Anda di halaman 1dari 45

Asep Handaya Saputra

MK: Komposit Material


Penggabungan bahan plastik, elastomer,
dan komposit dengan bahan yang sama
atau bahan yang berbeda dapat dilakukan
dengan 4 cara
Adhesive bonding
Solvent cementing
Thermal welding
Mechanical bonding

Solven cementing dan Thermal welding
dimasukkan di dalam Adhesive Bonding
Batasan penggunaan Polymeric Adhesive adalah
kekuatannya sangat tergantung dengan waktu
Hal ini akibat adanya degradasi yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan, seperti uap air, temperature
tinggi ataupun bahan kimia
Rentang temperatur pemakaian polymeric adhesive
adalah -60
o
F(-51
o
C) s/d 350
o
F (176
o
C). Tidak banyak
bahan polymeric Adhesive yang dapat bekerja diluar
rentang temperature tersebut
Kelebihan Kekurangan
1. Memiliki kekuatan fatigue yang sangat baik
2. Damps getaran dan tahan guncangan
3. Mencegah korosi galvanik di antara logam
yang tidak sama
4. Menggabungkan berbagai bentuk dan
ketebalan
5. Memberikan permukaan yang halus
6. Seals joints
7. Menggabungkan berbagai kombinasi bahan
yang sama atau tidak sama
8. Biasanya lebih murah dan cepat dibandingkan
pengikat mekanik
9. Panas, jika diperlukan, relatif kecil sehingga
mempengaruhi logam (Jika sambungan
dengan logam)
10. Memberikan rasio kekuatan terhadap berat
yang baik
1. Permukaan harus dibersihkan dengan
sangat hati-hati
2. Dibutuhkan waktu cure yang lama
3. Pembatasan pada temperatur operasi
yang tinggi secara kontinyu (350
o
F)
4. Kemungkinan diperlukan panas dan
tekanan
5. Perlu menggunakan Jigs (gerakan) dan
fixture (peralatan perlengkapan khusus)
6. Biasanya diperlukan pengendalian
proses yang ketat
7. Inspeksi pada sambungan sulit
8. Umur efektif bergantung pada lingkungan
9. Sangat perlu mencermati aspek
lingkungan, kesehatan, dan keamanan
10. Training khusus terkadang diperlukan
Teori Adhesi
Teori Mekanik
Teori Adsorpsi
Teori Elektrostatik
Teori Difusi
Permukaan bahan padat tidak pernah
benar-benar halus, tetapi terdiri dari
puncak dan lembah mikroskopik.
Menurut teori mekanik, adhesive harus
mengisi rongga pada permukaan dan
menggeser udara yang terjebak pada
interface
Perekatan merupakan hasil dari kontak
molekuler antara dua bahan dan
tegangan permukaan (surface forces)
yang terbentuk. Proses terjadinya kontak
antara adhesive dan adherend disebut
wetting. Setelah proses wetting, diyakini
bahwa perekatan terjadi karena gaya
tarik antar molekul, yaitu gaya Van der
Walls (ikatan sekunder).
Gaya elektrostatik dalam bentuk suatu
lapisan ganda elektrik terbentuk pada
interface adhesive-adherend.
Gaya ini merupakan tahanan terhadap
pemisahan antar dua permukaan
tersebut.
Adhesi terjadi karena adanya
interdifusi molekul di dalam adhesive
dan adherend.
Teori ini dapat diterapkan jika
adhesive dan adherend merupakan
polimer
Cleanliness: Permukaan dibersihkan dari kotoran,
minyak, moisture, dan lapisan oksida lemah.
Wetting: Pada kondisi cair, adhesive harus
membasahi permukaan substrat. Wetting yang baik
akan dicapai dengan luas kontak adhesive dengan
adherend yang lebih besar.
Solidification: Adhesive cair yang digunakan harus
dapat berubah menjadi padat. Proses solidifikasi
dapat disempurnakan dengan beberapa cara, yaitu:
reaksi kimia dengan kombinasi panas, tekanan, dan curing
agent;
pendinginan dari molten menjadi padat
Pengeringan dengan evaporasi pelarut
Adhesive choice
Stress Tension, Shear, Impact, Peel, Cleavage, Fatigue
Chemical factors External (service-related)
Internal (effect of adherend on adhesive)
Exposure Weathering, Light, Oxidation, Moisture, Salt spray
Temperature High, Low, Cycling
Biological factor Bacteria or mold
Rodents or vermin
Working properties Application
Bonding time and temperature range
Curing rate
Storage stability
Coverage
Mekanisme Degradasi Ikatan
Kegagalan ikatan adhesive dapat terjadi
secara adhesive atau kohesif.
Kegagalan adhesive merupakan
kegagalan ikatan interface antara
adhesive dan adherend.
Kegagalan kohesif terjadi ketika
sambungan patah, pada kedua material
masih terdapat lapisan adhesive
Model Kegagalan
Sambungan
Penyebab kegagalan sangat sulit ditentukan,
karena banyak faktor saling mempengaruhi
pada adhesive bonding
Pengaruh Yang Menentukan
Kegagalan Secara Kualitatif
Klasifikasi Adhesive
Klasifikasi adhesive dapat dilakukan
berdasarkan fungsi, komposisi kimia,
aplikasi dan setting, dan penggunaan
akhir.
Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia
terdiri dari termoplastik, termoset,
elastomer, atau kombinasi dari ketiganya
KLASIFIKASI

