Anda di halaman 1dari 5

Gerakan Sosial Baru

Gerakan social politik merupakan gerakan yang dilakukan oleh sekelompok manusia secara
bersama-sama atas dasar rasa ketidakpuasan atas isu-isu yang menyangkut kehidupan social
politik dalam suatu negara. Ketidakpuasan ini terjadi karena apa yang mereka harapkan tidak
sesuai dengan kenyataan dan menyebabkan Deprivasi relative atau frustasi social. Selain itu
yang menjadi cirri gerakan ini adalah,tidak ada ikatan formal yang mengikat mereka yang
mengikuti gerakan ini. Bahkan interaksi yang terjadi sangat sedikit,Namun walau
begitu,gerakan ini ditandai dengan aksi-aksinya yang nyata.
Berbeda dengan teori konflik Marxist yang menganggap adanya kesadaran palsu dalam kelas
proletar sehingga tidak aka nada revolusi atau perubahan yang dilakukan,gerakan social politik
menekankan adanya kesadaran yang nyata sehingga memunculkan sebuah perlawanan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat dalam suatu Negara,akan semakin banyak
pula gerakan social politik yang dilakukan oleh masyarakat di Negara tersebut. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat,semakin luas pula wawasan
mereka,dan semakin tinggi tingkat harapan mereka. Masyarakat dengan wawasan luas,akan
menyadari bahwa ada kelompok masyarakat lain yang mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan
tidak mereka miliki atau tidak bisa mereka dapatkan, rasa iri pun muncul seiring tumbuhnya
harapan mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Maka dari itu,kebanyakan
deprivasi relative terjadi di Negara-negara berkembang karena tingkat pendidikan masyarakatnya
sudah lebih baik,namun kesenjangan masih banyak terjadi terutama bila dibandingkan dengan
Negara-negara maju
Gerakan social politik dipahami dengan menggunakan pendekatan new paradigm dan old
paradigm. Old paradigm selalu melihat sesuatu berdasar struktur sosialnya,jadi gerakannya
lebih teorganisir. Tujuannya bukan menghasilkan perubahan,namun lebih kepada
oligarki,rutinitas. Sedangkan pendekatan new paradigm cenderung tidak terstruktur atau
meninggalkan struktur lamanya. Faktor pelekat utama dari gerakan ini adalah isu-isu
lifestyle,culture,dan human right yang menjadi isu-isu utama di era setelah tahun 1960-an saat
pendekatan new paradigm lahir. Selain itu,ada orang-orang yang memang menyenangi kegiatan
semacam ini sehingga tanpa memperdulikan misi dari gerakan ini mereka akan dengan senang
hati mengikuti gerakan ini. Beberapa lainnya juga merupakan orang yang memang sengaja
dimobilisasi untuk mengikuti gerakan social ini. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya,gerakan ini tidak mempersatukan anggotanya dalam sebuah ikatan formal. Setelah
tujuan dari gerakan ini tercapai,anggotanya secara otomatis membubarkan diri dan tidak
memiliki ikatan hubungan apapun setelahnya. Jadi,gerakan ini memiliki ikatan hubungan di
antara anggotanya dalam jangka waktu yang pendek namun mereka bekerja untuk mencapai
tujuan yang digunakan dalam jangka waktu lama.
Menurut Rajendra Singh,salah satu cirri dari gerakan social baru adalah mengabaikan model
organisasi serikat buruh dan model politik kepartaian. Gerakan social baru secara umum
merespon isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan
perhatian pada bentuk komunikasi dan identitas social. Maka actor-aktor yang terlibat dari
gerakan social baru juga dicirikan secara jelas oleh penolakan terhadap basis identifikasi diri
yang mapan,yang dalam bahasa politik disebut sebagai kiri atau kanan ataupun liberal atau
konservatif. Para actor gerakan social baru juga tidak bisa dibedakan berdasar
kelas,gender,umur,ataupun lokalitas.
Dengan cirri-ciri actor tersebut,Gerakan social baru menampakkan wajah gerakan social yang
plural. Pluralitas itu terliht dari bentuk aksi gerakan social baru yang menapaki banyak
jalur,mencita-citakan beragam tujuan dan menyuarakan aneka kepentingan. Medan area aksi
gerakan social baru juga melintasi batas-batas wilayah dari aras local hingga internasional
sehingga mewujud menjadi gerakan transnasional,karena itu strategi dan cara mobilisasi mereka
pun bersifat global.
