Anda di halaman 1dari 14

l t-2: I !

l :X;
. l ' l N ( l ) l l l t S l j l t ( ) 1
I I l ) r ' s - r t r l r c r l . ) ( ) ( r
I
I SOLATOR
UNTUK SALURAN UDARA
DE,I{G AhI TEGANG Ai \{ I\O M IhIAL
DI ATAS I OOO VOLT
Ro g i a n 2 :
Rent engan I s ol at or dan Set I s ol at or
unt uk Si st em Ar us Bol ak- Bal i k
Def i ni si , Met ode uj i dan Kr i t er i a Ser ah r er i ma
P. T. PERUSAHAAN LI STRI K NEGARA (PERSERO)
JALAN TRI " I NOJOYO NO. I 35
.
KEBAYORAN BARI J
-
JAKARTA 1216( I
STANDAR
PEL USAHAAN L l s - Tt a t X \ U( : At t A
SPI , N l O- l H- p: l t f $6
l -anrpi ran Keputusan Di reksi PT. Pt,N (pERSERO)
No.: l 2tl .K/0594/DIR/1996. tanggnl l 2 Desr:nrher 1996
I SOLATOR
UNTUK SALURAN UDARA
DENGAN TEGANGAN
NOMI NAL DI ATAS I OOO VOLT
Bagi an 2: Rent engan I sol at or dan set I sol at or
unt uk Si st em Ar us Bol ak- Bal i k
Def i ni si , Met ode uj i dan Kr i t er i a Ser ah r er i ma
Di susun ol ch :
Kcl ompok Pembakuan Bi dang fransmi si dengan
Surat Keputusan Dircksi PT
pLN
(PERSERO)
No.: 052.IVDIR/1995
tanggal tl Agustus l 99S;
Diterbitkan
oleh :
p.T.
PERUSAHAAN
LISTRTK NEGARA (PERSERO)
Jln. Tmnojoyo No. 13S
-
Kebayoran Banr
JAKARTA 12160
1996
SPLN l0-1E-2:1996
(kosong)
SPLN l 0-l E-2:1996
susunan Anggota lftlompok
pembalaran
Bidang Transmisi
Berdasarkan surat Iftputusan Dircksi
pr. pLN
(pERsERo)
No.: 052.IV495/DIR/1995
tanggal ll Agustus l99S
i. K*paia PT. FLN (PERSERO)
,
pusat penyelidikan
Masalah Kelistrikan
2. Kepala Dinas Pembakuan,
pT. pLN
(PERSERO)
ppMK
3. Kepaia Bagian Pembakuan
peralatan,
PT. PLN (PERSERO)
PPMK
4. Kepala Bagran Tegangan Tinggi,
PT. PLN (PERSERO)
PPMK
5. Kepala Divisi Sistem Informasi & ANEV,
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
6. Kepala Divisi Pengendalian Korstnrksi Jaringaa
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
7. Kepala Divisi Operasi Sistem
penyaluan,
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
B. Kepala Divisi Anggaran,
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
9. Kepala Divisi Hukunr,
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
10. Inspelfur Bidang Pembangunan,
PT. PLN (PERSERO)
SPr
I l. Kepala Departemen Teknik Sipil,
PT. PLN (PERSERO)
PPE
12. Kepala PT. PLN (PERSERO)
p2B
13. Pemimpin PT. PLN (PERSERO)
KJB
14. Pemimpin PT. PLN (PERSERO)
PIRING JATET
15. Pemimpin PT. PLN (PERSERO)
PIKITRING
SUMUT
16. KepalaDinas
Sistem Tenaga Listrih
PT. PLN (PERSERO)
PPMK
Sebagai Ketua
merangkap Anggota Tetap
Sebagai Ketua Harian
merangkap Anggota Tetap
Sebagar Sekretaris
merangkap Anggota Tetap
Sebagai Wakil Sekretaris
merangkap Anggota Tetap
Sebagai Anggota Tetap
: Sebagai Anggota Tetap
: Sebagai Anggota Tetap
: Sebagai Anggota Tetap
: Sebagai Anggota Tetap
: Sebagai Anggota Tetap
: Sebagai Anggota Tetap
Sebagai Anggota Tetap
Sebagai Anggota Tetap
Sebagai Anggota Tetap
Sebagai Anggota Tetap
Sebagai Anggota Tetap
iii
SPLN l 0-1E-2:1996
(kosong)
iv
SPLN 10-18-2 : 1996
DAFTAR ISI
PASAL I
-
TIIVfUM
Ruang Lingkup
Tujuan
Definisi
Nilai listrik yang meruirikan suafu rcntengan isolator atau suatu set isolator
Halaman
l "
2.
3.
4.
I
I
2
3
PASAL 2. PROSNDUR UNTTJK UJI LISTRIK
5. Penj'arakn umum untuk uji tegangan tinggi
6. Kondisi atmosfer standar dan fbktor koreksi unn*
wi
listrik
6.1 Atmosfer acuan standar
7.
8.
9.
10.
1 1 .
t2.
6.2 Faktor korel<si untuk kondisi atmosfer
Parameter hujan buatan unhrk uji basah
Cara pemasangan
untuk uji tistrik
Uji tegangan impuls petir
Uji tegangan frekuensi daya basah
Uji tegangan impuls swibing basah
Metode pemasangan
I2' l Cara pemasangan
standar rentengan isolator at*u set isolator bila uji impuls switsing
tidak disyaratkan
12'2 Cara pemasangan
standar rentengan isolator atau set iso,lator bila uji impuls svtitsing
dipersyaratlran
12.3 Cara pemasangan
meniru kondisi pelayanan
3
3
J
4
4
4
4
4
5
5
5
7 ,
SPLN l0-lE-2 : 1996
(kosong)
vl
SPLN l 0-l E-2 : 1996
ISOLATOR UNTUK SALURAN UI}ARA
DENGAN TEGANGAN NOMINAL DI ATAS 1OOO VOLT
Bagian 2 : Rentengan Isolator dan Set Isolator
Untuk Sistem Arus Bolak-Balik
-
Definisi
,
Metode Uji dan Kriteria Serah Terima
PASAL 1- UMUM
1. Ruang tingkup
Standar ini diberlakukan kepada rentengan isolator dan set isolator yang terdiri dari unit isolator renteng dari
bahan kemmik atau gelas untuk digunakan pada saluran udara tenaga listrik arus bolak+alik dengan tegangan
nominal lebih dari 1000 Volt dan frekuensi 50 Hz.
Standar ini juga
berlaku untuk rentengan isolator dan set iso; r untuk digunakan pada saluran udara trat6i listrik
arus searah.
Standar ini
juga
berlaku untuk rentengan isolator dan set isolator dengan desain yang sama
jika
digunakan pada
gardu Induk.
Standar ini dapat dipandang sebagai standar sementara untuk rentengan isolator dan set isolator untuk digunaln
pada saluran udara tegangan listrik arus searah dan untuk set isolator komposit.
2. Tujuan
Standar ini bertujuan untuk menetapkan prosedur uji listrik standar dan kriteria serah terima untuk memeriksa
karakteristik yang telah ditetapkan untuk rentengan isolator dan set isolator yang dicakup dalam ruang lingkup
pada stardar ini.
Pengujian dan karakteristik ini dimaksudkan untuk memberikan dasar yang sana kepada penmcang, pemakai dan
pensuplai
saluran udar4 isolator dan peralatan saluran udara bila memerlukan definisi, evaluasi atau pemeriksaan
karakteristik listrik dari peralatan yang bersangkutan .
Pengujian ini tidak dimaksudkan sebagai uji wajib pada isolator yang disuptai sendiri-sendiri atau sebagai
rentengan ataupun sebagai set .
