TUMOR ESOFAGUS
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang melewati
dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas.
Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal dari
lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering
dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker kerongkongan
adalahsquamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor tersebut sekitar 95%
tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.1
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang
dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut
Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia,
dan Mongolia.1,2
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan
oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan
dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara, banyak
ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat
seperti Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di China
insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan
pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di
Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus
1. Anatomi
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju
gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut,
yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum
posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke
kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis),
masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia
lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4
1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai suprasternal
notch
2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)
3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction
4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esofagus.
Otot esofagus 1/3 atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan otot-
otot faring, sedangkan 2/3 bawah adalah otot polos (otot sirkular dan otot longitudinal).
Esofagus menyempit pada tiga tempat :
1. Bersifat sfingter (sfingter faringoesofageal), setinggi tulang rawan krikoid pada batas
antara faring dan esofagus (peralihan otot serat lintang -otot polos)
2. Di rongga dada bagian tengah akibat tertekan langsung aort,a dan bronkus utama kiri,
tidak bersifat sfingter
3. Di hiatus esofagus diafragma yaitu tempat hiatus esofagus berakhir di kardia lambung,
murni bersifat sfingter (sfingter gastroesofageal).
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot
krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis inferior, 30-35
cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas esofagus yang berada di
leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea inferior beberapa cabang dari arteri
bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut
mendapat darah dari a. phrenica inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.34
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus bagian
atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke v. azigos
dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah,
semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga
terjadi hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian
bawah melalui vena lambung tersebut.
Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dalam mukosa, submukosa, lapisan
otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial, pembuluh ini berjalan seara
longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke kelenjar di leher sedangkan dari
bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti pembuluh limfe dari
lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.
Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat saraf
parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa gabungan saraf
simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n. laringeus rekuren yang
berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus
thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk
pleksus esofagus. Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis,
n. splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4
Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas, dalam
keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam
2. Sub Mukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat mempermudah
jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.
3. Muskularis
Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian bawah
merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot rangka dan
otot polos.
4. lapisan bagian luar (Serosa)
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-struktur yang
berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila
ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.
B. Fisiologi
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke lambung.
Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan masuknya udara ke
esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas normalnya
selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh
gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus
makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari
gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerakperistaltik primer adalah
gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang menyebar
ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan
waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi
oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada
makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi
gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah semua
makanan meninggalkan esofagus. Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter
esofagus proksimal atau sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan
dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower
esophageal spinchter/ LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur
oleh n. vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post
ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.3,4
Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus dan
lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus
tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.
Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :
Faseoral, yang mencetuskan proses menelan
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan
membentuk bolus makananmelalui dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik
lidah. Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah
diperluas, palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring (Passavants ridge)
terangkat penutupan nasofaring akibat kontraksi m. levator veli palatine kontraksi m.
Palatoglosusismus fausium tertutupkontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan
tidak akan berbalik ke rongga mulut.
Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya makanan dari
faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.
salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika
vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligespenghentian aliran
udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke
sal.nafasmeluncur ke arah esofagus.
Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari esofagus ke
lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealrelaksasi m. krikofaring introitus
esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam esofagus. sfingter berkontraksi > tonus
introitus esofagus saat istirahat,refluks dapat dihindari. Akhir fase esofageal sfingter ini akan
terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus
makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan menutup
kembali.
