Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BAHAN ELEKTRIK

Oleh:
MUHAMMAD MUNIR (103224205)



Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
2014
A. Sifat Fisis Material
Sifat fisis adalah cara material dalam merespon berbagai bentuk energi dari luar
seperti medan gaya (gravitasi, listrik, magnetik), radiasi elektromagnetik (panas, cahaya,
sinar-X), partikel energi tinggi. Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga
sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat tersebut adalah:
Sifat mekanik
Sifat fisik
Sifat teknologi
1. Sifat mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai
respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa
gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada
material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara
keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh
fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian
mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test),
dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan
dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen.
Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis,
komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada
material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen.
Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan,
kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur,
kekeuatan leleh dan sebagainya.

2. Sifat fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat
fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh
pembebanan seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik
yang lebih mengarah pada struktur material. Sifat fisik material antara lain :
temperatur cair, konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik
dapat diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya
perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan dan pengembangan material
bahkan penemuan material baru.
3. Sifat teknologi
Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat
teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan
kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan
pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat
dengan proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat
mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri dari
sifat mekanik yang merupakan sifat material terhadap pengaruh yang berasal dari
luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh
material itu sendiri.

B. Kerapatan
Massa jenis atau kerapatan ( ) zat merupakan karakteristik mendasar yang
dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume zat itu,
sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya.
Namun, nilai kerapatan tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya.
Kerapatan zat, kecil perubahannya terhadap perubahan suhu.
=m/V
Dimana: =Massa jenis zat (kg/m
3
)
m=Massa zat (kg)
V=Volume zat (m
3
)

KERAPATAN BENDA PADAT TEGAR (SOLID BODY)
Kerapatan benda padat tegar yang berbentuk balok dapat ditentukan dengan
mengukur massa, panjang, lebar dan tinggi (tebal) benda tersebut. Besar kerapatannya
diberikan oleh:
=m/p.l.t
Sedangkan kerapatan silinder ditentukan melalui rumus
=4m/d
2
t
dengan t adalah tinggi silinder.

KERAPATAN BENDA PADAT BERBUTIR
Tepung, pasir, kapur, semen, dan sebagainya kurang akurat jika kerapatannya
ditentukan dengan menimbang massa dan mengukur volume yang dibentuknya
secara langsung. Karena kemungkinan ada celah-celah di antara butiran-butirannya
yang ditempati udara. Pengukuran akan lebih akurat jika menggunakan piknometer,
dan besar kerapatannya ditentukan dengan rumus:
=(m
3
m
1
)/ (m
2
m
1
) - (m
4
m
3
)
dimana:
m1 = massa piknometer kosong beserta tutupnya.
m2 = massa piknometer penuh air beserta tutupnya.
m3 = massa piknometer berisi pasir beserta tutupnya.
m4 = massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta
tutupnya.

KERAPATAN ZAT CAIR (FLUIDA)
Cara yang paling mudah menentukan kerapatan zat cair adalah dengan
mengukur massa dan volumenya dalam gelas ukur. Zat cair, seperti spiritus juga
dapat ditentukan massa jenisnya dengan menggunakan piknometer. Selain dengan
dua metode itu, kerapatan zat cair juga dapat ditentukan dengan neraca Mohr.
Prinsip dasar yang digunakan pada neraca Mohr adalah hukum Archimedes
dan syarat kesetimbangan Newton. Lengan neraca dibagi dalam 10 bagian sama
panjang, beban-beban yang digantungkan (penunggang) mempunyai perbandingan
massa 1; 0,1; 0,01; 0,001, beban yang terbesar 5 gr. Benda celup digantungkan pada
ujung lengan neraca, volume benda celup 5 cc. Terhadap titik tumpu O, dalam
keadaan neraca seimbang (EG horisontal), jumlah momen gaya-gayanya adalah nol.
(momen gaya) = 0
(w . l) F . 10 = 0
(m . g . l) - . V . g . 10 = 0
(m . l) = 10 . . V
Sehingga nilai kerapatan fluida dapat ditentukan melalui rumus:
= (m
i
. l
i
)/10V
dengan m adalah massa beban yang digantung pada lengan neraca dan terletak pada
bagian lengan l, sedang V merupakan volume benda celup yang besarnya 5 cc, dan
adalah massa jenis zat cair.

C. Sifat termal material
1. Kapasitas panas spesifik
Kapasitas panas spesifik adalah Kuantitas panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1gram senyawa sebesar 1K[J/(gK)]. Kuantitas dari panas yang ditransfer
dari atau ke suatu obyek jika terjadi perubahan temperatur akan tergantung dari tiga
hal :
kuantitas material
Tingkat perubahan temperatur
Jenis material
Kuantitas panas yang berpindah dari atau menuju suatu obyek dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
C = q/T
dimana:
C = kapasitas panas spesifik [J/K]
q = panas yang ditransfer(J)
T = Perubahantemperatur(K) [T = T
final
T
initial
]



2. kurva panas dan transformasi
Sifat mekanis dari suatu material dapat diperoleh sebagai hasil dari fasa
transformasi yang menggunakan proses perlakuan panas yang tepat. Pengembangan
struktur mikro dengan menggunakan fasa transformasi, baik dalam paduan fasa
tunggal dan dua fasa, melibatkan perubahan dalam jumlah dan karakter dari fasa. Fasa
transformasi membutuhkan waktu dan memungkinkan penentuan tingkat transformasi
atau kinetika/kinetics. Fasa transformasi mengubah struktur mikro dan dibedakan
menjadi tiga kelas, yaitu:
Difusi yang tergantung pada transformasi dengan tidak mengubah jumlah dan
komposisi fasa (pemadatan logam murni, transformasi allotropic, dll).
Difusi yang tergantung pada transformasi dengan perubahan jumlah dan
komposisi fase (reaksi eutectoid).
Difusi transformasi (transformasi martensitic dalam paduan baja).
Transformasi (pembentukan fasa baru dengan komposisi dan struktur berbeda) yang
melibatkan difusi tergantung pada waktu. Waktu juga diperlukan untuk
meningkatkan energi yang terkait dengan batas-batas fasa antara fasa induk dan fasa
produk. Nukleasi, (pertumbuhan inti), pembentukan butir dan batas butir serta
pembentukan kesetimbangan membutuhkan waktu. Sehingga laju transformasi
(kemajuan transformasi) adalah fungsi waktu. Dalam penelitian kinetik, selesainya
reaksi dari fraksi diukur sebagai fungsi dari waktu yang konstan (t). Kemajuan
transformasi dapat diukur dengan pemeriksaan mikroskopis atau mengukur sifat
fisik (misalnya, konduktivitas). Data yang diperoleh digambarkan sebagai bagian
kecil dari transformasi terhadap logaritma waktu.
Tahap transformasi membutuhkan dua proses: nukleasi (pembentukan inti) dan
pertumbuhan. Nukleasi melibatkan pembentukan partikel yang sangat kecil, atau
inti (misalnya, batas butir, cacat). Hal ini mirip dengan hujan terjadi ketika
molekul air mengembun di sekitar partikel debu. Selama pertumbuhan, inti tumbuh
dalam ukuran dengan mengorbankan materi sekitarnya. Gambar 1.1 berikut akan
memperlihatkan ketergantungan reaksi fraksi dengan waktu dan suhu dari
transformasi pemadatan.

Gambar 1.1 Reaksi Fraksi Transformasi Pemadatan
Berbanding Logaritma Waktu Pada Suhu Konstan

D. Difusi dan Hukum Difusi
Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui materi lain. Transfer
materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh agitasi thermal.
Walaupun sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak tanpa arah tertentu, namun
secara keseluruhan ada arah neto dimana entropi akan meningkat. Difusi merupakan
proses irreversible. Proses difusi yang terjadi di dalam benda padat dasarnya merupakan
loncatan atom-atom dari suatu posisi tertentu didalam strukturnya, menuju posisi yang
berdekatan padanya.

E. Mekanisme difusi
Mekanisme yang terjadi adalah mekanisme interstisi dan substitusi. Pada proses Hot
Dip Gancanizing, pembentukan dan pertumbuhan lapisan zengnya merupakan proses
difusi dengan mekanisme kekosongan (vacancy). Prinsip mekanisme kekosongan adalah
jika suatu atom mengisi kekosongan yang terdapat pada susunan atom-atomnya, maka
akan terjadi kekosongan baru pada susunan atom tersebut (gambar 1.2)

Gambar 1.2 . Skema mekanisme difusi kekosongan (vacancy)
Kekosongan (vacancy) baru ini dapat diisi oleh atom lain yang letaknya berdekatan
dengan lubang yang ditinggalkan oleh atom pertama. Gerakan keseluruhan dari atom-
atom tadi disebut sebagai difusi dengan mekanisme kekosongan. Hal ini dapat disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Terdapat kekosongan atau cacat kristal pada sisi kristalnya.
2. Memiliki energi aktifasi yang cukup.
3. Fraksi jari-jari atom, di mana perbedaan antara ukuran atom terlarut dan pelarut
adalah kurang dari 15 %.
Pada peristiwa dufusi, berlaku hukum Ficks I dan ficks II yang dijelaskan sebagai
berikut:
Hukum Ficks I
Hukum ini berbunyi: laju difusi berbanding lurus dengan gradien
konsentrasinya. Kondisi dari hukum ini adalah tanpa adanya perubahan
konsentrasi akibat pengaruh waktu difusi, sehingga pemakaian terbatas pada
difusi steady state (dengan konsentrasi yang dianggap sama pada setiap posisi),
atau dc/dt=0.
J= -D. dc/dt
Dimana J = bayaknya atom yang terdifusi
D= Koefisien difusi (m
2
/s)
dc/dt= gradien konsentrasi
Hukum Ficks II
Hukum Ficks II berbunyi sebagai berikut: laju difusi tidak hanya tergantung
pada gradien konsentrasi saja, tetapi juga dengan waktu.
dc/dt=D.d
2
c/dx
2

dengan dc/dt = perubahan konsentrasi persatuan waktu

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Difusi
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses difusi, diantanya sebagai
berikut:
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
5. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Anda mungkin juga menyukai