corosion compatibility
material dan kekuatan fastener
clamping force
koefisien muai termal
Jenis Stress Pada Sambungan
Tensile stress:Terjadi ketika gaya yang bekerja tegak
lurus bidang sambungan terdistribusi merata pada
daerah sambungan

Shear stress: Terjadi ketika gaya yang bekerja pada
bidang sambungan mencoba memisahkan adherend

Cleavage and peel stress tidak diinginkan
Cleavage terjadi ketika gaya yang bekerja pada
salah satu ujung sambungan memisahkan adherend.

Peel : sama dengan cleavage, tetapi terjadi pada
sambungan dimana salah satu atau kedua adherend
fleksibel
Stress pada garis sambungan dijaga agar minimum
Rancang join sehingga beban operasi dengan shear
stress pada adhesive
Tekanan peel dan cleavage harus diminimalkan
Distribusikan stress serata mungkin pada seluruh
daerah sambungan
Kekuatan adhesive berbanding lurus dengan lebar
sambungan. Manambah lebar akan selale
menaikkan kekuatan; menambah ketebalan tidak
selalu menaikkan kekuatan
Pada umumnya, adhesive yang kaku lebih baik in
shear, dan fleksibel adhesive lebih baik in peel

Desain Sambungan
Flat Adherend: Sambungan yang
paling sederhana adalah plain butt
joint.
Namun butt joint tidak dapat menahan
gaya bending karena adhesive akan
mengalami tekanan cleavage.
Butt joint dapat dimodifikasi seperti
pada gambar berikut.
Sambungan yang paling banyak
digunakan adalah lap joint
karena mudah dibuat dan dapat
digunakan pada adherend yang
tipis dan menekan adhesive
dalam arah terkuatnya.
Modifikasi lap joint meliputi :
Redesain sambungan untuk
menempatkan beban di atas
adherend in line
Membuat adherend lebih kaku
(tebal) pada daerah dekat
sambungan
Strap Joint menjaga
agar beban operasi
tetap lurus dan pada
umumnya digunakan
ketika overlap joint tidak
dapat dilakukan karena
ketebalan adherend.
Ketika lapisan tipis akan
ditempelkan kepada lapisan
yang lebih tebal, beban
operasi biasanya cenderung
untuk menguliti lapisan
tipisnya (Gb paling atas).
Gambar berikutnya
menunjukkan hal-hal yang
bisa dilakukan untuk
mengurangi peel.
Desain-desain ini
digunakan sebagai
pengganti butt joint.
Ketahannya terhadap
gaya bending dan
cleavage lebih baik
dan daerah
sambungan lebih
besar.
Butt joint merupakan teknik termudah dalam
menyambung dua permukaan yang bertemu pada
ujung-ujungnya. Butt joint memiliki ketahanan yang
baik terhadap tension dan compression, tetapi
kekuatan bending nya buruk.
Modifikasi butt joint bisa dilihat pada gambar berikut
Dibuat untuk adherend yang relatif
fleksibel seperti logam lembaran, yang
perlu ditambahkan penguat.
Beberapa corner joit dapat dilihat pada
gambar berikut.
Test ASTM
Lap-Shear test (Gb 7.22) D 1002
Tensile Test D 897 (bar or rod shaped butt joint)
D 2095 (bar or rod shaped butt joint)
D 1344 (cross lap specimen)
Peel test (Gb 7.23) D 1876 (T-peel test) (Gb 7.24)
D 3167 (90
o
peel test)
D 1781 (climbing-drum peel)
D 903 (180
o
stripping test) (Gb 7.25)
Cleavage test (Gb 7.26) D 1062
Impact test (Gb 7.27) D 950
Creep test D 2294
PREPARASI PERMUKAAN
UNTUK SAMBUNGAN
ADHESIVE
Treatment sebelum proses
penyambungan bertujuan untuk
menghilangkan weak boundary layer
dan mempermudah proses wetting.
menghilangkan kontaminan
mengontrol air yang teradsorbsi
mengontrol pembentukan oksida
menghilangkan atom permukaan racun yang
mengkatalisis perusakan adhesive
melindungi adhesive dari adherend dan vice
versa
mencocokkan struktur kristal adherend
terhadap struktur molekul adhesive
mengontrol kekasaran permukaan
preparasi permukaan sangat mempengaruhi kekuatan ikatan awal
dan tingkat permanen suatu sambungan
Metode Preparasi Permukaan
Solvent Wiping
Jika kontaminannya hanya terdiri dari kotoran/tanah,
lemak, dan minyak, maka solvent wiping sederhana akan
memberihkan permukaan sehingga menghasilkan
kekuatan ikatan weak-to-medium.

Contoh : aseton dan trikloroetilen.
Trikloroetilen lebih disukai karena nonflammable.

Prosedur :
kain bersih yang sudah diberi solvent diusapkan pada
permukaan yang akan direkat. Hal ini dilakukan sampai
pada kain tidak terlihat adanya kotoran. Setelah bersih,
bahan dikeringkan di udara dalam lingkungan yang
kering dan bersih sebelum direkat.
Vapor Degreasing
Ada dua cara yaitu menggunakan solvent
dan menggunakan ultrasonic. Atau gabungan
keduanya.
Abrasive Cleaning
Metode mekanik yang meliputi sandblasting,
wire brushing, dan abrasi menggunakan
sandpaper, kain amplas, atau metal wool.
Chemical Cleaning
Menggunakan larutan deterjen kuat untuk emulsifikasi
kontaminan yang ada di permukaan, baik untuk bahan
logam maupun nonlogam

Combined Methods
Proses tiga tahap yang direkomendasikan untuk
sebagian besar bahan :
Degreasing
Mechanical abrasion
Chemical treatment

Komponen utama, yaitu pengikatnya,
biasanya resin
Hardener, untuk mengawali proses curing.
Biasanya ditambahkan katalis untuk
mempercepat reaksi antara resin dan
hardener
Solvent, untuk menurunkan viskositas atau
untuk mendispersi adhesive
Komponen reaktif, untuk menurunkan
konsentrasi adhesive, disebut juga diluent.
Diluent juga menurunkan viskositas dan
memodifikasi kondisi proses untuk beberapa
adhesive. Diluent bereaksi dengan resin
selama curing dan menjadi bagian dari
produk, tidak menguap seperti solvent.
Filler, biasanya berupa partikulat anorganik.
Filler ditambahkan untuk meningkatkan
working properties, kekuatan, kepermanenan,
atau kualitas yang lain, seperti ekspansi
termal, konduksi elektrik dan termal,
penyusutan, viskositas, dan ketahanan termal.
Carrier atau reinforcement biasanya berupa
tenunan tipis untuk menyokong adhesive
semicured sehingga menghasilkan produk
yang dapat digunakan sebagai pita atau film.

Anda mungkin juga menyukai