i
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
Assalamualaikum Wr. Wb.
Banyak cara yang ditempuh suatu negara dalam menarik investasi
sebagai salah satu penggiat roda ekonomi. Kemudahan perizinan,
kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur, dan kebijakan fiskal
sering menjadi faktor pertimbangan para investor sebelum
memutuskan investasi yang akan dilakukan.
Kebijakan fiskal yang ditransformasikan dalam seperangkat
peraturan perpajakan yang pro-investasi dapat menjadi salah satu
medium penarik investor. Hal ini disebabkan penarikan pajak yang
tinggi dan eksesif dapat mengurangi kemampuan ekonomis
investor bahkan membuat investor mencari alternatif negara lain
untuk berinvestasi, sehingga tidak memberikan efek multiplier bagi
perekonomian nasional.
Berkenaan dengan hal tersebut, Indonesia, seperti layaknya
negara lain, terus berusaha menjadikan tarif perpajakannya kian
menarik dan kompetitif. Hal ini telah diwujudkan salah satunya
melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari
sebelumnya 28% sebagaimana yang diamanatkan Pasal 17 ayat
(2a) Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008.
Selain penurunan tarif pajak dalam ketentuan UU PPh, Indonesia
juga menawarkan berbagai fasilitas perpajakan antara lain
penurunan tarif bagi perusahaan terbuka, tax holiday, investment
allowance, dan fasilitas lainnya yang tersebar dalam Undang
Undang PPh maupun aturan pelaksanaannya.
Dengan berbagai paket fasilitas dan insentif perpajakan yang
ditawarkan, diharapkan geliat investasi di tanah air akan semakin
semarak. Hal ini juga mengingat berbagai fakta menggembirakan
seperti peningkatan credit rating Indonesia, performa bursa saham
yang cemerlang, serta Indonesia menjadi satu dari sedikit negara
yang pertumbuhan ekonominya tetap positif di tengah krisis
ekonomi dunia 2008.
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
ii
Terlepas dari berbagai fasilitas perpajakan dan kinerja yang diraih
Indonesia, karakteristik Indonesia yang unik turut menawarkan
berbagai advantage bagi dunia investasi dan
keberlangsungannya.
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, diapit oleh dua benua, serta dianugerahi kekayaan sumber
daya alam yang melimpah, menawarkan comparative
advantage tersendiri. Potensi gas alam, panas bumi, dan sumber
energi terbarukan lainnya, serta perikanan, dan pariwisata,
merupakan sedikit dari banyak sektor yang dapat dipilih oleh
calon investor.
Dari segi competitive advantage, Indonesia, sebuah negara
berpenduduk 240 juta jiwa dengan pertumbuhan kelas menengah
yang signifikan, merupakan pasar yang sangat menjanjikan.
Kondisi sosio-demografis tersebut juga menawarkan ketersediaan
professional labour maupun skilled labour yang andal dan
berkesinambungan bagi investasi pada industri manufaktur
maupun berbasis high-technology.
Kini, buku di tangan Anda berusaha menyediakan informasi
mengenai berbagai insentif dan fasilitas di bidang Pajak
Penghasilan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu
Wajib Pajak, khususnya Anda para investor dan calon investor
yang hendak berinvestasi di Indonesia dengan segala
keuntungannya.
Pada akhirnya, terima kasih dan penghargaan yang tulus saya
sampaikan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan buku ini, serta agar tetap bersemangat dan
melanjutkan kerja kerasnya dalam berkarya untuk Republik
Indonesia yang kita cintai. Kepada Anda para Wajib Pajak dan
Investor, saya ucapkan terima kasih telah turut membangun
bangsa dan selamat berinvestasi di Indonesia.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Semoga Allah SWT selalu memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua.
Jakarta, Februari 2012
Direktur Jenderal Pajak
A. Fuad Rahmany
NIP 195411111981121001
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
iii
KATA PENGANTAR
Insentif dan fasilitas perpajakan merupakan satu dari banyak
upaya yang ditawarkan banyak negara untuk menarik minat
investor terutama investasi yang memiliki efek multiplier yang
signifikan bagi perekonomian nasional. Investasi diharapkan dapat
membawa teknologi baru, menggerakkan sektor yang belum
terolah secara maksimal ataupun sektor dan daerah tertentu yang
menjadi prioritas nasional, membuka lapangan pekerjaan, dan
pada akhirnya turut menambah kontribusi dalam meningkatkan
pendapatan nasional dan kemandirian bangsa.
Insentif dan fasilitas seharusnya bersifat dinamis mengikuti
perkembangan ekonomi nasional, regional, maupun pengaruh
dari perekonomian global. Salah satu prinsip yang harus selalu
dianut dalam formulasi dan penerapan fasilitas dan insentif
perpajakan adalah perlakuan yang sama terhadap semua Wajib
Pajak atau terhadap kasus-kasus dalam bidang perpajakan yang
hakikatnya sama serta harus mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Namun demikian, selama ini harus diakui banyak investor yang
belum mengetahui berbagai fasilitas dan investasi perpajakan di
tanah air, mengingat peraturan terkait insentif dan fasilitas
perpajakan bersifat dinamis dan terus berkembang. Untuk itu, buku
yang ada dihadapan Saudara hadir sebagai salah satu langkah
dari usaha sinergis dan komprehensif Direktorat Jenderal Pajak di
dalam mengajak Wajib Pajak, investor, dan calon investor agar
dapat memahami dan pada akhirnya memanfaatkan fasilitas dan
insentif yang ada.
Buku ini juga dibuat dalam versi bahasa Inggris agar para calon
investor dari berbagai negara dapat mengetahui berbagai insentif
dan fasilitas pajak penghasilan di Indonesia yang sangat atraktif
dan kompetitif, sehingga diharapkan Indonesia menjadi salah satu
negara tujuan utama para investor global.
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
iv
Format buku ini dirancang secara sederhana, tanpa mengurangi
substansi informasi yang diperlukan dan diharapkan dapat
menjadi referensi yang mudah dipahami tentang berbagai fasilitas
dan insentif yang telah diformulasikan. Setiap bentuk insentif dan
fasilitas yang disajikan dalam buku ini menginformasikan latar
belakang, bentuk insentif dan fasilitas, persyaratan bagi Wajib
Pajak yang berhak memanfaatkan, serta prosedur untuk
memanfaatkan insentif dan fasilitas pajak penghasilan.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih pada jajaran
Direktorat Jenderal Pajak, khususnya Direktur Jenderal Pajak yang
telah berkenan memberi sepatah kata pada buku ini dan juga
penghargaan yang tulus bagi rekan-rekan di Direktorat Peraturan
Perpajakan II, khususnya Subdirektorat Peraturan PPh Badan yang
telah merealisasikan buku ini menjadi sebuah panduan sederhana
yang kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Semoga
upaya yang telah dilakukan ini dapat memberi kontribusi dalam
membawa Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, Februari 2012
Direktur Peraturan Perpajakan II
A. Sjarifuddin Alsah
NIP 060044664
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
v
DAFTAR ISI
NO. J U D U L HALAMAN
Sambutan Direktur Jenderal Pajak
i
Kata Pengantar
iii
Daftar isi
v
A. PAJAK PENGHASILAN BADAN
A-1 Tax Holiday untuk Industri Pionir 1
A-2
Investment Allowance untuk Penanaman Modal
Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu
5
A-3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 8
A-4 Pernurunan Tarif PPh bagi Perseroan Terbuka 9
A-5 Pengurangan 50% Tarif PPh bagi Wajib Pajak Badan 11
A-6
Fasilitas untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan
13
A-7
Fasilitas dalam Rangka Merger atau Pemekaran
Usaha
16
A-8 Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh 18
A-9
Bantuan/Santunan yang Dibayarkan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Dikecualikan dari
Objek PPh
20
A-10
Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang
Dikecualikan dari Objek PPh
22
A-11
Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang
Dikecualikan dari Objek PPh
24
A-12
Keuntungan karena Pembebasan Utang Debitur Kecil
Dikecualikan dari Objek Pajak
26
A-13
Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang Dikecualikan
sebagai Objek PPh
28
A-14
Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya
30
A-15
Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya
32
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
vi
A-16 Fasilitas PPh atas Sumbangan Bencana Alam Provinsi
NAD dan Sumut
34
A-17 Fasilitas PPh untuk Percepatan Penanganan Bencana
Alam di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi
Sumatera Utara
37
A-18 Fasilitas PPh atas Bantuan Bencana Alam Gempa
Bumi di Provinsi DIY dan Sebagian Provinsi Jawa
Tengah serta Gempa Bumi dan Tsunami di Pesisir
Pantai Selatan Pulau Jawa
39
A-19 Sumbangan yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto
41
A-20 Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata Tidak
Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto
43
A-21 Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah dan
Pinjaman Luar Negeri
45
A-22 Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk Subjek
PPh
47
A-23 Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat
Dibebankan sebagai Biaya
50
A-24 Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan
Angsuran Pembayarannya
52
A-25 Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit Non-
Performing oleh Bank
55
A-26 Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan
Berupa Keuntungan Karena Pembebasan Utang
yang Diperoleh Debitur Tertentu
57
A-27 Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan dari
Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau
Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu
59
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
vii
B. PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
B-1 WP Tertentu Tidak Wajib Lapor SPT 61
B-2 Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 63
C. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
C-1 PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah bagi
Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para
Pensiunan
65
C-2 Kantor Perwakilan Negara Asing dan Organisasi
Internasional yang Tidak Berkewajiban Memotong
PPh Pasal 21/26
67
C-3 Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih
Rendah dan Bersifat Final
69
C-4 PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan
Pegawai Tidak Tetap Lainnya
71
D. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
D-1 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor
dan Kegiatan Lain
73
E. PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
E-1 Pengecualian Pemotongan PPh atas Bunga Deposito
dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
78
E-2 Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4)
(Branch Profit Tax)
80
E-3 Pengecualian dari Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh oleh Pihak Lain
82
E-4 Pengecualian dari Pemotongan PPh Final atas Bunga
Obligasi
84
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
viii
DAFTAR SINGKATAN 86
DAFTAR PERATURAN 88
A. UNDANG-UNDANG (UU) 88
B. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) 88
C. PERATURAN PEMERINTAH (PP) 90
D. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
(KMK)/PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)
91
E. KEPUTUSAN/PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK 95
F. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE) 97
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
1
A-1. Tax Holiday untuk Industri Pionir
Penanaman modal mempunyai peran penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkelanjutan serta meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional. Untuk mendorong investasi di Indonesia,
Pemerintah Indonesia melalui kebijakan fiskalnya memberikan
fasilitas di bidang perpajakan berupa tax holiday bagi industri
pionir yang diberikan lebih promotif dibandingkan dengan fasilitas
yang diberikan oleh negara lain.
Wajib Pajak (WP) badan baru atau yang berdiri paling lama
12 bulan sebelum 15 Agustus 2011, dengan syarat:
a. merupakan industri pionir, yaitu Industri logam dasar,
pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik
yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam,
permesinan, sumberdaya terbarukan, dan/atau peralatan
komunikasi;
b. investasi minimal Rp1 Triliun;
c. menempatkan dana di perbankan Indonesia minimal 10%
dari total rencana investasi.
Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing
industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha
tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas
untuk industri pionir lainnya
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
2
\
- Permohonan WP kepada Menteri Perindustrian atau
Kepala BKPM untuk dilakukan penelitian mengenai:
a. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;
b. penyerapan tenaga kerja domestik;
c. pemenuhan kriteria industri pionir;
d. rencana tahapan alih teknologi;
e. ketentuan tax sparing di negara domisili.
- Berdasarkan penelitian tersebut, permohonan WP akan
diteruskan kepada Menteri Keuangan.
- Apabila disetujui, Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian fasilitas akan diterbitkan.
Prosedur
- Pembebasan PPh Badan (tax holiday) 5 s.d 10 Tahun, sejak
dimulainya produksi komersial.
- Pengurangan PPh Badan 50% selama 2 tahun setelah
periode tax holiday.
- Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing
industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha
tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas
dengan jangka waktu lebih panjang.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
3
- WP wajib menyampaikan Laporan berkala kepada DJP
dan Komite Verifikasi mengenai:
a. penggunaan dana triwulanan dilampiri rekening koran;
dan
b. realisasi penanaman modal triwulanan (tidak wajib
audit) dan laporan tahunan yang diaudit.
- WP dapat memanfaatkan tax holiday apabila:
a. seluruh penanaman modal telah direalisasikan; dan
b. telah berproduksi secara komersial (SMB).
Untuk penetapan SMB, WP mengajukan permohonan ke
Dirjen Pajak, dengan melampirkan:
a. fotokopi akta pendirian;
b. fotokopi keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian fasilitas tax holiday;
c. laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit;
d. surat kuasa khusus dalam hal permohonan
disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak; dan
e. dokumen terkait transaksi penjualan hasil produksi
minimal terdiri dari faktur penjualan, faktur pajak, dan
bukti pengiriman barang.
Kewajiban WP
Pemanfaatan
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
4
\
- PP 94/2010
- PMK-130/PMK.011/2011
- PER-44/PJ/2011
- PER-45/PJ/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
5
A-2. Investment Allowance untuk Penanaman Modal
Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu
Dalam rangka lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung
guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk
pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan,
perlu diberikan insentif PPh bagi WP yang melakukan kegiatan
usaha di bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu.
- WP badan berbentuk PT atau koperasi yang melakukan
penanaman modal pada:
a. 52 bidang usaha pada Lampiran I atau;
b. 77 bidang usaha di daerah tertentu pada Lampiran II
dalam PP 52/2011
- WP sebagaimana dimaksud di atas termasuk WP yang
telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya
PP Nomor 52 Tahun 2011, dengan syarat:
a. rencana penanaman modal minimal Rp1 Triliun; dan
b. belum beroperasi secara komersial pada saat PP
52/2011 berlaku.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
6
\
- Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman Modal
yang dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar
5%;
- Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
- Tarif PPh 10% atas dividen kepada Subjek Pajak Luar
Negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan
- Kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:
a. penanaman modal di kawasan industri dan kawasan
berikat;
b. tenaga kerja Indonesia minimal 500 orang selama 5
tahun berturut-turut;
c. pengeluaran infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi
usaha minimal Rp10 miliar;
d. biaya litbang di dalam negeri untuk pengembangan
atau efisiensi produk minimal 5% dari investasi dalam
jangka waktu 5 tahun; dan/atau
e. menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil
produksi dalam negeri minimal 70% sejak tahun ke-4.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
7
- Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala
BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri
Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:
a. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. izin prinsip penanaman modal baru atau perluasan,
termasuk rinciannya.
- Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk
kemudian diterbitkan keputusan mengenai
pemberian/penolakan dalam waktu selambatnya 10 hari
kerja setelah usulan diterima.
Fasilitas dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan
rencana penanaman modal minimal 80%, kecuali bagi WP
yang telah mendapat fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau
PP 62/2008
Prosedur
- Pasal 31A UU PPh
- PP 1/2007 s.t.d.t.d. PP 52/2011
- PMK-16/PMK.03/2007
- PER-67/PJ./2007
- SE-16/PJ/2007
Referensi
Pemanfaatan
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
8
\
A-3. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di
wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan
ekonomi nasional, perlu diberikan insentif pajak guna mendukung
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
- Fasilitas Pajak Penghasilan;
- Tambahan fasilitas PPh dapat diberikan sesuai karakteristik
Zona;
- Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa tidak
dipungut PPh impor.
Bentuk Fasilitas
UU No. 39 Tahun 2009
Referensi
WP yang melakukan kegiatan di Kawasan Ekonomi Khusus
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
9
A-4. Penurunan Tarif PPh
bagi Perseroan Terbuka
Dalam rangka meningkatkan peranan pasar modal sebagai
sumber pembiayaan dunia usaha dan untuk mendorong
peningkatan jumlah perseroan terbuka serta peningkatan
kepemilikan publik pada perseroaan terbuka, diperlukan fasilitas
PPh bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan
Terbuka.
WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka,
dengan syarat:
a. Minimal 40% dari keseluruhan saham disetor dan
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
b. Saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 pihak;
c. Masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang
dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor; dan
d. Ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam waktu minimal
6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak.
Yang Berhak
Penurunan tarif PPh sebesar 5% lebih rendah dari tarif
tertinggi PPh WP badan dalam negeri sebagaimana diatur
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
10
\
- Pasal 17 ayat (2b) UU PPh
- PP 81/2007
- PMK-238/PMK.03/2008
- SE-42/PJ/2009
Referensi
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada
saat penyampaian SPT PPh WP badan, yaitu dengan:
a. Melampirkan surat keterangan dari Biro Administrasi Efek
berupa formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap
tahun pajak terkait;
b. Mencantumkan nama WP, NPWP, Tahun Pajak, serta
menyatakan bahwa ketentuan tersebut dipenuhi dalam
waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun
pajak.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
11
A-5. Pengurangan 50% Tarif PPh
bagi Wajib Pajak Badan
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang didukung
oleh pelaku usaha kecil dan menengah, diperlukan insentif PPh
berupa pengurangan tarif PPh kepada pelaku usaha dengan
skala usaha yang terbatas.
- WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp50 Miliar.
- Peredaran bruto dalam hal ini, yaitu penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, meliputi:
a. Penghasilan yang dikenai PPh bersifat final;
b. Penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final; dan
c. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
Yang Berhak
Pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif WP badan dalam
negeri yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4,8 Miliar.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
12
\
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh WP badan.
Dengan demikian, WP tidak perlu menyampaikan
permohonan fasilitas.
Prosedur
- Pasal 31E UU PPh
- SE-66/PJ/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
13
A-6. Fasilitas untuk
Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
Dengan semakin berkurangnya cadangan energi yang berasal
dari fosil, maka diperlukan inovasi penggunaan energi terbarukan
untuk menjamin tersedianya pasokan energi yang berkelanjutan.
Indonesia sangat berpotensi untuk memanfaatkan energi
terbarukan seperti panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu
lapisan laut. Oleh karena itu, insentif Pajak Penghasilan diperlukan
untuk mendukung pemanfaatan sumber energi terbarukan yang
memerlukan investasi yang sarat teknologi serta memiliki risiko
yang tinggi.
WP yang melakukan kegiatan pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
14
\
- Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman
Modal, selama 6 tahun.
- penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
- tarif PPh 10% atas dividen kepada subjek pajak luar
negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan
- kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:
a. tambahan 1 tahun: penanaman modal di kawasan
industri dan kawasan berikat;
b. tambahan 1 tahun: tenaga kerja Indonesia minimal
500 orang selama 5 tahun berturut-turut;
c. tambahan 1 tahun: pengeluaran infrastruktur
ekonomi dan sosial di lokasi usaha minimal Rp10
Miliar;
d. tambahan 1 tahun: biaya litbang di dalam negeri
untuk pengembangan atau efisiensi produk minimal
5% dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun;
dan/atau
e. tambahan 1 tahun: menggunakan bahan baku
dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri
minimal 70% sejak tahun ke-4.
- Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor atas
impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk
suku cadang.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
15
PMK-21/PMK.011/2010
Referensi
- Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala
BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri
Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:
a. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. izin prinsip penanaman modal baru atau perluasan,
termasuk rinciannya.
- Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk
kemudian diterbitkan keputusan mengenai
pemberian/penolakan dalam waktu selambatnya 10 hari
kerja setelah usulan diterima.
Pemanfaatan
- Fasilitas investment allowance dapat dimanfaatkan
setelah WP merealisasikan rencana penanaman modal
minimal 80%, kecuali bagi WP yang telah mendapat
fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau PP 62/2008.
- Fasilitas Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor dimanfaatkan
secara otomatis tanpa menggunakan Surat Keterangan
Bebas (SKB).
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
16
\
A-7. Fasilitas dalam Rangka Merger
atau Pemekaran Usaha
Dalam rangka menyelaraskan kebijakan perpajakan dengan
kebijakan di bidang sosial, ekonomi, investasi, moneter, dan
kebijakan lainnya, Pemerintah memperbolehkan WP
menggunakan nilai buku pada saat pengalihan harta dalam
rangka merger atau pemekaran usaha dengan persyaratan
tertentu.
- WP yang melakukan pengalihan harta dalam rangka
merger atau pemekaran usaha.
- Merger yang diperbolehkan dalam hal ini meliputi:
a. penggabungan usaha dengan syarat salah satu badan
usaha tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai
sisa kerugian yang lebih kecil;
b. peleburan usaha dua atau lebih WP badan dengan
cara mendirikan badan usaha baru;
- Pemekaran usaha yang diperbolehkan dalam hal ini
meliputi pemekaran usaha oleh:
a. WP belum Go Public yang akan melakukan penawaran
umum perdana (Initial Public Offering); atau
b. WP Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil
pemekaran melakukan penawaran umum perdana.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
17
- Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan
merger dan pemekaran usaha paling lama 6 (enam)
bulan setelah tanggal efektif merger/pemekaran usaha;
- Melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang
terkait; dan
- Memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose
test).
- Melampirkan Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang
mengalihkan harta dan Laporan Keuangan dari Wajib
Pajak yang menerima harta khususnya untuk tahun pajak
dilakukannya pengalihan harta yang diaudit oleh akuntan
publik.
Prosedur
WP yang melakukan merger atau spin-off tersebut
diperbolehkan untuk menggunakan nilai buku pada saat
pengalihan harta.
Bentuk Fasilitas
- Pasal 10 ayat (3) UU PPh
- PMK-43/PMK.03/2008
- PER-28/PJ/2008
- SE-45/PJ/2008
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
18
\
A-8. Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh
Untuk mengoptimalkan penggunaan dana beasiswa oleh
penerima yang menjalankan pendidikan formal dan/atau
pendidikan nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri,
diperlukan insentif fiskal yang turut mendukung peningkatan
kualitas rakyat Indonesia dengan dikecualikannya beasiswa yang
memenuhi persyaratan tertentu dari objek Pajak Penghasilan.
Warga Negara Indonesia yang menerima beasiswa dengan
syarat:
- untuk pendidikan formal dan/atau nonformal di dalam
negeri dan/atau di luar negeri;
- tidak memiliki hubungan istimewa dengan pemilik,
komisaris, direksi, atau pengurus WP pemberi beasiswa;
- komponen beasiswa dalam hal ini adalah tuition fee, biaya
ujian, biaya penelitian, biaya buku, dan/atau biaya hidup.
Yang Berhak
Beasiswa dikecualikan dari objek PPh
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
19
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
- PMK-246/PMK.03/2008 s.t.d.d. PMK-154/PMK.03/2009
-
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
20
\
A-9. Bantuan/Santunan yang Dibayarkan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Dikecualikan dari Objek PPh
Untuk memberikan keringanan bagi WP yang tidak mampu atau
sedang mendapat bencana alam atau tertimpa musibah,
diperlukan fasilitas pajak penghasilan berupa pengecualian
bantuan atau santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial sebagai objek PPh.
WP yang menerima bantuan/santunan dari:
- Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
- Persero Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
- Persero Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI);
- Persero Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES); dan/atau
- badan hukum lainnya yang dibentuk untuk
menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
21
- Pasal 4 ayat (3) huruf n UU PPh
- PMK-247/PMK.03/2008
Referensi
Bantuan/santunan yang diberikan kepada WP dan/atau
masyarakat yang:
a. hidup di bawah garis kemiskinan sesuai data dan
kriteria Biro Pusat Statistik;
b. sedang tertimpa bencana alam;
c. tertimpa kecelakaan yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya dan membahayakan atau mengancam
keselamatan jiwa.
dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan
Bentuk Fasilitas
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
22
\
A-10. Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang
Dikecualikan dari Objek PPh
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan, penelitian, dan pengembangan, diperlukan sarana
dan prasarana yang memadai. Pemerintah mendukung program
tersebut, salah satunya melalui pemberian fasilitas perpajakan
berupa pengecualian sisa lebih yang diterima atau diperoleh
oleh badan/lembaga nirlaba sebagai objek PPh.
Badan/lembaga nirlaba bergerak di bidang pendidikan
dan/atau litbang terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang menanamkan kembali sisa lebihnya
dalam bentuk sarana dan prasarana, meliputi:
a. gedung dan prasarana pendidikan, litbang, termasuk
pembelian tanah;
b. sarana/prasarana kantor, lab, dan perpustakaan;
c. asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen, atau
karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang
berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan
formal.
Sisa lebih dalam konteks ini adalah selisih dari seluruh
penerimaan yang merupakan objek PPh selain
penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, dikurangi
dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
23
Sisa lebih yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana/prasarana dikecualikan dari objek PPh paling lama
4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih.
Bentuk Fasilitas
- WP menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPP
tempat WP terdaftar mengenai:
a. rencana fisik sederhana, dan
b. rencana biaya pembangunan dan pengadaan.
- Pemberitahuan tersebut disampaikan:
a. pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh tahun pajak
diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama
sebelum pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana dimulai, dalam jangka waktu 4 tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut;
b. dengan tindasan/carbon copy kepada instansi yang
membidanginya.
Prosedur
- Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh
- PMK-80/PMK.03/2009
- PER-44/PJ./2009
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
24
\
A-11. Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang
Dikecualikan dari Objek PPh
Penanaman modal oleh dana pensiun dimaksudkan untuk
pengembangan dan merupakan dana yang akan dibayarkan
kembali kepada peserta pensiun di kemudian hari, sehingga
penanaman modal tersebut perlu diarahkan pada bidang-
bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang beresiko tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, penghasilan dana pensiun dari bidang-
bidang tertentu dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
Dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
Keuangan.
Yang Berhak
Pengecualian dari objek PPh atas penghasilan tertentu
dana pensiun sebagai berikut:
a. bunga, diskonto, imbalan dari deposito, sertifikat
deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia, serta
SBI;
b. bunga, diskonto, imbalan dari obligasi, obligasi syariah
(sukuk), Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat
Perbendaharaan Negara, pada bursa efek di Indonesia;
atau
c. dividen dari saham pada PT yang tercatat pada bursa
efek Indonesia.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
25
- Untuk dikecualikan dari pemotongan PPh atas bunga
deposito dan tabungan serta diskonto SBI, WP harus
mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
dengan syarat:
a. Permohonan SKB pertama kali diajukan paling lambat 14
hari kerja sebelum masa berlakunya SKB;
b. Pengajuan kembali SKB yang akan habis masa
berlakunya paling lambat 14 hari kerja sebelum habis
masa berlakunya;
c. Kepala KPP memberikan jawaban permohonan WP
paling lambat 7 hari kerja setelah permohonan WP; jika
tidak, permohonan WP dianggap diterima dan SKB
diterbitkan 3 hari kerja berikutnya;
d. Dana pensiun yang memperoleh SKB wajib
menyampaikan laporan investasi setiap semester pada
tanggal 30 bulan berikutnya setelah akhir semester yang
bersangkutan.
- Masa berlaku SKB meliputi periode 1 Maret s.d. 31 Agustus
dan 1 September s.d. 28 Februari.
Prosedur
- Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh
- PMK-234/PMK.03/2009
- PER-160/PJ/2005 s.t.d.t.d. PER-39/PJ/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
26
\
A-12. Keuntungan karena Pembebasan Utang
Debitur Kecil Dikecualikan dari Objek Pajak
Secara umum, pembebasan utang merupakan penghasilan bagi
penerima utang dan merupakan biaya yang boleh dibebankan
bagi pemberi utang. Namun, untuk membantu meringankan
beban pajak pengusaha kecil yang kesulitan menyelesaikan
utang kreditnya, diberikan fasilitas PPh berupa pengecualian atas
penghasilan dari pembebasan utang debitur kecil sebagai objek
PPh.
- Debitur Kecil yang mempunyai utang usaha berjumlah
tidak lebih dari Rp350 Juta termasuk:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);
b. Kredit Usaha Tani (KUT);
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS);
d. Kredit Usaha Kecil (KUK);
e. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan
BI dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
27
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan.
Prosedur
Keuntungan atas pembebasan utang Debitur Kecil
dikecualikan dari objek PPh
Bentuk Fasilitas
- Pasal 4 ayat (1) UU PPh
- PP 130/2000
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
28
\
A-13. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang
Dikecualikan sebagai Objek PPh
Secara umum, bantuan, sumbangan, dan hibah dapat dianggap
sebagai penghasilan yang dikenakan pajak. Namun demikian,
dalam hal-hal tertentu hibah, bantuan, dan sumbangan
dikecualikan dari objek PPh agar selaras dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
Pihak-pihak yang meliputi:
a. anggota keluarga, yaitu orang tua dan anak kandung;
b. badan keagamaan;
c. badan pendidikan;
d. badan sosial nirlaba tertentu; atau
e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
dengan batasan tertentu,
yang menerima bantuan, sumbangan, dan hibah
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
29
Hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima
dikecualikan dari objek PPh.
Bentuk Fasilitas
- Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4 UU PPh
- Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 UU PPh
- Pasal 8 PP 94/2010
- PMK-245/PMK.03/2008
Referensi
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
30
\
A-14. Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya
sebagai Biaya
Secara umum, pembentukan dana cadangan tidak dapat
dibebankan sebagai biaya. Namun demikian, pembentukan
dana cadangan oleh WP tertentu dapat dibebankan sebagai
biaya dengan syarat-syarat tertentu.
- Bank, dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahan anjak piutang;
- Asuransi dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
- Lembaga Penjamin Simpanan;
- WP pertambangan;
- WP di bidang usaha kehutanan; dan
- WP di bidang usaha pengolahan limbah industri.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
31
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment tanpa
perlu menyampaikan permohonan.
Prosedur
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh
dikurangkan sebagai biaya:
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan
badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna
usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
b. cadangan premi untuk usaha asuransi;
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin
Simpanan;
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha
kehutanan; dan
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan
limbah industri.
Bentuk Fasilitas
- Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh
- PMK-81/PMK.03/2009
- SE-97/PJ/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
32
\
A-15. Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya
Secara umum pengeluaran yang tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M) tidak
boleh dibebankan secara pajak. Pengeluaran tersebut termasuk
biaya-biaya guna keperluan pribadi yang tidak terkait dengan
3M. Namun demikian, mengingat dalam hal-hal tertentu
pemisahan antara biaya yang terkait dan tidak terkait dengan
3M sulit untuk dilakukan, maka perlu untuk memberikan
pengaturan atas pengeluaran tertentu antara lain atas biaya
pemakaian telepon seluler dan kendaraan perusahaan.
Wajib Pajak yang membebankan biaya telepon seluler dan
kendaraan perusahaan.
Yang Berhak
- Biaya terkait telepon seluler untuk pegawai tertentu:
a. Pembelian unit telepon seluler dapat dibebankan 50%
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I;
b. biaya pulsa dan perbaikan telepon seluler dapat
dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
33
- PMK-96/PMK.03/2009
- KEP-220/PJ./2002
- SE-09/PJ.42/2002
Referensi
- Biaya Kendaraan Perusahaan berupa:
a. bus, minibus/sejenis untuk antar-jemput para pegawai:
perolehan/perbaikan besar dapat dibebankan
seluruhnya melalui penyusutan kelompok II;
biaya pemeliharaan/perbaikan rutin dapat
dibebankan seluruhnya di tahun pajak bersangkutan.
b. sedan/sejenis untuk pegawai tertentu:
perolehan/ perbaikan besar dapat dibebankan
sebesar 50% melalui penyusutan kelompok II;
biaya pemeliharaan/perbaikan rutin
dapat dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
34
\
A-16. Fasilitas PPh atas Sumbangan
Bencana Alam Provinsi NAD dan Sumut
Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi bencana
alam tsunami dan gempa bumi di Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) dan Sumatera Utara (Sumut) pada Desember 2004 yaitu
dengan mendorong peran serta WP melalui pemberian insentif
fiskal berupa pajak yang ditanggung Pemerintah dan
diperbolehkannya pembebanan secara fiskal atas bantuan dan
sumbangan yang diberikan untuk para korban bencana. Insentif
tersebut diharapkan dapat menggiatkan para WP untuk menjadi
donatur serta meringankan para korban yang terkena musibah.
WP yang memberikan sumbangan bencana alam di Provinsi
NAD dan Sumut, yang terdiri dari:
- WP badan yang penghasilannya tidak dikenakan PPh final;
dan
- WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,
namun tidak termasuk WP OP yang penghasilannya
dikenakan PPh Final atau dihitung dengan norma
penghitungan penghasilan neto.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
35
- Fasilitas sumbangan yang dapat dibiayakan ini dapat
dimanfaatkan secara self-assesment melalui penyampaian
SPT PPh tahun pajak yang bersangkutan sepanjang
memenuhi persyaratan:
a. Sumbangan dicatat sebagai Sumbangan Bencana
Alam di Provinsi NAD dan Sumatra Utara;
b. Sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah
dan dapat diuji kebenarannya; dan
c. Sumbangan harus ditampung, disalurkan, dan/atau
dikelola oleh:
instansi pemerintah antara lain Kantor Wakil Presiden,
Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan,
dan Kementerian Keuangan
pihak-pihak lain, termasuk PMI, media massa cetak
dan elektronik dan organisasi sosial dan/atau
keagamaan;
- Instansi pemerintah atau pihak-pihak lain sebagai
penampung, penyalur, dan/atau pengelola sumbangan
harus mendaftarkan diri dan menyampaikan laporan ke
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Prosedur
Sumbangan bencana alam di Provinsi NAD dan Sumut
dapat dibiayakan secara fiskal dan PPh atas sumbangan
tersebut ditanggung oleh Pemerintah.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
36
\
- PMK-609/PMK.03/2004
- PMK-14/PMK.03/2005
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
37
A-17. Fasilitas PPh untuk Percepatan Penanganan
Bencana Alam di Provinsi NAD
dan Kepulauan Nias Provinsi Sumut
Untuk mempercepat pemulihan kondisi sosial ekonomi di daerah
bencana alam di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi
Sumut, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2007 yang
juga mengatur fasilitas PPh atas bantuan dan sumbangan yang
diberikan oleh WP.
- WP yang memberikan sumbangan bencana alam di
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumut, yang
terdiri dari:
a. WP badan yang penghasilannya tidak dikenakan PPh
final; dan
b. WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,
namun tidak termasuk WP OP yang penghasilannya
dikenakan PPh Final atau dihitung dengan norma
penghitungan penghasilan neto.
- Korban bencana alam Provinsi NAD dan Kepulauan Nias
Provinsi Sumut beserta ahli warisnya yang menerima
sumbangan bencana alam.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
38
\
PP 32/2007
*catatan:
PP ini berlaku sejak 1 Januari 2005 sampai dengan1 Mei 2009.
Referensi
- Sumbangan bencana alam di Provinsi NAD dan Sumut
Utara yang diberikan oleh WP dapat dibiayakan secara
fiskal
- Pajak Penghasilan tidak dikenakan atas:
a. Bantuan atau sumbangan berupa uang/barang,
tanah/bangunan yang diterima korban bencana alam;
atau
b. Warisan termasuk tabungan dan/atau deposito yang
diterima oleh ahli waris korban bencana.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
39
A-18. Fasilitas PPh atas
Bantuan Bencana Alam Gempa Bumi di Provinsi DIY
dan Sebagian Provinsi Jawa Tengah
serta Gempa Bumi dan Tsunami
di Pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa
Kerusakan parah akibat bencana alam gempa bumi di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian Provinsi Jawa
Tengah, serta gempa bumi dan tsunami di pesisir Pantai Selatan
Pulau Jawa pada pertengahan 2006 membutuhkan penanganan
yang cepat untuk pemulihannya. Pemulihan tersebut
memerlukan partisipasi dan kepedulian seluruh masyarakat, salah
satunya melalui bantuan dan sumbangan yang diberikan oleh
WP. Pemerintah mendukung partisipasi tersebut dengan
memberikan insentif fiskal berupa diperbolehkannya bantuan dan
sumbangan tersebut dibiayakan secara fiskal.
WP yang memberikan sumbangan dalam rangka bantuan
kemanusiaan bencana alam gempa bumi di Provinsi DIY
dan sebagian Provinsi Jawa Tengah yang terjadi pada
tanggal 27 Mei 2006 serta gempa bumi dan tsunami di
pesisir pantai selatan Pulau Jawa pada tanggal 17 Juli 2006
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
40
\
PMK-93/PMK.03/2006
Referensi
Sumbangan atas bencana alam tersebut dapat dibiayakan
Bentuk Fasilitas
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment.
Dengan demikian, WP tidak perlu menyampaikan
permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
41
A-19. Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
Untuk meningkatkan peran serta WP dalam berkontribusi untuk
penanggulangan bencana nasional, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengembangan pendidikan,
pembinaan olahraga, dan turut serta membantu pemerintah
dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur sosial di
Indonesia, maka pengeluaran WP untuk kontribusi tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
WP yang memberikan:
a. sumbangan bencana nasional;
b. sumbangan untuk litbang di Indonesia;
c. sumbangan fasilitas pendidikan;
d. sumbangan pembinaan olahraga; dan
e. biaya pembangunan infrastruktur sosial
sepanjang memenuhi kriteria:
a. berdasarkan SPT PPh WP untuk Tahun Pajak sebelumnya
terdapat penghasilan neto fiskal;
b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak
menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan
diberikan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
42
\
WP wajib melampirkan bukti penerimaan sumbangan/biaya
sesuai dengan lampiran PMK-76/PMK.03/2011 pada SPT
Tahunan PPh di tahun pajak pemberian sumbangan/biaya.
Prosedur
Sumbangan/biaya berikut dapat dibebankan secara fiskal:
a. Sumbangan bencana nasional, kepada badan
penanggulangan bencana atau lembaga atau pihak yang
telah mendapat izin;
b. Sumbangan untuk litbang di Indonesia, kepada lembaga
penelitian dan pengembangan;
c. Sumbangan fasilitas pendidikan, kepada lembaga
pendidikan;
d. Sumbangan pembinaan olahraga, kepada lembaga
pembinaan olah raga;
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial, dengan cara
membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan
umum dan bersifat nirlaba,
sepanjang total sumbangan/biaya tersebut tidak melebihi 5%
dari penghasilan neto fiskal tahun sebelumnya.
Bentuk Fasilitas
- PP 93/2010
- PMK-76/PMK.03/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
43
A-20. Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata
Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
Secara umum pengeluaran yang boleh dibebankan meliputi
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan (3M). Namun demikian, penghapusan piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih juga dapat dibebankan secara
fiskal sepanjang memenuhi persyaratan tertentu.
WP yang melakukan sepanjang memenuhi persyaratan:
a. telah dibebankan dalam laporan rugi laba komersial;
b. menyerahkan daftar piutang tersebut kepada DJP; dan
c. telah menyerahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang tersebut, atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau
adanya pengakuan debitur tentang penghapusan utang.
* Persyaratan pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada
debitur kecil (jumlah piutang s.d. Rp100 Juta untuk kredit
Kukesra, KUT, KPRSS, KUK, KUR) atau debitur kecilnya (jumlah
piutang s.d. Rp5 Juta).
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
44
\
Bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan WP harus
menyampaikan:
- daftar piutang tersebut (hardcopy/softcopy) yang
mencantumkan identitas debitur berupa nama, NPWP,
alamat, dan jumlah piutang; dan
- fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya; atau
- fotokopi perjanjian penghapusan piutang yang telah
dilegalisasi oleh notaris; atau
- fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau
penerbitan khusus; atau
- surat pengakuan dari debitur tentang penghapusan
utang.
Prosedur
Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dapat dibebankan secara fiskal sepanjang memenuhi
persyaratan
Bentuk Fasilitas
- Pasal 6 ayat (1)huruf h UU PPh
- PMK-105/PMK.03/2009 s.t.d.d. PMK-57/PMK.03/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
45
A-21. Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah
dan Pinjaman Luar Negeri
Bahwa dalam rangka pembangunan nasional dan pemulihan
kegiatan ekonomi serta kelangsungan pembiayaan proyek-
proyek pembangunan yang belum sepenuhnya dapat dibiayai
dari penerimaan dalam negeri, maka peranan dana bantuan
luar negeri baik berupa pinjaman luar negeri maupun hibah
masih diperlukan. Untuk itu, masih perlu diberikan pemberian
fasilitas berupa pajak penghasilan ditanggung oleh pemerintah
atas hibah atau dana pinjaman luar negeri. Namun demikian,
fasilitas hanya bersifat sementara dan akan dipertimbangkan
kembali sesuai dengan kemampuan pembiayaan dari sumber
dalam negeri dan perkembangan sosial ekonomi nasional.
Kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier) utama yang
berdasarkan kontrak melaksanakan proyek-proyek
Pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah dan atau
dana pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan
tenaga pelatih yang dibiayai dengan hibah luar negeri.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
46
\
PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier)
utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai
dengan dana hibah dan atau dana pinjaman luar negeri,
ditanggung oleh Pemerintah.
Bentuk Fasilitas
- PP 42/1995 s.t.d.t.d. PP 25/2001
- KMK-239/KMK.01/1996 s.t.d.t.d. KMK-486/KMK.04/2000
- KEP-526/PJ./2000
- SE-05/PJ.42/2001
Referensi
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment pada
saat penyampaian SPT PPh. Dengan demikian, WP tidak
perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
47
A-22. Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk
Subjek PPh
Peran organisasi internasional sebagai salah satu mitra
Pemerintah dalam menjalankan pembangunan di berbagai
bidang semakin penting seiring dengan perkembangan
globalisasi. Untuk memfasilitasi peran positif organisasi
internasional tersebut di Indonesia dan sesuai kelaziman
internasional, Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh mengatur bahwa
organisasi-organisasi internasional dan pejabat-pejabat
perwakilan organisasi internasional tidak termasuk sebagai Subjek
PPh.
- Organisasi internasional apabila memenuhi syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
pemberian pinjaman kepada Pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota.
- Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik
dan atau kebudayaan apabila memenuhi syarat:
a. kerjasama teknik tersebut memberi manfaat pada
Negara/Pemerintah Indonesia;
b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
48
\
Untuk dapat ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan sebagai organisasi internasional yang tidak
termasuk subjek pajak PPh, organisasi internasional
tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari Sekretariat
Negara dan memenuhi proses pendaftaran organisasi
internasional di Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, antara lain
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 37 Tahun 1999
tentang Hubungan Luar Negeri.
Prosedur
Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi
persyaratan tidak termasuk Subjek PPh.
Bentuk Fasilitas
- Pejabat-pejabat perwakilan dari organisasi internasional
apabila memenuhi syarat:
a. bukan Warga Negara Indonesia; dan
b. tidak menjalankan usaha/kegiatan/pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
* Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi
persyaratan harus ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan
Yang Berhak (lanjutan)
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
49
- Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh
- UU Nomor 37 Tahun 1999
- PMK-215/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-142/PMK.03/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
50
\
A-23. Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat
Dibebankan sebagai Biaya
Secara umum, pemberian natura dan kenikmatan tidak dapat
dibebankan secara fiskal bagi pemberi kerja dan bukan
merupakan objek pajak bagi pegawai yang menerimanya.
Namun, dalam rangka mendukung pengembangan daerah
terpencil, program keselamatan kerja dan pelaksanaan kerja
pegawai, pemberian natura dan kenikmatan tertentu kepada
pegawai dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja.
Pemberian natura dan kenikmatan dalam bentuk:
a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
b. sarana dan prasarana berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang belum tersedia di daerah tertentu; dan
c. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam
perkerjaan
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan
merupakan objek pajak bagi karyawan
Bentuk Fasilitas
WP pemberi kerja yang memberikan natura dan kenikmatan
tertentu bagi pegawainya;
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
51
- Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa:
a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
b. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam
pekerjaan.
dapat dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada
saat penyampaian SPT Tahunan PPh dan WP tidak perlu
menyampaikan permohonan fasilitas.
- Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa sarana dan
prasarana berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
belum tersedia di daerah tertentu, WP harus mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang
membawahi KPP tempat WP terdaftar untuk ditetapkan
sebagai WP di daerah tertentu, dengan mengisi formulir dan
melampirkan:
a. Fotokopi Surat Persetujuan penanaman modal dari BKPM;
b. Fotokopi peta lokasi;
c. Fotokopi laporan keuangan terakhir sebelum tahun
permohonan; dan
d. Pernyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan
sarana transportasi umum dengan menggunakan
formulir yang telah disediakan.
-
Prosedur
- Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh
- PMK-83/PMK.03/2009
- PER-51/PJ/2009
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
52
\
A-24. Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan
Angsuran Pembayarannya
Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan
kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan
kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat
mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar.
Dalam keadaan demikian, WP badan dalam negeri dan BUT
tertentu dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan dan pembayaran atas PPh
yang timbul dapat dilakukan dengan cara diangsur selama 12
(dua belas) bulan.
Selisih lebih revaluasi aktiva tetap di atas nilai sisa buku fiskal
dikenakan PPh Final 10% dan pembayarannya dapat diangsur
paling lama 12 bulan.
Bentuk Fasilitas
WP Badan dalam negeri dan BUT dapat melakukan
penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dengan syarat:
a. telah memenuhi semua kewajiban pajaknya s.d. masa
pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi;
b. tidak termasuk WP dengan izin pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
53
- Untuk dapat melakukan revaluasi aktiva tetap, WP harus
mengajukan permohonan kepada DJP melalui Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan mengisi formulir dan
melampirkan:
a. Fotokopi surat izin usaha jasa penilai atau ahli penilai
yang dilegalisir;
b. Laporan Penilaian oleh Perusahaan Jasa Penilai;
c. Daftar revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan;
d. Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum
revaluasi aktiva tetap.
- Ketentuan revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan
adalah sebagai berikut:
a. Revaluasi dilakukan terhadap seluruh aktiva berwujud
termasuk tanah atau tidak termasuk tanah;
b. Revaluasi tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat
5 tahun sejak revaluasi terakhir;
c. Revaluasi didasarkan pada nilai pasar atau nilai wajar
aktiva tetap dengan penilaian (appraisal) oleh jasa
penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari
pemerintah;
d. Revaluasi dilakukan selambatnya 1 tahun setelah
appraisal.
-
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
54
\
- Pasal 19 UU PPh
- PMK-79/PMK.03/2008
- PER-12/PJ./2009
- SE-56/PJ./2009
-
Referensi
- Untuk dapat mengangsur PPh final 10% atas selisih lebih
revaluasi aktiva tetap, WP mengajukan permohonan
angsuran kepada Kepala Kantor Wilayah DJP bersamaan
dengan permohonan revaluasi aktiva tetap.
- Permohonan angsuran disampaikan sesuai dengan
formulir dan melampirkan proyeksi arus kas yang
menunjukkan bahwa kondisi keuangan WP tidak
memungkinkan untuk melunasi sekaligus PPh Final 10%.
Prosedur (lanjutan)
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
55
A-25. Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit
Non-Performing oleh Bank
Perlakuan pajak atas penghasilan bank berupa bunga kredit non-
performing diatur khusus dalam rangka menunjang percepatan
proses restrukturisasi perbankan sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah dan adanya perubahan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan/PSAK nomor 31 tentang Akuntansi
Perbankan (revisi tahun 2000). Oleh karena itu, DJP menetapkan
saat pengakuan penghasilan bagi WP bank berupa penghasilan
bunga non-performing loan, yaitu pada saat penghasilan bunga
tersebut diterima.
Wajib Pajak Bank
- Penghasilan bank berupa bunga kredit non-performing
diakui pada saat penghasilan bunga tersebut diterima
oleh bank (cash basis).
- Dalam hal bank membukukan penerimaan bunga kredit
non-performing sebagai pengurang pokok kredit, saat
pengakuan penghasilan ditunda hingga saat diterimanya
penghasilan bunga setelah pelunasan pokok kredit.
Bentuk Fasilitas
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
56
\
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh badan
dengan melampirkan formulir daftar debitur yang
kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan
macet yang memuat:
a. Nomor urut;
b. Nama debitur;
c. NPWP;
d. Jumlah kredit non-performing loan yang digolongkan
kurang lancar, diragukan, dan macet;
e. Jumlah bunga accrual yang belum diakui sebagai
penghasilan dalam laporan keuangan.
Prosedur
- KEP-184/PJ./2002
- SE-08/PJ.42/2002
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
57
A-26. Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan
Berupa Keuntungan karena Pembebasan Utang
yang Diperoleh Debitur Tertentu
Dalam rangka menyelaraskan kebijakan ekonomi dan kebijakan
perpajakan akibat krisis moneter tahun 2008, Pemerintah
memberikan fasilitas perpajakan terkait pengalokasian
pengakuan penghasilan atas keuntungan pembebasan utang
usaha bagi Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian
restrukturisasi utang usaha dengan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah dalam
jangka waktu paling lama 5 tahun
Saat pengakuan penghasilan atas keuntungan karena
pembebasan utang dapat dialokasikan dalam jangka
waktu paling lama 5 tahun, yaitu dalam jumlah bagian yang
sama besarnya setiap tahun dan dimulai dari tahun pajak
saat diperolehnya pembebasan utang.
Bentuk Fasilitas
Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian
restrukturisasi utang usaha dengan BPPN sesuai dengan
Kebijakan Pemerintah.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
58
\
- Mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP
tempat debitur terdaftar sebagai Wajib Pajak;
- Permohonan diajukan paling lambat sebelum batas
waktu penyampaian SPT Tahunan tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut, dengan dilampiri
fotokopi perjanjian restrukturisasi utang usaha yang
dilegalisasi oleh BPPN.
Prosedur
- KEP-563/PJ./2001
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
59
A-27. Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan
dari Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau
Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu
Dalam rangka menunjang kelancaran proses restrukturisasi
perusahaan maupun penyelesaian kredit perbankan terkait imbas
krisis moneter 1998, perlu diberikan kemudahan berupa
penundaan saat pengakuan penghasilan atas pengalihan
agunan berupa tanah dan/atau bangunan milik WP tertentu
yang dilakukan oleh Bank Umum yang melaksanakan
restrukturisasi sesuai program Pemerintah sampai dengan pihak
Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada pembeli yang
sebenarnya.
- Bank Dalam Penyehatan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN);
- Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam Penyehatan;
- Debitur yang langsung atau tidak langsung mempunyai
kewajiban pembayaran kepada Bank Dalam Penyehatan,
BPPN, dan atau Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam
Penyehatan atau BPPN, termasuk Bank yang mempunyai
kewajiban kepada Bank Indonesia dalam kaitan dengan
Fasilitas Bank Indonesia;
- Pemegang Saham, Direktur, atau Komisaris Bank Dalam
Penyehatan;
- Debitur/Pemilik Agunan pada Bank Umum; yang
diambilalih harta/agunannya dalam rangka melaksanakan
restrukturisasi perusahaan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
60
\
Penundaan pengakuan penghasilan atas pengalihan:
- harta berupa tanah dan atau bangunan milik WP tertentu
yang dilakukan oleh BPPN sampai pihak BPPN mengalihkan
harta tersebut kepada pembeli yang sebenarnya;
- agunan berupa tanah dan atau bangunan milik WP
tertentu yang dilakukan oleh Bank Umum sampai dengan
pihak Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada
pembeli yang sebenarnya.
Bentuk Fasilitas
WP Tertentu tersebut ditetapkan dalam PP Nomor 17 Tahun
1999 tentang BPPN dan Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan.
Yang Berhak (lanjutan)
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- KEP-141/PJ/1999
- SE-27/PJ.42/1999
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
61
B-1. WP Tertentu Tidak Wajib Lapor SPT
Dalam rangka memberikan kemudahan kepada WP dalam
penyampaian SPT Masa dan/atau Tahunan, Pemerintah
memberikan fasilitas berupa dikecualikannya WP Pajak
Penghasilan tertentu dari kewajiban menyampaikan SPT yang
merupakan bentuk realisasi dari amanah Pasal 3 ayat (8) UU
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
s.t.d.t.d. UU Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP).
WP PPh tertentu, yaitu:
a. WP OP dibawah PTKP, yaitu WP orang pribadi (OP) yang
dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP); atau
b. WP OP tidak melakukan usaha/pekerjaan bebas, yaitu
WPOP yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau
tidak melakukan pekerjaan bebas.
Yang Berhak
- WP OP di bawah PTKP tidak wajib menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh WP OP.
- WP OP tidak melakukan usaha/pekerjaan bebas tidak
wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
62
\
WP PPh tertentu yang berhak atas fasilitas ini tidak perlu
menyampaikan permohonan.
Prosedur
- Pasal 3 ayat (8) UU KUP
- PMK-183/PMK.03/2007
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
63
B-2. Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan sesuatu
yang harus disesuaikan menurut perkembangan di bidang
perekonomian dan moneter serta mengingat harga kebutuhan
pokok yang semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, dalam
amandemen UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, besarnya PTKP
dinaikkan baik untuk diri WP OP, maupun untuk setiap tambahan
PTKP.
WP OP dalam negeri
Yang Berhak
PTKP per tahun diberikan paling sedikit sebesar:
a. Rp15.840.000,00 untuk diri WP orang pribadi;
b. Rp1.320.000,00 tambahan untuk WP yang kawin;
c. Rp15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
64
\
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- Pasal 7 UU PPh
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
65
C-1. PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah bagi
Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan
Pemerintah menyadari bahwa atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan atau pensiunan yang diterima
oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan pensiunan
belum memadai. Untuk itu, Pemerintah menanggung PPh yang
terutang atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan atau pensiunan yang diterima secara tetap yang
dananya dibebankan kepada Keuangan Negara atau
Keuangan Daerah.
a. Pejabat Negara, untuk:
1) gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan
teratur setiap bulan; atau
2) imbalan tetap sejenisnya;
b. PNS, Anggota TNI, dan Anggota POLRI, untuk gaji dan
tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap
bulan; dan
c. Pensiunan, untuk uang pensiun dan tunjangan lain
yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
66
\
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan
teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD
ditanggung oleh pemerintah.
Bentuk Fasilitas
- PP 80/2010
- PMK-262/PMK.03/2010
Referensi
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
67
C-2. Kantor Perwakilan Negara Asing dan
Organisasi Internasional yang Tidak Wajib Memotong
PPh Pasal 21/26
Dalam rangka lebih memberikan kepastian hukum, kantor
perwakilan negara asing dan organisasi internasional yang
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan telah ditetapkan tidak
termasuk sebagai subjek PPh dan dikecualikan dari kewajiban
memotong PPh Pasal 21/26 atas penghasilan yang
diterima/diperoleh pejabat/pegawai yang bekerja di organisasi
internasional tersebut.
Tidak diwajibkan memotong PPh Pasal 21/Pasal 26 atas
penghasilan yang diterima/diperoleh pejabat/pegawai
yang bekerja di kantor perwakilan negara asing atau
organisasi internasional tersebut.
Bentuk Fasilitas
Kantor perwakilan negara asing dan organisasi
internasional yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
68
\
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- Pasal 21 ayat (2) UU PPh
- KMK-649/KMK.04/1994
- PMK-215/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-142/PMK.03/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
69
C-3. Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih
Rendah dan Bersifat Final
Dalam rangka meringankan beban pegawai yang telah pensiun
atau telah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
diberikan fasilitas pengenaan tarif PPh yang lebih rendah dan
bersifat final. Dengan penerapan tarif progresif yang lebih rendah
dari ketentuan umum tarif PPh, manfaat yang diperoleh pegawai
tersebut menjadi lebih besar dan memberikan keringanan,
kemudahan, kesederhanaan, serta kepastian hukum.
Pengenaan PPh Pasal 21 secara final atas penghasilan
berupa Uang Pesangon sebesar:
- 0% atas penghasilan bruto Rp50 Juta;
- 5% atas penghasilan bruto di atas Rp50 Juta s.d. Rp100
Juta;
- 15% atas penghasilan bruto di atas Rp100 Juta s.d. Rp500
Juta;
- 25% atas penghasilan bruto > Rp500 juta.
Bentuk Fasilitas
Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
70
\
- PP 68/2009
- PMK-16/PMK.03/2010
Referensi
Pengenaan PPh Pasal 21 secara final atas penghasilan
berupa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
Jaminan Hari Tua sebesar:
- 0% atas penghasilan bruto Rp50 Juta;
- 5% atas penghasilan bruto > Rp50 Juta.
Bentuk Fasilitas (lanjutan):
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
71
C-4. PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan
Pegawai Tidak Tetap Lainnya
Sejalan dengan batasan nominal Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), maka atas penghasilan dari gaji pegawai harian,
mingguan, dan pegawai tidak tetap lainnya sampai dengan
batasan nominal tertentu tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal
21.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh sampai dengan
jumlah Rp150 Ribu sehari tidak dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21.
Namun demikian, hal ini tidak berlaku dalam hal
penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi
Rp1.320.000,00 sebulan atau dalam hal penghasilan
dimaksud dibayar secara bulanan.
Bentuk Fasilitas
Pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap
lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan
bruto sampai dengan jumlah Rp150 Ribu sehari.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
72
\
- PMK-254/PMK.03/2008
Referensi
Pegawai yang berhak atas fasilitas ini tidak perlu
menyampaikan permohonan.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
73
D-1. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 atas
Impor dan Kegiatan Lain
Sesuai dengan ketentuan Pasal 22 UU PPh, dilakukan
pemungutan PPh atas impor dan kegiatan tertentu lainnya.
Namun demikian, untuk kepentingan perekonomian nasional,
diberikan pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 atas impor
barang dan kegiatan tertentu.
Wajib Pajak pemungut yang melakukan kegiatan tertentu
yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22
Yang Berhak
Kegiatan yang dikecualikan dari pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22:
a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang Pajak Penghasilan;
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai yaitu:
- barang perwakilan negara asing beserta para
pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan
asas timbal balik;
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
74
\
- barang untuk keperluan badan internasional beserta
pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak
memegang paspor Indonesia;
- barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah
umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk
kepentingan penanggulangan bencana;
- barang untuk keperluan museum, kebun binatang,
konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum;
- barang untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan;
- barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan
penyandang cacat lainnya;
- peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu
jenazah;
- barang pindahan;
- barang pribadi penumpang, awak sarana
pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan kepabeanan;
- barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah yang ditujukanuntuk kepentingan
umum;
- persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer,
termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
- barang dan bahan yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan
dan keamanan negara;
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
75
- vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program
Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
- buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku
pelajaran agama;
- kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan
danau, kapal angkutan;
- penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal
penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang
serta alat keselamatan pelayaran atau alat
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan
oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional;
- pesawat udara dan suku cadang serta alat
keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
- kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang
diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;
- peralatan yang digunakan untuk penyediaan data
batas dan foto udara wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional
Indonesia; dan/atau
- barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi
yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak
Kerja Sama;
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
76
\
c. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-
nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali;
d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang
yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam
kualitas yang sama atau barang-barang yang telah
diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan
pengujian, yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
e. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak
yaitu bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), bendahara pengeluaran untuk
pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP),Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh KPA berkenaan dengan:
1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,
listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-
benda pos.
f. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras
oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG);
g. Emas batangan yang akan diproses untuk
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan
ekspor;
h. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan
dengan penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
77
Tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB), untuk:
a. impor yang dibebaskan dari pemungutan bea masuk
dan PPN; dan
b. impor sementara,
yang ketentuannya dilaksanakan oleh Dirjen Bea Cukai
dan tata caranya diatur oleh Dirjen Bea Cukai
dan/atau Dirjen Pajak.
Dengan SKB, untuk:
a. Impor yang tidak terutang PPh-nya; dan
b. Impor Emas batangan.
Prosedur
- PMK-154/PMK.03/2010
- PER-57/PJ/2010 s.t.d.d. PER-15/PJ/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
78
\
E-1. Pengecualian Pemotongan PPh atas
Bunga Deposito dan Tabungan serta
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Bunga deposito dan tabungan lainnya, serta diskonto Sertifikat
Bank lndonesia (SBI) merupakan penghasilan yang dikenai pajak
bersifat final dengan tarif 20% untuk WP dalam negeri dan BUT.
Namun demikian, terhadap deposito dan tabungan kecil, perlu
dikecualikan pengenaannya guna melindungi para penabung
kecil yang pada umumnya masih berpenghasilan rendah.
Selain itu, pengecualian juga diberikan kepada dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sebagai insentif bagi dana pensiun agar mengarahkan
investasinya pada produk perbankan yang tidak bersifat
spekulatif atau yang berisiko tinggi, sehingga pembayaran
kembali dana pensiun kepada peserta pensiun di kemudian hari
dapat terjamin.
Pengecualian dari pemotongan PPh untuk penghasilan
tertentu bunga deposito/tabungan serta diskonto SBI.
Bentuk Fasilitas
- Orang pribadi subjek pajak dalam negeri yang seluruh
penghasilannya dalam 1 (satu) tahun pajak termasuk
bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP.
- Dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
79
- PP 131 Tahun 2000
- KMK 51/KMK.04/2001
- PER-160/PJ/2005 s.t.d.t.d. PER-39/PJ/2010
Referensi
- Tanpa diperlukan prosedur permohonan, pemotongan PPh
tidak dilakukan dalam hal:
a. jumlah deposito/tabungan serta SBI tidak melebihi Rp7,5
Juta;
b. diterima bank yang didirikan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia; atau
c. bunga tabungan pada bank untuk pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap
bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana,
atau rumah susun sederhana, untuk dihuni sendiri.
- Untuk dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, pengecualian pemotongan PPh
diberikan berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB). Untuk
memperoleh SKB tersebut, WP harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
80
\
E-2. Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 26 Ayat (4)
(Branch Profit Tax)
Branch profit tax merupakan pengenaan PPh berdasarkan Pasal
26 ayat (4) UU PPh sebesar 20% atas Penghasilan Kena Pajak
sesudah dikurangi PPh dari suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT) di
Indonesia.
Namun demikian, untuk mendorong BUT melakukan penanaman
kembali di Indonesia guna mendukung pertumbuhan ekonomi
dalam negeri, pengenaan branch profit tax tersebut dikecualikan
dalam hal seluruh penghasilan BUT tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
Pengecualian dari pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4).
Bentuk Fasilitas
BUT yang melakukan penanaman kembali dalam bentuk:
a. penyertaan modal pada perusahaan baru di
Indonesia sebagai pendiri;
b. penyertaan modal pada perusahaan di Indonesia
sebagai pemegang saham;
c. pembelian aktiva tetap; atau
d. investasi aktiva tidak berwujud;
yang dilakukan paling lama akhir Tahun Pajak berikutnya,
setelah diperolehnya penghasilan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
81
- Pasal 26 ayat (4) UU PPh
- PMK 14/PMK.03/2011
- PER-16/PJ/2011
Referensi
Menyampaikan pemberitahuan tertulis yang menyatakan:
- bentuk penanaman kembali, dilampirkan pada SPT
Tahunan untuk Tahun Pajak diterimanya penghasilan;
- realisasi penanaman kembali dan/atau saat mulai
berproduksi komersial, dilampirkan pada SPT Tahunan
untuk Tahun Pajak berikutnya setelah penghasilan diterima
Pemberitahuan tertulis disampaikan minimal dalam 3 tahun
berturut-turut sejak tahun penanaman kembali.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
82
\
E-3. Pengecualian dari Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh oleh Pihak Lain
Ketentuan perpajakan Indonesia menerapkan sistem
pemotongan/pemungutan PPh untuk jenis penghasilan tertentu.
Dengan sistem ini, dimungkinkan terjadinya kondisi dimana jumlah
PPh yang telah dipotong dan/atau dipungut melebihi jumlah PPh
terutang saat penghitungan PPh kurang/lebih bayar di akhir
tahun. Mengingat hal tersebut, perlu ada ketentuan khusus
tentang pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan
PPh oleh pihak lain untuk kondisi-kondisi tertentu.
Seluruh WP, dengan syarat:
a. membuktikan bahwa dalam tahun pajak berjalan tidak
akan terutang PPh karena:
1) mengalami kerugian fiskal;
2) berhak atas kompensasi kerugian fiskal; atau
3) PPh yang telah dan akan dibayar lebih besar dari PPh
yang akan terutang; atau
b. penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.
c. telah menyampaikan SPT Tahunan Badan tahun terakhir.
(kecuali untuk WP baru berdiri)
Catatan:
WP yang mengalami kerugian fiskal yaitu dalam hal:
a. baru berdiri dan masih dalam tahap investasi;
b. belum sampai pada tahap produksi komersial; atau
c. mengalami suatu peristiwa yang berada di luar
kemampuan (force majeur).
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
83
- WP mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.
- Permohonan diajukan untuk setiap pemotongan
dan/atau pemungutan PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22
impor, dan/atau Pasal 23 dengan menggunakan
formulir yang telah ditentukan.
- Permohonan dilampiri penghitungan PPh yang
diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak
diajukannya permohonan (kecuali untuk permohonan
pembebasan karena WP yang atas penghasilannya
hanya dikenakan pajak bersifat final).
- Apabila disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak akan
menerbitkan Surat Keterangan Bebas (SKB).
Prosedur
Dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh
oleh pihak ketiga.
Bentuk Fasilitas
- PP 94/2010
- PER -1/PJ/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
84
\
E.4. Pengecualian dari Pemotongan PPh Final atas
Bunga Obligasi
Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang dapat
digunakan oleh investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mengatur pengenaan PPh
atas bunga obligasi dengan tujuan untuk memberikan
kemudahan kepada WP, meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pengenaan pajak, serta untuk mendorong berkembangnya
perdagangan obligasi di Indonesia.
Penghasilan berupa bunga obligasi tidak dikenai
pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final
Bentuk Fasilitas
- Dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf h UU PPh
- Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
85
- Pasal 4 ayat (2) huruf a dan Pasal 17 ayat (7) UU PPh
- PP 16/2009
- PMK-234/PMK.03/2009
- PMK-85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK-07/PMK.03/2012
Referensi
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh. Dengan
demikian, WP tidak perlu menyampaikan permohonan
untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
86
\
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN U R A I A N
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Bapepam dan LK
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional
BUT Bentuk Usaha Tetap
BULOG Badan Urusan Logistik
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta
Dirjen Direktur Jenderal
DJP Direktorat Jenderal Pajak
KAPET Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
KPP Kantor Pelayanan Pajak
KPPRSS Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
KUK Kredit Usaha Kecil
KUP Ketentuan Umum Perpajakan
Kukesra Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera
KUT Kredit Usaha Tani
Litbang Penelitian dan Pengembangan
NAD Nanggroe Aceh Darusallam
NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak
OP Orang Pribadi
P3B Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
87
PHK Pemutusan Hubungan Kerja
PIN Pekan Imunisasi Nasional
PNS Pegawai Negeri Sipil
POLRI Kepolisian Republik Indonesia
PPh Pajak Penghasilan
PPN Pajak Pertambahan Nilai
PT Perseroan Terbatas
PTKP Penghasilan Tidak Kena Pajak
SBI Sertifikat Bank Indonesia
SKB Surat Keterangan Bebas
SMB Saat Mulai Berproduksi
SPT Surat Pemberitahuan
s.t.d.d. sebagaimana telah diubah dengan
s.t.d.t.d. sebagaimana telah diubah terakhir dengan
TNI Tentara Nasional Indonesia
WP Wajib Pajak
3M mendapatkan, menagih, dan memelihara
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
88
\
DAFTAR PERATURAN
A. UNDANG-UNDANG (UU)
UU KUP Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
UU PPh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008
UU PM Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal
UU KEK Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Ekonomi Khusus
B. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES)
Keppres 68/1983 Peniadaan Pengusutan Perpajakan Terhadap
Deposito Berjangka dan Tabungan-Tabungan
Lainnya
Keppres 75/1994 Fasilitas Pajak Penghasilan bagi Esso Exploration
and Production Natuna Inc. yang Melakukan
Pengeboran dan Pengolahan Gas Bumi dalam
Rangka Kontrak Bagi Hasil di Kepulauan Natuna
dan Laut Sekitarnya
Keppres 71/1996
s.t.d.t.d. Keppres
117/1999
Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Natuna sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keppres Nomor 117 Tahun 1999
Keppres 89/1996
s.t.d.d. Keppres
9/1998
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) sebagaimana telah diubah dengan
Keppres Nomor 9 Tahun 1998
Keppres 90/1996
s.t.d.d. Keppres
10/1998
Tentang Penetapan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu Biak sebagaimana telah diubah
dengan Keppres Nomor 10 Tahun 1998
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
89
Keppres 11/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Batulicin
Keppres 12/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa,
dan Balikpapan
Keppres 13/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Sanggau
Keppres 14/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Manado-Bitung
Keppres 15/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Mbay
Keppres 164/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Pare-Pare
Keppres 165/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Seram
Keppres 166/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Bima
Keppres 167/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Batui
Keppres 168/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Bukari
Keppres 169/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Betano, Natarbora dan Viqueque
Keppres 170/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Das Kakab
Keppres 171/1998 Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Sabang
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
90
\
C. PERATURAN PEMERINTAH (PP)
PP 42/1995
s.t.d.t.d. PP
25/2001
Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam
Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang
Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar
Negeri sebagaimana telah diubah terakhir
dengan PP Nomor 25 Tahun 2001
PP 20/2000
s.t.d.d. PP
147/2000
Perlakuan Perpajakan di Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu sebagaimana
telah diubah dengan PP Nomor 147 Tahun 2000
PP 130/2000 Pengecualian Sebagai Objek Pajak atas
Keuntungan karena Pembebasan Utang Debitur
Kecil
PP 131/2000 Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan
Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
PP 1/2007
s.t.d.t.d. PP
52/2011
Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-daerah Tertentu sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PP Nomor 52 Tahun 2011
PP 32/2007 Pemberian Fasiltas Perpajakan dalam Rangka
Penanganan Bencana Alam di Provinsi NAD dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara
PP 81/2007 Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib
Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk
Perseroan Terbuka
PP 16/2009 Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa
Bunga Obligasi
PP 68/2009 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan
Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang
Dibayarkan Sekaligus
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
91
PP 80/2010 Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang
Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
PP 93/2010 Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional,
Sumbangan Penelitian dan Pengembangan,
Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan
Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan
Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto
PP 94/2010 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan
Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun
Berjalan
D. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN (KMK)/
PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)
KMK-649/KMK.04/
1994
Organisasi Internasional yang Tidak Berkewajiban
Memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal
26 ayat (1) huruf d
KMK-
239/KMK.01/1996
s.t.d.t.d. KMK-
486/KMK.04/2000
Pelaksanaan PP Nomor 42 Tahun 1995 Tentang
Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam
Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang
Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar
Negeri sebagaimana telah diubah terakhir
dengan KMK Nomor 486/KMK.04/2000
KMK-
200/KMK.04/2000
s.t.d.d. KMK-
11/KMK.04/2001
Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan di
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor
11/KMK.04/2001
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
92
\
KMK-51/KMK.04/
2001
Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia
PMK-609/PMK.03/
2004
Perlakuan Pajak Penghasilan atas Bantuan
Kemanusiaan Bencana Alam di Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatera Utara
PMK-14/PMK.03/
2005
Persyaratan Sumbangan serta Tata Cara
Pendaftaran dan Pelaporan oleh Penampung,
Penyalur dan/atau Pengelola Sumbangan dalam
Rangka Bantuan Kemanusiaan Bencana Alam di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara
PMK-93/PMK.03/
2006
Perlakuan Pajak Penghasilan atas Bantuan
Kemanusiaan Bencana Alam Gempa Bumi di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Sebagian Provinsi Jawa Tengah serta Gempa
Bumi dan Tsunami di Pesisir Pantai Selatan Pulau
Jawa
PMK-16/PMK.03/
2007
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu
PMK-183/PMK.03/
2007
Wajib Pajak Pajak Penghasilan Tertentu yang
Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan
PMK-43/PMK.03/
2008
Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha
PMK-79/PMK.03/
2008
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk
Tujuan Perpajakan
PMK-215/PMK.03/
2008 s.t.d.t.d.
PMK-
142/PMK.03/2010
Penetapan Organisasi-organisasi Internasional
dan Pejabat-pejabat Perwakilan Organisasi
Internasional yang Tidak Termasuk Subjek Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan PMK Nomor 142/PMK.03/2010
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
93
PMK-238/PMK.03/
2008
Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan
Pemberian Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan
Terbuka
PMK-245/PMK.03/
2008
Badan-Badan dan Orang Pribadi yang
Menjalankan Usaha Mikro dan Kecil yang
Menerima Harta Hibah, Bantuan, atau
Sumbangan yang Tidak Termasuk sebagai Objek
Pajak Penghasilan
PMK-
246/PMK.03/2008
s.t.d.d. PMK-
154/PMK.03/2009
Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 154/PMK.03/2009
PMK-247/PMK.03/
2008
Bantuan atau Santunan yang Dibayarkan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Objek
Pajak Penghasilan
PMK-254/PMK.03/
2008
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya
yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak
Penghasilan
PMK-80/PMK.03/
2009
Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan
atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak dalam
Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian
dan Pengembangan yang Dikecualikan dari
Objek Pajak Penghasilan
PMK-81/PMK.03/
2009
Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan
yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya
PMK-83/PMK.03/
2009
Penyediaan Makanan dan Minuman bagi Seluruh
Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam
Bentuk Natura dan Kenikmatan di Daerah
Tertentu dan yang Berkaitan Dengan
Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
94
\
PMK-96/PMK.03/
2009
Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok
Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan
Penyusutan
PMK-
105/PMK.03/2009
s.t.d.d. PMK-
57/PMK.03/2010
Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih
yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor
57/PMK.03/2010
PMK-234/PMK.03/
2009
Bidang Penanaman Modal Tertentu yang
Memberikan Penghasilan kepada Dana Pensiun
yang Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Penghasilan
PMK-16/PMK.03/
2010
Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon,
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus
PMK-154/PMK.03/
2010
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan dengan Pembayaran atas
Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang
Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
PMK-21/PMK.011/
2010
Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan
untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan
PMK-
262/PMK.03/2010
Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,
Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas
Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
PMK-14/PMK.03/
2011
Perlakuan Perpajakan atas Penghasilan Kena
Pajak Sesudah Dikurangi Pajak dari Suatu Bentuk
Usaha Tetap
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
95
PMK-76/PMK.03/
2011
Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan
Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional,
Sumbangan Penelitian dan Pengembangan,
Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan
Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan
Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto
PMK-130/PMK.011
/2011
Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
PMK-
85/PMK.03/2012
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi
E. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (KEP)/
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (PER)
KEP-141/PJ/1999 Pengakuan Penghasilan dari Pengalihan
Harta/Agunan Berupa Tanah dan/atau Bangunan
bagi Wajib Pajak Tertentu
KEP-526/PJ./2000
Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 239/KMK.01/1996
tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam
Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang
Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar
Negeri sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.04/2000
KEP-229/PJ./2001 Perlakuan Perpajakan di Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
KEP-417/PJ./2001
s.t.d.t.d.
PER-15/PJ/2011
Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal
22, Sifat dan Besarnya Pungutan, serta Tata Cara
Penyetoran dan Pelaporannya, perlu untuk
memberikan petunjuk lebih lanjut dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak s.t.d.t.d.
PER-15/PJ/2011
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
96
\
KEP-563/PJ./2001 Saat Pengakuan Penghasilan Berupa Keuntungan
karena Pembebasan Utang yang Diperoleh
Debitur Tertentu dari Perjanjian Restrukturisasi
Utang Usaha
KEP-184/PJ./2002 Pengakuan Penghasilan atas Penghasilan Berupa
Bunga Kredit Non Performing
KEP-220/PJ./2002 Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya
Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan
Perusahaan
PER-160/PJ/2005
s.t.d.t.d. PER-
39/PJ/2010
Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas
(SKB) Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh
Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan
oleh Menteri Keuangan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2010
PER-67/PJ./2007 Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan
untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu
PER-28/PJ/2008 Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin
Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha
PER-12/PJ./2009 Tata Cara Pengajuan Permohonan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan
PER-44/PJ./2009 Pelaksanaan Pengakuan Sisa Lebih yang Diterima
atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba
yang Bergerak dalam Bidang Pendidikan
dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan
yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
97
PER-57/PJ/2010
s.t.d.d. PER-
15/PJ/2011
Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan
Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di
Bidang Lain sebagaimana telah diubah dengan
PER-15/PJ/2011
PER-1/PJ/2011 Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan
dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
Penghasilan oleh Pihak Lain
PER-44/PJ/2011 Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan
Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib Pajak
Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
PER-45/PJ/2011 Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya
Berproduksi Secara Komersial bagi Wajib Pajak
Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
F. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE)
SE-27/PJ.42/1999 Pengakuan Penghasilan dari Pengalihan
Harta/Agunan Berupa Tanah dan/atau Bangunan
bagi Wajib Pajak Tertentu
SE-05/PJ.42/2001 Penegasan Masa Transisi Berlakunya PP Nomor 43
Tahun 2000
SE-09/PJ.42/2002 Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya
Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan
Perusahaan
SE-16/PJ/2007 Penyampaian PP Nomor 1 Tahun 2007 Tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu beserta Peraturan-
Peraturan Pelaksanaannya
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
98
\
SE-45/PJ/2008 Penyampaian dan Pemonitoran Pelaksanaan
PMK Nomor 43/PMK.03/2008 Tentang
Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha beserta Peraturan
Pelaksanaannya
SE-42/PJ/2009 Penyampaian dan Penegasan atas Pelaksanaan
PMK Nomor 238/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian
Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak Dalam Negeri
yang Berbentuk Perseroan Terbuka
SE-56/PJ./2009 Penyampaian dan Penegasan atas Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
12/PJ./2009 Tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengadministrasian Penilaian
kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan
Perpajakan
SE-66/PJ./2010 Penegasan atas Pelaksanaan Pasal 31E ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
99
TIM PENYUSUN
FASILITAS DAN INSENTIF PAJAK PENGHASILAN INDONESIA
Pengarah :
A. FUAD RAHMANY
A. SJARIFUDDIN ALSAH
YUNIRWANSYAH
Koordinator:
FERY CORLY
KUNTO LAKSITO
IMAM ISWAHYUDI
Tim Penyusun:
ADRIAN MUNANDAR
ARIEF SANTOSO
ENY SETYOWATI
HENDRA MEDIANTO
MALATIKA SEPTIASARI
MAYDA NURBAETI
OKFEL DJERMOR
OKI OEPOYO SANTOSO
RENI ILMIYAH
RIENAL YAFFID
RIO FERNANDO
RIVA RIFIANTI
ROBERT
RONDANG FRISCA LUNARIS
RUDI HENDRIAWAN
SAMUDERA PUTRA
SIMON P. H. HUTABARAT
SYARIF IBRAHIM BUSONO ADI
WAHYUDIANTO
Editor :
SUBDIT PERATURAN PPH BADAN