Anda di halaman 1dari 22

Gizi Kesehatan Masyarakat

Obesitas
Kelompok :
M. Ansharullah
Nita Kurnia
Sri Minatun
Umi Hani
Pendahuluan
Kelebihan berat badan dan obesitas saat ini merupakan
salah satu faktor utama yang memicu munculnya
berbagai penyakit tidak menular termasuk hipertensi,
stroke, dan diabetes mellitus.
Peningkatan kasus-kasus penyakit yang dipicu oleh
obesitas tersebut tentunya akan menambah beban
pemerintah dan masyarakat.
Menurut perkiraan, sekitar 300.000 orang meninggal
setiap tahunnya akibat penyakit yang berhubungan
dengan obesitas (Whitney & Rolfes, 2005).
WHO memperkirakan ada sekitar 1,6
miliar orang dewasa di dunia
mengalami berat badan lebih dan
obesitas. Dari jumlah itu, diperkirakan
400 juta penduduk menderita
obesitas.
Saat ini diperkirakan 10 dari setiap 100
penduduk Jakarta menderita obesitas
Meskipun jumlah orang yang
menjalani diet atau melakukan senam
kebugaran bertambah, jumlah
penderita kegemukan terus meningkat

Obesitas
Obesitas adalah terjadinya akumulasi lemak
tubuh yang berlebih sebagai akibat dari
kebiasaan makan yang berlebih pada masa
lalu
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
obesitas merupakan keadaan indeks massa
tubuh (IMT) anak yang berada di atas persentil
ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak
sesuai jenis kelaminnya

Indikator (> 15 th)
IMT
Kategori kurus IMT < 18,5
Kategori normal IMT >=18,5 - <24,9
Kategori BB lebih IMT >=25,0 - <27,0
Kategori obese IMT >=27,0
Ukuran lingkar perut (LP) sentral
Lingkar perut diukur dengan alat ukur yang terbuat
dari fiberglass dengan presisi 0,1 cm.
Batasan untuk menyatakan status obesitas sentral
berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki > 90 cm dan perempuan > 80 cm

BB/U bayi dan Balita
Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0
Z-score: BB aktual/nilai std
IMT (umur dan jenis kelamin) 6 14 th
BB lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata
standar WHO 2007 (BB/TB) NCHS
Prevalensi
Data Susenas tahun 1989 prevalensi obesitas
di Indonesia adalah 1,1 persen dan 0,7 persen,
masing-masing untuk kota dan desa. Angka
tersebut meningkat hampir lima kali menjadi
5,3 persen dan 4,3 persen pada tahun 1999.
Hasil pemantauan Departemen Kesehatan tahun
1997 prevalensi obesitas pada orang dewasa
adalah 2,5 persen (pria) dan 5,9 persen
(wanita). Prevalensi obesitas tertinggi terjadi
pada kelompok wanita berumur 41-55 tahun
(9,2 persen).


Data Riskesdas Tahun 2007, terdapat 19,1
persen kasus berat badan lebih dan obesitas
berdasarkan indeks massa tubuh pada
penduduk berusia di atas 15 tahun. Angka
tersebut bahkan melebihi besaran angka
kekurangan gizi dan gizi buruk pada anak-
anak usia di bawah lima tahun yang menurut
data Riskesdas sebesar 18,4 persen.

Penggolongan Obesitas
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-
40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-
100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.

Faktor-faktor
Kecenderungan Genetik
Secara genetik seseorang ada yang efisien dalam
metabolisme tubuhnya, sehingga lemak yang disimpan lebih
banyak dari pada yang dikeluarkan. Jumlah sel lemak tubuh
yang memang sudah banyak membuat seseorang cenderung
gemuk secara genetic.
Faktor lingkungan dan perilaku
Kebiasaan makan sejak dari kecil, jumlah lemak yang ada
dalam makanan, aktivitas fisik, pengaruh tingkat social ekonomi,
pendidikan, pengetahuan, dan budaya, serta mood seseorang
untuk makan.
Umur
Seiring pertambahan umur, maka BMR makin menurun. Jika
tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dan olahraga yang cukup,
maka kemungkinan untuk menderita obesitas makin besar.

Akar masalah

Perilaku yang menyimpang
makanan dan kurangnya aktivitas fisik
Tingkat pengetahuan orang tua
Orangtua sering memberikan makanan padat
terlalu dini di bawah usia tiga bulan atau
memberikan susu formula dengan osmolaritas
(kekentalan) terlalu tinggi.

Program Pemerintah
Pemerintah belum menerapkan program khusus
untuk menekan angka kelebihan berat badan dan
obesitas.
Programnya lebih diarahkan ke upaya mengubah
perilaku, membudayakan pola hidup sehat melalui
kegiatan promosi kesehatan sebab masalah ini bisa
diatasi dengan pengaturan asupan gizi dan
olahraga.
Pemerintah masih terfokus terhadap program
perbaikan gizi kurang,untuk program obesitas
belum secara langsung


Jazakalloh Khoiron
program
Memperhatikan asupan gizi pada balita
supaya tdk kurang dan tidak lebih
Penyediaan tenaga kesehatan (tapi bayar)

Saran: advokasi pada perusahaan untuk
menyediakan tenaga konsultasi gratis terkait
masalah gizi.
pertanyaan
Pipit: obes ada 2, yang di ind yang jadi masalahnya
yang mana (primer/sekunder)?22nya ada, tapi belum
ada prevalens secara khusus
Upaya pemerintah mengatasi masalah itu?belum
ada.
Wahid : antropometri dan klinis, yang klinis gmn cara
taunya dia obes secara genetik atau lingkungan?
Tamal : pendidikan tinggi obesnya makin tinggi juga,
kenapa?karena faktor ekonomi dan stressor/gaya
hidup, aktivitas fisik.
catatan
Bila anak balita gizi lbh ia akan bertahan sampe dewasa.
Kss d ind mulai berubah ketika seseorang mengalami
kemapaman ekonomi (akibat gaya hdp orang dwsnya) itulah
mengapa d ind kasus obes lebih banyak pada orang dewasa.
Di ind identik dengan persepsi mengenai obes yang
salahpada balita. Harus diubah! Jangan tunggu sampai Ind
makmur dulu.
Pemerintah membiarkan orang kalangan ekonomi menengah
ke atas (pada kalangan pendidikan tinggi), karena dianggap
mereka mampu menangani sendiri masalah obes yang
dideritanya.
Kecuali pada golongan ekonomi tinggi yang tingkat
pendidikannya rendah pemerintah harus turut serta dalam
masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai