DIARE
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diare adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar encer,
biasanya 3 kali atau lebih dalam 24 jam, kadang-kadang disertai dengan
muntah, badan lesu, atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan
lendir dalam kotoran. Namun tidak semua mencret itu diare, misalnya
pada bayi kurang dari 1 bulan yang dapat buang air besar lebih dari 5
kali / hari.
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi :
Infeksi Internal yaitu saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare akut anak
Infeksi Bakteri yaitu vibrio coma, E.coli, saimonella,
campylobacter, yersenia, aeromonas, dan
sebagainya.
Infeksi virus yaitu Enterovirus (virus echo, coxsackie,
Poliomyelitis) Adenovines, Rotavirus,
Astrovirus.
Infeksi Parasit yaitu Cacing, Protozoa, Jamur, serta
kebiasaan mengelola makanan.
Infeksi Parenteral yaitu infeksi bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti : OMA, Tonsilofaringitis,
Paroncopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya sering terjadi pada bayi/anak
kurang dari 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi :
Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi Laktosa,
Maltosa, dan Sukrosa) pada bayi dan anak, yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan dan pola makanan yang salah
d. Faktor Psikologis : Rasa takut dan cemas.
3. Patogenesis :
a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
Gangguan Osmotik, adanya makanan dan zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toxin)
pada dinding usus, akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, yang selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan Motilitas usus, Hyperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun,
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan dan selanjutnya
dapat menimbulkan diare.
b. Patogenesis diare akut
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) dalam usus
halus.
Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
Akibat toksin tersebut terjadi hypersekresi yang selanjutnya
menimbulkan diare.
c. Patogenesis diare kronik
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah :
infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, dan malnutrisi.
4. Patofisiologi :
Sebagai akibat dari diare akut maupun kronis, akan terjadi :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic,
hipoklamia.
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
c. Hypoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
5. Manifestasi Klinik
a. Pasien cengeng, gelisah, nafsu makan tidak ada
b. Timbul diare, tinja cair, kadang-kadang disertai lendir dan darah.
c. Anus dan sekitarnya lecet karena sering defekasi
d. Timbul muntah
e. Bila pasien kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak, akan
nampak :
BB menurun
Turgor berkurang
Pada bayi ubun-ubun besar dan mata cekung
Selaput lendir bibir dan mulut kering
Kulit tampak kering.
6. Komplikasi
a. Dehidrasi, Renjatan hypovolemik, hypokalemia.
b. Hypoglikemia, Entolerence Laktosa Sekunder, Kejang.
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja (makroskopik & mikroskopik).
b. Pemeriksaan kadar ureum & kreatinin
c. Pemeriksaan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor
dalam Serum)
d. Pemeriksaan inkubasi deodenum, untuk mengetahui jenis jasad
renik/parasit secara kuantitatif dan kualitatif.
8. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah :
a. Pemberian cairan : jenis cara pemberian, dan jumlah pemberian
dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan umum
1) Cairan Peroral :
Dehidrasi ringan dan sedang : Naol, NaHCO
3
, Kcl, Glukosa,
biasa berupa Oralit.
Untuk pengobatan sementara sebelum ke rumah sakit dan
mencegah dehidrasi lebih jauh.
2) Cairan Parenteral :
Bila belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak mungkin sesuai kemauan anak
Dehidrasi ringan :
1 jam I 25 50 ml/kgBB peroral
Selanjutnya 125 ml/kgBB/hr
Dehidrasi sedang :
1 jam I 50 100 ml/kgBB/oral sonde.
Selanjutnya 125 ml/kgBB/hr
Dehidrasi berat
Umur 1 bulan 2 tahun, BB : 3-10 Kg :
1 jam I : 40 ml/kgBB/mnt : 10 tts/kgBB/mnt
7 jam : 12 ml/kgBB/mnt : 3 tts/kgBB/mnt
16 jam : 125 ml/kgBB/mnt : 2 tts/kgBB/mnt
Umur 2 5 tahun, BB : 10 15 Kg :
1 jam I : 30 ml/kgBB/mnt : 8 tts/kgBB/mnt
7 jam : 10 ml/kgBB/mnt : 3 tts/kgBB/mnt
16 jam : 125 ml/kgBB/mnt : 2 tts/kgBB/mnt
Umur 5 10 tahun, BB : 15-25 Kg :
1 jam I : 20 ml/kgBB/mnt : 5 tts/kgBB/mnt
7 jam : 10 ml/kgBB/mnt : 2,5 tts/kgBB/mnt
16 jam : 105 ml/kgBB/mnt : 1 tts/kgBB/mnt
Untuk bayi baru lahir / Neonatus : BB 2 3 Kg :
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/ KgBB/24 jam
4 jam I : 25 ml/KgBB/Jam : 6 tts/KgBb/mnt.
20 jam ~ : 150 ml/KgBB/jam : 2 tts/KgBB/mnt.
b. Pengobatan Dietetik (Makanan)
1) Anak < dari 1 tahun :
Susu (ASI) / Susu Formula
Makanan setengah padat
Susu khusus
2) Anak > dari 1 tahun : Makanan padat / cair / susu.
3) Obat-obatan :
Obat anti sekresi : asetosal, klorpromazine,
Antibiotik.
9. Pencegahan
a. Mencegah berkembang baiknya lalat dengan menghilangkan sarang-
sarang, dengan cara :
Membuang sampah pada tempat tertutup
Membakar sampah
Mencegah lalat hinggap/mengotori makanan/minuman.
b. BAB pada tempat tertentu (WC).
c. Memelihara kebersihan rumah dan pekarangan
d. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
e. Menjaga kebersihan alat-alat makan/minum.
f. Menghindari makanan yang menyebabkan diare.
g. Pengolahan dan penyajian makanan harus sesuai dengan syarat
kesehatan.
h. Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga/masyarakat.
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
Kemungkinan memakan makanan/minuman yang
berkontaminasi
Kemungkinan infeksi ditempat lain, mis.: pernafasan, infeksi
saluran kemih.
Kaji status dehidrasi
catat keluaran fekal (jumlah, volume, karakteristik).
Observasi dan catat tanda tenesmus, kram, muntah.
2. Pemberian Sistem :
a. Gastro Intestinal :
Tinja cair/encer
Tinja campur darah/lendir
Keram abdomen.
b. Respirasi
Hyperventilasi
Pernapasan kusmaul
Nafas cepat dan dangkal
c. Cardiovascular : nadi cepat dan tidak teratur
d. Neurologik
Pusing, sakit kepala
Fatique dan lethargy.
Koma
e. Hematology :
pH lebih dari 7,35
HCO
3
-
kurang dari 22 mEq/l
Hypokalemia
f. Integumen :
Turgor kulit kurang
Ubun-ubun besar cekung.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan feces lengkap
Pemeriksaan darah, elektrolit, kreatimin, BUB
Pemeriksaan urine (pH, berat jenis).
II. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI
berlebihan melalui feces/emisis, dehidrasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran GI.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.
5. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan asing (hospitalisasi), prosedur yang menyebabkan stress.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder dari diare.
III. Rencana Intervensi
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI
berlebihan melalui feces/emeis, dehidrasi.
Tujuan : pasien menunjukkan tanda rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi adekuat.
Intervensi :
a. Kaji derajat dehidrasi
Rasional : Untuk mengetahui derajat dehidrasi klien
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
c. Beri dan pantau cairan IV sesuai ketentuan
Rasional : Untuk terapi dehidrasi.
d. Pertahankan pencatatan masukan dan keluaran setiap saat
Rasional : Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi
e. Beri agent anti mikroba sesuai ketentuan.
Rasional : Mengobati patogen yang dapat menyebabkan
dehidrasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.
Tujuan : pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk
mempertahankan BB yang sesuai dengan usia.
Intervensi :
a. Instruksikan ibu untuk menyusui untuk melanjutkan
pemberian ASI
Rasional : Cenderung untuk mengurangi kehebatan dan
durasi penyakit
b. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan
Rasional : Untuk mengkaji toleransi pemberian makanan
c. Anjurkan orang tua untuk memberikan diet yang tepat
Rasional : Meningkatkan kepatuhan terhadap program
terapeutik
d. Gali masalah dan prioritas anggota keluarga
Rasional : Memperbaiki kepatuhan terhadap program
terapeutik
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran GI.
Tujuan : pasien dan orang lain tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi gastro-intestinal.
Intervensi :
a. Pertahankan pencucian tangan yang benar
Rasional : Mengurangi resiko penyebaran infeksi
b. Pakaikan popok dengan tepat
Rasional : Mengurangi kemungkinan penyebaran feses
c. Gunakn popok sekali pakai bersifat superabsorbent
Rasional : Untuk menampung feses dan menurunkan
kemungkinan terjadinya dermatitis.
d. Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak tidak
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi
e. Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktek
isolasi
Rasional : Mengurangi resiko penyebaran infeksi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.
Tujuan : kulit pasien tetap utuh.
Intervensi :
a. Ganti popok sesering mungkin
Rasional : Untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
b. Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non
alkalin dan air
Rasional : Feses iritasi akan mengiritasi kulit
c. Hindari menggunakan tisu basah yang menggunakan alcohol
Rasional : Akan menyebabkan rasa menyengat
d. Observasi bokong dan perineum terhadap adanya infeksi
Rasional : Mempercepat pengobatan yang tepat
e. Berikan obat anti jamur yang tepat
Rasional : Untuk mengobati infeksi jamur kulit.
5. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan asing (hospitalisasi), dan prosedur yang menimbulkan
stress.
Tujuan : Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan.
Intervensi :
a. Beri perawatan mulut dan empeng untuk bayi
Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman
b. Dorong untuk kunjungan dan partisipasi keluarga dalam
perawatan semampunya
Rasional : Untuk mencegah stress yang berhubugan dengan
perpisahan
c. Sentuh, gendong dan bicara pada anak sesering mungkin
Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman dan
menghilangkan stress
d. Beri stimulasi sensori dan pengalihan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan kondisinya.
Rasional : Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder dari diare.
Tujuan : Panas pasien dapat teratasi
Intervensi :
a. Monitor suhu tiap 2 jam
Rasional : Untuk memngetahui perubahan suhu
b. Berikan kompres hangat
Rasional : Untuk menurunkan suhu dan memberikan rasa
nyaman
c. Pemberian obat antipiretik sesuai indikasi
Rasional :Untuk menurunkan panas
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius.
Mubin, Halim. 2006. I lmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Suriadi, dan Rita Yuliani. 2005. Asuhan Keperawatan Pada Anak,
Jakarta : EGC.
Wong, Donna. L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4
Jakarta : EGC.