Catatan :
l.
9lt_
p"au unit isolator renteng diuraikan pada SPLN l0-lE:1996 Bagian l, sedangkan uji isolatorkomposit dijelaskan pada
I EC I 109.
2. Standar ini tidak memasukkan uji pohsi atau uji interferensi radio. Subyek ini dan metode uji yang retevan diberikan pada
laporan IEC berikut:
SPLN l0'3A (IEC 507
, first edition 1975) : Report
-
Artificial pollution test on high-voltage insulators to be used on a.c.
systems.
SPLN 10'3-B : 1993 Tingkat intensitas polusi sehubungan dengan pedoman pemilihan isolator : Report
-Radio
Interference test
on high-voltage insulators.
3. Uji busur api daya listrik sekarang sedang dalam studi.
SPLN 10-18"2: 1996
3. Definisi
Definisi yang diberikan di bawah ini tidak terdapat pada IEC 50 (471) atau berbeda dengan yang diberikan dalam
rEC s0 (47r).
Dalam standar ini dlgunakan istilah "isolator" untuk mengacu kepada obyek yang sedang diuji.
3.1 Rantmgan isolator
Satu renteng atau lebih unit isolator dan dimalsudkan untuk memberi penyangga yang flelsibel pada penghantar
saluran udara dan merrerirna terutama tarikan mekanis.
3.2 Sa isolaor
Rakitan satu atau lebih rentengan isolator yang cocok untuk digardeng
,
lengkap dengan gawai penggandeng dan
gawai penganun sebagaimana yang disyaratkan dalam pelayanan.
3.2.1 Set isolator gantung
Set isolator lengkap dengan fitting untuk mengganhrng satu atau beberapa penghantar saluran.
3.2.2 Set isolator tarik
Set isolator lengkap dengan fittirU untuk menjamin sebuah atau beberapa penghantar saluran dari beban tarik.
3"3 Loncd denyar
Loncatan muatan merusak dipennukaan luar isolasi dan menghubungkan bagian yang dalam keadaan normal
bertegangan operasi.
Catatan: Istilah "loncat denyar" yang dipakai pada standar ini termasuk loncat denyar melalui permukaan isolator demikian juga loncatan
mensak karena loncat latu melalui udara dekat isolator.
3.4 Tqongan kaahonan inpuls petir kaing
Tegangan impuls petrryang dapat ditahan isolator dalam keadaan kering pada konilisi uji yang ditentukan.
3.5 Tegangan loncd dmyar 50% impul" pah kuing
Nilai tegang;an impuls petir pada kordisi uji yang ditedukan mempurryai kebolehjadian 50% untuk menghasilkan
lorrcat denyar pada isolator dalam keadaan kering.
3.6 Tqangan kdahananfrekuensi daya basah
Tegangan frekuensi daya yang dapat ditahan isolator dalam keadaan basah
,
pada kondisi uji yang ditentukan
3.7 Tegangan loncd denyar
frekuensi
daya basah
Rata-rata aritmatika dari tegangan yang diukur yang menyebabkan loncat denyar pada isolator, pada kondisi uji
yang ditenfirkan.
3.8 Tqangan k&ohanan bnpuls witskg basah
Tegangan impuls switsing yang dapat ditahan isolator dalam keadaan basatU pada kondisi uji yang ditentukan
3.9 Tegangan loncd denyar 50% impuls switsing basah
Nilai tegangan impuls switsing pada kondisi uji yang ditentukan
Mempunyai kebolehjadian 50% untuk menghasilkan lorrcat denyar pada isolator dalam keadaan basah.