II.2 Tumor Esofagus
Tubuh manusia mengandung ratusan juta sel hidup. Sel-sel tersebut normalnya
tumbuh, memperbanyak diri, dan mati sesuai dengan siklusnya. Esofagus, seperti jaringan
tubuh lainnya, juga terdiri dari se-sel hidup. Pada awal kehidupan, sel sel esofagus membelah
lebih cepat sebagai suatu bagian dalam proses pertumbuhan. Setelah seseorang menginjak
fase dewasa, sebagian besar sel hanya akan membelah diri untuk menggantikan sel-sel yang
telah rusak atau mati.2
Kanker dimulai saat sel yang menjadi bagian dalam tubuh tumbuh dan berkembang di
luar kendali. Ada banyak jenis kanker, tetapi semua kanker awalnya terjadi karena adanya
pertumbuhan abnormal dari sel-sel tubuh. Pertumbuhan sel kanker berbeda dengan
pertumbuhan sel normal lainnya. Sebagai pengganti sel yang sebelumnya telah rusak atau
mati, sel kanker tumbuh dan terus tumbuh bahkan membentuk sel baru yang abnormal. Sel
kanker juga dapat menyerang jaringan lain, sesuatu hal dimana sel normal tidak dapat
melakukannya. Saat sel membelah, sel tersebut dikontrol oleh suatu gen yang terdapat di
masing-masing sel, inilah yang dikenal dengan nama DNA. Di sel yang normal, ketika DNA
mengalami kerusakan maka sel akan memperbaiki kerusakan tersebut. akan tetapi pada sel
kanker, kerusakan DNA tidak diperbaiki oleh sel, dan sel tersebut bahkan tidak mati. Sebagai
gantinya sel akan terus tumbuh menghasilkan jutaan, dan bahkan milyaran sel yang sama
seperti dirinya.1,2
Tidak semua tumor adalah kanker. Tumor yang bukan kanker disebut tumor jinak.
Tumor jinak dapat menjadi masalah jika tumor tersebut tumbuh semakin besar dan menekan
organ atau jaringan tubuh yang sehat. Akan tetapi tumor jinak tidak dapat tumbuh dan
menginvasi jaringan lain. Karena tumor jinak tidak dapat berinvasi, maka tumor tersebut
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor jenis ini tidak mengancam kehidupan.
II.3 Definisi
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas
(kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang dari
lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala
dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan
insidentil selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat
pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan
leiomioma. Karena tumorberasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh
submukosa yang utuh dan mukosa, sehingga sulit
untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering
dikenal dengan kanker esofagus.1,5
Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg
melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan tumbuh
hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir 95% tumor yang
ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.5
II.4 Klasifikasi Tumor
Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu,
Tumor epitel
Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor jenis ini merupakan
tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor epitel dibagi menjadi squamous
cell carcinoma dan adenokarsinoma.5
2. Tumor metastase
3. Limfoma
Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus
4. Sarcoma
Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.
Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi menjadi
epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Squamous cell
carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker
esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma.
Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam esofagus.
Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel squamous, dan
inilah yang sering disebut dengan Barretts esophagus. Kanker tipe ini sering terjadi di bagian
yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat terbanyak kejadian
adenokarsinoma.5
II.5 Epidemiologi
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian karena kanker.
Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Cina. Di
amerika pada tahun 2000, angka kejadian kasus baru mencapai angka 12.300 sedangkan
angka kematian mencapai 12.100. dalam 25 tahun terakhir ini, terjadi peningkatan kejadian
adenokarsinoma esofagus distal yang cukup signifikan.1,3, 6
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang
dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut
Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia,
dan Mongolia. Selain itu kanker esofagus banyak terdapat di Finlandia, Islandia, Afrika
Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, Kanker esofagus
lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih. Squamous
Cell carcinomaadalah jenis kanker yang sering terjadi pada orang kulit hitam, sedangkan
adenokarsinoma sering terjadi pada orang kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki
beresiko terkena kanker esophagus 3 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.
Hal ini terutama dikaitkan dengan tingginya konsumsi alkohol dan rokok pada pria.
Berdasarkan tingkatan usia, usia lebih dari 65 tahun memiliki resiko paling tinggi untuk
menderita kanker esofagus. Sekitar 15% penderita didiagnosa menderita kenker esofagus
pada usia kurang dari 55 tahun.1,2,5
II.6 Faktor Resiko
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti
percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan
kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,
akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding
esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barretts esophagus dan akhalasia dapat memicu
terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus
diantaranya adalah :
1. Merokok dan konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus. Alkohol dan
rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus. Orang yang merokok 1
bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita adenokarsinoma
esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok
2. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk menderita
adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdomen dan
refluk esofagus.
3.
Gastro esophageal reflux disease (GERD)
Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk menderita
adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko bergantung pada
seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 % kejadian kanker esofagus
dikaitkan dengan kejadian GERD.
2.
Barretts esophagus
Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam jangka waktu
yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada dinding esofagus. Hal ini
dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi esofagus menjadi nhilang dan digantikan
oleh sel glandular. Sel glandular ini biasanya terlihat seperti sel yang melapisi dinding
lambung dan usus halus, dan lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini dinamakan
Barretts esophagus. Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita Barretts esophagus.
Semakin lama seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko untuk menderita
Barretts esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barretts esophagus memiliki gejala
dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki resiko 30 hingga 125 kali lebih besar untuk
menyebabkan terjadinya kanker esofagus dibandingkan dengan orang normal. Hal ini
dikarenakan sel glandular pada Barretts esophagus menjadi abnormal hingga menjadi
displasia, kondisi prekanker.7
4. Diet
Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayura, berkaitan dengan
berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan dan sayur-sayuran mengandung
banyak vitamin dan mineral yang membantu dalam mencegah terjadinya kanker. Sekitar 15 5
kanker esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan buah-buahan dan sayuran. Makan
makanan yang sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran dapat meningkatkan
kejadian kanker esofagus.
5. Akhalasia
Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan baik. Makanan
dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan dan cenderung berkumpul di
esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi dengan melakukan dilatasi. Orang dengan
akhalasia memiliki resiko untuk mengalami kanker esofagus 15 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus akhalasia berkembang
menjadi kanker squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar 17 tahun
setelah pasien didiagnosa akhalasia.
6. Bakteri lambung
Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung, termasuk
ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini dapat diobati dengan
antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam lambung. Orang yang mendapat terapi
H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak
mendapatkan terapi. Hal ini dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung
memproduksi sedikit asam lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak apad
rendahnya refluks ke esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung,
tetapi di lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.
II.7 Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari
bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif esofagus
tahap lanjut.
1. Disfagia
Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan oleh penderita
seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit,
maka penderita biasanya mengganti makanan dan kebiasan makannya secara tidak sadar.
Penderita makan dengann jumlah gigitan yang lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan
lebih pelan dan hati-hati. seiring dengan pertumbuhann kaknker yang semakin besar,
penderita mulai makan makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan
lebih mudah masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti mengkonsumsi
makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker tetap terus
tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus. Untuk membantu makanan
melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan menghasilkan saliva luarkan
Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker esofagus sering mengeluh
mengeluh banyak mengeluarkan mukus atau saliva.1,5,8
2. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
3. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya
cegukan.
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di dada. gejala ini
sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ lain, seperti jantung,
sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala tersebut adalah salah satu gejala yang
sering dikeluhkan pada penderita kanker esofagus.
4. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami penurunan berat
badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga penderita mendapat masukan
makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu
makan dan meningkatnya proses metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu tumbuh keluar
aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan menghasilkan
pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak,
maka feses juga bisa berubah menjadi warna hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa
kanker esofagus pasti ada.
5. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan
anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula
dan aksila, serta hepatomegali.
II. 8 Staging Kanker Esofagus
The American Joint Committee on Cancer Staging 1987 membagi stadium tumor
berdasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer, N adalah pembesaran kelenjar limfe
regional dan M adalah metastasis jauh. TNM sistem dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan
klinis, esofagoskopi dan CT scan.9
TUMOR PRIMER (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti ada tumor primer
Tis Carcinoma in situ
T1 Invasi ke lamina propia atau submukosa
T2 Invasi ke tunika muskularis propia :
T3 Invasi ke tunika adventitia.
T4 Invasi ke struktur sekitar.
REGIONAL LYMPH NODES (N)
NX Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis jauh
N1 Ada metastasis ke KGB regional
METASTASE (M)
MX Metastasis tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh
KLASIFIKASI METASTASE
Tumor pada bgaian bawah esophagus
M1a Metastasis di limfa nodus celiac
M1b Metastasis jauh lainnya
Tumor pada bagian tengah esophagus
M1a Not applicable
M1b Nonregional lymph nodes and/or other distant metastasis
Tumor pada bagian atas esophagus
M1a Metastase ke nodus servikal
M1b Metastase ke tempat lain
STAGE GROUPING
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T2 N0 M0
T3 N0 M0
Stage IIB T1 N1 M0
T2 N1 M0
Stage IIIA T1 N2 M0
T3 N1 M0
Stage IIIB T4 Any N M0
Stage IV Any T Any N M1
Stage IVA Any T Any N M1a
Stage IVB Any T Any N M1b
II. 9 Penegakan Diagnostik
Evaluasi Diagnostik
Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan penunjang
termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan
faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami
peningkatan.
2. Imaging studies
a. Barium swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus.
Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes
ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus.
Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan
sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat
digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.9,10
b. CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan
dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat
menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan
apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar
diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus
dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
3. Endoskopi
a. Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus.
Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan
biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang
tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium,
dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan
jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus,
maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan
dan cairan dapat melaluinya.9,10
b. Endoscopic ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar
bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk menentukan ukuran dari
kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini
tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan.
Gambar 1. Endoskopi
4. Bronkoskopi dan mediastinokopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas
esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam
menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.
II.10 Penatalaksanaan
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma esofagus, perlu
dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium tumor. Penentuan
tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang teliti,
dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan dengan esofagografi
memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan dada dan abdomen. Pada kasus-kasus tertentu
perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi, atau sidik tulang.11
Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus. Pilihannya
adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga jenis pilihan.
Sebagai contoh, terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan sebelum atau setelah operasi.
Pilihan terapi bergantung pada beberpah hal, diantaranya :
Lokasi kanker di dalam kerongkongan
Apakah kanker telah menyerang struktur disekitarnya
Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh lainnya
gejala dan kondisi kesehatan secara umum
a. Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung terutama di
mana kanker itu berada. Untuk pembedahan harus ditentukan apakah dapat dioperasi atau
tidak berdasarkan keadaan umum pasien secara klinis, tidak adanya fiksasi tumor ke jaringan
sekitar, atau tidak adanya metastasis ke organ lain. Pembedahan dapat dikombuinasikan
dengan terapi lain seperti kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini, di mana
besar tumor kurang dari 2 cm, dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy. Penderita akan
merasakan nyeri pada masa awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan membantu dalam
mengurangi rasa sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan dari tindakan pembedahan
diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi termasuk pneumoni, pandarahan setelah
pembedahan dan gangguan pernafasan.1,3,11
Esofagektomi
Merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat semua bagian dari esofagus, termasuk
sebagaian kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa nodus yang berada dekat
dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus sering dihubungkan dengan bagian
lambung yang tersisa, bagian lambung tersebut ditarik ke arah dada atau leher menjadi bagian
baru dari esofagus. Banyaknya esofagus yang diangkat, bergantung pada staging tumor dan
lokasi tumor berada. Jika tumor terletak di bagian distal esofagus, maka bagian esofagus
yang diangkat bisa mencapai 8 hingga 10 cm dari normal esofagus.4,11
Beberapa metode esofagektomi:
McKeowns operation
Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan Insisi servikal, dibuat
anastomosis antara lambung keesofagus di servikal.
Ivor Lewis operation
Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi, dilakukan anastomosis
antara lambung dengan oesophagus di thoraks.
Laparoscopy-assisted esophagectomy
Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan laparoscopic instruments
untuk mobilisasi esophagus intra thoracic.
Open esophagectomy
Esophagus dapat diangkat dengan melakukan insisi melalui abdomen dan torak, yang dikenal
dengan nama esofagektomi transtorakal. Jika insisi dilakukan melalui abdomen dan leher
disebut esofagektomi transhiatal.
Minimally invasive esophagectomy
Esophagus dapat diangkat melalui insisi yang kecil, tindakan ini disebut dengan esofagektomi
invasif minimal. Ahli bedah menggunakan sejenis teleskop yang tipis melalui insisi. Alat ini
akan mempermudah ahli bedah untuk melihat esofagus selam operasi.
Efek samping tindakan pembedahan
Seperti operasi lainnya, tindakan pembedahan pada esofagus juga memiliki beberapa
resiko. Serangan jantung atau pembentukan bekuan darah di paru dan di otak dapat terjadi
selama proses pembedahan. Komplikasi paru-paru, seperti pneumoni, kebocoran pada tempat
penyambungan esofagus dan lambung, mual dan muntah, meningkatnya resiko infeksi,
striktur esofagus dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan pembedahan
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Sinar tersebut hanya mempengaruhi sel-sel kanker, tidak untuk
sel-sel disekitarnya. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum atau setelah operasi. Bahkan
dapat digunakan sebagai terapi tunggal, pengganti operasi. Terapi radiasi biasanya
dikombinasi dengan kemoterapi untuk mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis terapi
radiasi dalam pengobatan kanker kerongkongan.1,3,11
Terapi radiasi eksternal: radiasi berasal dari sebuah mesin besar di luar tubuh. The
machine aims radiation at your cancer. Mesin ini bertujuan radiasi pada kanker Anda.
Perawatan biasanya 5 hari seminggu selama beberapa minggu.
Terapi radiasi internal (brachytherapy): radiasi jenis ini menggunakan semprotan
anestesi untuk daerah kerongkongan sehingga pasien merasa lebih nyaman sepanjang terapi.
Sebuah tabung/selang ditempatkan ke dalam kerongkongan. Zat radiasi akan keluar melalui
tabung tersebut. ketika tabung diangkat, zat radioaktif juga akan hilang bersamaan dengan
keluarnya tabung, sehingga tidak meninggalkan sisa di dalam tubuh. Untuk jenis terapi
radiasi ini, biasanya pengobatan tidak dilakukan secara kombinasi dengan terapi lainnya.
Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi. Terapi radiasi
eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat menyebabkan radang
tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping lainnya yaitu mual dan muntah.
Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.
Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan. Misalnya, kadang-
kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan menyebabkan kesulitan dalam menelan.
Atau, radiasi juga dapat menyebabkan esofagus menjadi sempit. Oleh karena itu, Sebelum
terapi biasanya sebuah tabung plastik dimasukkan ke dalam esofagus untuk menjaga agar
esofagus tetap terbuka.
c. Kemoterapi
Kebanyakan orang dengan kanker kerongkongan mendapatkan kemoterapi.
Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker
kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Kemoterapi biasanya
diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti oleh masa
istirahat.11
Regimen yang sering digunakan untuk kemoterapi adalah
5-Fluorouracil
5-Fluorouracil + Cisplatin
ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil)
IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil + Leucovorin)
TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin)
Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan berapa banyak dosis
yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel kanker dengan cepat, akan tetapi obat
tersebut juga dapat membahayakan sel-sel normal yang ada di dalam tubuh yang membelah
dengan cepat seperti :
Sel darah: saat kemoterapi menurunkan kadar sel darah yang sehat, maka seseorang dapat
lebih mudah untuk mendapatkan infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat
lemah dan lelah.
Sel-sel pada akar rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok.
Sel yang melapisi saluran pencernaan: Kemoterapi dapat menyebabkan kurang nafsu
makan , mual dan muntah, diare, atau mulut dan bibir luka .
Efek samping lainnya yaitu ruam pada kulit, nyeri pada sendi, rasa baal atau mati rasa
pada tangan dan kaki, gangguan pendengaran dan pembengkakan kaki.
d. Terapi paliatif
Pada stadium lanjut dilakukan tindakan paliatif agar pasien dapat menikmati makanan peroral
Dilatasi mekanik
Dilatasi mekaniuk digunakan ketika tindakan pembedahan dan radioterapi bersifat
kontraindikasi. Teknik dilatasi ini menggunkan balon dilatators yang dimasukkan ke esofagus
dengan bantuan endoskopi. Karena resiko perforasi esofagus cukup tinggi pada tindakan ini,
maka dilatasi mekanik harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati.1,11
Terapi Yag Laser
Terapi ini cukup efektif untuk mengobati obstruksi yang disebabkan oleh tumor esofagus.
Massa tumor dapat dihancurkan dengan menggunakan laser sehingga lumen bebas dari
massa.
II. 11 Prognosis
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis
yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika
tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun.
Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga 5
tahun.1,5,9
BAB III
KESIMPULAN
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Fungsi dasar esofagus adalah
membawa material yang ditelan dari faring ke lambung. Jika terdapat gangguan pada daerah
ini, maka semua proses tubuh yang melibatkan esofagus termasuk proses menelan akan
mengalami gangguan.
Esofagus, seperti jaringan tubuh lainnya, juga terdiri dari se-sel hidup. Pada awal
kehidupan, sel sel esofagus membelah lebih cepat sebagai suatu bagian dalam proses
pertumbuhan. Setelah seseorang menginjak fase dewasa, sebagian besar sel hanya akan
membelah diri untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati. Jika sel-sel mulai
membelah, tumbuh abnormal dan berkembang secara tidak terkendali maka sel inilah yang
dikatakan sel tumor atau kanker. Sel kanker juga dapat menyerang jaringan lain, sesuatu hal
dimana sel normal tidak dapat melakukannya.
Tidak semua tumor adalah kanker. Tumor yang bukan kanker disebut tumor jinak.
Tumor jinak dapat menjadi masalah jika tumor tersebut tumbuh semakin besar dan menekan
organ atau jaringan tubuh yang sehat. Akan tetapi tumor jinak tidak dapat tumbuh dan
menginvasi jaringan lain. Karena tumor jinak tidak dapat berinvasi, maka tumor tersebut
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor jenis ini tidak mengancam kehidupan.
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas
(kanker). Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal
dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas
sering dikenal dengan kanker esophagus, terdiri dari epitel berlapis gepeng (squamous cell
carcinoma) dan adenokarsinoma. Dari kedua tumor tersebut hampir 95% tumor yang ada di
esofagus adalah tumor yang bersifat ganas (kanker).
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti
percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan
kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,
akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding
esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barretts esophagus dan akhalasia dapat memicu
terjadinya kanker.
Kanker esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Dari gejala klinis, hal
yang paling sering menjadi keluhan pasien adalah disfagia (sulit menelan), merasakan
benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan. nyeri pada dada, regurgitasi makanan
yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya cegukan serta perdarahan. Pada
pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan anoreksia. Jika
telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula dan aksila,
serta hepatomegali. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,
terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin
yang mengalami peningkatan. Dari pemeriksaan penunjang lainnya seperti bubur barium,
dapat terlihat gambaran yang khas pada sebagian besar kasus di mana akan terlihat tumor
dengan permukaan yang erosif dan kasar pada bagian esofagus yang terkena. Pemeriksaan
endoskopi dan biopsi sangat penting untuk mendiagnosis karsinoma esofagus, terutama untuk
membedakan antara karsinoma epidermal dan adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan
beberapa biopsi, oleh karena terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya kecenderungan
tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal.
Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus. Akan
tetapi, sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma esofagus, perlu
dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium tumor berdasarkan TNM
sistem. T adalah tumor primer, N adalah pembesaran kelenjar limfe regional dan M adalah
metastasis jauh. Pilihan terapi yang dapat digunakan adalah pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga jenis pilihan.
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung terutama di
mana kanker itu berada. Pembedahan dapat dikombuinasikan dengan terapi lain seperti
kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini, di mana besartumor kurang dari 2 cm,
dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy. Efek samping yang ditimbulkan dari tindakan
pembedahan diantaranya adalah serangan jantung atau pembentukan bekuan darah di paru
dan di otak dapat terjadi selama proses pembedahan. Komplikasi paru-paru, seperti
pneumoni, kebocoran pada tempat penyambungan esofagus dan lambung, mual dan muntah,
meningkatnya resiko infeksi, striktur esofagus dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan
pembedahan.
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum atau setelah operasi.
Terapi radiasi biasanya dikombinasi dengan kemoterapi untuk mengobati kanker
kerongkongan. Ada dua jenis terapi radiasi dalam pengobatan kanker kerongkongan, yaitu
terapi radiasi eksternal dan terapi radiasi internal. Efek samping dari terapi radiasi bergantung
pada dosis dan tipe radiasi. Terapi radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan
abdomen dapat menyebabkan radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek
samping lainnya yaitu mual dan muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi
dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.
Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat untuk
kanker kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Kemoterapi
biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti oleh
masa istirahat. Regimen yang sering digunakan untuk kemoterapi adalah 5-Fluorouracil, 5-
Fluorouracil + Cisplatin,ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil), IFL (Irinotecan + 5-
Fluorouracil + Leucovorin) dan TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin). Efek samping
dari kemoterapi, diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah, kurang nafsu makan , mual dan muntah, diare,
atau mulut dan bibir luka, ruam pada kulit, nyeri pada sendi, rasa baal atau mati rasa pada
tangan dan kaki, gangguan pendengaran dan pembengkakan kaki.
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis
yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika
tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun.
Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga 5
tahun