Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS JURNAL

Bahan-bahan kimia telah menjadi bahan yang tak dapat terpisahkan, dalam kehidupan sehari-hari.
Hampir semua industry menggunakan bahan-bahan kimia baik sebagai bahan utama maupun yang
lain. Bahan kimia ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan bagi pengguna. Bahan
kimia mempunyai potensi toxic pemaparan untuk pekerja. Risiko pemaparan bisa berasal dari
paparan, produksi, penyimpanan, penggunaan, penggunaan, maupun kebocoran wadahnya. Dari
kedua jurnal diatas, jelaslah terlihat bahwa banyak sekali zat kimia tersebut menimbulkan dampak
negative yang tidaklah sedikit. Misalnya pada para pekerja PT.Samiaji yang terpapar debu asbes dan
semen, mereka positif mengalami gangguan fungsi paru. Karena debu asbes yang masuk kedalam
tubuh mereka menyebabkan 3 penyakit paru yaitu penyakit asbestosis, kanker paru, dan kanker
pleura atau mesotelium. Penyakit tersebut seringkali fatal dan bahkan dapat berujung kematian.
Lain halnya yang terjadi pada para pekerja di CV.Laksana walaupun dari hasil menerangkan bahwa
kadar keracunan benzene masih relative kecil atau masih ditingkatan awal namun hal tersebut
sudahlah cukup untuk dapat mengganggu proses pembentukkan eritrosit. Jika sudah berlanjut pada
tingkatan yang cukup parah dan jangka waktu lama (5-30 tahun), keracunan akibat benzene dapat
menyebabkan penderita mengalami leukemia yang juga dapat menyebabkan kematian. Karakteristik
dari benzene adalah bersifat menguap, mudah terbakar, non polar, dan tidak berwarna. Benzena
merupakan cairan tidak berwarna dengan bau yang manis. mbang benzena adalah sekitar 60 bagian
per juta (ppm), meskipun ada rentang yang cukup besar dalam nilai-nilai yang dilaporkan (0,78-160
ppm). Batas pemaparan benzena yang diperbolehkan, baik 8-jam waktu eksposur rata-rata
tertimbang dari 1 ppm atau jangka pendek batas yang diperbolehkan dari 5 ppm selama menit 15
menit.
Dilihat dari cara terpaparnya pada kedua permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa para pekerja
terpapar bahan kimia tersebut diantaranya melalui saluran pernapasan (inhalasi). Di Industri, inhalasi
merupakan jalan masuk paparan yang paling penting dan paling sering terjadi terutama pada paparan
bahan kimia. Selama hidup manusia selalu bernafas di mana pun dan kapan pun tanpa perlu tahu
apakah udara yang dihirup merupakan udara yang bersih atau tidak. Hal tersebut memungkinkan
para pekerja yang selama 8 jam per hari menghirup udara 8m
3
di lingkungan terpapar bahan kimia,
seperti benzene, setiap hari akan menghirup uap benzene atau bahan kimia lain yang
membahayakan kesehatannya.
Bahan-bahan kimia pada industry tersebut sangat berpengaruh bagi kesehatan lingkungan terutama
bagi kesehatan pekerja. Menurut berbagai sumber dan penelitian jika setiap hari para pekerja
terpapar bahan kimia berbahaya seperti benzena setidaknya selama 8 jam maka sangat mungkin bila
hal tersebut berimbas pada penurunan status kesehatan mereka. Sehingga produktifitas pekerja
menjadi menurun dan membuat kualitas serta kuantitas kerja menjadi terganggu. Sehubungan
dengan status kesehatan, bahaya benzena ada yang berefek jangka pendek (akut) dan ada pula
yang berefek jangka panjang (kronis). Efek Jangka pendek (akut), menghirup high level benzena
dapat menyebabkan kematian. Sedangkan menghirup low level benzena dapat mengakibatkan
depresi sistem saraf pusat (SSP) yang ditandai dengan kantuk, pusing, sakit kepala, mual,
kehilangan koordinasi,kerusakan otak ireversibel,kebingungan & ketidaksadaran/pingsan. Selain itu
juga dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit, iritasi hidung, iritasi tenggorokan, iritasi saluran
pernafasan, dan tremors.
Efek jangka panjang (kronis), dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang dan
menyebabkan gangguan dalam darah, seperti : penurunan sel darah merah, anemia, & leukimia serta
penyakit lainnya yang berhubungan dengan kanker darah dan pra-kanker dari darah. Juga dapat
menyebabkan perdarahan yang berlebihan & menurunkan sistem imun sehingga meningkatkan
kesempatan infeksi. Selain melalui pernafasan / inhalasi dapat juga melaui kulit atau mukosa mata.
Pekerja sering kali tidak memakai sarung tangan ketika memegang bahan kimia hal ini berisiko
terpapar zat kimia berbahaya yang masuk melalui pori pori kulit atau membran mukosa mata.
Berbeda halnya jika kita terhirup debu asbes dan semen, debu tersebut tertinggal di paru-paru kita
dan akan berubah menjadi badan-badan asbestos, yang jika diperiksa menggunakan mikroskop
tampak seperti batang dengan panjang mencapai 200 mikron. Pada pekerja yang telah lama terpapar
debu asbes, retensi serat-serat asbesnya cukup besar. Jika dibiarkan, serat tersebut secara
perlahan-lahan akan menimbulkan jaringan ikat pada paru yang progresif. Kelainan secara radiologis
atau dengan foto rontgen paru, mudah dikenali karena menunjukkan gambaran khas. Berupa ground
glass appearance atau titik-titik halus di basis paru-paru dengan batas jantung dan diafragma yang
tidak jelas. Setelah masa laten yang panjang, antara 20-40 tahun, serat tersebut bisa menimbulkan
kanker paru. Selain terpapar melalui jalur inhalasi, kedua bahan kimia tersebut juga dapat masuk ke
tubuh manusia melalui kulit atau mukosa mata ataupun mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung sejumlah kecil serat-serat tersebut (pada debu asbes dan semen). Akibat lebih
lanjutnya dapat menimbulkan obtruksi saluran pernafasan para pekerja. Ada tiga macam penyakit
paru yang dapat menyerang para pekerja apabila secara terus-menerus terpapar oleh debu yang
ditimbulkan oles asbes dan semen yaitu penyakit asbestosis, kanker paru, dan kanker pleura
(mesotelium).
Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko terpapar bahan kimia tersebut yaitu
melalui pengendalian sumber, pengendalian di sepanjang area yang terpapar, dan pengendalian
pada para pekerja. Pengendalian risiko pemaparan bahan kimia diantaranya dengan melakukan
pengecekan konsentrasi /nilai batas aman pemakaian bahan kimia serta lama pemaparannya.
Selanjutnya adalah dengan pemeriksaan kesehatan para pekerja secara rutin dan berkala, sehingga
akan didapat data kesehatan pekerja sebagai bentuk pendeteksian dini terhadap risiko paparan
bahan kimia. Penempatan tenaga ahli juga diperlukan untuk mengendalikan risiko bahan kimia.
Peningkatan pengetahuan para pekerja mengenai bahan kimia tersebut beserta risikonya juga
penting dalam mengendalikan risiko bahan kimia. Selain itu pada pekerja yang terpapar debu asbes
dan semen untuk mengurangi tingginya konsentrasi debu asbes dan semen dengan membuat
pembatas yang tegas di antara ruang-ruang unit operasi, penambahan sistem ventilasi udara
setempat secara natural, monitoring pengukuran lingkungan kerja secara rutin serta menjaga
kebersihan lingkungan kerja.
Dan hal yang tidak kalah penting dalam upaya mendukung pengendalian risiko bahan kimia adalah
penggunaanpersonal protective equipment atau yang biasa disebut alat pelindung diri (APD)
terutama masker. Untuk benzene yang masuk ke dalam tubuh terutama dalam bentuk gas/uap Tidak
hanya sekedar masker, masker yang tepat dan efektif untuk meminimalkan risiko tersebut
seharusnya berupa canister respirator yang dapat melindungi paparan partikel gas toksik karena
dilengkapi filter. Penempatan tenaga ahli juga diperlukan untuk mengendalikan risiko bahan kimia.
Peningkatan pengetahuan para pekerja mengenai bahan kimia tersebut beserta risikonya juga
penting dalam menggendalikan risiko bahan kimia.
Karena bersifat toksik, sudah seharusnyalah penyimpanan dan pengangkutannya dilakukan secara
hati-hati dan sesuai prosedur keamanan dan kesehatan kerja. Hal yang tidak kalah penting dalam
upaya mendukung pengendalian risiko bahan kimia adalah penggunaan personal protective
equipment atau yang biasa disebut alat pelindung diri (APD). Untuk benzene yang masuk ke dalam
tubuh terutama dalam bentuk gas/uap melalui inhalasi/pernafasan, maka dibutuhkan masker . Tidak
hanya sekedar masker, masker yang tepat dan efektif untuk meminimalkan risiko tersebut
seharusnya berupa canister respirator yang dapat melindungi paparan partikel gas toksik karena
dilengkapi filter. Selain kesesuaian fungsidan jenis alat pelindung diri, maka juga harus diperhatikan
kenyamanan pemakaiannya dan tidak menimbulkan gangguan dalam bekerja.
Ermayani 2009

Anda mungkin juga menyukai