Anda di halaman 1dari 6

EKSTERNAL: 1.

Pendidikan
2. Faktor Sosial Budaya
3. Pengaruh Teman
4. Modernisasi, Industrialisasi, Migrasi, dan Urbanisasi.

INTERNAL: 1. Kemiskinan
2. Keluarga yang Tidak Harmonis
3. Keinginan Untuk Memiliki Uang Sendiri
4. Keinginan Untuk Hidup Bebas

1. Penidikan
Pendidikan terkait erat dengan permasalahan eksploitasi anak. Kelangkaan fasilitas
pendidikan, rendahnya kualitas pendidikan dasar, rendahnya kesadaran masyarakat
khususnya orang tua, terhadap pentingnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang kurang
akomodatif terhadap tantangan kerja masa depan, mahalnya biaya pendidikan
menyebabakan pendidikan dipandang sebagai suatu hal yang elit dan mewah terutama
dikalangan masyarakat miskin. Kondisi ini mendorong anak untuk memasuki dunia kerja.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang bekrja sebagian besar
berpendidikan rendah.
2. Faktor Sosial Budaya
Dalam konteks sosial budaya masyarakat Indonesia, anak yang bekerja dianggap
sebagai wahana positif untuk memperkenalkan disiplin serta menanamkan etos kerja pada
anak. Hal ini sudah menjadi bagian dari budaya dan tata kehidupan keluarga Indonesia.
Banyak orang merasa bahwa bekerja merupakan hal positif bagi perkembangan anak
sehingga sejak dini anak dikutsertakan dalam proses kerja.
Pada beberapa komunitas tertentu sejak kecil anak-anak sudah dididik untuk bekerja
misalnya di sektor pertanian, perikanan, industri kerajinan, nelayan dan lain-lain. Namun,
pekerjaan yang dilakukan tidaklah berbahaya bagi kondisi kesehatan anak secara fisik,
mental dan sosial sehingga tidak melanggar hak mereka sebagai anak. Proses ini seakan
menjadi wadah bagi anak untuk belajar bekerja. Sayangnya dalam perkembangan
selanjutnya, proses belajar bekerja tidak lagi berkembang sebagaimana mestinya. Berbagai
faktor menyebabkan anak terpaksa bekerja dalam situasi dan kondisi kerja yang tidak layak
dan berbahaya bagi perkembangannya.
3. Kemiskinan/ Faktor Ekonomi.
Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal
kemiskinan merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah anak jalanan di
kota besar. Karena hidup dalam kemiskinan, anak-anak yang seharusnya mengenyam
pendidikan di bangku sekolah terpaksa putus sekolah.Orang tua mereka tidak sanggup untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari apalagi untuk membiayai anaknya bersekolah.
Anak-anaknya terpaksa turun ke jalanan, untuk membantu orang tuanya.
4. Pengaruh Teman
Selain di rumah, kita juga bersosialisasi dengan teman sekitar kita, di sekolah
maupun luar sekolah. Teman mempunyai andil yang besar terhadap kepribadian kita.Jika
kita berteman dengan orang yang senang mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkotika,
dengan mudah kita bisa terpengaruh untuk melakukan hal tersebut. Jika sudah ketagihan,
maka merekaakan menghalalkan segala cara untuk mendaptkan barang haram tersebut,
salah satunya dengan mencuri di tempat wisata atau keramaian kota yang penuh sesak
dengan orang.
5. Modernisasi, Industrialisasi, Migrasi, dan Urbanisasi.
Hal-hal semacam inilah juga dapat menyebakan anak anak turun ke jalanan. Seperti
adanya kegiatan urbanisasi yang dilakukan orang-orang desa yang pergi ke kota. Mereka
menganggap kalau hidup di kota itu mudah untuk mendapatkan pekerjaan dan akan hidup
dengan banyaknya fasilitas. Namun tanpa dibekali dengan keahlian khusus, hanya membuat
mereka tersisih di kota.
6. Keluarga yang Tidak Harmonis
Keluarga adalah media sosialisasi primer atau yang utama. Peran keluarga sangatlah
penting bagi pola pikir dan perilaku anak. Keluarga yang harmonis menghasilkan anak
dengan kepribadian yang baik Sebaliknya dengan keluarga yang tidak harmonis, tentu saja
akan menghasilkan anak yang tidak baik. Anak yang sudah tidak nyaman untuk tinggal di
rumahnya sendiri, akan nekat kabur dari rumah. Karena mereka di luar sana tidak
mempunyai tujuan yang jelas, mau tidak mau ia berprofesi sebagai anak jalanan untuk
menyambung hidupnya.
7. Keinginan Untuk Memiliki Uang Snediri.
Di dunia ini tak ada orang yang tidak membutuhkan uang.Uang merupakan alat
pembayaran sah untuk membeli sesuatu.Orang bekerja demi mencari uang, dan uang itu
mereka gunakan untuk membeli kebutuhan hidupnya maupun keluargnya.Faktor inilah yang
menyebabkan banyak anak yang tertarik untuk mempunyai uang sendiri. Mereka tidak mau
merepotkan orang tuanya maupun orang lain untuk mendapatkan sesuatu hal yang
diinginkannya. Tanpa dibekali dengan keahlian khusus, mereka nekat untuk bekerja di
jalanan yang panas dan rawan bagi dirinya.
8. Keinginan Untuk Hidup Bebas
Hidup bebas merupakan hal yang diinginkan oleh banyak anak remaja. Mereka tidak
mau dikekang dan hidup dalam aturan yang berlebihan oleh orang tuanya. Anak yang tidak
mau hidupnya dikekang, maka mereka akan mencari cara agar bisa keluar dari rumah.
Prinsip yang tidak baik inilah, yang dapat menyebkan mereka hidup di jalanan, hidup
dengan kebebasan tanpa kekangan dari siapapun.