SPLN lGlE-2 . 1996
4. Nilai listrik yang mencirikan suatu rentengan isolator atau suatu set isolator
Rcntengan isolator atau set isolator dicinkan oleh satu atau lcbih nilai listrik berikut ini:
a) Tegangan ketaharnn impuls petir kering yang dispesifikasrkan.
b) Tegangan ketahanan impuls switsing basah yang drspcsifikasikan.
c) Tegangan kctahanan frekuerui daya basah yang dispesifikasikan
Penerapan dari karakteristik ini sebagai fungsi tegangan tertinggl untuk peralatan ditentukan dengan mengacu
pada SPLN 74 (lEC 7l-l), SPLN 78 (IEC 7l-2) dan IEC 7l-2
-
Koordinasi isolasi tegangan operasi ddak
dipardang sebagai karaktenstik dari rentengan isolator atau set isolator.
Tegangan loncat denyar dan tegangan ketaharnn isolator pada kondisi pelayanan dapat berbeda dengan tegangan
lorrcat denyar dan tegangan ketahanan pada kondisi standar. Efek ini telah dikenal dengan uji impuls petir
khususnya pada peralatan tegangan sangat tinggl, tetapi penganrh kondisi sekiur dan susunan isolator serta
bagian logam terkait
jauh
lebih besar pengaruhnya bila dengan impuls switsing karena pertedaan
distribusi
medan listrik antara susunan uji standar dan susunan pemasangan
dalam pelayarnn.
Tegangan ketahanan impuls switsing rentengan isolator atau set isolator tldak perlu berkarakteristik tertentu,
karena sangat ditentukan oleh stnrktur menara dan konfrgumsi medan yang tergantung pada bentuk dan posisi
relatif semu:l bagian logamnya. Oleh karena itu, pemenksaan tegangan ketahanan impuls switsing yang
dispesifikasikan umumnya disyaratkan dengan susunan peflusangan yang sedekat mungkin mewakili kondisi
pelayanarurya.
Rincian susunan pemasangan harus disetujui antara pabrikan dan pembeli pada saat pemesanan.
PASAL 2
-
PROSEDUR UJI UNTUK UJI LISTRIK
5. Persyaratan umum untuk uji tegangan tinggi
a) Metode uji tegangan impuls petir dan switsing serta tegangan frekuensi daya harus sesuai dengan SpLN I lA
(rEC 60-l )
Tegangan impuls petir dan switsing harus dinyatakan dengan nilai purrcak prospektifnya
dan tegangan
frekuensi daya harus dinyatakan dalam nilai puncak dibagr dengan v2.
Jika kondisi atmosfir alam pada saat pengujian
berbeda dengan nilai stardar (lihat 6-l), perlu menerapkan
faktor koreksi sesuai dengan 6-2.
d) Isolator harus bersih dan kering sebelum memulai uji tegangan tingg.
e) Pengemburnn pada permukaan benda uji harus dihindarkan dengan tindakan
kelembaban relatif tinggi .
'
Sebagai contoll benda uji harus dijaga pada suhu sekitar lokasi pengujian
selama
tercapai keseimbangan termal sebelum dimulai pengujian.
Pengujian tidak boleh dilakukan bila kelembaban nisbi melebihi SSy,. kecuali
pabrikan
dan pembeli.
D
Selang waktu antara pemberian
tegangan yang berurutan harus cukup
pemberian tegangan sebelumnya pada uji loncat denyar atau uji ketahanan.
6. Kondisi atmosfer standar dan faktor koreksi untuk uji listrik
6.1 Atmosfer acuan standar
Kondisi atmosfer acuan standar hams sesuai dengan SPLN I lA (IEc 60-l)
untuk meminimalkan pengaruh
b)
c)
khusus terutama ketika
waktu yang cukup agar
ada persetujuan
antara
SPI N10- l E231996
6.2 FaWor koreki urtuk kondisi dttrosfo
Faktor koreksi trarus ditentukan sesuai dengan IEC 60-1. Jika kondisi atmosfer pada saat pengdian bed:eda
dengan atmosfer acuan standar malea faktor koreksi untuk kerapatan udarc
ftl)
daa k*lembaban
{k2)
hams
dihitung dan drtentrikan hasilnya K= kl x k2. Kemudran tegangan uji dikoreksi sebagai berilut:
Tegangan ketatranan
{impuls
dan frekuensi daya)
Tegangan uji yang dikenakan
=
K x tegangan ketahanan yary dispesifikasikan
Tegangan loneatdenyar (impuls dan frekuerui daya
)
Tegangan loncat denyar dicatat
=
Teeansan loncat denyar vans diukur
K
Catatan : Untuk uji basah tidak dilskukm koreksi kelembaban ,
jadi k2
=
I sehingga K
=
kl.
7. Parameter hujan buatan untuk uji basah.
Prosedur uji basah standar yang dijelaskan dalam SPLN llA (IEC 60-l) tmrus digunakan. Karaktenstik hujan
buatan harus sesuai dengan persyaratan SPLN I 1A (IEC 60-1).
Jika pengujian dilakukan pada isolator dalam posisi horizrrnai atau miring, hants ada persetujuan antara pabrilcan
dan pembeli mengenai arah
jatuh
hujan.
E. Cara pemasangan unhrk uji listrik
Cara pernasangan terterfu dispesifikasikan dalam ayat 12.
9. Uji tegangan impuls petir
Sahr renteng isolator atau satu set isolator hanrs diuji dengan menggunakan prosedur yang ditentukan dalam
SPLN l lA (IEC 60-1).
Impuls petir standar 1,2150 harus digunalcan
Qihat
SPLN llA (IEC 60-l)).
Isolator harus diuji pada kondisi yang dijelaskan pada ayat 5 dan 6. Kedua impuls baik polaritas positif maupun
negatif harus digunakan . Akan tetapi bila
jelas
salah satu polaritas memberikan tegangan ketahanan yang lebih
rendah maka pengujian cukup dilakukan dengan potaritas itu.
Prosedur rprmal untuk menentukan tegangan ketahanan impuls petir kering pada rentengan isolator dan set
isolator harus menggunakan perhitungan tingkat loncatdenyar 50%o yang ditentukan dengan menggunakan
metode naik-tunrn dalam SPLN 11A (IEC 60-l) .
Dalam kasus rentengan isolator dan set isolator yang sangat parUang dengan panjan$ya ditentukan oleh uruuk
kerja polusi dan bukan oleh uduk kerja tegangan impuls, perlu menggunakan prosedur ketahanan dengan 15
impuls .
Isolator harus tidak rusak oleh pengujian tersebut
;
tetapi
jejak kecil pada permukaan bagian isolasi atau serpihan
semen atau bahan lainnya yang digunakan untuk rakitan diizinkan .
10. Uji tegangan frekuensi daya basah
Satu renteng isolator atau satu set isolator hanrs diuji dengan menggunakan prosedur yang ditentukan dalam
SPLN 11 A ( rEC 60-l ).
SPLN l 0-l E-2 : 1996
Sirkuit uji hanrs sesuai dengan SPLN I I A (IEC 60-l).
Isolator harus diuji pada kondisi yang dijelaskan pada ayat 5
,
6 dan 7 .
Karakteristik hujan buatan harus sesuai dengan penyaratan
SPLN I I A ( IEC 60-l).
Tcgangan uji yang dikenakan pada benda uji harus merupakan tegangan ketahanan frekuerui daya basah yang
dispesifikasikan dan disesruikan dengan kondisi atmosfer pada saat pengujian (lihat 6 2) Tegangan uji harus
dipcrtahankan pada nilai ini selama I menit.
Catatan : Jika uji ini dilakul"n
n-1&
isolator untuk saluran udera traksi
, frekuensi tegangan uji dipertimbangkan dapat diterapkan pada
isolator yang dima*sudkan untuk dipergunakan pada frekucrsi lain mulai-dai 0 It sunpai 100 Hz.
Tidak boleh te{adi loncat denyar atau tembus selama pengujian
Untuk melengkapi informasi
,
dan bila diberlakukan persyaratan khusus pada saat pemesarun
,
tegangan lorrat
denyar basah isolator dapat ditennrkan dengan menaikkan tegangan secara bertahap dari sekitar 75o/o tegangan
ketahanan frekuensi daya basah dengan laju kenaikan sekitar 2o/o tegangan ini perdetik. Tegangan lorrcat denyar
adalah nilai rata-rata aritmatika dari lima pernbacaan yang berurutan dan nilainya setelah dikoreksi ke koldisi
atmosfer standar (lihat 6.2) tranrs dicatat.
11. Uji tegangan impuls switsing basah
Satu renteng isolator atau satu set isolator harus diuji dengsn rnq ,ggunakan prosedur yang terdapat pada SpLN I I
A (rEC 60-l ).
Impuls switsing stardar 25012500 harus digunakan (lihat SPLN I I A (IEC 60-l)).
Isolator harus diuji pada kondisi yang dinyatakan datam ayat 5, 6 dan7.
Karakteristik hujan buatan harus sesuai dengan persyantan
SPLN I I A (IEC 60-l).
Kedua impuls baik polaritas positif maupun negatif harus digunakan.
Prosedur normal untuk menenfirkan tegangan ketaharun impuls switsing basah pada rentengan isolator dan set
isolator harus menggunakan perhitungan
tingkat loncat denyar 50Yo yang ditennrkan dengan metode naik-turun
yang dijelaskan dalam SPLN I lA (IEC 60-l).
Kesulitan kadang-kadang dapat terjadi dalam menerapkan prosedur lorrcat denyar 50% karen4 sebagai cortoh
banyak loncat denyar muncul ditempat lain pada rentengan isolator atau karena kebutuhan untuk mendapatkan
tegangan uji tinggi seciua berlebihan karena dimensi rentengan isolator yang sangat besar . Jika kesulitan tersebut
terjadi, dengan persetujuan
antara pabrikan dan pembeli dapat digunakan prosedur ketatranan dengan 15 impuls
Isolator harus tidak rusak oleh pengujian tersebut
,
tetapi
jejak
kecil pada permukaan
bagian isolasi atau serpihan
semen atau bahan lainnya yang digunakan untuk rakitanboleh diizinkan.
12. Metode pemasangan
Cara pemasangan
unhrk uji listrik pada rentengan isolator dan set isolator tergantung pada ada tidaknya
pcrsl'aratan
uji impuls switsing (lihat
ayat 4) dan perlu tidaknya menirukan kondisi pelayanan.
12.1 Cara pemasangsn standar rentengan isolator atau set isolator bila uji impuls switsing tidak disyardlcan
Rentengan isolator atau set isolator harus digantung vertikal pada strukhrr penyangga menggurnkan tali kawat
yang dibumikan atau penghantar lain yang cocok. Jarak antara titik paling atas bagian logam isolator dan stnrktur
penyangga harus tidak kurang dari I m. Tidak boleh ada benda lain dekat dengan isolator yang jaraknya
kurang
dad I m atau 1,5 kali paruang rentengan isolator, dipilih yang paling besar.
SPLN 10-1E-2: 1996
Sepotong penghantar befuentuk batang atau pipa logam lurus dan mulus diikatkan pada fiting bawah rentengan
isolator sedemikian sehingga letaknya membentuk bidang horizontal dan
jarak
dari bagian sirip terbawah
porselen atau gelas ke permukaan atas penghantar harus sependek mungkin tetapi lebih besar dari 0,5 kali
diameter isolator patrng bawah
Diameter penghantar harus kira-kira 1,5
oh
panjang rentengan isolator dengan diameter mrnimum 25 mm.
Panjang penghantar harus sekurang-kurangnya 1,5 kali rentengan isolator dan diperpanjang paling sedikit I m
pada masing-masing sisi zumbu tegpk .
Tindakan pencegahan tranrs diambil untuk menghindari loncat denyar dari ujung-ujung penghantar.
Tegangan uji harus dikenakan antan penghantar dan bumi.
12,2 Cara penasangan standar rantengan isoldor dou set isolotor bila uji impuls $'itsing dipersyardkan
Rentengan isolator atau set isolator tnrus digaffung vertikal pada suatu susunan yang menirukan badan dan
lengan menam. Lengannya ditirukan oleh member horizontal, rentengan isolator berada pada satu ujung dan
member vertikal menirukan badan menara- Kedua member dan penghubung yang menyangga rentengan isolator
harus dibumikan.
Lebar tiap member yang menghadap rentengan isolator harus minimum dari 400 mm sampai paling sedikit 20 %
panjang rentengan isolator. Jarak antara sumbu rentengan isolator dengan member vertikal yang menimkan
badan menara tnms antara 1,2 dan 1,5 kali panjang rentengan isolator. Jarak antara titik paling atas rentengan
isolator dan bagian bawah member horizontal yang menirukan lengan trams sekitar 300 mm. Member yang
menirukan badan menaxa harus diperpanjang sekurang-kurangnya drn kali panjang rentengan isolator dibawah
member yang menirukan lengan merura.
Suatu bundel yang terdiri dua subpenghantar berbentuk batang atau pipa logam lurus dan mulus hanrs diikatkan
pada fiting bawah rentengan isolator membentuk sudut siku ke lengan. Kedua sub penghantar tersebut harus
dipertahankan paralel deng;an menggunakan spaser horizontal
;jarak
ailara sub penghantar harus kira-kira sama
dengan sepersepuluh panjang rentengan isolator
;
bundel harus diperpanjang mendekati panjang rentengan
isolator pada masing-masing sisi sumbu rentengan isolator dan diameter masing-masing subpenghantar harus
artara 0,75yo dan l,25Yo panjang rentengan isolator.
Untuk menghirdari loncat latu dari dua ujung bundel
,
masing-masing ujung harus dilindungr dengan suatu
gawai ymrg cocok (misalrrya dengan menggunakan cincin logam). Tinggi penghantar diatas tanah hanrs sama
dengan sekitar 1,5 kali panjang rentengan isolator tetapi tidak kurang dari 6 m.
Tegangan uji harus diterapkan antara bundel penghantar dan bumi, hubungan teg;angan tinggi dibuat ke satu
ujung bundel penghantar .
Selama pengujian tidak boleh ada benda lain selain yang dinyatakan dalam ayat ini yang dekat ke ujung
rentengan isolator kurang dari 1,5 kali pargang rentengan.
Rentengan isolator harus lengkap dengan bagian yang dipandang perlu disambungkan dengan rentengan dan ini
ditentukan oleh pabrikan.
Catatan: Untuk rentengan isolator yang panjangnya lebih dari 5 m, mungkin perlu memodifikasi beberapa dimensi standar, terutama
jumlah dan spasi subpenghantar pada bundel.
SPLN l0-t E-2 : 199fi
12"3 Caro pemasangan meniru kondisi pelayanan
Bila disctdui
,
pcngujian pada rentengan isolator alau set isolator dapat dilakukan ddam kordisi yang mcniru
sedekat mungkin kondisi pelayanan,
sebagai contoh pad.r set isolator yang dipasang pads suatu struktur logam
yang menirukan merura sebenamya dalam pelayanan .
Tingkat peruruan terhadap kondisi pelayanan yang akan dibuat harus disetujui antara pembcli dan pabnkan,
dcngan mcmperhatikan scmua faklor yang mungkin mempengaruhi uryuk ke{a isolator.
Catalan: Dalam kondisi yang tidak'standar ini
,
karaktcristiknya rnungkin berbeda dari nilai yang diukur dcngan menggrnakan metoda
pcmasangan standar.
J
l "

Anda mungkin juga menyukai