Penggabungan bahan plastik, elastomer, dan komposit dengan bahan yang sama atau bahan yang berbeda dapat dilakukan dengan 4 cara Adhesive bonding Solvent cementing Thermal welding Mechanical bonding
Solven cementing dan Thermal welding dimasukkan di dalam Adhesive Bonding Batasan penggunaan Polymeric Adhesive adalah kekuatannya sangat tergantung dengan waktu Hal ini akibat adanya degradasi yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan, seperti uap air, temperature tinggi ataupun bahan kimia Rentang temperatur pemakaian polymeric adhesive adalah -60 o F(-51 o C) s/d 350 o F (176 o C). Tidak banyak bahan polymeric Adhesive yang dapat bekerja diluar rentang temperature tersebut Kelebihan Kekurangan 1. Memiliki kekuatan fatigue yang sangat baik 2. Damps getaran dan tahan guncangan 3. Mencegah korosi galvanik di antara logam yang tidak sama 4. Menggabungkan berbagai bentuk dan ketebalan 5. Memberikan permukaan yang halus 6. Seals joints 7. Menggabungkan berbagai kombinasi bahan yang sama atau tidak sama 8. Biasanya lebih murah dan cepat dibandingkan pengikat mekanik 9. Panas, jika diperlukan, relatif kecil sehingga mempengaruhi logam (Jika sambungan dengan logam) 10. Memberikan rasio kekuatan terhadap berat yang baik 1. Permukaan harus dibersihkan dengan sangat hati-hati 2. Dibutuhkan waktu cure yang lama 3. Pembatasan pada temperatur operasi yang tinggi secara kontinyu (350 o F) 4. Kemungkinan diperlukan panas dan tekanan 5. Perlu menggunakan Jigs (gerakan) dan fixture (peralatan perlengkapan khusus) 6. Biasanya diperlukan pengendalian proses yang ketat 7. Inspeksi pada sambungan sulit 8. Umur efektif bergantung pada lingkungan 9. Sangat perlu mencermati aspek lingkungan, kesehatan, dan keamanan 10. Training khusus terkadang diperlukan Teori Adhesi Teori Mekanik Teori Adsorpsi Teori Elektrostatik Teori Difusi Permukaan bahan padat tidak pernah benar-benar halus, tetapi terdiri dari puncak dan lembah mikroskopik. Menurut teori mekanik, adhesive harus mengisi rongga pada permukaan dan menggeser udara yang terjebak pada interface Perekatan merupakan hasil dari kontak molekuler antara dua bahan dan tegangan permukaan (surface forces) yang terbentuk. Proses terjadinya kontak antara adhesive dan adherend disebut wetting. Setelah proses wetting, diyakini bahwa perekatan terjadi karena gaya tarik antar molekul, yaitu gaya Van der Walls (ikatan sekunder). Gaya elektrostatik dalam bentuk suatu lapisan ganda elektrik terbentuk pada interface adhesive-adherend. Gaya ini merupakan tahanan terhadap pemisahan antar dua permukaan tersebut. Adhesi terjadi karena adanya interdifusi molekul di dalam adhesive dan adherend. Teori ini dapat diterapkan jika adhesive dan adherend merupakan polimer Cleanliness: Permukaan dibersihkan dari kotoran, minyak, moisture, dan lapisan oksida lemah. Wetting: Pada kondisi cair, adhesive harus membasahi permukaan substrat. Wetting yang baik akan dicapai dengan luas kontak adhesive dengan adherend yang lebih besar. Solidification: Adhesive cair yang digunakan harus dapat berubah menjadi padat. Proses solidifikasi dapat disempurnakan dengan beberapa cara, yaitu: reaksi kimia dengan kombinasi panas, tekanan, dan curing agent; pendinginan dari molten menjadi padat Pengeringan dengan evaporasi pelarut Adhesive choice Stress Tension, Shear, Impact, Peel, Cleavage, Fatigue Chemical factors External (service-related) Internal (effect of adherend on adhesive) Exposure Weathering, Light, Oxidation, Moisture, Salt spray Temperature High, Low, Cycling Biological factor Bacteria or mold Rodents or vermin Working properties Application Bonding time and temperature range Curing rate Storage stability Coverage Mekanisme Degradasi Ikatan Kegagalan ikatan adhesive dapat terjadi secara adhesive atau kohesif. Kegagalan adhesive merupakan kegagalan ikatan interface antara adhesive dan adherend. Kegagalan kohesif terjadi ketika sambungan patah, pada kedua material masih terdapat lapisan adhesive Model Kegagalan Sambungan Penyebab kegagalan sangat sulit ditentukan, karena banyak faktor saling mempengaruhi pada adhesive bonding Pengaruh Yang Menentukan Kegagalan Secara Kualitatif Klasifikasi Adhesive Klasifikasi adhesive dapat dilakukan berdasarkan fungsi, komposisi kimia, aplikasi dan setting, dan penggunaan akhir. Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia terdiri dari termoplastik, termoset, elastomer, atau kombinasi dari ketiganya KLASIFIKASI
corosion compatibility material dan kekuatan fastener clamping force koefisien muai termal Jenis Stress Pada Sambungan Tensile stress:Terjadi ketika gaya yang bekerja tegak lurus bidang sambungan terdistribusi merata pada daerah sambungan
Shear stress: Terjadi ketika gaya yang bekerja pada bidang sambungan mencoba memisahkan adherend
Cleavage and peel stress tidak diinginkan Cleavage terjadi ketika gaya yang bekerja pada salah satu ujung sambungan memisahkan adherend.
Peel : sama dengan cleavage, tetapi terjadi pada sambungan dimana salah satu atau kedua adherend fleksibel Stress pada garis sambungan dijaga agar minimum Rancang join sehingga beban operasi dengan shear stress pada adhesive Tekanan peel dan cleavage harus diminimalkan Distribusikan stress serata mungkin pada seluruh daerah sambungan Kekuatan adhesive berbanding lurus dengan lebar sambungan. Manambah lebar akan selale menaikkan kekuatan; menambah ketebalan tidak selalu menaikkan kekuatan Pada umumnya, adhesive yang kaku lebih baik in shear, dan fleksibel adhesive lebih baik in peel
Desain Sambungan Flat Adherend: Sambungan yang paling sederhana adalah plain butt joint. Namun butt joint tidak dapat menahan gaya bending karena adhesive akan mengalami tekanan cleavage. Butt joint dapat dimodifikasi seperti pada gambar berikut. Sambungan yang paling banyak digunakan adalah lap joint karena mudah dibuat dan dapat digunakan pada adherend yang tipis dan menekan adhesive dalam arah terkuatnya. Modifikasi lap joint meliputi : Redesain sambungan untuk menempatkan beban di atas adherend in line Membuat adherend lebih kaku (tebal) pada daerah dekat sambungan Strap Joint menjaga agar beban operasi tetap lurus dan pada umumnya digunakan ketika overlap joint tidak dapat dilakukan karena ketebalan adherend. Ketika lapisan tipis akan ditempelkan kepada lapisan yang lebih tebal, beban operasi biasanya cenderung untuk menguliti lapisan tipisnya (Gb paling atas). Gambar berikutnya menunjukkan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi peel. Desain-desain ini digunakan sebagai pengganti butt joint. Ketahannya terhadap gaya bending dan cleavage lebih baik dan daerah sambungan lebih besar. Butt joint merupakan teknik termudah dalam menyambung dua permukaan yang bertemu pada ujung-ujungnya. Butt joint memiliki ketahanan yang baik terhadap tension dan compression, tetapi kekuatan bending nya buruk. Modifikasi butt joint bisa dilihat pada gambar berikut Dibuat untuk adherend yang relatif fleksibel seperti logam lembaran, yang perlu ditambahkan penguat. Beberapa corner joit dapat dilihat pada gambar berikut. Test ASTM Lap-Shear test (Gb 7.22) D 1002 Tensile Test D 897 (bar or rod shaped butt joint) D 2095 (bar or rod shaped butt joint) D 1344 (cross lap specimen) Peel test (Gb 7.23) D 1876 (T-peel test) (Gb 7.24) D 3167 (90 o peel test) D 1781 (climbing-drum peel) D 903 (180 o stripping test) (Gb 7.25) Cleavage test (Gb 7.26) D 1062 Impact test (Gb 7.27) D 950 Creep test D 2294 PREPARASI PERMUKAAN UNTUK SAMBUNGAN ADHESIVE Treatment sebelum proses penyambungan bertujuan untuk menghilangkan weak boundary layer dan mempermudah proses wetting. menghilangkan kontaminan mengontrol air yang teradsorbsi mengontrol pembentukan oksida menghilangkan atom permukaan racun yang mengkatalisis perusakan adhesive melindungi adhesive dari adherend dan vice versa mencocokkan struktur kristal adherend terhadap struktur molekul adhesive mengontrol kekasaran permukaan preparasi permukaan sangat mempengaruhi kekuatan ikatan awal dan tingkat permanen suatu sambungan Metode Preparasi Permukaan Solvent Wiping Jika kontaminannya hanya terdiri dari kotoran/tanah, lemak, dan minyak, maka solvent wiping sederhana akan memberihkan permukaan sehingga menghasilkan kekuatan ikatan weak-to-medium.
Contoh : aseton dan trikloroetilen. Trikloroetilen lebih disukai karena nonflammable.
Prosedur : kain bersih yang sudah diberi solvent diusapkan pada permukaan yang akan direkat. Hal ini dilakukan sampai pada kain tidak terlihat adanya kotoran. Setelah bersih, bahan dikeringkan di udara dalam lingkungan yang kering dan bersih sebelum direkat. Vapor Degreasing Ada dua cara yaitu menggunakan solvent dan menggunakan ultrasonic. Atau gabungan keduanya. Abrasive Cleaning Metode mekanik yang meliputi sandblasting, wire brushing, dan abrasi menggunakan sandpaper, kain amplas, atau metal wool. Chemical Cleaning Menggunakan larutan deterjen kuat untuk emulsifikasi kontaminan yang ada di permukaan, baik untuk bahan logam maupun nonlogam
Combined Methods Proses tiga tahap yang direkomendasikan untuk sebagian besar bahan : Degreasing Mechanical abrasion Chemical treatment
Komponen utama, yaitu pengikatnya, biasanya resin Hardener, untuk mengawali proses curing. Biasanya ditambahkan katalis untuk mempercepat reaksi antara resin dan hardener Solvent, untuk menurunkan viskositas atau untuk mendispersi adhesive Komponen reaktif, untuk menurunkan konsentrasi adhesive, disebut juga diluent. Diluent juga menurunkan viskositas dan memodifikasi kondisi proses untuk beberapa adhesive. Diluent bereaksi dengan resin selama curing dan menjadi bagian dari produk, tidak menguap seperti solvent. Filler, biasanya berupa partikulat anorganik. Filler ditambahkan untuk meningkatkan working properties, kekuatan, kepermanenan, atau kualitas yang lain, seperti ekspansi termal, konduksi elektrik dan termal, penyusutan, viskositas, dan ketahanan termal. Carrier atau reinforcement biasanya berupa tenunan tipis untuk menyokong adhesive semicured sehingga menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai pita atau film.
Preventive materials yaitu suatu tindakan yang diambil sebelum timbulnya penyakit dengan menghilangkan kemungkinan bahwa penyakit tersebut akan terjadi