Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH

DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK


DAN SENGKETA PERTANAHAN
Surakarta, 19 Juni 2014
DIREKTORAT PENATAGUNAAN TANAH
KEDEPUTIAN BIDANG PENGATURAN DAN
PENGENDALIAN BPN RI



Pasal 1 :
Penatagunaan tanah adalah sama
dengan pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah
yang berwujud konsolidasi pemanfa-
atan tanah melalui pengaturan
kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan sistem untuk kepentingan
masyarakat secara adil.

PP NOMOR 16 TAHUN 2004 tentang
PENATAGUNAAN TANAH

Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara
orang per orang, kelompok orang, atau badan hu-
kum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Per
aturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permu-
kaan bumi baik yang merupakan bentukan alami
maupun buatan manusia

Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk men-
dapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud
fisik penggunaan tanahnya..


(Pasal 6 PP No. 16 Tahun 2004)

Kebijakan penatagunaan tanah di-
selenggarakan terhadap :
. bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya baik yang sudah atau belum
terdaftar;
. tanah negara;
. tanah ulayat masyarakat hukum adat
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH
KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH
1. Tanah harus digunakan sesuai dengan kemampuan
tanahnya, dan dicegah dari penelantaran dan
kerusakan
2. Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, antara lain
RTRW
3. Penetapan RTRW tidak mempengaruhi status
hubungan hukum atas tanah
4. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
lindung tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak
mengubah bentang alam dan ekosistem alami
5. Penggunaan tanah di kawasan budidaya tidak boleh
diterlantarkan, harus dipelihara dan dicegah
kerusakannya; begitu pula pemanfaatan tanahnya
tidak saling bertentangan, tidak saling mengganggu,
dan memberikan peningkatan nilai tambah
terhadap penggunaan tanahnya

6. Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat
diperluas atau dikembangkan, begitu pula pemanfaatannya tidak
bisa ditingkatkan.
7. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di pesisir dan pulau-pulau
kecil harus memperhatikan kepentingan umum (antara lain tidak
menutup akses umum ke pantai/laut).
8. Hak atas tanah tidak dapat diberikan terhadap bidang-bidang
tanah dalam Kawasan Hutan dan situs
9. Pelayanan administrasi pertanahan dilaksanakan apabila
penggunaannya memenuhi syarat-syarat menggunakan dan
memanfaatkan tanah, sesuai dengan RTRW, tidak saling
mengganggu serta memelihara tanah dan lingkungan
10. Penyelesaian administrasi pertanahan di atas dan atau di bawah
tanah, yang tidak terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan
tanah di atas dan atau di bawahnya, harus mendapat persetujuan
pemegang hak atas tanah
PERATURAN KEPALA BPN RI N0. 3 TAHUN 2011
PENGELOLAAN PENGKAJIAN DAN PENANGANAN
KASUS PERTANAHAN

Kasus Pertanahan adalah sengketa, konflik,
atau perkara pertanahan yang disampaikan
kepada Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia untuk mendapatkan penanganan
penyelesaian sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijakan
pertanahan nasional.
Sengketa Pertanahan yang selanjutnya disingkat
Sengketa adalah perselisihan pertanahan antara
orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga
yang tidak berdampak luas secara sosio-politis.
Konflik Pertanahan yang selanjutnya disingkat
Konflik adalah perselisihan pertanahan antara orang
perseorangan, kelompok, golongan, organisasi,
badan hukum, atau lembaga yang mempunyai
kecenderungan atau sudah berdampak luas secara
sosio-politis.
Perkara Pertanahan yang selanjutnya disingkat
Perkara adalah perselisihan pertanahan yang
penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga
peradilan atau putusan lembaga peradilan yang
masih dimintakan penanganan perselisihannya di
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
PENYELESAIAN KASUS
PERTANAHAN
1. Penyelesaian kasus pertanahan untuk
Melaksanakan Putusann Pengadilan

2. Penyelesaian Kasus Pertanahan di Luar
Pengadilan


Penyelesaian Kasus Pertanahan Untuk
Melaksanakan Putusan Pengadilan
Pasal 54
(1) BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat
alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya.
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain:
a. terhadap obyek putusan terdapat putusan lain yang
bertentangan;
b. terhadap obyek putusan sedang diletakkan sita jaminan;
c. terhadap obyek putusan sedang menjadi obyek gugatan
dalam perkara lain;
d. alasan lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan
Penyelesaian Kasus Pertanahan
di Luar Pengadilan
Pasal 61
Penyelesaian kasus pertanahan di luar
pengadilan dapat berupa perbuatan
hukum administrasi pertanahan meliputi:
a. pembatalan hak atas tanah karena cacat
hukum administrasi;
b. pencatatan dalam Sertipikat dan/atau
Buku Tanah serta Daftar Umum lainnya;
dan
c. penerbitan surat atau keputusan
administrasi pertanahan lainnya karena
terdapat cacat hukum administrasi
dalam penerbitannya.
ISSU STRATEGIS
SENGKETA KONFLIK
PENATAGUNAAN TANAH

1. HGU PERKEBUNAN DI KABUPATEN KENDAL
1. Sengketa dan konflik tanah bekas HGU Desa Trisobo antara
masyarakat dan atau LSM Trisobo dengan PT Karyadeka Alam
Lestari (PT. KAL) telah selesai baik melalui Mediasi maupun
Pengadilan;
2. Penerbitan Surat Keputusan Kakanwil BPN Propinsi Jawa
Tengah , tentang Pemberian HGU atas nama PT. KAL dan
penerbitan sertipikat HGU Desa Trisobo dan HGU Desa
Kertosari untuk atas nama PT. KAL, adalah sah secara hukum
karena telah diuji di lembaga Peradilan baik melalui Pengadilan
Tata Usaha Negara Semarang dengan putusan perkara yang
berkekuatan hukum tetap maupun Perdata melaui putusan
perkara yang berkekutan hukum tetap;
3. Bahwa sebagian dari tanah tersebut yang diserahkan PT.KAL
kepada Desa Trisobo telah ditindaklanjuti dengan program
Redistribusi Tanah TA.2011 dan telah diterbitkan sertipikat
sejumlah 560 Hak Milik. .
HGU PERKEBUNAN DI DESA TRISOBO KECAMATAN
BOJA TAHUN 2011
LOKASI
REFORMA AGRARIA

DI DESA TRISOBO
KECAMATAN BOJA
KABUPATEN KENDAL

Tanah yang dulu
pernah terjadi
konflik antara
masyarakat dan PT.
Karyadeka Alam
Lestari (Perkebunan)
2. PLTU DI KABUPATEN BATANG
Pasal 46
PERDA Provinsi Jateng No. 6 Tahun 2010

(1) Taman wisata alam dan wisata alam laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf f, dikembangkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Taman wisata alam dan taman wisata alam laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Taman Wisata Alam Gunung Selok di Kabupaten Cilacap;
b. Taman Wisata Alam Tlogo Warno/Pengilon di Kabupaten
Wonosobo;
c. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu di Kabupaten
Karanganyar;
d. Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kabupaten
Rembang;
e. Taman Wisata Alam Laut daerah Pantai Ujung
Negoro-Roban di Kabupaten Batang; dan
f. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut lain yang
ditetapkan lebih lanjut sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
Perda Kabupaten Batang No. 7 Tahun 2011
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 36

(1)Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf g, terdiri dari:
a. kawasan pantai berhutan bakau;
b.kawasan perlindungan terumbu karang berupa Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD).
(2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dengan luas kurang lebih 75 (tujuh puluh lima) hektar
berada di wilayah Kecamatan Subah;
(3) Kawasan perlindungan terumbu karang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi
Laut Daerah (KKLD) Pantai Ujung Negoro Roban dengan luas
kurang lebih 6.897,75 (enam ribu delapan ratus sembilan puluh
tujuh koma tujuh puluh lima) hektar.
Perda Kabupaten Batang No. 7 Tahun 2011
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 43
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf f,
meliputi:
a. kawasan peruntukan industri besar;
b. kawasan peruntukan industri menengah;
c. kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tangga.
(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. Kawasan Peruntukan Industri Ujung Negoro di Kecamatan
Kandeman dan Kecamatan Tulis dengan luas kurang lebih 450
(empat ratus lima puluh) hektar;
b. Kawasan Peruntukan Industri Celong di Kecamatan Banyuputih dan
Kecamatan Gringsing, dengan luas kurang lebih 523 (lima ratus dua puluh
tiga) hektar.
(3) Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, ditetapkan di Kecamatan Banyuputih, Kecamatan Gringsing,
Kecamatan Subah, Kecamatan Tulis, dan Kecamatan Kandeman dengan luas
kurang lebih 120 (seratus dua puluh) hektar.
(4) Kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tangga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c berada menyebar di seluruh kecamatan.
3. JALUR SUTET
Lokasi Tapak Proyek jaringan SUTET
yang melewati kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Kudus, Grobogan, Cilacap,
tidak sesuai dengan penetapan wilayah
peruntukan tapak jaringan SUTET
berdasarkan Perda masing-masing
kabupaten.
Lokasi Tapak Proyek jaringan SUTET
yang melewati kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Batang dan Kendal tidak
ditetapkan dalam Perda masing-masing
kabupaten
SOLUSI : dimintakan Fatwa dalam
rangka penyelesaian permasalahan
tersebut kepada Ketua Badan
Koordxinasi Penataan Ruang Nasional
(BKPRN).

Anda mungkin juga menyukai