1

Earth Hour sebagai Gerakan Sosial Baru
Earth Hour merupakan salah satu gerakan yang termasuk dalam paradigm new social movement.
Dilihat dari actor-aktor yang terlibat di dalam gerakan ini merupakan orang-orang yang secara
sukarela mendaftar atau disebut volunteer dan tidak terkotakkan pada kelompok-kelompok
tertentu saja. Mulai dari rakyat biasa,pemerintah,perusahaan-perusahaan,hingga tokoh-tokoh
public mendukung gerakan ini. Tercatat Earth Hour 2012 berhasil meraih 2 miliar pendukung
dari 7.001 kota di 152 negara
2
. Pada awal pendirian gerakan ini di 2007,gerakan ini hanya
dimulai di satu kota saja,kemudian menyebar ke 7001 kota,7 benua,dan ratusan juta penduduk
dunia. Earth Hour termasuk Gerakan lingkungan hidup yang merupakan tindakan kolektif untuk
melakukan suatu perubahan pikiran, sikap dan perilaku masyarakat, dengan tujuan untuk
membangun kesadaran seseorang atau kelompok orang terhadap lingkungan, kesadaran yang
nantinya akan membentuk masyarakat yang bertangungjawab terhadap pemanfaatan
lingkungan.
3

Earth Hour lahir atas dasar Konsumsi sumberdaya alam dan gaya hidup 7 miliar penduduk dunia
yang saat ini telah melebihi kemampuan bumi untuk memulihkan diri secara alami dan
menyangga kehidupan manusia secara berkelanjutan. Tanpa adanya upaya untuk mengurangi
konsumsi berlebih dan eksploitasi sumberdaya alam, dengan populasi penduduknya yang besar
dan terus meningkat, Indonesia akan menghadapi kelangkaan sumberdaya alam dan degradasi
lingkungan.
4
Maka Earth Hour lahir sebagai salah satu bentuk gerakan social untuk merespon
masalah tersebut pada 2007 di Sydney, Australia dengan WWF sebagai salah satu inisiatornya Di
Indonesia sendiri gerakan ini dimulai pada 2009.Menjelang akhir Maret setiap tahun, Earth

1
Suharko,Gerakan Social Baru Di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani,Juli 2006
2
Erwin ZACHRI,30 Kota Ikut Kampanye Earth Hour 2013 , http://www.tempo.co/read/news/2013/03/22/206468618/30-Kota-
Ikut-Kampanye-Earth-Hour-2013 diakses Sabtu 14 Juni 2014
3
Meliyana, Tjipto Sumadi Dan Wuri Handayani , Gerakan Lingkungan Hidup Dalam Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan
Masyarakat Belitung , Jurnal Ppkn Unj Online,2013
4
http://www.wwf.or.id/ , diakses Sabtu 14 Juni 2014
Hour, menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat
energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1
jam. Namun,Earth Hour pada dasarnya bukan hanya gerakan untuk mengajak masyarakat
mematikan lampu bersama-sama selama 60 menit,tapi ingin menggabungkan semua orang yang
peduli membuat bumi ini nyaman ditinggali,mengajak dan mengembangkan aksi yang
mendukung gaya hidup lebih ramah lingkungan,menciptakan komunitas global dan terus
memacu momentum yang mengingatkan orang agar sama-sama berjuang untuk masa depan.
Earth Hour pertama kalinya diadakan di Indonesia pada Sabtu, 28 Maret 2009, jam 20.30
21.30. Langsung mendapatkan dukungan dari Gubernur DKI Jakarta sebagai duta dan
mematikan lima ikon di Jakarta (Patung Pemuda, Bundaran HI, Patung Arjuna Wiwaha, Monas,
Balai Kota) & kantor-kantor pemerintahan daerah DKI Jakarta (Walikota, Kecamatan,
Kelurahan). Di Indonesia, jargon Earth Hour diadaptasi menjadi "Pilih Bumi sekarat atau Bumi
selamat?". Gerakan ini dimulai di Jakarta karena Jakarta merupakan tempat paling strategis.
Karena inisiatif perubahan bagi masyarakat Indonesia biasanya diangkat dari ibukota
Negara,dimana semua unsur nasional bisa terlibat, mulai dari pemerintahan, korporasi, media
massa, komunitas, kampus, dan sekolah.
Kemudian Earth Hour Indonesia 2010 diadakan pada Sabtu, 27 Maret, jam 20.30 21.30 (waktu
setempat). Ini adalah tahun kedua Earth Hour diadakan di Indonesia dengan jargon "Ubah Dunia
dalam 1 Jam". Selain Gubernur DKI Jakarta yang menyatakan dukungan lewat mematikan lima
ikon di Jakarta (Patung Pemuda, Bundaran HI, Patung Arjuna Wiwaha, Monas, Balai Kota) &
kantor-kantor pemerintahan daerah DKI Jakarta (Walikota, Kecamatan, Kelurahan), Gubernur
Jawa Barat juga turut mendukung Earth Hour 2010 dan mematikan Gedung Sate sebagai bentuk
dukungan. Ditambah lagi dengan dukungan dari Walikota Yogyakarta. Agar partisipasi Earth
Hour di Indonesia tidak hanya Jakarta, ibukota negara, maka mulai tahun 2010 diadakan road
trip atau kunjungan dengan bus dalam waktu dua minggu untuk mengadakan pelatihan di
Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali. Selanjutnya,Earth Hour Indonesia 2011 diadakan
pada Sabtu, 26 Maret, jam 20.30 21.30 . Di tahun 2011, Earth Hour Indonesia didukung oleh
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Gubernur DKI, Gubernur
Jabar,Walikota Bandung,Walikota Semarang, Walikota Yogyakarta dan Dewan Kota Surabaya
yang turut ambil bagian dalam pelaksanaan Earth Hour 2011. Selain itu, Banjarmasin, Makassar,
Manado, dan Sorowako juga turut berpartisipasi secara sukarela.
Pada tahun 2012,Earth Hour Indonesia diadakan pada Sabtu, 31 Maret, jam 20.30 21.30.
Secara global, kampanye Earth Hour masih dianggap sebagai aksi lingkungan secara sukarela
terbesar di dunia sejak 2011 dengan total partisipasi sekitar 2 milyar orang di 7.001 kota di 152
negara. Di Indonesia, jargon kampanye "I Will If You Will" diadaptasi menjadi "Ini Aksiku!
Mana Aksimu?" untuk mengangkat aksi-aksi perubahan gaya hidup ramah lingkungan yang telah
dilakukan individu, komunitas, media massa, korporasi, dan pemerintahan, dan menantang
semua pihak yang masih ragu, belum berani, atau pesimis untuk mulai berubah dari lingkup yang
paling dekat dengan dirinya dari hal yang paling mudah.
Dengan ditambah penggunaan media sosial, pendukung Earth Hour Indonesia luar biasa
bertambah dari sisi kuantitas dan kualitas koordinasi. Dari 5 kota di tahun sebelumnya, tahun
2012 menjadi 22 kota, yaitu Banda Aceh, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta,
Purwokerto, Surabaya, Malang, Gresik, Kediri, Sidoarjo, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin,
Balikpapan, Samarinda, Sangatta, Kotamobagu, Gorontalo, Makassar.
Earth Hour Indonesia 2013 diadakan pada Sabtu, 23 Maret, jam 20.30 21.30. Tahun ini
kelompok masyarakat, komunitas, media massa, korporasi, dan pemerintahan kota yang
mendukung Earth Hour ada di 33 kota; yaitu Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Jabodetabek,
Bandung, Cimahi, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Gresik, Kediri, Sidoarjo,
Denpasar, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Sangatta, Tarakan,
Sorowako, dan Makassar. Setiap kota punya target untuk mematikan ikon kota/nasional dan
mendapat dukungan dari pemimpin kota. Targetnya, kampanye perubahan gaya hidup ini dapat
diadaptasi oleh 100% masyarakat Indonesia melalui inovasi baru dan kearifan lokal yang telah
ada di budaya Indonesia. Kampanye Earth Hour 2013 di Indonesia berlangsung selama 60 hari,
yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah 23 Maret 2013. Kampanye Earth Hour ditutup pada
hari Bumi, yaitu 22 April. Karena Komunitas Earth Hour Indonesia hendak memberi
pemahaman bahwa perubahan kebiasaan tidak bisa diraih hanya dengan proses edukasi yang
dilakukan satu kali selama satu jam setiap tahun, tapi perlu dilakukan setiap hari. Dan, Earth
Hour bukan peristiwa seremonial, namun momentum yang mengingatkan diri sendiri untuk
perubahan kecil yang berdampak besar bila menjadi gaya hidup.
Tidak hanya dengan melakukan gerakan setahun sekali,Earth Hour juga merekrut 14 wali
kota/bupati dan lima gubernur serta artis-artis panutan anak muda seperti Pevita Pearce,Nadya
Hutagalung,Joe Taslim,dan Ario Bayu sebagai duta Earth Hour karena target dari gerakan ini
adalah mereka yang berusia 18-35 tahun. Dengan merekrut duta Earth Hour tersebut kampanye
gerakan ini lebih mudah dilakukan terutama dengan adanya media social yang menjadi bagian
dari social life anak muda masa kini. Selain itu , karena sasaran dari gerakan social ini adalah
anak muda,maka direkrut champions sebagai tim yang mengumpulkan dukungan dari anak-anak
muda lain. champions merupakan tim berisi para anak muda yang secara sukarela untuk
mengkampanyekan Earth Hour di tiap kota. Untuk mendapatkan dukungan dari para champions,
diadakan road trip atau kunjungan dengan bus dalam waktu dua minggu untuk mengadakan
pelatihan di tiap kota. Tujuannya agar para champions mendapatkan pemahaman kampanye dan
perencanaan yang matang; pendekatan kepada pemerintah kota, gedung-gedung milik korporasi
yang hendak turut berpartisipasi, peliputan media massa, menjaring voluntir dari komunitas,
sampai edukasi ke kampus dan sekolah. Tujuan dilakukan pelatihan adalah para champions
mendapatkan pemahaman kampanye dan perencanaan yang matang; pendekatan kepada
pemerintah kota, gedung-gedung milik korporasi yang hendak turut berpartisipasi, peliputan
media massa, menjaring voluntir dari komunitas, sampai edukasi ke kampus dan sekolah. Di
tahun 2012, Earth Hour Indonesia mengembangkan mekanisme belajar bersama setahun sekali
bernama KUMBANG Kumpul Belajar Bareng. Di sini semua champions diberi kesempatan
bertemu secara langsung dari berbagai kota untuk berbagi pengalaman, kapasitas, rencana, dan
mimpi mereka untuk perkembangan kota masing-masing menggunakan momen kampanye Earth
Hour. Kapasitas yang dimaksud adalah bagaimana menjadi tim dan komunitas yang bertanggung
jawab, berjejaring dengan pemerintah, berjejaring dengan korporasi, berjejaring dengan media
massa, berjejaring dengan komunitas lain, kampus, dan sekolah, berkampanye di dunia maya
lewat media sosial, dan berkampanye dengan foto/video atau multimedia.
Simpulan
Gerakan social baru merupakan gerkan yang hadir untuk memperjuangkan hal-hal yang
berkaitan dengan hal-hal di luar isu politik dan actor-aktor yang terlibat di dalamnya melintasi
kategori-kategori social. Earth Hour merupakan salah satu bentuk gerakan social baru bila dilihat
dari cirricirinya. Earth Hour merupakan bentuk respon dari isu lingkungan yang menjadi
problem social yang banyak diperhatikan akhir-akhir ini. Earth Hour menyatukan masyarakat
dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan
lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Namun,Earth Hour pada
dasarnya bukan hanya gerakan untuk mengajak masyarakat mematikan lampu bersama-sama
selama 60 menit,tapi ingin menggabungkan semua orang yang peduli membuat bumi ini nyaman
ditinggali,mengajak dan mengembangkan aksi yang mendukung gaya hidup lebih ramah
lingkungan,menciptakan komunitas global dan terus memacu momentum yang mengingatkan
orang agar sama-sama berjuang untuk masa depan. Strategi yang diterapkan Earth Hour juga
layaknya strategi yang diterapkan gerakan social baru lainnya,medan gerakannya tidak terbatas
pada area tertentu begitupun dengan keanggotaannya yang tidak tertutup dibuktikan dari
rekrutmen terbuka untuk keanggotaan gerakan Earth Hour atau dengan kata lain gerakan ini
terwujud dari adanya mobilisasi massa yang bersifat global tidak membatasi diri dari golongan
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai