyai masa laten dan dapat kamu! kemali 4rekuren7.
Treponema pallidum masuk ke dalam tuu! melalui lesi kulit atau selaput lendir. 5ika
melalui kulit !arus ada mikr"?makr" lesi sedangkan &ika melalui selaput lendir dapat dengan
atau tanpa lesi. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan multiplikasi dan tuu! akan
ereaksi dengan timulnya infiltrat yang terdiri atas limf"sit dan sel plasma yang se0ara
klinis dapat dili!at seagai papula.
6erusakan #askuler ini mengakiatkan aliran dara! pada daera! papula terseut erkurang
se!ingga ter&adi er"si atau ulkus, dan keadaan ini diseut afek primer SI.
Manifestasi klinis?Afek primer;
1. kelainan kulit yang dimulai dengan makula,
). papula yang erua! men&adi papula er"sif atau ulkus ulkus durum atau Hunterian chancre
:eaksi &aringan ter!adap multiplikasi ini akan terli!at .+- minggu setela! k"mpleks primer
dan reaksi ini ermanifestasi seagai $II dengan eragai entuk kelainan yang iasanya ditandai "le!
ge&ala pr"dr"mal. 6elainan yang tun&ukkan dapat mengenai kulit 43,17, selaput lendir 4,/17 dan
alat+alat dalam 41/17.
1. Makula er%arna mera! terang yang diseut r"se"la sifilitika, dengan distriusi
menyear !ampir diseluru! tuu! tanpa rasa gatal.
2. Papula dengan eragai entuk dan misalnya
a. papula dengan susunan arsiner, sirsiner p"lisiklik
. papula diskret pada telapak kaki dan
0. papula k"rimif"rmis
d. k"ndil"mata lata
e. papula dengan f"likulitis
2. papulaskuam"sa seperti ps"riasis 4ps"riasis sifilitika7, papulakrust"sa seperti framusia
4framusia sifilitika7.
'. Pustula, iasanya ersifat destruktif dan timul pada keadaan umum yang uruk 4lues maligna7.
Pada stadium gumma, Treponema sukar ditemukan tetapi reaksinya ersifat destruktif.
Lesi semu! erangsur+angsur dengan pementukan &aringan fir"tik dan lesi tersier ini
dapat erlangsung eerapa ta!un. Ircponema pallidum dapat men0apai sistem
kardi"#askuler dan saraf pusat dalam %aktu dini tetapi kerusakan yang ditimulkannya
ter&adi perla!an+la!an se!ingga perlu %aktu erta!un+ta!un untuk menimulkan ge&ala klinis.
Hampir )?2 kasus dengan stadium laten dapat meneruskan !idupnya tanpa menimulkan
ge&ala klinis.
Menurut eerapa referensi, !ingga saat ini peni0illin masi! merupakan pili!an utama
peng"atan sifilis. D"sis yang digunakan er#ariasi tergantung stadiumnya. 9at lainnya yang dapat
digunakan adala! eritr"mi0in, tetrasiklin dan 0ep!al"sp"rin.
Pr"gn"sis sifilis aik &ika diterapi dengan aik. Untuk menentukan penyemu!an mikr"i"l"gi
yang erarti a!%a semua =.pallidum di adan terunu! tidakla! mungkin, penyemu!an erarti
semu! klinis seumur !idup tidak menular ke "rang lain, =.$.$ pada dara! dan liku"r spinalis selalu
negatif.
DAA=A: PU$=A6A
1. D&uanda, Ad!i dan E.*. Nata!usada. )/1/. $ifilis. Dalam Ilmu Penyakit 6ulit dan
6elamin. 5akarta; Badan Penerit A6 UI, !al.2()+'11
). Dinar, =. )/1/. !edical "ournal # SI$I%IS . diamil dari
!ttp;??dinar!ealt!.l"gsp"t.0"m?)/1/?/.?sifilis.!tml, diakses ), desemer )/1), &am
1/.//.
2. Afyudin, M. )/1/. SI$I%IS. Diamil dari
!ttp;??%%%.s0rid.0"m?d"0?2)1/),/)?:eferat+$ifilis , diakses ), desemer )/1), &am
12.//
4. 5ulyani, $ri. )//(. Aspek Imunologi Penyakit Sifilis. 5urnal 6ese!atan Masyarakat Madani.
5. Afyudin, M. )/1/. Sifilis. Diamil dari !ttp;??%%%.s0rid.0"m?d"0?2)1/),/)?:eferat+
$ifilis , diakses ), desemer )/1), &am 12.//.
6.

Anda mungkin juga menyukai