Dampak Meningkatnya Anak Jalanan di Kota Besar

Ada beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh maraknya anak jalanan,. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Menjamurnya benih-benih premanisme
Anak jalanan yang ada di kota-kota besar menimbulkan dampak negatif di lingkungan
sekitarnya, misalnya saja menjamurnya benih-benih premanisme. Hal ini bisa terjadi karena
mereka mencukupi kebutuhannya dengan cara menganacam, menakut-menakuti orang yang
lewat dan meminta uang secara paksa.
2. Terganggunya kenyaman pemakai jalan raya
Jika kita berada di kota-kota besar, kita sering melihat banyak anak jalanan di pinggir
jalan. Misalnya saja pada saaat lampu merah, banyak anak jalanan yang mendatangi pemakai
jalan raya untuk menawarkan barang dagangannya, ada yang mengamen, dan mengemis. Hal ini
tentu saja mengganggu kenyamanan pemakai jalan raya.
3. Mengganggu keindahan dan ketertiban kota
Keindahan dan ketertiban kota tentu saja didukung oleh banyak hal. Jika banyak anak
jalanan yang tinggal di kota menyebabkan keindahan dan ketertiban di kota berkurang. Hal ini
bisa terjadi, karena banyak anak jalanan yang hidup di kolong jembatan, pinggiran rel kereta api,
atau lingkungan yang kumuh untuk berlindung dari panas dan hujan.
4. Terbengkalainya pendidikan anak-anak tersebut
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Tanpa adanya ilmu,
tentu kita tidak akan bisa menjalani kerasnya hidup ini. Bagi anak yang berusia 6-15 tahun,
sebenarnya berhak untuk mengenyam pendidikan. Namun tidak bagi anak jalanan, karena faktor
ekonomi keluarga, mereka putus sekolah dan turun ke jalanan untuk bekerja agar bisa bertahan
hidup.
5. Mengundang pola urbanisasi yang tinggi, serta mendorong tindakan-tindakan kriminal di jalan
raya.
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak penduduk desa
yang berbondong-bondong ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka berpikir mencari
pekerjaaan di kota itu mudah. Namun pada kenyatannya, tanpa dibekali keterampilan dan
keahlian khusus, mereka akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dampak dari adanya anak
jalanan yaitu pola urbanisasi yang tinggi Hal ini bisa terjadi karena anak jalanan yang pulang ke
kampung asli mengiming-imingi penduduk desa kalau hidup di kota itu enak.
6. Masa depan bangsa dipertanyakan
Anak bangsa merupakan generasi muda penerus bangsa untuk menjadikan bangsa ke arah
yang lebih baik. Untuk bisa menjadikan bangsa yang berkualitas, damai, makmur, sejahtera
diperlukan penduduk yang berkualitas juga. Namun ironisnya, banyak anak bangsa yang
seharusnya mengenyam pendidikan malah berprofesi menjadi anak jalanan. Jika jumlah anak
jalanan terus bertambah, maka masa depan bangsa ini perlu dipertanyakan.
Di dalam kegiatannya, peredaran anak jalan itu tidak berdiri sendiri, melainkan ada suatu
lembaga ilegal yang terus mendorong anak jalanan agar terus tumbuh dan berkembang demi
keuntungan pribadi semata.Dimana mereka diajarkan bagaimana meminta-minta, mereka harus
memberikan uang setoran kepada BOS. Selain itu, tingkat pendidikan yang minim membuat
mind set mereka dapat di setting sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Dengan beragam iming-iming, mereka perlahan dikeluarkan dari ajaran agamanya. Yang
menjadi sasaran, kebanyakan adalah anak-anak usia sekolah dasar. Biasanya anak-anak itu
diiming-imingi makanan, uang, janji kehidupan yang lebih baik, janji disekolahkan dan lain lain.
Dari lika-liku kehidupan anak jalanan, dapat disimpulkan bahwa masalah krisis ekonomi
dapat memicu masyarakat menjadi kehilangan arah dan tidak terkendali, seperti maraknya anak
jalanan.Dimana pekerjaan sebagai anak jalanan menjadi pekerjaan yang wajar karena bagi
mereka kehidupan dijalan raya menjadi lahan yang subur untuk mendapatkan uang.Mereka
menganggap bahwa dengan merengek, memelas dan mengamen dijalan raya dapat membuat
mereka mendapatkan uang dengan mudah. Dukungan dari orang tua membuat mereka tetap
bertahan dengan keadaan seperti ini. Para anak jalanan pun sepertinya bahagia saja menjalani
kehidupan tersebut.


Upaya Mengatasi Anak Jalanan di Kota Besar
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak jalanan antara lain :


1. Program Perlindungan Anak
Penyediaan dan atau pemberian pelayanan-pelayanan sosial dasar bagi anak, utamanya
yang berasal dari keluarga miskin sehingga hak-hak mereka dapat terpenuhi.
2. Program Rumah Singgah
Program Rumah Singgah kepada anak-anak jalanan merupakan pemberian kesempatan
anak untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal belajar dan bermain sehingga bisa tumbuh dan
berkembang secara optimal dan selaras fisik maupun psikis
3. Program Pelatihan dan Pemberian Bantuan Modal Usaha bagi Anak Jalanan
Program ini bertujuan untuk memberi latihan dasar keterampilan bagi anak jalanan
dengan tujuan agar anak mampu melakukan usaha ekonomis produktif, misalnya home
industri.

4. Pemberian Layanan Pendidikan Gratis
Program ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membebaskan biaya sekolah bagi
anak jalanan di sekolah-sekolah formal yang ditunjuk dan memberikan layanan pendidikan
model seperti Perpustakaan Keliling di mana guru yang mendatangi tempat-tempat yang
biasanya digunakan anak-anak jalanan untuk berkumpul serta memberikan materi pelajaran di
tempat tersebut
5. Upaya penanganan masalah kemiskinan
Dapat dilakukan dengan cara penyediaan fasilitas umum dan sosial kepada masyarakat
kurang mampu, program penyelamatan, program penciptaan lapangan kerja, program
pemberdayaan, jaminan sosial dan program beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga
yang tidak mampu.


Kasus Eksploitasi Anak dalam Perspektif Ilmu Kriminologi dengan Pendekatan
Antropologi

Kegiatan eksploitasi anak oleh orang tua dilihat dari kacamata ilmu kriminologi
merupakan suatu perilaku menyimpang. Tidak seharusnya anak yang dibawah umur dibiarkan
berkeliaran mencari nafkah dijalanan. Namun, masih ada juga orang tua yang menyuruh anaknya
turun ke jalan mencari nafkah. Padahal undang-undang tentang perlindungan anak telah diatur
dalam uu R.I no. 23 tahun 2002.
Jika anak anak tetap dibiarkan tumbuh dan berkembang dijalanan, maka lama
kelamaan akan timbul kenakalan kenakalan atau lebih dikenal dengan nama Delinkuensi
dalam kriminologi. Pengertian Delinkuensi menurut Clifford R. Shaw adalah akibat terlepasnya
anak dari ikatan social konvensional dan bukan pengaruh factor biologis atau psikologis.
Jika kita melihat kasus ini dari pendekatan antropologi, kita tidak juga bisa menyalahkan
orangtua sepenuhnya. Ada factor factor yang menjadi alasan mereka berbuat seperti itu. Oleh
karena itu, peran pemerintah sangat penting dalam menanggulangi masalah ini. Program
program yang tepat sasaran harus diciptakan agar kasus eksploitasi terhadap anak anak ini
tidak terus menerus terjadi.

Anda mungkin juga menyukai