Anda di halaman 1dari 13

Imunisasi dasar(http://abahjack.com/imunisasi.

html)

LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP (L-I-L)
UNTUK BAYI USIA DIBAWAH SATU TAHUN
VAKSIN MENCEGAH PENULARAN

PENYAKIT
HEPATITIS B (HB)


Hepatitis B dan kerusakan hati
BCG


TBC (Tuberkulosis) yang berat
POLIO Polio yang dapat menyebabkan
lumpuh layuh pada tungkai dan atau
lengan
DPT 1.Difteri yang menyebabkan

penyempitan jalan nafas.
2.Batuk rejan (Batuk 100 hari)
3.Tetanus
CAMPAK Campak yang dapat mengakibatkan
komplikasi radang paru, radang otak
dan kebutaan.
IMUNISASI MELINDUNGI DARI PENYAKIT,
MENCEGAH KECACATAN DAN KEMATIAN
UMUR BAYI JENIS IMUNISASI
0 BULAN HEPATITIS B
1 BULAN BCG, POLIO 1
2 BULAN DPT/HB1, POLIO 2
3 BULAN DPT/HB2, POLIO 3
4 BULAN DPT/HB3, POLIO 4
9 BULAN CAMPAK

Tujuan Imunisasi: Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Manfaat Imunisasi:
(1)Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.
(2)Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
(3)Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara.
Pemberian Imunisasi Dasar diberikan beberapa kali karena untuk mendapat kekebalan awal
secara aktif. Kekebalan Imunisasi Dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis agar dapat
melindungi dari paparan penyakit. Pemberian Imunisasi Dasar pada Campak, BCG, tidak perlu
diulang karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit dalam waktu
cukup lama. (dari berbagai sumber)
Efek samping Imunisasi:
(1)BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan.
Setelah 2 3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka
dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang
kecil. (2)DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa
nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu
mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu
diulang. (3)POLIO: Jarang timbuk efek samping.
(4)CAMPAK: Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4 10 hari sesudah
penyuntikan. (5)HEPATITIS: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlukah
pemerikasaan darah sebelum pemberian Imunisasi Hepatitis? Untuk bayi berumur lebih dari 1
tahun seyogyanya dilakukan pemerikasaan darah.
(6)TETANUS TOXOID: Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada. Perlu diingat efek samping
imunisasi jauh lebih ringan dari pada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi. Untuk apakah
Imunisasi ini? Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan Imunisasi Imunisasi adalah bayi
dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu hamil serta wanita usia
subur.

Air Susu Ibu (ASI)
Breastfeeding atau ASI merupakan makanan ideal yang dibutuhkan bayi pada bulan-
bulan pertama setelah kelahiran. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan dalam waktu 6
bulan tanpa pemberian makanan tambahan. Seorang ibu dianjurkan memberikan ASI dengan
selang waktu 2-3 jam sehingga dalam sehari bayi mendapatkan ASI sebanyak 8-12 kali.
Pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 4 stadium berdasarkan produk yang dihasilkan
yaitu :
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan produk ASI yang berwarna kekuningan dikeluarkan pada sekitar
minggu pertama kelahiran. Komposisi kaya akan protein, vitamin, dan elektrolit
sedangkan lemak dan energi yang terkandung lebih rendah.
2. Transisi
Merupakan ASI yang diproduksi pada hari ke 7-14 setelah persalinan. Kandungan
protein dan imunoglobulin mulai menurun dan kandungan laktosa, energi, dan lemak
menjadi sangat tinggi. Pada periode ini bayi yang menonsumsi ASI akan mengalami
peningkatan berat badan dengan cepat.
3. Susu matur
Pada masa laktasi diproduksi hingga 7-8 bulan.
4. Laktation extention
Diproduksi 7 bulan hingga 2 tahun.

Keunggulan ASI dibandinglan susu formula, antara lain:
1. ASI memiliki komponen gizi paling baik untuk bayi
2. ASI mengandung komponen sitem pertahanan tubuh dan enzim sehingga menurunkan
kemungkinan terjadinya infeksi
3. Pemberian ASI bisa dilakukan kapan saja san tidak memerlukan biaya
4. ASI memperkuat ikatan batin bayi dan ibunya
5. Pemberian ASI secara eksklusif dapat memacu perkembangan kognitif bayi
6. Ibu yang menyusui menjadi lebih sehat setelah melahirkan

Pada saat memberikan ASI maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ibu
antara lain posisi bayi saat menyusui. Kepala, leher, dan punggung bayi harus dalam
keadaan lurus dan hidung bayi tidak boleh tertutup karena akan menghalangi pernapasan.
Pemberian makanan tambahan umumnya mulai dilakukan saat usia bayi 4-5 bulan.
Daftar Pustaka
Mansjoer A (ed).2000.Gizi Anak dalam Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
2.Jakarta:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI,pp:566-70.

Atmadja, Arifin Dwi. 2010.
Imunisasi.http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15 (Diakses pada
tanggal 6 Maret 2011)






TUBERCULOSIS
Definisi dan Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, tahan asam
dalam pewarnaan, disebut sebagai basil tahan asam
(BTA). Kuman ini mati dengan sinar matahari langsung
tetapi dapat bertahan hidup di tempat gelap dan lembab.
Cara penularanny melalui droplet (percikan dahak).
Kuman dapat menyebar secara langsung ke jaringan
sekitar, pembuluh limfe, dan pembuluh darah (Anonim,
2008; Tim Field Lab, 2008).
Klasifikasi
1. Infeksi primer. Infeksi yang pertama kali terjadi pada
tubuh yang belum memiliki reaksi spesifik terhadap basil
TB tersebut.
2. Infeksi post primer. Infeksi yang terjadi setelah infeksi
primer, biasanya setelah beberapa bulan atau tahun.
Infeksi ini muncul kembali saat daya tahan tubuh
menurun, misalnya status gizi buruk, infeksi HIV, dan
lain-lain (Amin, 1989; Reviono, 2008).
Gambaran Klinik
Gejala respiratorik berupa batuk lebih dari 3 minggu,
hemoptisis, sesak napas, nyeri dada. Gejala sistemik
berupa badan lemah, nafsu makan turun, berat badan
(BB) turun, malaise, keringat malam (Chandrasoma,
2006).
Diagnosis
1. Anamnesis, yaitu mengenai gejala, riwayat penyakit,
riwayat paparan/ kontak dengan penderita TB.
2. Pemeriksaan makroskopis bakteri : cara SPS, metode
pengecatan Ziehl Nellson, pembacaan skala IUATLD,
skala Bronkhorst.
3. Radiologis. Lesi multiform aktif : infiltrat, konsolidasi,
noduler, milier, cavitas, efusi. Lesi inaktif : fibrotik,
kalsifikasi, schwarte. Digunakan untuk membedakan lesi
minimal dan lesi luas.
4. Uji tuberkulin. Berdasar reaksi hipersensitifitas tipe 4,
dimana basil TB memproduksi tuberculoprotein yang
akan merangsang munculnya reaksi tersebut.
5. Pemeriksaan darah dipakai untuk mengetahui aktivitas
penyakit (Reviono, 2008).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan TB dibagi menjadi 4 kategori. Kategori I
untuk pasien baru : 2HRZE/4R3H3. kategori II untuk
pasien kambuh dan gagal pengobatan kategori I :
2HRZES/HRZE/5R3H3E3. Kategori III untuk pasien TB
anak-anak : 2HRZ/4R3H3. Kategori IV untuk pasien
kronik yang sudah gagal dari kategori II : Isoniazid (INH)
seumur hidup (Tim Field Lab, 2008).
PNEUMONIA
Definisi Etiologi
Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
selain Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri, virus,
jamur, parasit. Berdasar sumber kumannya : pneumonia
komuniti yang didapat di masyarakat, pneumonia
nosokomial didapat di rumah sakit, pneumonia aspirasi,
dan pneumonia imunocompromised. Berdasar
penyebabnya : pneumonia bakterial/ tipikal
(staphylococus, streptococcus, hemofilus influenza,
klebsiella, pseudomonas. ), pneumonia atipikal
(mycoplasma, legionella, chlamydia), pneumonia virus,
dan pneumonia jamur. Berdasarkan predileksinya :
pneumonia lobaris lobularis, bronkopneumonia,
pleuropneumonia, dan pneumonia interstitiil (Price dan
Wilson, 2006; Amin, 1989).
Patogenesis dan Patologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme di paru, hal ini akibat aktivitas
mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme, dan lingkungan, maka mikroorganisme
dapat berkembang biak menimbulkan penyakit.
Cara mikroorganisme masuk saluran napas dengan 4
cara : inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh
darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi di permukaan
mukosa. Bakteri yang masuk alveoli menyebabkan reaksi
radang, edema seluruh alveoli, dan infiltrasi sel-sel PMN.
Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan
dengan bantuan lekosit yang lain melalui pseudopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di
fagosit.
Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi : Zona luar
: alveoli yang terisi bakteri dan cairan edema. Zona
permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah. Zona konsolidasi luar : daerah
tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak. Zona resolusi : daerah tempat terjadi
resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan
alveolar makrofag (Reviono, 2008).
Diagnosis
Anamnesis, didapatkan gejala demam menggigil, suhu
tubuh meningkat, batuk berdahak mukoid atau purulen,
sesak napas, kadang nyeri dada, batuk darah bisa sedikit
bisa banyak. Pemeriksaan fisik, tergantung luas lesi.
Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal, palpasi : fremitus
dapat mengeras, perkusi redup. Auskultasi : suara dasar
bronkovesikuler sanpai bronkial, suara tambahan ronki
basah pada stadium resolusi. Gambaran radiologis :
gambaran infiltrat sampai konsolidasi (berawan) dapat
disertai air bronchogram. Pemeriksaan laboratorium,
peningkatan lekosit 10.000/ul-30.000/ul. Untuk dapat
mengetahui etiologi dilakukan pemeriksaan dahak,
biakan dan serologi. Analisis gas darah menunjukan
hipoksemia, pada stadium lanjut asidosis respiratorik.
Pengobatan
Terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif.
Pemberian antibiotik sebaiknya berdasar data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaan (Reviono, 2008).
KANKER PARU
Adalah semua penyakit keganasan di paru mencakup
keganasan yang berasal dari paru maupun dari
metastasis. Ada beberapa golongan yang memiliki risiko
tinggi terkana kanker paru : laki-laki lebih tinggi, usia di
atas 40 tahun, perokok, paparan industri, perempuan
sebagai perokok pasif (Rima, 2008).
Gambaran Klinis
Dibagi menjadi dua golongan : gejala khas dan tidak
khas. Gejala khas : sesak napas, sulit/ sakit menelan,
benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, batuk
dengan atau tanpa dahak, hemoptisis, sakit dada. Gejala
tidak khas : berat badan berkurang, nafsu makan hilang,
demam hilang timbul (Amin, 1989; Chandrasoma, 2006).
Diagnosis
Anamnesis, berupa gejala, riwayat penyakit, riwayat
penyakit keluarga, faktor risiko. Pemeriksaan fisik,
tergantung besar dan letak tumor. Bila tumor kecil dan
letak di perifer, menunjukan gambaran normal. Tumor
ukuran besar, letak di sentral, dan bila disertai
atelektasis akan terjadi penarikan trakea atau oesofagus.
Radiologis. Tampak nodul soliter sirkumskripta atau coin
lession pada radigram dada merupakan petunjuk dini
untuk mendeteksi karsinoma bronkogenik, meskipun
dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. CT
scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut
dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai. Bronkoskopi,
memiliki beberapa fungsi : untuk mengambil bahan atau
jaringan, untuk mengetahui kelainan mukosa bronkus,
untuk menilai keadaan percabangan bronkus.
Pemeriksaan khusus meliputi : sitologi sputum, trans
torakal biopsi (TTB) untuk lesi yang letaknya perifer,
trans bronkial lung biopsi (TBLB), torakoskopi,
mediastinoskopi, dan torakotomi eksplorasi sebagai
pilihan terakhir (Rima, 2008).
Patologi Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan
menurut jenis histologinya : Karsinoma sel kecil
Karsinoma bukan sel kecil meliputi : karsinoma
skuamosa, karsinoma sel besar, adenokarsinoma (Price
dan Wilson, 2006).
Staging Penderajatan kanker paru menurut International
Staging System for Lung Cancer dengan sistem TNM
(tumor, kelenjar getah bening, metastase). Stadium IA :
T1N0M0. Stadium IB : T2N0M0. Stadium IIA : T1N1M0.
Stadium IIB : T2N1M0. Stadium IIIA : T1N2M0, T2N2M0,
T3N1M0, T3N2M0. Stadium IIIB : T berapa pun N3M0, T4
N berapa pun M0. Stadium IV : TN berapa pun M1 (Price
dan Wilson, 2006). Pengobatan Pembedahan (operasi),
diindikasikan pada jenis sel karsinoma bukan sel kecil
stadium I dan II. Stadium IIIA perlu diberi kemoterapi
dahulu untuk menurunkan staging. Radioterapi sebagai
terapi kuratif dan paliatif. Kemoterapi (Rima, 2008).
Komplikasi Batuk darah 2,3% dan pneumotorak 15,4%
(Rima, 2008).

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mik
roorganisme(bakteri, virus, jamur, dan
parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung
udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai
tempatpertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-
sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani
dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai
komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema),
jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain.
Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke
seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

ETIOLOGI
Penyebab pneumonia bermacam-macam yaitu bakteri,virus,fungus,alergi
,aspirasi,hypostatic pneumonia. Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh
Pneumococcus,Staphylococcus,H.influenza,TBC,Klebsiella,bakteri coli.

INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI
Salahsatu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus.Pneumococcus dengan
serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,
sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia
lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan
anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan
bayi. Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis
kelamin laki-laki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang
memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan
defisiensi vitamin A. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia
adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat
badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih
kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit
kronis pada bayi.

PATOGENESIS
Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan
(droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu : (1) stadium kongesti:
kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih ,Bakteri
dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah:
lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna
mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin,
leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung
sangat pendek. (3) stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi
kongesif.(4) stadium
resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit menglami
nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis
bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-
bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan
stadium khas ini tidak terlihat.

MANIFESTASI KLINIS
Secara anatomik pneumonia terbagi atas dua yaitu :
Pneumonia lobaris
Merupakan penyakit primer,kebanyakan menyerang anak besar (biasanya sesdudah
berumur 3 tahun). Anak tampak sakit berat,demam tinggi,pergerakan dada pada sisi yang
sakit tampak lambat,pekak relatif pada perkusi. Gambaran radiologik jelas terlihat infiltrate
yang jelas. Pada penyembuhan demam menurun secara tiba-tiba (krisis) dalam 5-9 hari.
Jarang timbul relaps,prognosis baik, mortalitas rendah,sembuh sempurna.
Bronchopneumonia
Biasanya merupakan penyakit sekunder,timbul setelah menderita penyakit lain.
Kebanyakan menyerang bayi dan anak kecil. Keadaan umum tidak terlalu terganggu (bila
belum sesak), demam tidak terlalu tinggi (sering sebagai demam remitten). Tidak
ditemukan pekak relatif pada perkusi, pada foto thorax tidak tampak bayangan infiltrate
(atau bila ada tersebar kecil). Sering relaps,mortalitas lebih tinggi, dan sembuh dengan
sisa-sisa fibrosis.

DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis, selain klinis,pemeriksaan yang mendukung diagnosis adalah
a. Pemeriksaan Rontgen toraks
Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan sebelum dapat ditemukan secara pemeriksaan fisis.
Pada bronkopneumonia bercak-bercak infitrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus.
Foto Rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, etelektasis,
abses paru, pneumatokel, pneumatoraks, pneumomediastinum atau perikarditis.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya
15.000 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari
usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin
terdapat albuminuria ringan karna suhu yang naik dan sedikit torak hilin. Pneumonia
pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain
atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.

DIAGNOSIS BANDING
Keadaan yang menyerupai pneumonia ialah: bronkiolitis, gagal jantung, aspirasi benda
asing, atelektasis, abses paru, tuberculosis.

PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung
hal ini tidak selalu dikerjakan dan makan waktu maka dalam praktek diberikan pengobatan
polifragmasi. Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfenikol
50-75 mg/kgbb/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari. Anak yang
sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan
yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml botol infuse. Banyaknya cairan yang diperlukan
sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow. Karena ternyata sebagian besar
penderita jauh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat
diberikan koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak -5mEq. Pneumonia yang
tidak berat, tidak perlu dirawat di rumah sakit.

KOMPLIKASI
Dengan penggunaan anti biotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai, Komplikasi
yang dapat dijumpai ialah: empiema, otitis media akut. Komplikasi media lain seperti
meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat.

PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai