Anda di halaman 1dari 23

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA
----
IDEOLOGI, PANCASILA, DAN KONSTITUSI
Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.
1
Pendahuluan
Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu 1!
ideologi se"agai kesadaran palsu# $! ideologi dalam arti netral# dan %!
ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah.
$
&deologi dalam arti yang
pertama, yaitu se"agai kesadaran palsu "iasanya dipergunakan oleh
kalangan filosof dan ilmu'an sosial. &deologi adalah teori(teori yang tidak
"erorientasi pada ke"enaran, melainkan pada kepentingan pihak yang
mempropagandakannya. &deologi )uga dilihat se"agai sarana kelas atau
kelompok sosial tertentu yang "erkuasa untuk melegitimasikan
kekuasaannya.
Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi
adalah keseluruhan sistem "erpikir, nilai(nilai, dan sikap dasar suatu
kelompok sosial atau ke"udayaan tertentu. Arti kedua ini terutama
ditemukan dalam negara(negara yang menganggap penting adanya suatu
*ideologi negara+. Dise"ut dalam arti netral karena "aik "uruknya
tergantung kepada isi ideologi terse"ut.
%
Arti ketiga, ideologi se"agai keyakinan yang tidak ilmiah, "iasanya
digunakan dalam filsafat dan ilmu(ilmu sosial yang positi,istik. Segala
pemikiran yang tidak dapat di"uktikan se-ara logis(matematis atau empiris
1
.etua /ahkamah .onstitusi 0epu"lik &ndonesia dan 1uru 2esar Hukum 3ata 4egara 5ni,ersitas
&ndonesia.
2
6ran7 /agnis(Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Jakarta# .anisius, 188$!, hal. $%9.
3
Arti kata ideology menurut Kamus Oxford adalah (1) a set of ideas that an economic or political system is
based on; (2) a set of beliefs especially one held by a particular group that influences the !ay people beha"e .
Sedangkan menurut /artin He'itt, ideologi adalah #the system of ideas and imagery through !hich people come
to see the !ord and define their needs and aspiration$, dan #a system of ideas beliefs and "alues that indi"iduals
and societies aspire to!ard%$ :ihat, /artin He'itt, &elfare Ideology and 'eed (e"eloping )erspecti"es on the
&elfare State, /aryland: Har,ester ;heatsheaf, 188$!, hal. 1 dan <.
1
adalah suatu ideologi. Segala masalah etis dan moral, asumsi(asumsi
normatif, dan pemikiran(pemikiran metafisis termasuk dalam 'ilayah
ideologi.
=

Dari tiga arti kata ideologi terse"ut, yang dimaksudkan dalam
pem"ahasan ini adalah ideologi dalam arti netral, yaitu se"agai sistem
"erpikir dan tata nilai dari suatu kelompok. &deologi dalam arti netral
terse"ut ditemukan 'u)udnya dalam ideologi negara atau ideologi "angsa.
Hal ini sesuai dengan pem"ahasan Pan-asila se"agai ideologi negara
0epu"lik &ndonesia.
Tipe-Tipe Ideologi
3erdapat dua tipe ideologi se"agai ideologi suatu negara. .edua tipe
terse"ut adalah ideologi tertutup dan ideologi ter"uka.
>
&deologi tertutup
adalah a)aran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tu)uan(
tu)uan dan norma(norma politik dan sosial, yang ditas"ihkan se"agai
ke"enaran yang tidak "oleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima
se"agai sesuatu yang sudah )adi dan harus dipatuhi. .e"enaran suatu
ideologi tertutup tidak "oleh dipermasalahkan "erdasarkan nilai(nilai atau
prinsip(prinsip moral yang lain. &sinya dogmatis dan apriori sehingga tidak
dapat diru"ah atau dimodifikasi "erdasarkan pengalaman sosial. .arena itu
ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai(nilai lain.
Salah satu -iri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya
menentukan ke"enaran nilai(nilai dan prinsip(prinsip dasar sa)a, tetapi )uga
menentukan hal(hal yang "ersifat konkret operasional. &deologi tertutup
tidak mengakui hak masing(masing orang untuk memiliki keyakinan dan
pertim"angannya sendiri. &deologi tertutup menuntut ketaatan tanpa
reser"e.
?iri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak "ersum"er dari
masyarakat, melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada
masyarakat. Se"aliknya, "aik("uruknya pandangan yang mun-ul dan
"erkem"ang dalam masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi
terse"ut. Dengan sendirinya ideologi tertutup terse"ut harus dipaksakan
"erlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang "erarti "ersifat
otoriter dan di)alankan dengan -ara yang totaliter.
?ontoh paling "aik dari ideologi tertutup adalah /ar@isme(
:eninisme. &deologi yang dikem"angkan dari pemikiran .arl /ar@ yang
dilan)utkan oleh Aladimir &liano, :enin ini "erisi sistem "erpikir mulai dari
tataran nilai dan prinsip dasar dan dikem"angkan hingga praktis
operasional dalam kehidupan "ermasyarakat, "er"angsa dan "ernegara.
&deologi /ar@isme(:eninisme meliputi a)aran dan paham tentang a!
hakikat realitas alam "erupa a)aran materialisme dialektis dan ateisme# "!
a)aran makna se)arah se"agai materialisme historis# -! norma(norma rigid
4
.arl /annheim misalnya, menyatakan "ah'a pengetahuan yang "ersifat ideologis "erarti pengetahuan
yang le"ih sarat dengan keyakinan su"yektif seseorang, daripada sarat dengan fakta(fakta empiris. :ihat, .arl
/annheim, Ideologi dan *topia+ ,enying-ap Kaitan )i-iran dan )oliti-, Judul Asli: Ideology and *topia .n
Introduction to the Sociology of Kno!ledge, Pener)emah: 6. 2udi Hardiman, Jakarta: Pener"it .anisius, 188<!,
hal. @,ii.
5
6ran7 /agnis(Suseno menye"utnya se"agai ideologi dalam arti penuh, ideologi ter"uka, dan ideologi
implisit. :ihat, Ibid., hal. $%$($%<.
2
"agaimana masyarakat harus ditata, "ahkan tentang "agaimana indi,idu
harus hidup# dan d! legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang
atas nama kaum proletar.
B
3ipe kedua adalah ideologi ter"uka. &deologi ter"uka hanya "erisi
orientasi dasar, sedangkan pener)emahannya ke dalam tu)uan(tu)uan dan
norma(norma sosial(politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang "erkem"ang di masyarakat.
Operasional -ita(-ita yang akan di-apai tidak dapat ditentukan se-ara
apriori, melainkan harus disepakati se-ara demokratis. Dengan sendirinya
ideologi ter"uka "ersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. &deologi ter"uka hanya dapat
ada dan mengada dalam sistem yang demokratis.
Perkemangan Ideologi Dunia
&stilah ideologi negara mulai "anyak digunakan "ersamaan dengan
perkem"angan pemikiran .arl /ar@ yang di)adikan se"agai ideologi
"e"erapa negara pada a"ad ke(1<. 4amun sesungguhnya konsepsi ideologi
se"agai -ara pandang atau sistem "erpikir suatu "angsa "erdasarkan nilai
dan prinsip dasar tertentu telah ada se"elum kelahiran /ar@ sendiri. 2ahkan
a'al dan inti dari a)aran /ar@ adalah kritik dan gugatan terhadap sistem
dan struktur sosial yang eksploitatif "erdasarkan ideologi kapitalis.
Pemikiran .arl /ar@ kemudian dikem"angkan oleh Cngels dan :enin
kemudian dise"ut se"agai ideologi sosialisme(komunisme. Sosialisme le"ih
pada sistem ekonomi yang mengutamakan kolekti,isme dengan titik
ekstrem menghapuskan hak milik pri"adi, sedangkan komunisme menun)uk
pada sistem politik yang )uga mengutamakan hak(hak komunal, "ukan hak(
hak sipil dan politik indi,idu. &deologi terse"ut "erhadapan dengan ideologi
li"eralisme(kapitalis yang menekankan pada indi,idualisme "aik dari sisi
politik maupun ekonomi.
.edua ideologi "esar terse"ut men)adi ideologi utama negara(negara
dunia pas-a perang dunia kedua hingga "erakhirnya era perang dingin.
;alaupun demikian "aik komunisme maupun kapitalisme memiliki 'arna
yang "er"eda("eda dalam penerapannya di tiap 'ilayah. &deologi selalu
menyesuaikan dengan medan pengalaman dari suatu "angsa dan
masyarakat. .omunisme 5ni So,iet "er"eda dengan komunisme di
Dugosla,ia, ?ina, .orea 5tara, dan "e"erapa negara Amerika :atin.
Demikian pula dengan kapitalisme yang memiliki per"edaan antara yang
"erkem"ang di Cropa 2arat, Amerika Serikat, dan Asia.
;alaupun negara(negara yang menganut kedua "esaran ideologi
terse"ut saling "erhadap(hadapan, namun proses penyesuaian diantara
kedua ideologi terse"ut tidak dapat dihindarkan. .apitalisme, dalam
perkem"angannya "anyak menyerap unsur(unsur dari sosialisme. Setelah
mengalami krisis "esar pada tahun 18$9(an the great depression! Amerika
Serikat "anyak mengadopsi ke"i)akan(ke"i)akan inter,ensi negara di "idang
ekonomi untuk meningkatkan kese)ahteraan rakyat. .e"i)akan(ke"i)akan
terse"ut kemudian "erkem"ang men)adi konsep negara tersendiri, "ahkan
6
Ibid., hal. $%$($%%.
3
ada yang menye"utnya se"agai ideologi, yaitu negara kese)ahteraan
!elfare state! yang "er"eda dengan ideologi kapitalisme klasik.
Di sisi lain, "e"erapa negara komunis yang semula sangat tertutup
lam"at(laun mem"uka diri, terutama dalam "entuk pengakuan terhadap
hak(hak sipil dan politik. Proses demokratisasi ter)adi se-ara "ertahap
hingga keruntuhan negara(negara komunis yang ditandai dengan ter-erai(
"erainya 5ni So,iet dan Dugosla,ia pada dekade 1889(an.
Ada yang menafsirkan "ah'a keruntuhan 5ni So,iet dan Dugosla,ia
se"agai pilar utama adalah tanda kekalahan komunisme "erhadapan dengan
kapitalisme. 2ahkan 6ukuyama pernah mendalilkan hal ini se"agai
"erakhirnya se)arah yang selama ini merupakan panggung pertentangan
antara kedua ideologi "esar terse"ut. 4amun kesimpulan terse"ut
tampaknya terlalu premature. .eruntuhan komunisme, tidak dapat
dikatakatan se"agai kemenangan kapitalisme karena dua alasan, yaitu a!
ide(ide komunisme, dan )uga kapitalisme tidak pernah mati# dan "! ideologi
kapitalisme yang ada sekarang telah menyerap unsur(unsur sosialisme dan
komunisme.
&de(ide komunisme tetap hidup, dan memang perlu dipela)ari se"agai
sarana mengkritisi sistem sosial dan ke"i)akan yang "erkem"ang. &de(ide
terse"ut )uga dapat hidup kem"ali men)adi suatu gerakan )ika kapitalisme
yang saat ini mulai kem"ali ke arah li"ertarian "erada di titik ekstrim
sehingga menim"ulkan krisis sosial. Demikian pula halnya dengan gerakan(
gerakan demokratisasi dan per)uangan atas hak(hak indi,idu akan mun-ul
pada sistem yang terlalu menon)olkan komunalisme.
Ideologi dan Kon!"i"u!i# Pan$a!ila Seagai Ideologi Teruka
/enurut 2rian 3hompson, se-ara sederhana pertanyaan: 'hat is a
-onstitution dapat di)a'a" "ah'a *Ea constitution is a document !hich
contains the rules for the the operation of an organi/ation$
F
. Organisasi
dimaksud "eragam "entuk dan kompleksitas strukturnya. 4egara se"agai
salah satu "entuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang
dise"ut se"agai konstitusi atau 5ndang(5ndang Dasar. Hanya &nggris dan
&srael sa)a yang sampai sekarang dikenal tidak memiliki satu naskah tertulis
yang dise"ut 5ndang(5ndang Dasar. 5ndang(5ndang Dasar di kedua
negara ini tidak pernah di"uat, tetapi tum"uh
<
men)adi konstitusi dalam
pengalaman praktek ketatanegaraan. 4amun para ahli tetap dapat menye"ut
adanya konstitusi dalam konteks hukum tata negara &nggris.
8

2erlakunya suatu konstitusi se"agai hukum dasar yang mengikat
didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut
dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat,
maka sum"er legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang "erlaku
adalah paham kedaulatan ra)a, maka ra)a yang menentukan "erlaku
7
2rian 3hompson, 0extboo- on 1onstitutional and .dministrati"e 2a!, edisi ke(%, :ondon: 2la-kstone
Press ltd., 188F!, hal. %.
8
2andingkan dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh 2rian 3hompson tentang konstitusi &nggris, #In
other !ords the 3ritish constitution !as not made rather it has gro!n$. Ibid., hal. >.
9
O. Hood Phillips, 1onstitutional and .dministrati"e 2a!, F
th
ed., :ondon: S'eet and /a@'ell, 18<F!,
hal. >.
4
tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang dise"ut oleh para ahli se"agai
constituent po!er
19
yang merupakan ke'enangan yang "erada di luar dan
sekaligus di atas sistem yang diaturnya. .arena itu, di lingkungan negara(
negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan "erlakunya suatu
konstitusi.
1onstituent po!er mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului
organ pemerintahan yang diatur dan di"entuk "erdasarkan konstitusi.
11
Pengertian constituent po!er "erkaitan pula dengan pengertian hirarki
hukum hierarchy of la!!. .onstitusi merupakan hukum yang le"ih tinggi
atau "ahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena
konstitusi itu sendiri merupakan sum"er legitimasi atau landasan otorisasi
"entuk("entuk hukum atau peraturan(peraturan perundang(undangan
lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang "erlaku uni,ersal, maka agar
peraturan(peraturan yang tingkatannya "erada di "a'ah 5ndang(5ndang
Dasar dapat "erlaku dan di"erlakukan, peraturan(peraturan itu tidak "oleh
"ertentangan dengan hukum yang le"ih tinggi terse"ut.
.onstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. ;alton H.
Hamilton menyatakan *1onstitutionalism is the name gi"en to the trust
!hich men repose in the po!er of !ords engrossed on parchment to -eep a
go"ernment in order$
1$
% 5ntuk tu)uan to -eep a go"ernment in order itu
diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan
dalam proses pemerintahan dapat di"atasi dan dikendalikan se"agaimana
mestinya. 1agasan mengatur dan mem"atasi kekuasaan ini se-ara alamiah
mun-ul karena adanya ke"utuhan untuk merespons perkem"angan peran
relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.
.onstitusionalisme di 7aman sekarang dianggap se"agai suatu konsep
yang nis-aya "agi setiap negara modern. Seperti dikemukakan oleh ?.J.
6riedri-h se"agaimana dikutip di atas, #constitutionalism is an insti4
tutionali/ed system of effecti"e regulari/ed restraints upon go"ernmental
action+. 2asis pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetu)uan
(consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai "angunan yang diidealkan
"erkenaan dengan negara. Organisasi negara itu diperlukan oleh 'arga
masyarakat politik agar kepentingan mereka "ersama dapat dilindungi atau
dipromosikan melalui pem"entukan dan penggunaan mekanisme yang
dise"ut negara.
1%
.ata kun-inya adalah konsensus atau general agreement.
Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan
negara yang "ersangkutan, dan pada gilirannya perang saudara ci"il !ar!
atau re,olusi dapat ter)adi. Hal ini misalnya, ter-ermin dalam tiga peristi'a
"esar dalam se)arah umat manusia, yaitu re,olusi penting yang ter)adi di
Peran-is tahun 1F<8, di Amerika pada tahun 1FFB, dan di 0usia pada tahun
181F, ataupun peristi'a "esar di &ndonesia pada tahun 18=>, 18B> dan 188<.
10
:ihat misalnya 2rian 3hompson, op% cit., hal. >.
11
J. 2ry-e, Studies in 5istory and 6urisprudence, ,ol.1, O@ford: ?larendon Press, 1891!, hal. 1>1.
12
;alton H. Hamilton, 1onstitutionalism 7ncyclopedia of Social Sciences, Cd'in 0.A., Seligman G Al,in
Johnson, eds., 18%1, hal. $>>.
13
;illiam 1. Andre's, misalnya, dalam "ukunya 1onstitutions and 1onstitutionalism %
rd
edition,
menyatakan: #0he members of a political community ha"e bu definition common interests !hich they see- to
promote or protect through the creation and use of the compulsory political mechanisms !e call the State$ , 4e'
Jersey: Aan 4ostrand ?ompany, 18B<!, hal. 8.
5
.onsensus yang men)amin tegaknya konstitusionalisme di 7aman
modern pada umumnya dipahami "ersandar pada tiga elemen kesepakatan
consensus!, yaitu
1=
:
1. .esepakatan tentang tu)uan atau -ita(-ita "ersama the general goals of
society or general acceptance of the same philosophy of go"ernment!.
$. .esepakatan tentang the rule of la' se"agai landasan pemerintahan
atau penyelenggaraan negara the basis of go"ernment!.
%. .esepakatan tentang "entuk institusi(institusi dan prosedur(prosedur
ketatanegaraan the form of institutions and procedures!.
.esepakatan consensus! pertama, yaitu "erkenaan dengan -ita(-ita
"ersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme di
suatu negara. .arena -ita(-ita "ersama itulah yang pada pun-ak
a"straksinya paling mungkin men-erminkan kesamaan(kesamaan
kepentingan di antara sesama 'arga masyarakat yang dalam kenyataannya
harus hidup di tengah pluralisme atau kema)emukan. Oleh karena itu, di
suatu masyarakat untuk men)amin ke"ersamaan dalam kerangka kehidupan
"ernegara, diperlukan perumusan tentang tu)uan(tu)uan atau -ita(-ita
"ersama yang "iasa )uga dise"ut se"agai falsafah kenegaraan atau staatsidee
-ita negara! yang "erfungsi se"agai filosofische grondslag dan common
platforms atau -alimatun sa!a di antara sesama 'arga masyarakat dalam
konteks kehidupan "ernegara.
Di &ndonesia, dasar(dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang
"iasa dise"ut se"agai Pan-asila yang "erarti lima sila atau lima prinsip dasar
untuk men-apai atau me'u)udkan empat tu)uan "ernegara. :ima prinsip
dasar Pan-asila itu men-akup sila atau prinsip i! .etuhanan Dang /aha
Csa# ii! .emanusiaan yang Adil dan 2erada"# iii! Persatuan &ndonesia# i,!
.erakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat .e"i)aksanaan dalam
Permusya'aratanHPer'akilan# dan ,! .eadilan Sosial "agi Seluruh 0akyat
&ndonesia. .elima sila terse"ut dipakai se"agai dasar filosofis(ideologis
untuk me'u)udkan empat tu)uan atau -ita(-ita ideal "ernegara, yaitu: i!
melindungi segenap "angsa &ndonesia dan seluruh tumpah darah &ndonesia#
ii! meningkatkan kese)ahteraan umum# ii! men-erdaskan kehidupan
"angsa# dan i,! ikut melaksanakan keterti"an dunia "erdasarkan kemerde(
kaan, perdamaian yang a"adi, dan keadilan sosial.
.esepakatan kedua adalah kesepakatan "ah'a "asis pemerintahan
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. .esepakatan atau konsensus
kedua ini )uga sangat prinsipil, karena dalam setiap negara harus ada
keyakinan "ersama "ah'a apapun yang hendak dilakukan dalam konteks
penyelenggaraan negara haruslah didasarkan atas rule of the game yang
ditentukan "ersama. &stilah yang "iasa digunakan untuk itu adalah the rule
of la! yang dipelopori oleh A.A. Di-ey, seorang sar)ana &nggris kenamaan.
2ahkan di Amerika Serikat istilah ini dikem"angkan men)adi )argon, yaitu
0he 8ule of 2a! and not of ,an untuk menggam"arkan pengertian "ah'a
hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu
negara, "ukan manusia atau orang.
14
Ibid., hal.1$(1%.
6
&stilah 0he 8ule of 2a! )elas "er"eda dari istilah 0he 8ule by 2a!.
Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum la!! digam"arkan hanya
sekedar "ersifat instrumentalis atau alat, sedangkan kepemimpinan tetap
"erada di tangan orang atau manusia, yaitu 0he 8ule of ,an by 2a!. Dalam
pengertian demikian, hukum dapat dipandang se"agai suatu kesatuan
sistem yang di pun-aknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang
tidak lain adalah konstitusi, "aik dalam arti naskah tertulis ataupun dalam
arti tidak tertulis. Dari sinilah kita mengenal adanya istilah constitutional
state yang merupakan salah satu -iri penting negara demokrasi modern.
.arena itu, kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting sehingga
konstitusi sendiri dapat di)adikan pegangan tertinggi dalam memutuskan
segala sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. 3anpa ada konsensus
sema-am itu, konstitusi tidak akan "erguna, karena ia akan sekedar
"erfungsi se"agai kertas dokumen yang mati, hanya "ernilai semantik dan
tidak "erfungsi atau tidak dapat difungsikan se"agaimana mestinya.
.esepakatan ketiga adalah "erkenaan dengan a! "angunan organ
negara dan prosedur(prosedur yang mengatur kekuasaannya# "! hu"ungan(
hu"ungan antar organ negara itu satu sama lain# serta -! hu"ungan antara
organ(organ negara itu dengan 'arga negara. Dengan adanya kesepakatan
itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena "enar(
"enar men-erminkan keinginan "ersama "erkenaan dengan institusi
kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikem"angkan
dalam kerangka kehidupan negara "erkonstitusi constitutional state!. .ese(
pakatan(kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen konstitusi
yang diharapkan di)adikan pegangan "ersama untuk kurun 'aktu yang
-ukup lama. Para peran-ang dan perumus konstitusi tidak seharusnya
mem"ayangkan, "ahkan naskah konstitusi itu akan sering diu"ah dalam
'aktu dekat. .onstitusi tidak sama dengan undang(undang yang dapat le"ih
mudah diu"ah. .arena itulah mekanisme peru"ahan 5ndang(5ndang Dasar
memang sudah seharusnya tidak diu"ah semudah mengu"ah undang(
undang. Sudah tentu, tidak mudahnya mekanisme peru"ahan undang(
undang dasar tidak "oleh menye"a"kan undang(undang dasar itu men)adi
terlalu kaku karena tidak dapat diu"ah. .onstitusi )uga tidak "oleh
disakralkan dari kemungkinan peru"ahan seperti yang ter)adi di masa Orde
2aru.
.e"eradaan Pan-asila se"agai falsafah kenegaraan atau staatsidee
-ita negara! yang "erfungsi se"agai filosofische grondslag dan common
platforms atau -alimatun sa!a di antara sesama 'arga masyarakat dalam
konteks kehidupan "ernegara dalam kesepakatan pertama penyangga
konstitusionalisme menun)ukkan hakikat Pan-asila se"agai ideologi ter"uka.
3erminologi Pan-asila se"agai ideologi ter"uka sesungguhnya telah
dikem"angkan pada masa orde "aru. 4amun dalam pelaksanaannya pada
masa itu le"ih menun)ukkan Pan-asila se"agai ideologi tertutup. Pan-asila
men)adi alat hegemoni yang se-ara apriori ditentukan oleh elit kekuasaan
untuk mengekang ke"e"asan dan melegitimasi kekuasaan. .e"enaran
Pan-asila pada saat itu tidak hanya men-akup -ita(-ita dan nilai dasar, tetapi
7
)uga meliputi ke"i)akan praktis operasional yang tidak dapat dipertanyakan,
tetapi harus diterima dan dipatuhi oleh masyarakat.
.onsekuensi Pan-asila se"agai ideologi ter"uka adalah mem"uka
ruang mem"entuk kesepakatan masyarakat "agaimana men-apai -ita(-ita
dan nilai(nilai dasar terse"ut. .esepakatan terse"ut adalah kesepakat kedua
dan ketiga se"agai penyangga konstitusionalisme, yaitu kesepakatan tentang
the rule of la' se"agai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara
the basis of go"ernment! dan .esepakatan tentang "entuk institusi(
institusi dan prosedur(prosedur ketatanegaraan the form of institutions
and procedures!. .esepakatan(kesepakatan terse"ut hanya mungkin di-apai
)ika sistem yang dikem"angkan adalah sistem demokrasi.
Pan-asila se"agai ideologi "angsa &ndonesia memiliki per"edaan
dengan sistem kapitalisme(li"eral maupun sosialisme(komunis. Pan-asila
mengakui dan melindungi "aik hak(hak indi,idu maupun hak masyarakat
"aik di "idang ekonomi maupun politik. Dengan demikian ideologi kita
mengakui se-ara selaras "aik kolekti,isme maupun indi,idualisme.
Demokrasi yang dikem"angkan, "ukan demokrasi politik semata seperti
dalam ideologi li"eral(kapitalis, tetapi )uga demokrasi ekonomi. Dalam
sistem kapitalisme li"eral dasar perekonomian "ukan usaha "ersama dan
kekeluargaan, namun ke"e"asan indi,idual untuk "erusaha. Sedangkan
dalam sistem etatisme, negara yang mendominasi perekonomian, "ukan
'arga negara "aik se"agai indi,idu maupun "ersama(sama dengan 'arga
negara lainnya.
1>
Pan$a!ila Pa!$a Amandemen UUD %&'(
Peru"ahan 55D 18=> se"agai agenda utama era reformasi mulai
dilakukan oleh /a)elis Permusya'aratan 0akyat /P0! pada tahun 1888.
Pada Sidang 3ahunan /P0 1888, seluruh fraksi di /P0 mem"uat
kesepakatan tentang arah peru"ahan 55D 18=>, yaitu:
1B
1. sepakat untuk tidak mengu"ah Pem"ukaan 55D 18=>#
$. sepakat untuk mempertahankan "entuk 4egara .esatuan 0epu"lik
&ndonesia#
%. sepakat untuk mempertahankan sistem presidensiil dalam pengertian
sekaligus menyempurnakan agar "etul("etul memenuhi -iri(-iri umum
sistem presidensiil!#
=. sepakat untuk memindahkan hal(hal normatif yang ada dalam
Pen)elasan 55D 18=> ke dalam pasal(pasal 55D 18=># dan
>. sepakat untuk menempuh -ara adendum dalam melakukan amandemen
terhadap 55D 18=>.
Peru"ahan 55D 18=> kemudian dilakukan se-ara "ertahap dan
men)adi salah satu agenda Sidang 3ahunan /P0
1F
dari tahun 1888 hingga
peru"ahan keempat pada Sidang 3ahunan /P0 tahun $99$ "ersamaan
15
:ihat, Jimly Asshiddiqie, *4egara Hukum, Demokrasi, dan Dunia 5saha+, makalah disampaikan dalam
Orasi &lmiah ;isuda II 5ni,ersitas Sahid, Jakarta $9 Septem"er $99>.
16
:ima kesepakatan terse"ut dilampirkan dalam .etetapan /P0 4o. &IH/P0H1888 tentang Penugasan
2adan Peker)a /a)elis Permusya'aratan 0akyat 0epu"lik &ndonesia untuk /elan)utkan Peru"ahan 5ndang(
5ndang Dasar 4egara 0epu"lik &ndonesia 3ahun 18=>.
8
dengan kesepakatan di"entuknya .omisi .onstitusi yang "ertugas
melakukan pengka)ian se-ara komprehensif tentang peru"ahan 55D 18=>
"erdasarkan .etetapan /P0 4o. &H/P0H$99$ tentang Pem"entukan
.omisi .onstitusi.
Peru"ahan Pertama dilakukan dalam Sidang 3ahunan /P0 3ahun
1888 yang arahnya adalah mem"atasi kekuasaan Presiden dan memperkuat
kedudukan De'an Per'akilan 0akyat DP0! se"agai lem"aga legislatif.
1<
Peru"ahan .edua dilakukan dalam sidang 3ahunan /P0 3ahun $999
meliputi masalah 'ilayah negara dan pem"agian pemerintahan daerah,
menyempurnakan peru"ahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan
DP0, dan ketentuan(ketentuan yang terperin-i tentang HA/.
18
Peru"ahan
.etiga yang ditetapkan pada Sidang 3ahunan /P0 3ahun $991 meliputi
ketentuan tentang Asas(asas landasan "ernegara, kelem"agaan negara dan
hu"ungan antar lem"aga negara, dan ketentuan(ketentuan tentang
Pemilihan 5mum.
$9

Peru"ahan keempat dilakukan dalam Sidang 3ahunan /P0 3ahun
$99$. /ateri peru"ahan pada Peru"ahan .eempat adalah ketentuan tentang
kelem"agaan negara dan hu"ungan antar lem"aga negara, penghapusan
De'an Pertim"angan Agung DPA!, ketentuan tentang pendidikan dan
ke"udayaan, ketentuan tentang perekonomian dan kese)ahteraan sosial, dan
aturan peralihan serta aturan tam"ahan.
$1
Peru"ahan(peru"ahan terse"ut diatas meliputi hampir keseluruhan
materi 55D 18=>. Jika naskah asli 55D 18=> "erisi F1 "utir ketentuan,
maka setelah empat kali mengalami peru"ahan, materi muatan 55D 18=>
men-akup 188 "utir ketentuan. 4amun sesuai dengan kesepakatan /P0
yang kemudian men)adi lampiran dari .etetapan /P0 4o. &IH/P0H1888,
Pem"ukaan 55D 18=> tidak akan diu"ah. Pem"ukaan 55D 18=> memuat
-ita(-ita "ersama se"agai pun-ak a"straksi yang men-erminkan kesamaan(
kesamaan kepentingan di antara sesama 'arga masyarakat yang dalam
kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme atau kema)emukan.
Pem"ukaan 55D 18=> )uga memuat tu)uan(tu)uan atau -ita(-ita "ersama
17
Sidang 3ahunan /P0 "aru dikenal pada masa reformasi "erdasarkan Pasal =8 dan Pasal >9 .etetapan
/P0 4o. &&H/P0H1888 tentang Peraturan 3ata 3erti" /a)elis Permusya'aratan 0akyat 0epu"lik &ndonesia.
18
Ditetapkan pada tanggal 18 Okto"er 1888. /eliputi Pasal > ayat 1!, Pasal F, Pasal 8, Pasal 1% ayat $!,
Pasal 1=, Pasal 1>, Pasal 1F ayat $! dan %!, Pasal $9, dan Pasal $$ 55D 18=>.
19
Ditetapkan pada tanggal 1< Agustus $999. /eliputi Pasal 1<, Pasal 1<A, Pasal 1<2, Pasal 18, Pasal $9 ayat
>!, Pasal $9A, Pasal $$A, Pasal $$2, 2a" &IA, Pasal $<A, Pasal $<2, Pasal $<?, Pasal $<?, Pasal $<D, Pasal $<C,
Pasal $<6, Pasal $<1, Pasal $<H, Pasal $<&, Pasal $<J, 2a" I&&, Pasal %9, 2a" IA, Pasal %BA, Pasal %B2, dan Pasal
%B? 55D 18=>.
20
Ditetapkan pada tanggal 8 4o,em"er $991. /engu"ah dan atau menam"ah ketentuan(ketentuan Pasal 1
ayat $! dan %!, Pasal % ayat 1!, %!, dan =!, Pasal B ayat 1! dan $!, Pasal BA ayat 1!, $!, %!, dan >!, Pasal FA,
Pasal F2 ayat 1!, $!, %!, =!, >!, B!, dan F!, Pasal F?, Pasal < ayat 1! dan $!, Pasal 11 ayat $! dan %!, Pasal 1F
ayat =!, 2a" A&&A, Pasal $$? ayat 1!, $!, %!, dan =!, Pasal $$D ayat 1!, $!, %!, dan =!, 2a" A&&2, Pasal $$C
ayat 1!, $!, %!, =!, >!, dan B!, Pasal $% ayat 1!, $!, dan %!, Pasal $%A, Pasal $%?, 2a" A&&&A, Pasal $%C ayat 1!,
$!, dan %!, Pasal $%6 ayat 1!, dan $!, Pasal $%1 ayat 1! dan $!, Pasal $= ayat 1! dan $!, Pasal $=A ayat 1!, $!,
%!, =!, dan >!, Pasal $= 2 ayat 1!, $!, %!, dan =!, Pasal $=? ayat 1!, $!, %!, =!, >!, dan B! 55D 18=>.
21
Ditetapkan pada tanggal 19 Agustus $99$. Peru"ahan dan atau penam"ahan dalam Peru"ahan .eempat
ini meliputi Pasal $ ayat 1!# Pasal BA ayat =!# Pasal < ayat %!# Pasal 11 ayat 1!# Pasal 1B, Pasal $%2# Pasal $%D#
Pasal $= ayat %!# 2a" I&&&, Pasal %1 ayat 1!, $!, %!, =!, dan >!# Pasal %$ ayat 1!, $!, %!, dan =!# 2a" &A, Pasal
%% ayat =! dan >!# Pasal %= ayat 1!, $!, %!, dan =!# Pasal %F ayat 1!, $!, %!, =!, dan >!# Aturan Peralihan Pasal
&, &&, dan &&&# Aturan 3am"ahan Pasal & dan && 55D 18=>.
9
yang "iasa )uga dise"ut se"agai falsafah kenegaraan atau staatsidee -ita
negara! yang "erfungsi se"agai filosofische grondslag dan common
platforms atau -alimatun sa!a di antara sesama 'arga masyarakat dalam
konteks kehidupan "ernegara. &nilah yang oleh ;illiam 1. Andre's dise"ut
se"agai .esepakatan consensus! pertama.
Pan-asila se"agai dasar(dasar filosofis terdapat dalam Pem"ukaan
55D 18=> yang merupakan kesepakatan pertama penyangga konstitu(
sionalisme. Dengan tidak diu"ahnya Pem"ukaan 55D 18=>, maka tidak
"eru"ah pula kedudukan Pan-asila se"agai dasar(dasar filosofis "angunan
4egara 0epu"lik &ndonesia. Dang "eru"ah adalah sistem dan institusi untuk
me'u)udkan -ita(-ita "erdasarkan nilai(nilai Pan-asila. Hal ini sesuai
dengan makna Pan-asila se"agai ideologi ter"uka yang hanya dapat
di)alankan dalam sistem yang demokratis dan "ersentuhan dengan nilai(
nilai dan perkem"angan masyarakat.
Pan$a!ila Seagai )a"eri Kon!"i"u!i
3elah diuraikan "ah'a dalam kehidupan "angsa &ndonesia, Pan-asila
adalah filosofische grondslag dan common platforms atau -alimatun sa!a%
Pan-asila adalah dasar negara. Pertanyaan selan)utnya adalah "agaimana
kedudukan Pan-asila dalam tata hukum nasionalJ
Salah satu masalah pada masa lalu yang mengaki"atkan Pan-asila
-enderung digunakan se"agai alat legitimasi kekuasaan dan le"ih men)adi
ideologi tertutup adalah karena adanya pendapat "ah'a Pan-asila "erada di
atas dan diluar konstitusi. Pan-asila dise"ut se"agai norma fundamental
negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans .elsen
dan Hans 4a'iasky.
3eori Hans kelsen yang mendapat "anyak perhatian adalah hierarki
norma hukum dan rantai ,aliditas yang mem"entuk piramida hukum
(stufentheorie)
22
. Salah seorang tokoh yang mengem"angkan teori terse"ut
adalah murid Hans .elsen, yaitu Hans 4a'iasky. 3eori 4a'iaky dise"ut
dengan theorie "on stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma
menurut teori terse"ut adalah:
$%
1. 4orma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)#
$. Aturan dasar negara (staatsgrundgeset/)#
%. 5ndang(undang formal (formell geset/)# dan
=. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom ("erordnung en
autonome sat/ung).
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar "agi
pem"entukan konstitusi atau 5ndang(5ndang Dasar (staats"erfassung)
dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah
22
3eori Hans .elsen ini dapat dipela)ari dalam tiga "ukunya yaitu )ure 0heory of 2a!+ Introduction to the
)roblematic of 2egal Science# )ure 0heory of 2a!; dan 9eneral 0heory of 2a! and State%
23
Ibid., hal. %F. A. Hamid A. Attamimi, )eranan Keputusan )residen 8epubli- Indonesia dalam
)enyelenggaraan )emerintahan 'egara; Suatu Studi .nalisis ,engenai Keputusan )residen yang 3erfungsi
)engaturan dalam Kurun &a-tu )elita I:)elita I; Disertasi &lmu Hukum 6akultas Pas-asar)ana 5ni,ersitas
&ndonesia, Jakarta, 1889, hal., $<F.
10
se"agai syarat "agi "erlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm
ada terle"ih dahulu dari konstitusi suatu negara.
$=
/enurut 4a'iasky, norma tertinggi yang oleh .elsen dise"ut se"agai
norma dasar (basic norm) dalam suatu negara se"aiknya tidak dise"ut
se"agai staatsgrundnorm melainkan Staatsfundamentalnorm, atau norma
fundamental negara. 9rundnorm pada dasarnya tidak "eru"ah(u"ah,
sedangkan norma tertinggi "eru"ah misalnya dengan -ara kudeta atau
re,olusi.
$>
2erdasarkan teori 4a'iaky terse"ut, A. Hamid S. Attamimi mem"an(
dingkannya dengan teori .elsen dan menerapkannya pada struktur tata
hukum di &ndonesia. Attamimi menun)ukkan struktur hierarki tata hukum
&ndonesia dengan menggunakan teori 4a'iasky. 2erdasarkan teori terse"ut,
struktur tata hukum &ndonesia adalah:
$B
1! Staatsfundamentalnorm: Pan-asila Pem"ukaan 55D 18=>!.
$! Staatsgrundgeset/: 2atang 3u"uh 55D 18=>, 3ap /P0, dan .on,ensi
.etatanegaraan.
%! Formell geset/: 5ndang(5ndang.
=! ;erordnung en .utonome Sat/ung: Se-ara hierarkis mulai dari
Peraturan Pemerintah hingga .eputusan 2upati atau ;alikota.
Penempatan Pan-asila se"agai Staatsfundamental4norm pertama
kali disampaikan oleh 4otonagoro
$F
. Pan-asila dilihat se"agai -ita hukum
rechtsidee) merupakan "intang pemandu. Posisi ini mengharuskan
pem"entukan hukum positif adalah untuk men-apai ide(ide dalam
Pan-asila, serta dapat digunakan untuk mengu)i hukum positif. Dengan
ditetapkannya Pan-asila se"agai Staatsfundamentalnorm

maka
pem"entukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan
dari nilai(nilai Pan-asila.
$<

4amun, dengan penempatan Pan-asila se"agai Staats4
fundamentalnorm "erarti menempatkannya di atas 5ndang(5ndang Dasar.
Jika demikian, Pan-asila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena
"erada di atas konstitusi. 5ntuk mem"ahas permasalahan ini dapat
dilakukan dengan mela-ak kem"ali konsepsi norma dasar dan konstitusi
menurut .elsen dan pengem"angan yang di"uat oleh 4a'iasky, serta
melihat hu"ungan antara Pan-asila dan 55D 18=>.
.elsen mem"ahas ,aliditas norma(norma hukum dengan
menggam"arkannya se"agai suatu rantai ,aliditas yang "eru)ung pada
konstitusi negara. Jika "ertanya mengapa konstitusi itu ,alid, mungkin
dapat menun)uk pada konstitusi lama. Akhirnya men-apai "e"erapa
24
Ibid.
25
Ibid., hal. %>8.
26
Ibid. 3ata urutan yang dipakai oleh Attamimi adalah "erdasarkan .etetapan /P0S 4o. IIH/P0SH18BB.
.etetapan terse"ut diganti dengan .etetapan /P0 4o. &&&H/P0H$999 tentang Sum"er Hukum dan 3ata 5rutan
Peraturan Perundang(5ndangan. Pada 3ahun $99% telah ditetapkan 5ndang(5ndang 4o. 19 3ahun $99= tentang
Pem"entukan Peraturan Perundang(5ndangan.
27
4otonagoro, +Pem"ukaan 5ndang(5ndang Dasar 18=> Pokok .aidah 6undamentil 4egara &ndonesia!+
dalam )ancasila (asar Falsafah 'egara, ?etakan keempat, Jakarta: Pant)uran 3ud)uh, tanpa tahun!.
28
Attamimi, Op 1it., hal. %98.
11
konstitusi hingga konstitusi pertama yang ditetapkan oleh indi,idu atau
sema-am ma)elis. Aaliditas konstitusi pertama adalah presuposisi terakhir,
postulat yang final, di mana ,aliditas semua norma dalam tata aturan
hukum "ergantung. Dokumen yang merupakan 'u)ud konstitusi pertama
adalah konstitusi sesungguhnya, suatu norma mengikat, hanya dalam
kondisi dipresuposisikan se"agai ,alid
$8
. Presuposisi inilah yang dise"ut
dengan istilah trancendental4logical pressuposition.
%9
Semua norma hukum adalah milik satu tata aturan hukum yang sama
karena ,aliditasnya dapat dila-ak kem"ali, se-ara langsung atau tidak,
kepada konstitusi pertama. 2ah'a konstitusi pertama adalah norma hukum
yang mengikat adalah sesuatu yang dipreposisikan, dan formulasi preposisi
terse"ut adalah norma dasar dari tata aturan hukum ini.
%1
.alimat terakhir )elas menun)ukkan adanya dua hal, yaitu norma
dasar adalah presuposisi atas ,aliditas konstitusi pertama. 4orma dasar
tidak di"uat dalam prosedur hukum oleh organ pem"uat hukum. 4orma ini
,alid tidak karena di"uat dengan -ara tindakan hukum, tetapi ,alid karena
dipresuposisikan ,alid, dan dipresuposisikan ,alid karena tanpa presuposisi
ini tidak ada tindakan manusia dapat ditafsirkan se"agai hukum, khususnya
norma pem"uat hukum.
%$
:ogika .elsen terse"ut sering dipahami se-ara salah dengan
men-ampuradukkan antara presuposisi ,aliditas dan konstitusi, manakah
yang merupakan norma dasar (grundnorm)J. Hal inilah yang selan)utnya
diselesaikan oleh 4a'iasky dengan mem"edakan antara
staatsfundamental4norm dengan staatsgrundgeset/ atau grundnorm
dengan alasan "ah'a grundnorm pada dasarnya tidak "eru"ah sedangkan
staatsfundamentalnorm dapat "eru"ah seperti melalui kudeta atau
re,olusi.
%%
Pendapat 4a'iasky terse"ut se"enarnya se)alan dengan pandangan
.elsen. .elsen )uga menyatakan "ah'a konstitusi memang di"uat sulit
untuk diu"ah karena dengan demikian men)adi "er"eda dengan norma
hukum "iasa.
%=
Selain itu, .elsen )uga menyatakan "ah'a suatu tata hukum
kehilangan ,aliditasnya se-ara keseluruhan )ika ter)adi kudeta atau re,olusi
yang efektif. .udeta atau re,olusi adalah peru"ahan tata hukum selain
dengan -ara yang ditentukan oleh tata hukum itu sendiri. .udeta atau
re,olusi men)adi fakta hilangnya presuposisi ,aliditas konstitusi pertama
dan digantikan dengan presuposisi yang lain. 3ata hukum yang "erlaku
adalah se"uah tata hukum "aru meskipun dengan materi yang sama dengan
tata hukum lama
%>
.
29
Hans .elsen, 9eneral 0heory of 2a! and State, translated "y: Anders ;ed"erg, 4e' Dork: 0ussell G
0ussell, 18B1!, hal 11>.
30
Hans .elsen, )ure 0heory Of 2a!, 3ranslation from the Se-ond 0e,ised and Cnlarged! 1erman Cdition,
3ranslated "y: /a@ .night, 2erkeley, :os Angeles, :ondon: 5ni,ersity of ?alifornia Press, 18BF!, hal. $91 K $9>.
31
.elsen, 1eneral 3heory, Op 1it., hal 11>
32
.elsen, 1eneral 3heory, Op 1it., hal 11B. .elsen, Pure 3heory of :a', Op 1it., hal. 18>.
33
Attamimi, Op 1it., hal. %>8. 4a'iasky, Op 1it., hal. %1 K %F.
34
.elsen, 1eneral 3heory, Op 1it., hal 1$= K 1$>. .elsen, Pure 3heory, Op 1it., hal. $$1 K $$=.
35
.elsen, 1eneral 3heory, Op 1it., hal 11F.
12
2erdasarkan uraian antara pandangan .elsen dan 4a'iasky terse"ut
dapat disimpulkan "ah'a staats4fundamentalnorm yang dikemukakan oleh
na'iasky adalah presuposisi ,aliditas konstitusi pertama yang dikemukakan
oleh .elsen se"agai norma dasar. Sedangkan staats4grundgeset/(nya
4a'iasky adalah konstitusi dalam pandangan .elsen. Pertanyaan
selan)utnya adalah apakah Pan-asila merupakan staatsfundamentalnorm
atau me(rupakan "agian dari konstitusiJ
Pan-asila lahir dan dirumuskan dalam persidangan 2adan Penyelidik
5saha Persiapan .emerdekaan &ndonesia 2P5P.&! pada saat mem"ahas
dasar negara, khususnya dalam pidato Soekarno tanggal 1 Juni 18=>.
Soekarno menye"ut dasar negara se"agai )hilosofische grondslag se"agai
fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam(dalamnya yang diatasnya akan
didirikan "angunan negara &ndonesia. Soekarno )uga menye"utnya dengan
istilah &eltanschauung atau pandangan hidup. Pan-asila adalah lima dasar
atau lima asas.
%B
Pidato yang dikemukakan Soekarno pada saat itu adalah rangkaian
persidangan 2P5P.& yang mem"ahas dasar negara. Selain Soekarno,
anggota(anggota yang lain )uga mengemukakan pendapatnya "aik se-ara
lisan maupun tertulis. Dari "er"agai pendapat yang dikemukakan dalam
persidangan terse"ut, kemudian ditun)uk tim perumus yang terdiri dari <
orang, yaitu: &r. Soekarno, Drs. /. Hatta, /r. /. Damin, /. Soetard)o
.artohadikoesoemo, 0. Otto &skandardinata, /r. A. /aramis, .i 2agoes
Hadikoesoemo, dan ..H. ;a-hid Has)im. 3im ini menghasilkan rumusan
yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta dan diterima oleh 2P5P.&
pada tanggal 19 Juli 18=>.
%F
Dokumen inilah yang men)adi Pem"ukaan 55D
18=> setelah ter)adi kompromi dengan pen-oretan tu)uh kata. ;alaupun
pengaruh Soekarno -ukup "esar dalam perumusan dokumen ini, namun
dokumen ini adalah hasil perumusan 2P5P.& yang dengan sendirinya
merepresentasikan "er"agai pemikiran anggota 2P5P.&. Dokumen ini
disamping memuat lima dasar negara yang dikemukakan oleh Soekarno,
)uga memuat pokok(pokok pikiran yang lain.
Jika masalah dasar negara dise"utkan oleh Soekarno se"agai
)hilosofische grondslag ataupun &eltanschauung, maka hasil dari
persidangan(persidangan terse"ut, yaitu Piagam Jakarta yang selan)utnya
men)adi dan dise"ut dengan Pem"ukaan 55D 18=>, yang merupakan
)hilosofische grondslag dan &eltanschauung "angsa &ndonesia. Seluruh
nilai(nilai dan prinsip(prinsip dalam Pem"ukaan 55D 18=> adalah dasar
negara &ndonesia, termasuk di dalamnya Pan-asila.
Selain Pan-asila, telah "anyak dikenal adanya empat pokok pikiran
Pem"ukaan 55D 18=>, yaitu# 1! "ah'a 4egara &ndonesia adalah negara
yang melindungi dan meliputi segenap "angsa &ndonesia dan seluruh
tumpah darah &ndonesia, serta men-akupi segala paham golongan dan
36
Saafroedin 2ahar, Ananda 2. .usuma, dan 4annie Huda'ati peny.!, 8isalah Sidang 3adan )enyelidi-
*saha4*saha )ersiapan Kemerde-aan (3)*)KI) )anitia )ersiapan Kemerde-aan Indonesia ())KI) 2< ,ei 1=>?
: 22 .gustus 1=>? Jakarta: Sekretariat 4egara 0epu"lik &ndonesia, 188>!, hal. B%, B8, dan <1. 0/. A.2. .usuma,
2ahirnya *ndang4*ndang (asar 1=>?, Jakarta: Pusat Studi Hukum 3ata 4egara 6akultas Hukum 5ni,ersitas
&ndonesia, $99=!, hal. 11F, 1$1, 1$< K 1$8.
37
.usuma, Op 1it., hal. 1%9, -atatan kaki no. $$8.
13
paham perseorangan# $! "ah'a 4egara &ndonesia hendak me'u)udkan
keadilan sosial "agi seluruh 'arganya# %! "ah'a 4egara &ndonesia
menganut paham kedaulatan rakyat. 4egara di"entuk dan diselenggarakan
"erdasarkan kedaulatan rakyat# dan =! "ah'a 4egara &ndonesia adalah
negara yang "er(.etuhanan Dang /aha Csa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan "erada".
%<
Jika men-ermati Pem"ukaan 55D 18=>, masing(masing alenia
mengandung pula -ita(-ita luhur dan filosofis yang harus men)i'ai
keseluruhan sistem "erpikir materi 5ndang(5ndang Dasar. Alenia pertama
menegaskan keyakinan "angsa &ndonesia "ah'a kemerdekaan adalah hak
asasi segala "angsa, dan karena itu segala "entuk pen)a)ahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Alenia kedua menggam"arkan proses per)uangan "angsa
&ndonesia yang pan)ang dan penuh penderitaan yang akhirnya "erhasil
mengantarkan "angsa &ndonesia ke depan pintu ger"ang negara &ndonesia
yang merdeka, "ersatu, "erdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga
menegaskan pengakuan "angsa &ndonesia akan ke(/aha .uasaan 3uhan
Dang /aha Csa, yang mem"erikan dorongan spiritual kepada segenap
"angsa untuk memper)uangkan per'u)udan -ita(-ita luhurnya sehingga
rakyat &ndonesia menyatakan kemerdekaannya. 3erakhir alenia keempat
menggam"arkan ,isi "angsa &ndonesia mengenai "angunan kenegaraan
yang hendak di"entuk dan diselenggarakan dalam rangka melem"agakan
keseluruhan -ita(-ita "angsa untuk merdeka, "ersatu, "erdaulat, adil dan
makmur dalam 'adah 4egara &ndonesia. Dalam alenia keempat inilah
dise"utkan tu)uan negara dan dasar negara.
%8
.eseluruhan Pem"ukaan 55D 18=> yang "erisi latar "elakang
kemerdekaan, pandangan hidup, tu)uan negara, dan dasar negara dalam
"entuk pokok(pokok pikiran se"agaimana telah diuraikan terse"ut(lah yang
dalam "ahasa Soekarno dise"ut se"agai )hilosofische grondslag atau dasar
negara se-ara umum. Jelas "ah'a Pem"ukaan 55D 18=> se"agai ideologi
"angsa tidak hanya "erisi Pan-asila. Dalam ilmu politik, Pem"ukaan 55D
18=> terse"ut dapat dise"ut se"agai ideologi "angsa &ndonesia.
Pertanyaan selan)utnya, apakah Pem"ukaan 55D 18=> merupakan
staatsfundamentalnorm di &ndonesiaJ Jika merupakan staats4fundamen4
talnorm maka Pem"ukaan 55D 18=> merupakan "agian terpisah dari pasal(
pasal dalam 55D 18=> karena se"agai staatsfundamentalnorm Pem"ukaan
55D 18=> merupakan norma yang merupakan dasar "agi pem"entukan
konstitusi atau 5ndang(5ndang Dasar (staats"erfassung), atau dalam
"ahasa .elsen Pem"ukaan 55D 18=> adalah yang mempresuposisikan
,aliditas 55D 18=>.
Pen)elasan 55D 18=> yang merupakan "agian dari keseluruhan 55D
18=> menyatakan "ah'a *Pokok(pokok pikiran terse"ut meliputi suasana
ke"atinan dari 5ndang(5ndang Dasar 4egara &ndonesia. Pokok(pokok
38
Pokok(pokok pikiran Pem"ukaan 55D 18=> ini dimuat dalam Pen)elasan 55D 18=> se"elum peru"ahan
55D 18=> yang menghilangkan pen)elasan ini. :ihat )uga Jimly Asshiddiqie, Konstitusi @ Konstitusionalisme
Indonesia, Jakarta: /ahkamah .onstitusi 0epu"lik &ndonesia dan Pusat Studi Hukum 3ata 4egara 6akultas
Hukum 5ni,ersitas &ndonesia, $99=!, hal. >1.
39
Ibid., hal. >1 K >$.
14
pikiran ini me'u)udkan -ita(-ita hukum (rechtsidee) yang menguasai
hukum dasar negara, "aik hukum yang tertulis 5ndang(5ndang Dasar!
maupun hukum yang tidak tertulis. 5ndang(5ndang Dasar men-iptakan
pokok(pokok pikiran ini dalam pasal(pasalnya+. 2ahkan para founding
fathers )uga menyadari akan perkem"angan masyarakat sehingga tidak
tergesa(gesa mem"eri kristalisasi, mem"eri "entuk (9elstaltung).
Pen)elasan ini se"enarnya mem"eri ruang peru"ahan terhadap per'u)udan
pokok(pokok pikiran dalam Pem"ukaan 55D 18=>.
2erdasarkan pen)elasan terse"ut, terlihat "ah'a Pem"ukaan 55D
18=> merupakan kesatuan dengan pasal(pasal 55D 18=>. Hal ini )uga dapat
dilihat dari proses penyusunan Pem"ukaan 55D 18=> yang merupakan satu
kesatuan dengan pem"ahasan masalah lain dalam 5ndang(5ndang Dasar
oleh 2P5P.&, yaitu masalah "entuk negara, daerah negara, "adan
per'akilan rakyat, dan "adan penasehat
=9
. Status Pem"ukaan 55D 18=>
se"agai satu kesatuan dengan pasal(pasalnya men)adi sangat tegas
"erdasarkan Pasal && Aturan 3am"ahan 55D 18=> yang "er"unyi: *(engan
ditetap-annya perubahan *ndang4*ndang (asar ini *ndang4*ndang
(asar 'egara 8epubli- Indonesia 0ahun 1=>? terdiri atas )embu-aan dan
pasal4pasal%+
=1
Jika Pem"ukaan 55D 18=> dan pasal(pasalnya merupakan satu
kesatuan, tentu tidak dapat memisahkannya dengan menempatkan
Pem"ukaan 55D 18=> se"agai staatsfundamentalnorms yang le"ih tinggi
dari pasal(pasalnya se"agai staats"erfassung. Apalagi dengan menyatakan
"ah'a Pem"ukaan 55D 18=> adalah dasar pem"entukan pasal(pasal 55D
18=> se"agai konstitusi, atau Pem"ukaan 55D 18=> adalah presuposisi "agi
,aliditas pasal(pasal 55D 18=>. Pem"ukaan 55D 18=> termasuk di
dalamnya Pan-asila! dan pasal(pasalnya adalah konstitusi tertulis "angsa
&ndonesia. Pem"ukaan 55D 18=> 'alaupun merupakan pokok(pokok
pikiran yang a"straksinya tinggi dan di)a"arkan dalam pasal(pasalnya, tetapi
"ukan merupakan dasar ke"erlakuan pasal(pasal 55D 18=> dan "erarti
"ukan pula presuposisi ,aliditas pasal(pasal terse"ut. Pem"ukaan 55D 18=>
"ukan sekedar se"uah postulat dari Auristic4thin-ing. 55D 18=> se-ara
keseluruhan ditetapkan se"agai konstitusi (staats"erfassung) yang mengikat
dalam satu tindakan hukum, yaitu keputusan PP.& tanggal 1< Agustus 18=>.
Penempatan Pem"ukaan 55D 18=> se"agai "agian dari .onstitusi
sekaligus menempatkannya se"agai norma a"strak yang dapat di)adikan
se"agai standar ,aluasi konstitusionalitas norma hukum yang le"ih rendah.
2ahkan )uga dapat digunakan se"agai prinsip(prinsip dalam menafsirkan
konstitusi. Dengan posisi Pem"ukaan 55D 18=> se"agai "agian dari
konstitusi, maka pokok(pokok pikiran yang terkandung di dalamnya,
termasuk Pan-asila, "enar("enar dapat men)adi rechtsidee dalam
pem"angunan tata hukum &ndonesia.
Jika Pan-asila "ukan merupakan staatsfundamental4norms, lalu apa
yang men)adi dasar ke"erlakuan 55D 18=> se"agai konstitusiJ Apa yang
mempresuposisikan ,aliditas 55D 18=>J Proklamasi 1F Agustus 18=>.
40
.usuma, Op 1it., hal. 1%$ K 1%F.
41
Hasil Peru"ahan .eempat 55D 18=>.
15
Proklamasi menurut hukum yang "erlaku pada saat itu "ukan merupakan
tindakan hukum karena dilakukan "ukan oleh organ hukum dan tidak sesuai
dengan prosedur hukum. Proklamasi 1F Agustus 18=> yang menandai
"erdirinya 4egara 0epu"lik &ndonesia, yang "erarti ter"entuknya suatu tata
hukum "aru ('e! 2egal Order). Adanya 4egara &ndonesia setelah
diproklamasikan adalah postulat "erpikir yuridis Auristic thin-ing! se"agai
dasar ke"erlakuan 55D 18=> men)adi konstitusi 4egara &ndonesia.
.e"eradaan 4egara &ndonesia yang merdeka adalah presuposisi ,aliditas
tata hukum &ndonesia "erdasarkan 55D 18=> sekaligus meniadakan tata
hukum lama se"agai se"uah sistem.
Peran )ahkamah Kon!"i"u!i
Hans .elsen menyatakan "ah'a pelaksanaan aturan konstitusional
tentang legislasi dapat se-ara efektif di)amin hanya )ika suatu organ selain
"adan legislatif di"erikan tugas untuk mengu)i apakah suatu produk hukum
itu konstitusional atau tidak, dan tidak mem"erlakukannya )ika menurut
organ ini produk hukum terse"ut tidak konstitusional. 5ntuk itu dapat
diadakan organ khusus seperti pengadilan khusus yang dise"ut mahkamah
konstitusi (constitutional court), atau kontrol terhadap konstitusionalitas
undang(undang (Audicial re"ie!) di"erikan kepada pengadilan "iasa,
khususnya mahkamah agung. Organ khusus yang mengontrol terse"ut dapat
menghapuskan se-ara keseluruhan undang(undang yang tidak
konstitusional sehingga tidak dapat diaplikasikan oleh organ lain.
Sedangkan )ika se"uah pengadilan "iasa memiliki kompetensi mengu)i
konstitusionalitas undang(undang, mungkin hanya dalam "entuk menolak
untuk menerapkannya dalam kasus konkret ketika menyatakan "ah'a
undang(undang terse"ut tidak konstitusional sedangkan organ lain tetap
di'a)i"kan menerapkannya.
=$
1eorge Jellinek pada akhir a"ad ke(18 mengem"angkan gagasan agar
ke'enangan Audicial re"ie! terse"ut diterapkan di Austria, seperti yang
telah diterapkan oleh John /arshal di Amerika. Pada tahun 1<BF,
/ahkamah Agung Austria mendapatkan ke'enangan menangani sengketa
yuridis terkait dengan perlindungan hak(hak politik "erhadapan dengan
pemerintah. Pemikiran .elsen yang telah diungkapkan di atas, mendorong
di"entuknya suatu lem"aga yang di"eri nama ;erfassungsgerichtshoft atau
/ahkamah .onstitusi (1onstitutional 1ourt) yang "erdiri sendiri di luar
/ahkamah Agung, sehingga model ini sering dise"ut se"agai #0he Kelsenian
,odel
>B
$. 1agasan ini dia)ukan ketika .elsen diangkat se"agai anggota
lem"aga pem"aharu .onstitusi Austria (1hancelery) pada tahun 1818 K
18$9 dan diterima dalam .onstitusi 3ahun 18$9. &nilah /ahkamah
.onstitusi pertama di dunia. /odel ini menyangkut hu"ungan antara
prinsip supremasi konstitusi (the principle of the supremacy of the
1onstitution) dan prinsip supremasi parlemen (the principle of the
42
Hans .elsen, 9eneral 0heory of 2a! and State, Op 1it. 4e' Dork: 0ussell G 0ussell, 18B1!, hal 1>F.
43
Dise"ut )uga dengan #the centrali/ed system of Audicial re"ie!$. :ihat Arend :i)phart, )atterns of
(emocracy+ 9o"ernment Forms and )erformance in 0hirty4Six 1ountries, 4e' Hea,en and :ondon: Dale
5ni,ersity Press, 1888!, hal. $$>.
16
supremacy of the )arliament). /ahkamah konstitusi ini melakukan
pengu)ian "aik terhadap norma(norma yang "ersifat a"strak (abstract
re"ie!) dan )uga memungkinkan pengu)ian terhadap norma kongkrit
(concrete re"ie!). Pengu)ian "iasanya dilakukan se-ara a posteriori,
meskipun tidak menutup kemungkinan dilakukan pengu)ian a priori.
==
;alaupun demikian, ke"eradaan lem"aga /ahkamah konstitusi
se-ara umum merupakan fenomena "aru dalam dunia ketatanegaraan.
Hingga saat ini "aru terdapat F< negara yang mem"entuk mahkamah ini
se-ara tersendiri.
=>
4egara(negara ini pada umumnya adalah negara(negara
yang mengalami peru"ahan dari otoritarian men)adi negara demokrasi.
Di &ndonesia, /ahkamah .onstitusi merupakan produk dari
peru"ahan keempat 55D 18=>. Pasal $= ayat $! 55D 18=>
=B
menyatakan:
*Ke-uasaan -eha-iman dila-u-an oleh sebuah ,ah-amah .gung dan
badan peradilan yang berada di ba!ahnya dalam ling-ungan peradilan
umum ling-ungan peradilan agama ling-ungan peradilan militer
ling-ungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah ,ah-amah
Konstitusi+. Hal ini "erarti -a"ang kekuasaan kehakiman merupakan satu
kesatuan sistem yang dilakukan oleh /ahkamah Agung dan /ahkamah
.onstitusi yang men-erminkan pun-ak kedaulatan hukum &ndonesia
"erdasarkan 55D 18=> Agustus $99%. /ahkamah .onstitusi 0epu"lik
&ndonesia kemudian diatur dengan 5ndang(5ndang 4omor $= 3ahun $99%
tentang /ahkamah .onstitusi yang disahkan pada tanggal 1% Agustus
$99%.
=F
4amun lem"aga /ahkamah .onstitusi sendiri "aru "enar("enar
ter"entuk pada tanggal 1F Agustus $99% setelah pengu-apan sumpah
)a"atan sem"ilan hakim konstitusi pada tanggal 1B Agustus $99%.
=<
/ahkamah .onstitusi 0epu"lik &ndonesia "er'enang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya "ersifat final untuk# a!
mengu)i undang(undang terhadap 55D 18=># "! memutus sengketa
ke'enangan lem"aga negara yang ke'enangannya di"erikan oleh 55D
18=># -! memutus pem"u"aran partai politik# dan d! memutus perselisihan
tentang hasil pemilihan umum.
=8
Selain itu /ahkamah .onstitusi )uga e!
'a)i" mem"erikan putusan atas pendapat DP0 "ah'a Presiden danHatau
;akil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum "erupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana "erat
lainnya, atau per"uatan ter-ela, danHatau tidak lagi memenuhi syarat
44
Jimly Asshiddiqie, ,odel4,odel )enguAian Konstitusional di 3erbagai 'egara, Jakarta: .onstitusi
Press, $99>!, hal. $<, $8, B= K BB, 19< dan 198.
45
:ihat Jimly Asshiddiqie dan /ustafa 6akhry, ,ah-amah Konstitusi+ Kompilasi Ketentuan **( ** dan
)eraturan di C< 'egara, Jakarta: Pusat Studi Hukum 3ata 4egara 6H 5& dan Asosiasi Penga)ar H34 dan HA4
&ndonesia, $99$!.
46
Hasil Peru"ahan .eempat 55D 18=>.
47
:em"aran 4egara 0epu"lik &ndonesia 3ahun $99% 4omor 8<, 3am"ahan :em"aran 4egara 0epu"lik
&ndonesia 4o. =%1B.
48
Sem"ilan hakim konstitusi pada /.0& yang pertama ditetapkan "erdasarkan .eputusan Presiden 4o.
1=FH/ 3ahun $99%, tanggal 1> Agustus $99%.
49
Pasal $=? ayat 1! 55D 18=> )unto Pasal 19 ayat 1! 5ndang(5ndang 4omor $= 3ahun $99% tentang
/ahkamah .onstitusi.
17
se"agai Presiden danHatau ;akil Presiden se"agaimana dimaksud dalam
55D 18=>.
>9
.e'enangan pertama /ahkamah .onstitusi sering dise"ut se"agai
Audicial re"ie!. 4amun istilah ini harus diluruskan dan diganti dengan
istilah constitutional re"ie! atau pengu)ian konstitusional mengingat "ah'a
ke'enangan /ahkamah .onstitusi adalah mengu)i 5ndang(5ndang
terhadap 55D 18=>. Per definisi, konsep constitutional re"ie! merupakan
perkem"angan gagasan modern tentang sistem pemerintahan demokratis
yang didasarkan atas ide negara hukum rule of la!!, prinsip pemisahan
kekuasaan separation of po!er!, serta perlindungan hak asasi manusia
the protection of fundamental rights!. Dalam sistem constitutional re"ie!
itu ter-akup dua tugas pokok, yaitu a! men)amin "erfungsinya sistem
demokrasi dalam hu"ungan peran atau interplay antara -a"ang kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif# dan "! melindungi setiap indi,idu 'arga
negara dari penyalahgunaan kekuasaan oleh lem"aga negara yang
merugikan hak(hak fundamental mereka yang di)amin dalam konstitusi.
>1
Sedangkan ke'enangan /ahkamah .onstitusi yang lain dapat dilihat
se"agai upaya penataan hu"ungan kelem"agaan negara dan institusi(
institusi demokrasi "erdasarkan prinsip supremasi hukum. Se"elum
ter"entuknya /ahkamah .onstitusi dengan ke'enangannya terse"ut,
hu"ungan kelem"agaan negara dan institusi demokrasi le"ih didasarkan
pada hu"ungan yang "ersifat politik. Aki"atnya, se"uah lem"aga dapat
mendominasi atau mengkooptasi lem"aga lain, atau ter)adi pertentangan
antar lem"aga atau institusi yang melahirkan krisis konstitusional. Hal ini
menim"ulkan ketiadaan kepastian hukum dan kotraproduktif terhadap
pengem"angan "udaya demokrasi. Pengaturan kehidupan politik
kenegaraan se-ara umum )uga telah "erkem"ang se"agai "entuk #the
constitutionali/ation of democratic politics$.
>$
Hal ini semata(mata untuk
me'u)udkan supremasi hukum, kepastian hukum, dan perkem"angan
demokrasi itu sendiri, "erdasarkan konsep negara hukum yang demokratis
democratische reshtsstaat!.
.e'enangan pengu)ian undang(undang terhadap 5ndang(5ndang
Dasar merupakan ke'enangan /ahkamah .onstitusi se"agai pen)aga
konstitusi the guardian of the constitution!. .e'enangan ini dilaksanakan
untuk men)aga ketentuan undang(undang agar tidak "ertentangan dengan
55D 18=> dan atau merugikan hak konstitusional 'arga negara. 2atu u)ian
yang digunakan tentu sa)a adalah 55D 18=> yang terdiri dari Pem"ukaan
dan Pasal(pasal. Dang di)adikan alat untuk mengu)i apakah suatu ketentuan
undang(undang melanggar hak konstitusional atau "ertentangan dengan
5ndang(5ndang Dasar tidak hanya Pasal(Pasal, melainkan )uga -ita(-ita dan
prinsip dasar yang terdapat dalam Pem"ukaan 55D 18=>.
50
Pasal $=? ayat $! 55D 18=>, Auncto Pasal 19 ayat $! dan %! 5ndang(5ndang 4omor $= 3ahun $99%
tentang /ahkamah .onstitusi.
51
Asshiddiqie, ,odel4,odel )enguAian, Op 1it., hal. 19(11.
52
0i-hard H. Pildes, 3he ?onstitutionali7ation of Demo-rati- Politi-s, 5ar"ard 2a! 8e"ie!, Aol. 11<:1,
$99=, hal. $(%, 19.
18
Dalam pelaksanaan ke'enangan /ahkamah .onstitusi, "er"agai
permasalahan "aru yang mendasar senantiasa mun-ul dalam proses
penataan kehidupan "ernegara terkait dengan dasar negara Pan-asila dan
perkem"angan dunia yang didominasi oleh ideologi kapitalisme.
Permasalahan terse"ut diantaranya adalah# a! hu"ungan ekonomi dengan
'ilayah hukum dan politik# "! kerangka institusional negara# -! tu)uan dan
peran pemerintahan# d! aki"at dan "atasan inter,ensi negara dalam
masyarakat# dan e! masalah kedaulatan negara "erhadapan dengan
perkem"angan hukum internasional.
>%

Putusan pengu)ian 5ndang(5ndang terhadap 55D 18=> yang telah
di"uat oleh /ahkamah .onstitusi terhadap "er"agai permohonan pengu)ian
yang dia)ukan )uga selalu melihat se-ara utuh 55D 18=>. Dalam putusan(
putusan terse"ut memuat pengertian(pengertian dan konsep(konsep terkait
dengan pemahaman suatu ketentuan dalam konstitusi "erdasarkan -ita
negara staatside!dan landasan filosofis (filosofische grondslag) "angsa
&ndonesia. Hingga saat ini telah terdapat "er"agai putusan /ahkamah
.onstitusi "aik di "idang politik
>=
, ekonomi
>>
, dan sosial
>B
terkait dengan
ketentuan dalam 55D 18=> yang mengela"orasi nilai(nilai dasar Pan-asila
se"agai "atu u)ian atas permohonan pengu)ian undang(undang terhadap
5ndang(5ndang Dasar.
/ahkamah .onstitusi se"agai pen)aga konstitusi se-ara otomatis )uga
"erarti se"agai pen)aga Pan-asila se"agai materi konstitusi dan
mempertahankannya se"agai ideologi ter"uka. /ahkamah .onstitusi
mengela"orasi nilai(nilai dan prinsip dasar Pan-asila untuk menentukan
apakah sesuatu ketentuan undang(undang "ertentangan dengan konstitusi
atau tidak. Disamping itu, melalui pelaksanaan ke'enangannya, /ahkamah
.onstitusi tetap men)aga Pan-asila se"agai ideologi ter"uka dengan
senantiasa mempertim"angkan perkem"angan nilai(nilai dalam masyarakat
dan masyarakat internasional sehingga tidak men)adi ideologi tertutup yang
dapat disalahgunakan se"agai alat legitimasi kekuasaan "elaka. Hal ini )uga
dapat dilakukan dalam pelaksanaan ke'enangan yang lain terutama dalam
hal sengketa ke'enangan lem"aga negara, pem"u"aran partai politik, dan
memutus usulan DP0 untuk pem"erhentian Presiden dan atau ;akil
Presiden.
53
2o" Jessop, State 0heory, ?am"ridge: Polity Press, 1889!, hal. =<.
54
/isalnya Putusan /ahkamah .onstitusi Perkara 4omor 911(91FHP55(&H$99% yang mengem"alikan hak
politik pasif dan aktif eks anggota P.& dan organisasi terlarang lainnya dengan menyatakan "ah'a Pasal B9 huruf g
5ndang(undang 4omor 1$ 3ahun $99% tentang Pemilihan 5mum Anggota De'an Per'akilan 0akyat, De'an
Per'akilan Daerah, Dan De'an Per'akilan 0akyat Daerah :em"aran 4egara 3ahun $99% 4omor %F, 3am"ahan
:em"aran 4egara 4omor =$FF! "ertentangan dengan 55D 18=> dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
55
/isalnya Putusan /ahkamah .onstitusi 4o. Perkara 99$HP55(&H$99% dalam perkara permohonan
konstitusionalitas 5ndang(5ndang 4o. $$ 3ahun $991 tentang /inyak dan 1as 2umi, dan Putusan /ahkamah
.onstitusi 4o. Perkara 991(9$1(9$$HP55(&H$99% yang menyatakan 5ndang(5ndang 4o. $9 3ahun $99$ se-ara
keseluruhan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat karena Pasal(Pasal yang diu)i dan dinyatakan
"ertentangan dengan 55D 18=>, yaitu Pasal 1B, Pasal 1F ayat %!, dan Pasal B< merupakan )antung dari 5ndang(
5ndang 4o. $9 3ahun $99$.
56
/isalnya Putusan 4o. Perkara 911HP55(&&&H$99> dalam perkara permohonan pengu)ian 5ndang(5ndang
4o. $9 3ahun $99% tentang Sistem Pendidikan 4asional.
19
Penu"up
?ita(-ita ideal "ernegara "erlaku "agi segenap "angsa &ndonesia
tanpa mem"edakan antara laki(laki dan perempuan. Hal ini merupakan
kema)uan tersendiri "agi "angsa &ndonesia di"andingkan "e"erapa
konstitusi negara lain, "ahkan di Amerika dan Peran-is, yang semula hanya
menye"utkan kata *man+ se"agai 'arga negara. Salah satu sila dari
Pan-asila adalah *.emanusiaan yang Adil dan 2erada"+. Hal ini
menun)ukkan "ah'a salah satu penyangga "angsa &ndonesia adalah prinsip
kemanusiaan yang adil, yang dengan sendirinya menentang diskriminasi
"aik "erdasarkan ras, agama, keyakinan politik, maupun gender.
Prinsip(prinsip dasar terse"ut )uga dapat dilihat dari perumusan
ketentuan 55D 18=> pada 2a" IA tentang Hak Asasi /anusia. Seluruh
ketentuan masalah hak asasi manusia dalam 55D 18=> menye"utkan
*setiap orang+ atau *setiap 'arga negara+ yang menun)ukkan tidak ada
pem"edaan "erdasarkan gender. 2ahkan dalam Pasal $<& 55D 18=>
dise"utkan *Setiap orang berha- bebas dari perla-uan yang bersifat
dis-riminatif atas dasar apa pun dan berha- mendapat-an perlindungan
terhadap perla-uan yang bersifat dis-riminatif itu+.
;alaupun telah ada )aminan konstitusional, namun realitas
menun)ukkan "ah'a diskriminasi gender masih ter)adi di masyarakat. Hal
ini tidak terlepas dari stereotype dan "udaya patriakhi yang dominan tidak
hanya di &ndonesia, tetapi )uga di seluruh dunia. 2ahkan pada saat negara(
negara ka'asan Asia dan Amerika :atin sudah "anyak yang pernah
dipimpin oleh perempuan, negara Cropa masih )arang, "ahkan di Amerika
"elum pernah sama sekali.
2erhadapan dengan realitas masih adanya diskriminasi atas
perempuan "aik se-ara kultural maupun struktural, adalah suatu
ketidakadilan )ika sekedar mem"erikan kesempatan yang sama kepada
perempuan dan laki(laki untuk "erperan dalam "er"agai "idang kehidupan.
Perempuan )elas akan tetap tertinggal karena kemampuan dan dukungan
sosial yang diperoleh kalah di"andingkan dengan laki(laki yang se)ak a'al
memang dominan.
.arena itulah adalah sah dan memenuhi rasa keadilan )ika terdapat
ke"i)akan yang "erupaya mendorong peran perempuan dengan mem"erikan
kuota khusus affirmati"e action!. Hal ini se-ara konstitusional di)amin
dalam Pasal $<H ayat $! 55D 18=> yang menyatakan *Setiap orang berha-
mendapat -emudahan dan perla-uan -husus untu- memperoleh
-esempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
-eadilan.+
Salah satu 'u)ud affirmati"e action ini adalah adanya persetu)uan
"ersama antara DP0 dan pemerintah tentang kuota minimal %9 persen
-alon anggota legislatif, "aik tingkat pusat maupun daerah, yang diusulkan
oleh partai(partai politik peserta Pemilu $99=. Hanya sa)a disayangkan
rumusan ketentuan mengenai hal itu, yakni Pasal B> ayat 1! 55 4omor 1$
3ahun $99% tentang Pemilu Anggota DP0, DPD, dan DP0D
>F
terse"ut, tidak
"ersifat memaksa imperatif! karena menggunakan kata +dapat+, "ukan kata
57
:em"aran 4egara 0& 3ahun $99% 4omor %F dan 3am"ahan :em"aran 4egara 0& 4omor =$FF.
20
+'a)i"+ atau +harus+. Aki"atnya, para anggota lem"aga legislatif, "aik di
tingkat pusat maupun daerah, hasil Pemilu $99= tidak memenuhi
keter'akilan %9 persen adalah kaum perempuan.
3erlepas dari "er"agai )aminan persamaan hak dan kemudahan dan
perlakuan khusus dalam 55D 18=>, yang menentukan diakui tidaknya
kese)a)aran perempuan dan laki(laki serta "erperan tidaknya perempuan
dalam kehidupan "ermasyarakat, "er"angsa, dan "ernegara, adalah kualitas
manusianya. .alaupun telah di"erikan perlakuan khusus dan kultur sosial
sudah tidak "ias gender, namun )ika tidak memiliki kualitas yang memadai,
perempuan tidak akan dapat memanfaatkan perlakuan khusus yang
di"erikan. .e"i)akan terse"ut )uga akan "eru)ung se"agai penghias "i"ir
semata.
/aka peningkatan kualitas dan kemampuan perempuan harus
men)adi agenda "angsa se-ara keseluruhan, maupun partai(partai politik, di
samping per)uangan se-ara struktural dan kultural. Hal ini dapat dilakukan
dengan "er"agai proses pendidikan dan pelatihan serta memperluas medan
pengalaman dalam akti,itas kehidupan "ermasyarakat, "er"angsa dan
"ernegara.
21
DA*TA+ PUSTAKA
Alder, John and Peter Cnglish. 1onstitutional and .dministrati"e 2a!% :ondon:
/a-/illan Cdu-ation :3D, 18<8.
Almond, 1a"riel A. and 1. 2ingham Po'ell Jr. 1omparati"e )olitics; .
(e"elopmental .pproach% :ittle, 2ro'n and ?ompany &n-., 18BB.
Andre's, ;illiam 1. 1onstitutions and 1onstitutionalism% %
rd
edition. 4e'
Jersey: Aan 4ostrand ?ompany, 18B<.
Asshiddiqie, Jimly. 9agasan Kedaulatan 8a-yat dalam Konstitusi dan
)ela-sanaanya di Indonesia. Jakarta: P3. &-htiar 2aru Aan Hoe,e, 188=.
LLLLLLLLLLLLLLL. Konstitusi @ Konstitusionalisme Indonesia% Cdisi 0e,isi.
Jakarta: .onstitusi Press, $99>.
LLLLLLLLLLLLLLL. ,odel4,odel )enguAian Konstitusional di 3erbagai
'egara. Jakarta: .onstitusi Press, $99>.
Asshiddiqie, Jimly dan /ustafa 6akhry. ,ah-amah Konstitusi+ Kompilasi
Ketentuan **( ** dan )eraturan di C< 'egara% Jakarta: Pusat Studi
Hukum 3ata 4egara 6H 5& dan Asosiasi Penga)ar H34 dan HA4 &ndonesia,
$99$.
Attamimi, A. Hamid A. )eranan Keputusan )residen 8epubli- Indonesia dalam
)enyelenggaraan )emerintahan 'egara; Suatu Studi .nalisis ,engenai
Keputusan )residen yang 3erfungsi )engaturan dalam Kurun &a-tu
)elita I:)elita I;% Disertasi &lmu Hukum 6akultas Pas-asar)ana 5ni,ersitas
&ndonesia. Jakarta, 1889.
2ahar, Saafroedin Ananda 2. .usuma, dan 4annie Huda'ati peny.!. 8isalah
Sidang 3adan )enyelidi- *saha4*saha )ersiapan Kemerde-aan
(3)*)KI) )anitia )ersiapan Kemerde-aan Indonesia ())KI) 2< ,ei 1=>?:
22 .gustus 1=>?% Jakarta: Sekretariat 4egara 0epu"lik &ndonesia, 188>.
2ogdanor, Aernon ed!. 3lac-!ellDs 7ncyclopedia of )olitical Science% O@ford:
2la-k'ell, 18<F.
2ry-e, J. Studies in 5istory and 6urisprudence% ,ol.1. O@ford: ?larendon Press,
1891.
6riedri-h, ?arl J. ,an and 5is 9o"ernment% 4e' Dork: /-1ra'(Hill, 18B%.
LLLLLLLLLLLLL. 1onstitutional 9o"ernment .nd (emocracy+ 0heory and
)ractice in 7urope and .merica% 6ourth Cdition. /assa-hussets(3oronto(
:ondon: 2laisdell Pu"lishing ?ompany, 18BF.
He'itt, /artin. &elfare Ideology and 'eed (e"eloping )erspecti"es on the
&elfare State. /aryland: Har,ester ;heatsheaf, 188$.
Jessop, 2o". State 0heory. ?am"ridge: Polity Press, 1889.
.elsen, Hans. 9eneral 0heory of 2a! and State% translated "y: Anders ;ed"erg.
4e' Dork: 0ussell G 0ussell, 18B1.
LLLLLLLLLLL. )ure 0heory Of 2a!% 3ranslation from the Se-ond 0e,ised and
Cnlarged! 1erman Cdition. 3ranslated "y: /a@ .night. 2erkeley, :os
Angeles, :ondon: 5ni,ersity of ?alifornia Press, 18BF.
22
.ranen"urg, 0. dan 3k. 2. Sa"aroedin. Ilmu 'egara *mum% ?etakan .ese"elas.
Jakarta: Pradnya Paramita, 18<8.
.usuma, 0/. A.2. 2ahirnya *ndang4*ndang (asar 1=>?% Jakarta: Pusat Studi
Hukum 3ata 4egara 6akultas Hukum 5ni,ersitas &ndonesia, $99=.
:i)phart, Arend. )atterns of (emocracy+ 9o"ernment Forms and )erformance in
0hirty4Six 1ountries% 4e' Hea,en and :ondon: Dale 5ni,ersity Press, 1888.
/agnis(Suseno, 6ran7. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis% Jakarta: .anisius, 188$.
/annheim, .arl. Ideologi dan *topia+ ,enying-ap Kaitan )i-iran dan )oliti-.
Judul Asli: Ideology and *topia .n Introduction to the Sociology of
Kno!ledge. Pener)emah: 6. 2udi Hardiman. Jakarta: Pener"it .anisius,
188<.
4otonagoro. )ancasila (asar Falsafah 'egara% ?etakan keempat. Jakarta:
Pant)uran 3ud)uh, tanpa tahun.
Phillips, O. Hood. 1onstitutional and .dministrati"e 2a!% F
th
ed. :ondon: S'eet
and /a@'ell, 18<F.
Pildes, 0i-hard H. *3he ?onstitutionali7ation of Demo-rati- Politi-s+. 5ar"ard
2a! 8e"ie!, Aol. 11<:1, $99=.
3hompson, 2rian. 0extboo- on 1onstitutional and .dministrati"e 2a!. edisi ke(%.
:ondon: 2la-kstone Press :td., 188F.
23

Anda mungkin juga menyukai