Persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai/tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif setelah pemberian produk obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin. Bioavailabilitas absolut : bila dibandingkan dengan sediaan intravena yang bioavailabilitasnya 100%. Bioavailabilitas relatif : bila dibandingkan dengan sediaan bukan intravena.
2. Ekivalensi Farmaseutik
Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmaseutik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah yang sama dan bentuk sediaan yang sama.
3. Alternatif farmaseutik
Dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam, ester, dsb.) atau bentuk sediaan atau kekuatan.
Masalah-masalah bioavailbilitas Perbandingan dari ketiga produk oral (chlorpropamid) : Cp A = Cp B Cp A Cp C Cp B Cp C AUC A = AUC B AUC A AUC C AUC B AUC C Tp A = Tp B = Tp C
Masalah-masalah bioavailbilitas Perbandinga BA sediaan IV dan Im :
Cp IV > Cp IM
AUC IV = AUC IM
Masalah-masalah bioavailbilitas Masalah-masalah bioavailbilitas Digoxin Doktor-Doktor di Israel mencatat 15 kasus dari keracunan digoxin antara Oktober hingga Desember 1975 hampir tanpa laporan untuk periode waktu yang sama sepanjang tahun tersebut. Selanjutnya ditemukan bahwa sebuah perusahaan telah mengganti formula dari obat untuk meningkatkan disolusi. Pemeriksaan urin menunjukkan kenaikan dua kali lipat bioavailabilitas dari formula baru tersebut.
Apa itu bioavailabilitas ? Bioavailbilitas adalah suatu studi pengukuran seberapa cepat dan seberapa banyak suatu obat diabsorbsi dalam darah setelah sejumlah dosis obat diberikan.
Grafik ini menunjukan hubungan antara konsentrasi obat dan efek obat. Jika konsentrasi efektif obat mencapai tempat reseptor yang masih peka, maka ini menggambarkan konsentrasi obat yang diperlukan.
Apa itu bioekuivalen ? Bioavailabilitas Bioavailabilitas merupakan istilah farmakokinetika yang menggambarkan tentang kecepatan dan jumlah absorpsi suatu bahan obat dari suatu produk untuk menjadi tersedia di tapak kerjanya.
Oleh karena respon farmakologi secara umum berkaitan dengan konsentrasi obat di tapak reseptor, maka ketersediaan obat dari suatu bentuk sediaan obat merupakan elemen yang penting bagi efikasi klinik suatu produk obat
Contoh :perhitungan bioavailabilitas relatif dan absolut Data bioavailabilitas absolut dan relatif FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS
Sebelum efek terapi obat yang diberikan secara oral terwujud, maka obat harus mengalami absorpsi terlebih dahulu. Absorpsi sistemik obat oral dalam bentuk sediaan padat harus melalui tiga tahap berikut ini, yaitu : 1. desintegrasi produk obat 2. disolusi obat di dalam cairan pada tapak absorpsi 3. perpindahan molekul obat melintasi membran gastrointestinal menuju sirkulasi sistemik TABLE 2 Faktor Bioavailabilitas yang berkaitan dengan bentuk sediaan
Gambar tersebut menunjukan bahwa kelarutan K penicilin V > Ca Penicilin V > Penicilin V > Na Penicilin G. TABLE 8-3 Faktor Bioavailabiltias yang berkaitan dengan Pasien
Gambar tersebut menunjukan perbedaan konsentrasi plasma tolbutamid dan Na tolbutamid. TABLE : Bioavailabilitas dan Bentuk sediaan oral TABLE : Faktor yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung TABLE : Efek Makanan terhadap absorpsi Obat TABLE : Interaksi Obat yang mempengaruhi absorpsi 1. Meningkatnya pH lambung atau usus 2. Perubahan motilitas usus 3. perubahan perfusi saluran cerna 4. interferensi dengan fungsi mukosa (sindrom malsbsorpsi yang diinduksi obat) 5. pembentukan khelat 6. pertukaran ikatan resin 7. adsorpsi 8. pelarutan dalam cairan yang diabsorpsi dengan jelek
Farmasetika adalah suatu ilmu yang mencakup bidang ilmu secara luas yang meliputi cara pembuatan obat, pencampuran, meracik, identifikasi, kombinasi, produksi, sampai pada tahap distribusi dan konsumsi. Dalam hal ini yaitu mempelajari aneka macam sediaan farmasi mulai dari liquid (sediaan cair) seperti sirup, emulsi, suspensi, saturasi, dll. Solid (padat) seperti tablet, kapsul, pil, dll. Semi solid (Setengah padat), seperti pasta, gel, krim, dll. Sampai pada uji mutu sediaan baik itu dari segi fisika, kimia, dan mikrobiologi. Farmakognosi merupakan bidang ilmu yang mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan. Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat obat baru berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain. Farmakognosi berasal dari 2 kata bahasa Yunani : Pharmakon berarti Obat dan Gnosis berarti pengetahuan. Farmakognosi yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat. Farmakognosi adalah sebagai bagian dari biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa sedangkan untuk prakteknya di Indonesia mengarah kearah sintesa,misalnya pada pembuatan obat Chloramphenicol telah dapat dibuat secara sintesa total yang sebelumnya hanya dapat diolah secara sederhana dari biakkan cendawan Streptomyces Venezuela. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( Sola dosis facitvenenum : hanya dosis membuat racun racun, Paracelsus).Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat zat dari tanaman untuk mengobati penyakit. Obat obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu : Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung- usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya. Kesimpulannya, pada waktu seseorang mulai masuk ke dalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai memepersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal : Memenuhi kebutuhan obat obatan yang aman dan bermutu, pengaturan dan pengawasan distribusi obat obatan yang beredar di masyarakat, dan meningkatkan peranan dalam penyelidikan dan pengembangan obat. Jika dahulu peran seorang farmasis hanya sebatas meracik dan membuat obat. Kini perannya sedikit bergeser dari drug oriented menjadi patient oriented. Dari semula hanya pelayanan obat, kini bertambah menjadi konseling obat, dan swamedika farmasi. Sehingga seorang farmasis masa kini memang dituntut harus bisa memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan edukasi) tentang obat yang tepat kepada masyarakat. (Ali Ridwan, 15/12/13)
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses. Disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi kerakteristik disolusi obat dari sediaan. Disintegrasi adalah pemecahan atau pil menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, dandisolusiadalah melarutnya partikel-partikel yang lebih kecil itu dalam cairan gastrointestinal untuk diabsorpsi. Rate limiting adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah obat untuk berdisintegrasi dan sampai menjadi siap untuk diabsorpsi oleh tubuh. Obat-Obat dalam bentuk cair lebih cepat siap diserap oleh saluran gastrointestinal daripada obat dalam bentuk padat. Pada umumnya, obat-obat berdisintegrasi lebih cepat dan diabsorpsi lebih cepat dalam cairan asam yang mempunyai pH 1 atau 2 dari pada cairan basa. Orang muda dan tua mempunyai keasaman lambung yang lebih rendah, sehingga pada umumnya absorpsi obat lebih lambat untuk obat-obat yang diabsorpsi terutama melalui lambung