Anda di halaman 1dari 24

BENIGN PROSTAT

HYPERPLASIA
ADE TRI ARLINI
2007730002
DEFINISI
BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat
yang bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-
laki yang biasanya pada usia pertengahan atau
lanjut.
Pada usia 40an, seorang pria mempunyai
kemungkinan terkena BPH sebesar 25%.
Menginjak usia 60-70 tahun, kemungkinannya
menjadi 50%. Dan pada usia diatas 80 tahun,
akan menjadi 90%.

Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16
th

edition. USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-
420
Embriology
Prostat berkembang sebagai multipel padat
yang tumbuh dari epitelium uretra atas dan
bawah dari pintu masuk saluran duktus
mesonephric.
Bagian yang simpel dari tubulus ini mulai
berkembang dari menjadi 5 bagian pada saat
terakhir minggu ke 11 dan selesai pada minggu
ke 16.
Mereka bercabang-cabang hingga berakhir
dengan suatu sistem pembuangan kompleks
yang terdiri dari differensiansi sel mesenchymal
disekitar segmen dari sinus urogenital.
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16
th

edition. USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-
420
Anatomi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ
genitalia pria yang terdapat disebelah inferior
buli-buli dan membungkus uretra posterior.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan
panjang kurang lebih 3 cm dan berat normal
pada orang dewasa 20 gram.
Kelenjar prostat dibagi dalam beberapa zona
antara lain : zona perifer, zona sentral, zona
transsisional, zona preprostatik sfingter dan
zona anterior.
Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat BAB 5. Dasar-dasar Urologi, edisi ke 3. Jakarta.2011.
Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat BAB 5. Dasar-dasar Urologi, edisi ke 3. Jakarta.2011.
BPH terjadi terutama di zona transisi
kelenjar prostat.
Zona transisional
Merupakan bagian terkecil dari
prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi
dapat melebar bersama jaringan
stroma fibromuskular anterior menjadi
benign prostat hyperplasia (BPH).

Epidemiologi
Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH
menunjukkan peningkatan kira-kira
sebanyak 20% pada pria dengan umur
41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria
dengan umur 51-60 tahun dan menjadi >
dari 90% pada pria > dari 80 tahun.
Pada umur 55 tahun, sebanyak 25% pria
mengeluhkan gejala voiding symptoms.
Pada umur 75 tahun, sebanyak 50% dari
pria mengeluhkan penurunan dari
pancaran dan jumlah dari pembuangan
urin.
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16
th
edition. USA : Lange
Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420

Etiologi
Hingga sekarang, masih belum diketahui secara
pasti penyebab terjadinya hyperplasia prostat.
Tetapi beberapa penelitian secara laboratorium
maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2
faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu :
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prsostat adalah :
1) teori dihidrotestoteron
2) adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan
testosteron
3) interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
4) berkurangnya kematian sel (apoptosis)
5) teori stem sel
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16
th
edition. USA : Lange
Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420

Patofisiologi BPH
Hiperplasia Prostat

Penyempitan lumen uretra posterior

Tekanan intravesikal

Lower Urinary Track Symptom
(LUTS)
Obstruksi Iritasi
Hesitansi
Pancaran Miksi Lemah
Intermitensi (Kencing tiba-tiba
berhenti dan lancar kembali)
Miksi Tidak Puas
Menetes setelah miksi
Frekuensi
(Anyanganyangan)
Nokturia (Sering kencing
malam hari)
Urgensi (Merasa ingin
kencing yang tidak bisa
ditahan)
Disuria ( Rasa tidak enak
saat kencing)
Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh
pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi (LUTS) dan satu
pertanyaan yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien.
Setiap pertanyaan yang berhubungan
dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai
dengan 5, sedangkan keluhan yang
menyangkut kualitas hidup pasien diberi
nilai dari 1 hingga 7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan
gejala LUTS dalam 3 derajat :
(1) Ringan : 0 -7 Watchfull waiting
(2) Sedang : 8 - 19 Medikamentosa
(3) Berat : 20 - 35 Operasi

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Sedimen urine diperiksa untuk mencari
kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih.
Pemeriksaan kultur urine berguna
dalam mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitifitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.

Pencitraan
Foto polos abdomen berguna untuk
mencari adanya batu opak di saluran
kemih, adanya batu/kalkulosa prostat
dan kadangkala dapat menunjukkan
bayangan buli-buli yang penuh terisi
urine, yang merupakan tanda dari
suatu retensi urine.

Penatalaksanaan
Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom
score 0-7), dapat dengan hanya dilakukan
watchful waiting.
Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi.
Indikasi absolute dilakukan operasi adalah :
Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin
yang gagal dengan pemasangan kateter urin
sedikitnya satu kali
Infeksi saluran kencing berulang
Gross hematuria berulang
Batu buli-buli
Insufisiensi ginjal
Divertikula buli-buli

Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah
berusaha untuk :
Mengurangi resistensi otot polos prostat
sebagai komponen dinamik penyebab
obstruksi infravesika dengan obat-obatan
penghambat adrenergik alfa (adenergik
alfa bloker).
Mengurangi volume prostat sebagai
komponen statik dengan cara
menurunkan kadar hormon
testosteron/dihidotestosteron (DHT)
melalui penghambat 5-reduktase.

Alpha Blocker
Prostat dan dasar buli-buli manusia
mengandung adrenoreseptor-1 , dan
prostat memperlihatkan respon
mengecil terhadap agonis.
Penghambatan terhadap alfa telah
memperlihatkan hasil berupa
perbaikan subjektif dan objektif
terhadap tanda dan gejala BPH pada
beberapa pasien.
Contoh obatnya adalah fenoxibenzamin
dan prazosin.
5-Reductase inhibitors
Finasteride adalah penghambat 5-
Reduktase yang bekerja menghambat
testosterone menjadi
dyhydratestosteron.
Obat ini mempengaruhi komponan
epitel prostat, yang menghasilkan
pengurangan kelenjar dan
memperbaiki gejala.
Dianjurkan pemberian terapi ini selama
6 bulan, guna melihat efek maksimal
terhadap ukuran prostat (reduksi 20%)
dan perbaikan gejala-gejala.

Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-
tumbuhan dan ekstrak tumbuh-
tumbuhan untuk tujuan medis.
Fitoterapi paling umum untuk BPH
adalah palmetto (Serenoa repens),
African plumb (pygeum africanum)
dan South African Star Grass (Hypoxis
rooperi).
Operasi Konvensional
Transurethral resection of the prostate
(TURP) : TURP merupakan metode
paling sering digunakan dimana
jaringan prostat yang menyumbat
dibuang melalui sebuah alat yang
dimasukkan melalui uretra (saluran
kencing).
Resiko TURP adalah antara lain
ejakulasi retrograde (75%), impoten
(5-10%) dan inkontinensia urin (<1%).

Transurethral incision of the prostate :
Pasien dengan gejala sedang dan
berat, prostat yang kecil sering terjadi
hyperplasia komisura posterior
(menaikan leher buli-buli).
Open simple prostatectomy : Jika prostat
terlalu besar untuk dikeluarkan dengan
endoskopi, maka enukleasi terbuka
diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram
biasanya dipertimbangkan untuk
dilakukan enukleasi.
Terapi Minimal Invasive
Laser
Transurethral electrovaporization of the
prostate
Hyperthermia
Transuretral needle ablation of the
prostate
High Intensity Focused Ultrasound
Intrauteral stents
Transurethtral ballon dilatation of the
prostate

Referensi
Presti JC. Smiths General Urology, in
Neoplasm of The Prostate Gland. 16
th

edition. USA : Lange Medical
Books/McGraw-Hill Company, 2004.
Pg.399-420.
Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat
BAB 5. Dasar-dasar Urologi, edisi ke 3.
Jakarta.2011.
Schwartz.Manual of Surgery,in Urology,
Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw
Hills Companies. 2006. Pg. 1061.
Guyton. et al. Buku Ajar Fisiologi Manusia
Kedokteran. EGC. Jakarta. 2008. Pg
731.

Anda mungkin juga menyukai