Anda di halaman 1dari 145

1 | K e w i r a u s a h a a n

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang
menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa
yang dimiliki baru dilakukan "usahawan" atau "wiraswasta". Pandangan
tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan
(entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat
dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik
kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani karyawan,
pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan-untuk menciptakan
sesuatu ari&har dan berbeda (create newand different) melalui berpikir
yang kreatif dan bertindak utuk menciptakan peluang. Banyak orang yang
berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan
inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir
kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses
karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan
inovatif tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan
pemikiran-pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan
inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
(research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran,
maupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah
barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.
Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara
baru dan berbeda, melalui: (1) Pengembangan teknologi baru, (2)
Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk barang dan jasa
yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.
2 | K e w i r a u s a h a a n
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide
baru dan cara-cara, baru dalam pemecahan masalah dan menemukan
peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan
peluang (doing new thing). Jadi, kreativitas adalah kemampuan untuk
memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang
baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa,
dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang
baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan
bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan
keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber
peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha "look at
old and think something new or different".
Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan
melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru
(thing and doing new things or old thing in new way) (Zimmer, 1996:51).

1.2 Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri
(yakin, optimis, dan pen komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri),
memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan),
memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani
mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan
tantangan).

1.3 Proses Kewirausahaan
Kewirausahaan diawali dengan proses imitasi dan duplikasi,
kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan berakhir pada
adalah proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap
proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap
kewirausahaan. Tahapan inovasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang berasal dari pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang
memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai
pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran,
3 | K e w i r a u s a h a a n
dan aktivitas. Perilaku kewirausahaan merupakan fungsi dari kopetensi,
insentif, dan lingkungan.

1.4 Fungsi dan Peran Wirausaha
Secara umum, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai
penemu (inovator) dan sebagai perencana (planner). Sebagai penemu,
wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan cara
baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai
perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru, merencanakan
strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam
perusahaan, dan menciptakan organisasi perusahaan baru.

1. 5 Ide dan Peluang Kewirausahaan
Ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan
evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan
sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis
proses secara mendalam, dan memperhitungkan risiko yang mungkin
terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha harus memiliki berbagai
kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan untuk menghasilkan
produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha
baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi
baru.

1.6 Bekal Pengetahuan dan Keterampilan Wirausaha
Selain bekal kemampuan, wirausaha juga perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki
wirausaha meliputi: (1) Bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan
memasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada, (2) Bekal pengetahuan
tentang peran dan tanggung jawab, dan (3) Bekal pengetahuan tentang
manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang
harus dimiliki wirausaha meliputi: (1) Bekal keterampilan konseptual
dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, (2) Bekal
keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) Bekal
keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) Bekal keterampilan
berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) Bekal keterampilan teknik usaha
yang akan dilakukannya.

4 | K e w i r a u s a h a a n
1.7 Merintis Usaha Baru
Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga
cara untuk memasuki suatu usaha bisnis, yaitu: (1) Merintis usaha baru
sejak dari awal, (2) Membeli perusahaan yang telah ada, (3) Kerja sama
manajemen (franchising).
Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama
yang harus ada pertama kali adalah ide, baik itu ide untuk melakukan
proses imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, atau ide
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Setelah ada ide, lakukan
analisis kelavakan usaha termasuk analisis kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman strenght, weakness, opportunity, and treathSWOT.
Selanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merintis usaha baru, antara lain: (1) Bidang usaha dan jenis usaha yang
akan dirintis, (2) Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan usaha dan jenis
usaha yang akan dipilih, (3) Tempat usaha yang akan dipilih, (4) Organisasi
usaha yang akan digunakan, (5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh,
(6) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Untuk mengelola usaha
tersebut harus diawali dengan (1) Perencanaan usaha, (2) Pengelolaan
keuangan, (3) Aksi strategic usaha, (4) Teknik pengembangan usaha.

1.8 Etika Berwirausaha
Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa berbeda baik secara
sosial ataupun ekonomi, ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan
harus diperhatikan, yaitu: (1) Kejujuran, (2) Integritas, (3) Menepatijanji,
(4) Kesetiaan, (5) Kewajaran, (6) Suka membantu orang lain, (7)
Menghormati orang lain, (8) Warga negara yang baik dan taat hukum, (9)
Mengejar keunggulan, dan (10) Bertanggung jawab. Dalam konteks
ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas dan tepat janji merupakan
modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan memelihara
hubungan baik untuk jangka panjang.

1.2 KOMPENTENSI KEWIRAUSAHAAN
Menurut Michael Harris (2000:19), kompetensi adalah: "... are
underlying bodies of knowledge, abilities, experiences, and other
requirement nescessary to successfully perform the job". Wirausaha yang
sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu
seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas
5 | K e w i r a u s a h a a n
individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Wirausaha tidak hanya
memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan. Keterampilan-
keterampilan tersebut di antaranya keterampilan manajerial (managerial
skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan keterampilan
memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi (human skill) dan
keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision
making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time
management skill), dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Akan
tetapi memiliki pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah cukup.
Wirausaha harus memiliki sikap positif, motivasi, dan selalu berkomitmen
terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan individu (personality) yang langsung berpengaruh pada
kinerja. Kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin
dicapainya.




















6 | K e w i r a u s a h a a n
BAB II
KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN



2.1 Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam
menghadapi untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W.
Zimmerer (1996) Entrepreneurship is the result of a
disciplined,systematic process of applying creativity and innovations to
needs and opportunitiesin the marketplace. Kewirausahaan adalah hasil
dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
Dahulu, kewirausahaan diangap hanya dapat dilakukan melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak
lahir (entrepreneurship are bom notmade), sehingga kewirausahaan tidak
dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya
urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan
diajarkan. "Entrepreneurship are not only born but also made, artinya
kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan
pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang
yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya
melalui pendidikan. Memang menjadi entrepreneur adalah orang-orang
yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk
menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-
citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki
bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenal
segala aspek usaha yang akan ditekuninya.
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20
kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di
Belanda dikenal dengan "ondernemer", di Jerman dikenal dengan
"unternehmer". Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak
tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan
yang menyangkut kepemimpman teknis, kepemimpinan organisasi dan
7 | K e w i r a u s a h a a n
komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja,
pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada
tahun 1950-an pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara
seperti di Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1970-an
banyak universitas yang mengajarkan "entrepreneurship" atau "small
business management" atau "new venture management". Pada tahun 1980-
an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan
kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas
pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma
pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigm shift) dan perubahan ke
arah globalisasi (globalization paradigm shift) yang menuntut adanya
keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa sedang terjadi
perubahan paradigma pendidikan (paradigm shift). Menurut Soeharto
Prawirokusumo (1997: 4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen (independent
academic dicipline), karena:
(1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata
(distinctive), yaitu ads teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
(2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture start-up dan
venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan
manajemen umum (frame work general management courses) yang
memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha (business
ownership).
(3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek
tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create new and different things).
(4) Kewirausahaan merupakan slat untuk menciptakan pemerataan
berusaha dan pemerataan pendapatan (wealth creation process an
entrepreneurial endeavor by its own night, nation's prosperity,
individual self-reliance) atau kesejahteraan rakyat yang adil dan
makmur.

Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di
bidang industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang
lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya
mengalami evolusi yang pesat. Pada mulanya kewirausahaan berkembang
8 | K e w i r a u s a h a a n
dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang
lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-
institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga
swadaya lainnya. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah
dijadikan kompetensi inti (core competency) dalam menciptakan
perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat
digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tetapi juga sebagai kiat
kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang.
Di bidang bisnis misalnya, perusahaan sukses dan memperoleh peluang
besar karena memiliki kreativitas dan inovasi. Melalui proses kreatif dan
inovatif, wirausaha menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa. Nilai
tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui proses kreatif dan inovatif
banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan pesaing.
Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan contoh
perusahaan yang sukses dalam produknya, karena memiliki kreativitas dan
inovasi di bidang teknologi. Demikian juga di bidang pendidikan,
kesehatan dan pemerintahan, kemajuan-kemajuan tertentu dapat diciptakan
oleh orang-orang yang memiliki semangat, jiwa kreatif dan inovatif. David
Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya "Reinventing Goverment"
mengemukakan bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut
pemerintah yang beliwa kewirausahaan (entrepreneurial government).
Dengan memiliki kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan
memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara
baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.

2.2 Objek Studi Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari
tentang nilai, kemarnpuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
berinovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan
kemampuan (ability) seseorang yang mewujudkan dalam bentuk perilaku.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997: 14-15), kemampuan
seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
(1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan
tujuan hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi, yang kemudian
berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang
menjadi kemauannya.
(2) Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan
9 | K e w i r a u s a h a a n
yang menyala-nyala.
(3) Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik
tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
(4) Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta)
setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.
Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari
berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat
dijadikan peranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran
masyarakat.
(5) Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal (capital
goods).
(6) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu
tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak
menunda pekerjaan.
(7) Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.
(8) Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

2.3 Hakikat Kewirausahaan
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis
sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya
memiliki hakikat yang hampir sama yaitu merujuk pada sifat, watak dan
ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras
untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam. dunia usaha yang nyata dan
dapat mengembangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker, 1994).
Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different thing). Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga
diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono,
1993; Meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997). Istilah kewirausahaan
bermula dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai
"the backbone of economy", yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai
"tail bone of economy", yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa
(Soeharto Wirakusumo, 1997: 1). Secara epistimologi, kewirausahaan
merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up
phase) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan
10 | K e w i r a u s a h a a n
sesuatu yang berbeda (innovative). Menurut Thomas W Zimmerer (1996:
51), kewirausahaan adalah "applying creativity and innovation to solve the
problems and to exploit opportunities that people face everyday".
Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang
dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas,
inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara
kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh
Zimmerer (1996: 51) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan
ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan
persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new
ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities).
Sedangkan, inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang
untuk berfikir meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the
ability to apply creative soluvasitions to those problems and opportunities
to enhance or to enrich people's live). Menurut Harvard's Theodore Levitt
yang dikutip Zimmerer (1996: 51), kreativitas adalah thinking new things
(berpikir sesuatu yang baru), sedangkan inovasi adalah doing new things
(melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai
apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama
yang dilakukan dengan cara yang baru (thinking and doing new things or
old thing in new ways. Menurut Zimmerer (1996: 51), ide kreatif akan
muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan
sesuatu yang baru atau berbeda (look at something old and think something
new or different).
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, proses dalam menghadapi tantangan
hidup.
Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata
entrepreneur. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini
pertama kali digunakan oleh Cantilon dalam Essai sur la nature du
commerce (1755), yaitu sebutan bagi para pedagang yang membeli barang
di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti.
Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah
11 | K e w i r a u s a h a a n
seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya
seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja
(labor), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses
produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997:3).
Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur
(elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi, visi,
komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk
memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri Edi Swasono (1978: 38), dalam
konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha
adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator,
penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki
keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)
mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut:
"An entrepreneur is one who creates a new business in the face of
risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and
growth by identifying opportunities and assembling the necessary
resources to capitalize on those opportunities".
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 35) wirausaha
adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung
risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.
"A person who organizes, manages, and assumes the risk of a
business or entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is
individual who risks financial, material, and human resources a
new way to create a new business concept or opportunities within
an existing firm.
Beberapa konsep "entrepreneur" di atas lebih menekankan pada
kemampuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun
Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 4), memandang kewirausahaan
sebagai pengelola perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil.
Menurutnya, "entrepreneur" is considered to have the same meaning as
small business owner-manager" or "small busines operator".
Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan
kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha
semata, karena sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Wirausaha
mencakup semua aspek pekerjaan baik sebagai karyawan swasta maupun
12 | K e w i r a u s a h a a n
pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka
yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan mengembangkan
ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity)
dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997:5).
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya
banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter,
entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-
kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk
praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan
kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian.
Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumpeter
adalah: Pertama, memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu
barang yang belum dikenal oleh konsumen. Kedua, melakukan suatu
metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara baru
untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan
keuntungan. Ketiga, membuka suatu pemasar baru yaitu pasar yang belum
pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan.
Keempat, pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau
sumber-sumber yang masih harus dikembangkan. Kelima, pelaksanaan
organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982: 33-34).
Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta
atau penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi
lebih merupakan pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif.
pengusaha tersebut biasanya memiliki sikap yang khusus seperti sikap
pedagang, pemilik industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis.
Schumpeter mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu
sikap pengusaha kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap
pengusaha yang benar-benarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang
berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha.
Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan
menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu" (Bygrave,
1995).
Menurut Meredith (1996: 9), berwirausaha berarti memadukan
watak pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karna itu, berwirausaha
13 | K e w i r a u s a h a a n
merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan
imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, mengambil
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan
(Meredith,1996: 9). Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk
menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber-sumber
daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari
peluang-peluang itu. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-
cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996: 51),
nilaf tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:

(1) Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
(2) penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
(3) Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing
products or services)
(4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa
yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding
different ways of providing more goods and services with fewer
resources).
Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan
kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki
juga oleh bukan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang
yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang
menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya
birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam
hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
(1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,
kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
(2) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (
Drucker, 1959).
(3) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).
(4) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai
14 | K e w i r a u s a h a a n
suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)
(Soeharto Prawiro, 1997).
(5) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang
baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat
memberikan nilai lebih.
(6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat
diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang
dan jasa baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang
sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan
kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan
dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create
new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan
perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang
dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.


2.4 Karakteristik Dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan
2.4.1 Karakteristik Kewirausahaan
Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan
dengan konsep yang berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6)
misalnya mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan.
Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer
(1993: 6-7) mengemukakan delapan karakteristik, yang meliputi:
(1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memilki rasa
tanggung jawab akan selalu mawas diri.
(2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat,
artinya ia selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun
risiko yang terlalu tinggi.

(3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan
dirinya untuk berhasil.
(4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik
15 | K e w i r a u s a h a a n
yang segera.
(5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
(6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan
berwawasan jauh ke depan.
(7) Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
(8) Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi
daripada uang.

Selanjutnya, Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil (1993: 20),
mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan
perilaku kewirausahaan.

Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai
berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karna
itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil.
tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang
matang. la berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah
diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko
yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh
komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari
peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan
objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil
yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang
sebagai sumber daya bukan tujuan akhir.
Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli
seperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman
(1989: 155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989: 5)
dalam bentuk ciri-ciri berikut:
(1) Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
(2) Kemauan untuk mengambil risiko.
(3) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
(4) Memotivasi diri sendiri.
(5) Semangat untuk bersaing.
16 | K e w i r a u s a h a a n
(6) Orientasi pada kerja keras.
(7) Percaya pada diri sendiri.
(8) Dorongan untuk berprestasi.
(9) Tingkat energi yang tinggi.
(10) Tegas.
(11) Yakin pada kemampuan sendiri.

Wasty Sumanto (1989: 5) menambah ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai
berikut:
(12) Tidak suka uluran tangan dari pemerintah/pihak lain di masyarakat.
(13) Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah
pada alam.

Geoffrey Meredith (1989: 5) menambahkan ciri yang ke-14
sampai dengan ke-16, yaitu:
(14) Kepemimpinan.
(15) Keorisinilan.
(16) Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.



Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki
ciri-ciri tertentu pula. Dalam "Entrepreneurship and Small Enterprise
Development Report" (1986) yang dikutip langsung oleh M. Scarborough
dan Thomas W. Zimmerer (1993: 5) dikemukakan beberapa karakteristik
kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:
(1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).
(2) Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan
bertindak (sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi,
mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan
monitoring.
(3) Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan
hubungan bisnis.
Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993: 38)
mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi
wirausaha yang berhasil, meliputi:
(1) Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.
17 | K e w i r a u s a h a a n
(2) Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.
(3) Berencana, mengorganisir.
(4) Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.
(5) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan
yang lainnya.
(6) Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga
oleh sifat dan kepribadian seseorang. The Officer of Advocacy of Small
Business Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John
F Burgess (1993: 37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil
pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian (entrepreneurial
personality) sebagai berikut:
(1) They have the self-confidence to work hard independently and
understand that the risk taking is part of the equation for success

(2) They have organization ability, can set goals, are results-oriented, and
take responsibility for the results of their endeavorsgood or bad.
(3) They are creative and seek an outlet for their creativity in an
entrepreneurship.
(4) They enjoy challenges and find personal fulfilment in seeing their ideas
through to completion.

Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan McDelland
(1961),,Thomas F. Zimmerer (1996: 6-8) memperluas karakteristik sikap
dan perilaku kewirausahaan yang berhasil sebagai berikut:
(1) Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad
yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha.
Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan
untuk gagal dalam berwirausaha.
(2) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik
dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun
tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena
itu, akan mawas diri secara internal.
(3) Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari
peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan
untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada
peluang.
18 | K e w i r a u s a h a a n
(4) Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap
risiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola
risiko dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti bank,
investor, konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil
biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan
ketidakpastian.


(5) Self confidence, yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan
memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang
dimilikinya untuk berhasil.
(6) Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan dan luwes. Salah
satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan
permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia
yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan
untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja
memerlukan kreativitas yang tinggi.
(7) Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan
balik yang segera. Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang
dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia
selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan
yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.
(8) High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.
Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih
tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja
keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.
(9) Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia
selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang
dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini
muncul dari dalam diri (internal) dan jarang dari eksternal.
(10) Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan
datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpadangan jauh
ke masa depan yang lebih baik.
(11) Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.
Wirausaha yang berhasil tidak pernah takut gagal. Ia selalu
memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan.

19 | K e w i r a u s a h a a n
(12) Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan.
Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk
menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus lebih
memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktator.

Menurut Ahmad Sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil
pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di
antaranya:
(1) Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/tetap/sudah
teratur/diatur dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin
sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan untuk selalu
berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai
tambah yang berbeda).
(2) Suka memandang ke luar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih
luas dari soal yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru.
(3) Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap
kemandirian atau sikap prakarsa atas nama sendiri.
(4) Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta
memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.
(5) Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi
terhadap perbedaan pihak lain.
(6) Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan
dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa
sudut. prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk
modifikasi dan perubahan.
(7) Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yang tercapai
timbul rasa percaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar.
(8) Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas, dikombinasikan dengan
keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan
pengembangan produk, penetrasi/pengembangan pasar, organisasi
dan komunikasi perusahaan, keuangan, dan lain-lain.
(9) Meskipun asasnya bekerjakeras, cermat dan sungguh-sungguh
namun aspek risiko tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat
diterima.
(10) Dengan risiko tersebut, dibulatkanlah tekad, komitmen, dan
kekukuhan hati terhadap alternatif yang dipilih.
(11) Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus-menerus, maka
20 | K e w i r a u s a h a a n
ruang lingkup memandang pun jauh dan berdaya juang tinggi, karena
sukses tidak datang tanpa dasar atau tiba-tiba.
(12) Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong
kemauan keras untuk membuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih
baik, untuk mencapai hasil lebih baik bahkan yang terbaik dan
berbeda.
(13) Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan
pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan
tetapi, jika perlu, is harus ada kesiapan untuk bersaing.
(14) Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap
tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.
(15) Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian.
Ada introspeksi dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif
terhadap umpan balik, kritik, dan saran.
(16) Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan
menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakan posisi dan
sikap sendiri, dan mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal
yang dianggap belum jelas.
(17) Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi
keyakinan dirinya, integritas pribadi yang mengandung citra dan
harga diri, selalu bersikap adil, adil, dan sangat menjaga kepercayaan
yang telah diberikan oleh orang lain.
Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha
tidak memiliki profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya
sendiri.

2.4.2 Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
Masing-masing karakteristik kewirausahaan tersebut di atas
memiliki makna-makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Milton
Rockeach (1973: 4), membedakan konsep nilai menjadi dua, yaitu nilai
sebagai "sesuatu yang dimiliki oleh seseorang "(person has a value), dan
nilai sebagai "sesuatu yang berkaitan dengan objek" (an object has nilue).
Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai yaitu sesuatu yang dijadikan
ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidharta
Poespadibrata (1993: 91) watak seseorang merupakan sekumpulan perangai
yang tetap. Sekumpulan perangai yang tetap itu dapat dipandang sebagai
suatu sistem nilai (Rockeach, 1973). Oleh karena itu, watak dan perangai
21 | K e w i r a u s a h a a n
yang melekat pada kewirausahaan dan menjadi ciri-ciri kewirausahaan
dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan sistem nilai yang
melekat pada sistem nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A.
Danandjaja (1986), Andreas Budihardjo (1991) dan Sidharta Poespadibrata
(1993), dalam sistem nilai manajer ada dua kelompok nilai, yaitu: (1)
Sistem nilai pribadi, (2) Sistem nilai kelompok atau organisasi. Dalam
sistem nilai pribadi terdapat empat jenis sistem nilai, yaitu: (1) Nilai
keprimer pragmatik, (2) Nilai primer moralistik, (3) Nilai primer afektif (4)
Nilai bauran. Dalam sistem nilai primer pragmatik terkandung beberapa
unsur di antaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kemampuan,
kecakapan, kreativitas, kerja sama, kesempatan. Sedangkan dalam nilai
moralistik terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi,
kehormatan, dan ketaatan.

Dalam kewirausahaan, sistem nilai primer pragmatik tersebut
dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya selalu kelp keras,
tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil risiko, produktivitas,
kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen dan kemampuan mencari
peluang. Selanjutnya, nilai moralistik meliputi keyakinan atau percaya diri,
kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan ,dan
keutamaan.
Sujuti Jahya (1977) membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut ke
dalam dua dimensi nilai yang berpasangan, yaitu:
(1) Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan
berorientasi non-materi.
(2) Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.
Ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing, sebagai
berikut:
(1) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-
cirinya pengambil risiko, terbuka terhadap teknologi, dan
mengutamakan materi.
(2) Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk
mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa
tanggung jawab, pelayanan, sikap positif, dan kreativitas.
(3) Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada
kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan
22 | K e w i r a u s a h a a n
kira-kira, sering menghadap ke arah tertentu (aliran fengshui) supaya
berhasil.
(4) Wirausaha yang berorientasi pada non-materi, dengan bekerja
berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada
pengalaman, berhitung dengan menggunakan mistik, paham
etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.
Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada fokus dan
tujuan masing-masing wirausaha.
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki
penting dari kewirausahaan, yaitu:
1. Percaya Diri (Self-confidence)
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi,
1988: 33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan
keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau
pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai
keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang
yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan
kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996: 7).
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif dan dinamis,
dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan,
dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana,
efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu oleh ketenangan,
ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan perhitungan
yang matang ikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan
kepercayaan diri. Oleh sebab optimisme dan keberanian mengambil risiko
dalam menghadapi suatu tantangan jauhi oleh kepercayaan diri.
Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian kemampuan sendiri.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif Mampu
menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan
orang lain.
Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, kegairahan berkarya, dan
sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat kapercayaan diri seseorang
23 | K e w i r a u s a h a a n
yang berbaur dengan pengetahuan keterampilan dan kewaspadaannya
(Soesarsono Wijandi, 1988:37). Kepercayaan diri merupakan landasan
kekuatan untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang. Sebaliknya setiap
karya yang menghasilkan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan
diri. Kreativitas, inisiatif, kegairahan kerja dan ketekunan akan banyak
mendorong seseorang untuk mencapai yang memberikan kepuasan batin,
yang kemudian akan mempertebal kepercayaan Pada gilirannya orang yang
memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan bekerja sendiri
dalam mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya (the ability of a man to
organize a business himself and could run, control and embrace)
(Soeparman ahamidjaja, 1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah
untuk memahami sendiri. Oleh sebab itu, wirausaha yang sukses adalah
wirausaha yang mandiri dan daya diri (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2).

2. Berorientasi Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah
orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi
pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin
mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat,
serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses
berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin
berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada
inisiatif. Perilaku inisiatif im biasanya diperoleh melalui pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun, dan berkembangannya diperoleh dengan
cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat
berprestasi.
3. Keberanian Mengambil Risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu nilai ke utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau
mengambil risiko akan sukar risi memulai atau berinisiatif. Menurut
Angelita S. Bajaro, "seorang wirausaha yang berani 1. menanggung risiko
adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan 2. dengan
cara yang baik" (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2). Wirausaha adalah orang
yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai
kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh
sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang
24 | K e w i r a u s a h a a n
terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang
relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi kemungkinan memperoleh
sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab
itu, ia akan lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan
demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai
kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan
dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam
melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. situasi risiko kecil dan situasi
risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada
masing-masing situasi tersebut. Artinya, wirausaha menyukai tantangan
yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G Meredith, 1996: 37).
Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada
tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
Dalam situasi risiko dan ketidakpastian inilah, wirausaha mengambil
keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Pada
situasi ini, menurut Meredith (1996:38), ada dua alternatif atau lebih yang
harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang
konservatif. Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada:
(a) Daya tarik setiap alternatif.
(b) Kesediaan untuk rugi.
(c) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan
wirausaha untuk mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk
mengambil risiko ditentukan oleh:
(a) Keyakinan pada diri sendiri.
(b) Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari
peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.
(c) Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis.
Di atas dikemukakan bahwa pengambilan risiko berkaitan dengan
kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar kayakinan seseorang pada
kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan
kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar
pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain
sebagai risiko (Meredith, 1996: 39). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai
tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan pada
orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting
dari perilaku kewirausahaan.
25 | K e w i r a u s a h a a n
4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda,
lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas
dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang
dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Ia
selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia
menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu
memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu,
perbedaan bagi seseorang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber
pembaharuan untuk menciptakan nilai. la selalu ingin bergaul untuk
mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian
dijadikan peluang. Dalam karya dan karsanya, wirausaha selalu ingin
tampil baru dan berbeda. Karya dan karsa yang berbeda akan dipandang
sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan peluang. Banyak hasil karya
wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti komputer, mobil, minuman,
dan produk makanan lainnya. Contoh sederhana adalah Toyota yang
hampir setahun sekali menghasilkan produk mobil baru. Disebut produk
mobil kijang baru karena penampilannya, interiomya, bentuk, dan
asesorisnya berbeda dengan yang sudah ada. Karena berbeda, maka disebut
baru. Akibatnya, nilai jual kijang baru lebih mahal daripada kijang lama.
Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wirausaha yang memiliki
kepeloporan.

5. Berorientasi ke Masa Depart
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang
memiliki perspektif dan pandangan ke masa. depan. Karena memiliki
pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk
berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun
dengan risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang
dan tantangan demi pembaharuan masa. depan. pandangan yang jauh ke
depan, membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang
sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan
mencari suatu peluang.


26 | K e w i r a u s a h a a n
1. Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi
Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur
keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif
dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun
Wirasasmita, 1994: 7). Ciri-cirinya, adalah:
(a) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,
meskipun cara tersebut cukup baik.
(b) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
(c) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan
perbedaan.
Hardvard's Theodore Levitt mengemukakan definisi inovasi dan
kreativitas lebih Ki mengarah pada konsep berpikir dan bertindak yang
baru (think new and doing new). k, Kreativitas adalah ability to develop
new ideas and to discover mew ways of looking at problem and
opportunities". Sedangkan, "Innovation is ability to apply creative
solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich
people's live". Menurut Levitt, kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru
(thinking new things) dan inovasi adalah melakukan sesuatu b yang baru
(doing new things). Oleh karena itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah
"thinking and doing new things or old thinks in new ways." Kewirausahaan
adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang
lama dengan cara-cara baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparman
Soemahamidjaja (1997: 10) bahwa "kewirausahaan" adalah "ability to
create the new and different".
Zimmerer (1996:51), dalam bukunya "Entrepreneurship and The
New Venture Formation, mengungkapkan bahwa:
"Sometimes creativity involves generating something from
nothing. However, creativity is more likely to result in
collaborating on the present, in putting old things together in new
ways, or in taking something away to create something simpler or
better".

Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu:
(1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak
ada.
(2) Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu
dengan cara yang baru.
27 | K e w i r a u s a h a a n
(3) Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana
dan lebih baik.
Menurut Zimmerer, "creativity ideas often arise when
entrepreneurs look at something old and think something new or different".
Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang
lama dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu,
kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada
(generating something from nothing).
Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang
dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan
masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity
and innovation to solve the problems and to and exploit opportunities that
people face everyday). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas
(daya cipta) setelah dibiasakan berulang-ulang dan melahirkan inovasi.
Gerschenkron adalah seorang ahli yang menonjolkan inovasi sebagai
sarana kepribadian menuju kewirausahaan modern. la mengemukakan "...
entrepreneur are people whose task is to make economic decisions"
(Myron Weiner, 1966: 256-272). Wirausaha adalah orang yang bertugas
memecahkan keputusan-keputusan ekonomi. Pokok-pokok pikiran
Gerschenkron di atas, pada dasarnya sejalan dengan pokok- pokok pikiran
Everett E. Hagen (1962: 88) yang mengemukakan tentang ciri-ciri
innovational personality yang kreatif sebagai berikut:
(1) Openness to experience, yaitu terbuka terhadap pengalaman.
la selalu berminat dan tanggap terhadap gejala di sekitar
kehidupannya dan radar bahwa di dalamnya
terdapat individu yang berperilaku sistematis.
(2) Creative imagination, yaitu kreatif dalam berimajinasi.
Wirausaha memiliki kemampuan untuk bekerja dengan penuh
imajinasi.
(3) Confidence and content in one's own evaluation, yaitu cakap
dan memiliki keyakinan atas penilaian dirinya dan teguh
pendirian.

(4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving
confusion or inconsistency, yaitu selalu memiliki kepuasan
dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
28 | K e w i r a u s a h a a n
(5) Has a duty or responsibility to achieve, yaitu memiliki tugas
dan rasa tanggung jawab untuk berprdstasi.
(6) Inteligence and energetic, yaitu dan memiliki kecerdasan dan
energik.

2.4.3 Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan
Hasil penelitian terhadap otak manusia, menunjukkan bahwa
fungsi otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi otak sebelah
kiri dan otak sebelah kanan. Setiap bagian tidak memiliki fungsi spesifik
dan menangkap informasi yang berbeda. Fungsi bagian acak yang satu
lebih dominan daripada bagian yang lain. Fungsi otak sebelah kiri
dikendalikan secara linear (berpikir vertikal), sedangkan otak sebelah
kanan lebih mengandalkan pada berpikir lateral. Otak sebelah kiri berperan
menangkap logika dan simbol-simbol sedangkan sebelah kanan lebih
menangkap hal yang bersifat intuitif dan emosional. Otak sebelah kanan
menggerakan berpikiran lateral dan meletakkannya pada jiwa proses
kreatif. Menurut Zimmerer (1996), untuk mengembangkan keterampilan
berpikir, seseorang menggunakan otak sebelah kiri. sedangkan untuk
belajar mengembangkan keterampilan kreatif digunakan otak sebelah
kanan, ciri-cirinya:
(1) Selalu bertanya, "Apa ada cara yang lebih baik?"
(2) Selalu menantang kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan rutin.
(3) Berefleksi/merenungkan, berpikir dalam.
(4) Berani bermain mental, mencoba untuk melihat masalah dari
perspektif yang berbeda. Menyadari kemungkinan banyak
jawaban daripada satu jawaban yang benar. Melihat kegagalan
dan kesalahan hanya sebagai jalan untuk mencapai sukses.
(5) Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah
untuk menghasilkan pemecahan inovatif.
(6) Memiliki keterampilan helikopter (helicopters skills), yaitu
kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat
permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian
memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah.

Dengan menggunakan otak sebelah kiri, menurut Zimmerer (1996:
76), ada tujuh langkah proses kreatif:

29 | K e w i r a u s a h a a n
Tahap 1: Persiapan (Preparation). Persiapan menyangkut kesiapan kita
untuk berpikir kreatif yang dilakukan dalam bentuk pendidikan formal,
pengalaman, magang, dan pengalaman belajar lainnya. Pelatihan
merupakan landasan untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi.
Bagaimana kita dapat memperbaiki pikiran kita agar berpikir kreatif?
Zimmerer mengemukakan tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran kita
untuk berpikir kreatif, yaitu:
(1) Hindari sikap untuk tidak belajar. Setiap situasi merupakan
peluang untuk belajar
(2) Belajar banyak. Jangan belajar terbatas pada satu keahlian
yang kita miliki saja, karena banyak inovasi yang diperoleh
dari bidang ilmu lain.
(3) Diskusikan ide-ide kita dengan orang lain.
(4) Himpun artikel-artikel yang penting.
(5) Temui profesional atau asosiasi dagang, dan pelajari cara
mereka memecahkan persoalan.
(6) Gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari orang lain.
(7) Kembangkan keterampilan menyimak gagasan orang lain

Tahap 2: penyelidikan (Investigation). Dalam penyelidikan diperlukan
individu yang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang
masalah atau keputusan. seseorang dapat mengembangkan pemahaman
tentang masalah atau keputusan melalui penyelidikan. Untuk menciptakan
konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang tertentu,seseorang pertama-
tama harus mempelajari masalah dan memahami komponen-komponen
dasarnya. Misalnya, seseorang pedagang tidak bisa menghasilkan ide-ide
baru kalau ia tidak mengetahui konsep-konsep atau komponen-komponen
dasar tentang perdagangan.

Tahap 3: Transformasi (Transformation), yaitu menyangkut persamaan
dan perbedaan pandangan di antara informasi yang terkumpul (involves
viewing the similarities and the differences among the information
collected). Transformasi, ialah mengidentifikasi persamaanpersamaan dan
perbedaan-perbedaan yang ada tentang informasi yang terkumpul. Dalam
tahap ini diperlukan dua tipe berpikir, yaitu berpikir konvergen dan
divergen. Berpikir konvergen (convergent thinking) adalah kemampuan
untuk melihat persamaan dan hubungan di antara data dan kejadian yang
30 | K e w i r a u s a h a a n
bermacam-macam. Sedangkan berpikir divergen (divergent thinking),
adalah kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan antara data dan
kejadian-kejadian yang beranekaragam.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan
mentransformasi informasi ke dalam ide-ide, yaitu yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
(1) Evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, cobalah ambil
gambaran luasnya.
(2) Susun kembali unsur-unsur situasi itu. Di samping melihat
komponen-komponen masalah/isu dalam susunan dan perspektif
yang berbeda-beda, kita harus mampu melihat perbedaan dan
persamaan secara cermat.
(3) Sebelum melihat satu pendekatan khusus terhadap situasi tertentu,
ingat bahwa dengan beberapa pendekatan mungkin keberhasilan
akan dicapai.
(4) Lawan godaan yang membuat penilaian kita-tergesa-gesa dalam
memecahkan persoalan atau mencari peluang.

Tahap 4: Penetasan (I ncubation), yaitu menyiapkan pikiian bawah sadar
untuk merenungkan informasi yang terkumpul (allows the subconcious
mind to reflect on the information collected). Pikiran bawah sadar
memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi.
Untuk mempertinggi tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif
dapat dilakukan dengan cara:
(1) Menjauhkan diri dari situasi. Melakukan sesuatu yang tidak terkait
dengan masalah atau peluang secara keseluruhan sehingga kita dapat
berpikir di bawah sadar.
(2) Sediakan waktu untuk mengkhayal. Meskipun mengkhayal seolah-
olah melakukan sesuatu yang tidak berguna, akan tetapi khayalan
merupakan bagian terpenting dari proses kreatif.
(3) Santai dan bermain secara teratur. Anda dapat berpikir kreatif
dengan ide-ide besar pada waktu bermain atau santai. Ide-ide besar
Bering muncul pada waktu bermain golf, mendengarkan musik, di
kebun/taman, atau di tempat tidur.
(4) Berkhayal tentang masalah atau peluang. Berpikir berbagai masalah
sebelum tidur merupakan cara efektif untuk mendorong pikiran Anda
31 | K e w i r a u s a h a a n
bekerja waktu tidur.
(5) Kejarlah masalah atau peluang meskipun dalam lingkungan yang
berbeda di mana saja.

Tahap 5: Penerangan (Illumination). Penerangan akan muncul pada
tahap inkubasi, yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan
adanya titik terang (occurs at point during the incubation stage when a
spontaneous breakthrough causes "the light bulb to _fir on "). Pada tahap
ini, semua tahap sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan ide-ide
kreatif dan inovatif.
Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut validasi keakuratan dan
manfaat ide-ide yang muncul (involves validating the idea as accurate and
useful) yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes
pemasaran, membangun pilot project, membangun prototipe, dan aktivitas
lain yang dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan
diimplementasikan.
Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide
ke dalam praktik bisnis (involves transforming the idea into a business
reality).
Roger Von Oech dalam bukunya "Whack on the side of the Head",
mengidentifikasi sepuluh kunci mental dari kreativitas ("mental lock" of
creativity) atau hambatan-hambatan kreativitas, yang meliputi:
(1) Searching for the one "right" answer, yaitu berusaha untuk
menemukan hanya satu jawaban yang benar atau satu solusi yang
benar dalam memecahkan suatu masalah. la tidak terbiasa dengan
beberapa jawaban atau pandangan yang berbeda.
(2) Focusing on "being logical", yaitu terfokus pada berpikir secara
logika, tidak bebas berpikir secara non-logika dengan imajinasi dan
berpikir kreatif. Padahal dalam berkreasi (intuisi dari Von Oech)
kita dapat berpikir bebas tentang segala sesuatu yang berbeda dan
bebas pula berpikir secara non-logika khususnya dalam fase
berpikir kreatif (to thing something different and to freely use
nonlogical thinking, especially in the imaginative phase of the
creative process).
(3) Blindy following the rules, yaitu berlindung pada aturan yang
berlaku (kaku). Kreativitas sangat tergantung pada kemampuan
yang tidak kaku pada aturan, sehingga dapat melihat cara-cara baru
32 | K e w i r a u s a h a a n
untuk mengerjakan sesuatu (new ways of doing things).
(4) Constantly being practical, yaitu terikat pada kehidupan praktis
semata yang membatasi ide-ide kreatif.
(5) Viewing playas frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu
yang tidak menentu. Padahal, anak-anak dapat belajar dari bermain,
yaitu dengan cara menciptakan cara-cara baru dalam memandang
sesuatu yang lama dan belajar tentang apa yang boleh dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan (create new ways of looking at
old things and learn what works-and what doesn't). Wirausaha bisa
belajar dengan mencoba pendekatan dan penemuan baru.
Kreativitas dapat diciptakan apabila wirausaha mau belajar dari
bermain. Seseorang yang memandang permainan sebagai hal yang
sia-sia cenderung membatasi berpikir kreatif.
(6) Becoming everly specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi
membatasi kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan
orang yang berpikir kreatif cenderung bersifat eksploratif dan
selalu mencari ide-ide di luar bidang spesialisasi.
Tahap 5: Penerangan (Illumination). Penerangan akan muncul pada tahap
inkubasi, vaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya
titik terang (occurs at - -ww point during the incubation stage when a
spontaneous breakthrough causes "the light bulb to _fir on "). Pada tahap
ini, semua tahap sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan ide-ide
kreatif dan inovatif.

Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut validasi keakuratan dan
manfaat ide-ide yang muncul (involves validating the idea as accurate and
useful) yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes
pemasaran, membangun pilot project, membangun prototipe, dan aktivitas
lain yang dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan
diimplementasikan.

Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide ke
dalam praktik bisnis (involves transforming the idea into a business
reality).
Roger Von Oech dalam bukunya "Whack on the side of the Head",
mengidentifikasi sepuluh kunci mental dari kreativitas ("mental lock" of
creativity) atau hambatan-hambatan kreativitas, yang meliputi:
33 | K e w i r a u s a h a a n
(1) Searching for the one "right" answer, yaitu berusaha untuk
menemukan hanya satu jawaban yang benar atau satu solusi yang benar
dalam memecahkan suatu masalah. la tidak terbiasa dengan beberapa
jawaban atau pandangan yang berbeda.
(2) Focusing on "being logical", yaitu terfokus pada berpikir secara logika,
tidak bebas berpikir secara non-logika dengan imajinasi dan berpikir
kreatif. Padahal dalam berkreasi (intuisi dari Von Oech) kita dapat
berpikir bebas tentang segala sesuatu yang berbeda dan bebas pula
berpikir secara non-logika khususnya dalam fase berpikir kreatif (to
thing something different and to freely use nonlogical thinking, espe-
cially in the imaginative phase of the creative process).
(3) Blindy following the rules, yaitu berlindung pada aturan yang berlaku
(kaku). Kreativitas sangat tergantung pada kemampuan yang tidak kaku
pada aturan, sehingga dapat melihat cara-cara baru untuk mengerjakan
sesuatu (new ways of doing things).
(4) Constantly being practical, yaitu terikat pada kehidupan praktis semata
yang membatasi ide-ide kreatif.
(5) Viewing playas frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu yang
tidak menentu. Padahal, anak-anak dapat belajar dari bermain, yaitu
dengan cara menciptakan cara-cara baru dalam memandang sesuatu
yang lama dan belajar tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan (create new ways of looking at old things and
learn what works-and what doesn't). Wirausaha bisa belajar dengan
mencoba pendekatan dan penemuan baru. Kreativitas dapat diciptakan
apabila wirausaha mau belajar dari bermain. Seseorang yang
memandang permainan sebagai hal yang sia-sia cenderung membatasi
berpikir kreatif.
(6) Becoming everly specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi
membatasi kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan orang
yang berpikir kreatif cenderung bersifat eksploratif dan selalu mencari
ide-ide di luar bidang spesialisasi.
(7) Avoiding ambiguity. Menghindari ambiguitas merupakan hambatan
untuk berpikir kreatif. Padahal kemenduaan/ambiguitas (ambiguity)
bisa menjadi kekuatan yang mendorong kreativitas, dan mendorong
untuk berpikir sesuatu yang berbeda (tc think something different).
Karena itu, menghindari ambiguitas merupakan hambatan berpikir
kreatif.
34 | K e w i r a u s a h a a n
(8) Fearing looking foolish. Orang kadang-kadang tidak mau melakukan
hal baru atau berpikir berbeda dari orang lain karena khawatir dianggap
bodoh. Takut terlihat), dianggap bodoh merupakan salah satu
penghalang kreativitas.
(9) Fearing mistakes and failure (takut salah dan gagal). Orang kreatif
menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru pasti membawa
kegagalan. Namun demikian, mereka melihat kegagalan bukanlah suatu
akhir dari segala sesuatu, tetapi merupakan pengalaman belajar untuk
meraih sukses. Thomas Edison misalnya, sebelum meraih sukses untuk
membuat bola lampu menyala, telah melakukan eksperimen sebanyak
1.800 cara. Seperti halnya Thomas Edison, wirausaha dapat belajar dari
kegagalan. Belajar dari kegagalan merupakan bagian terpenting dari
proses berpikir kreatif. Kuncinya, adalah kegagalan untuk meraih
sukses. Oleh karena itu, takut terhadap kegagalan merupakan hambatan
untuk berpikir kreatif.
(10) Believing that "I'm not creative". Setiap orang berpotensi untuk
kreatif. Takut pada ketidakmampuan untuk berbuat kreatif
merupakan hambatan berpikir kreatif.
Untuk memotivasi para karyawan agar memiliki kreativitas,
Zimmerer (1996: 76) mengemukakan beberapa cara:
(1) Expecting creativity. Wirausaha mengharapkan kreativitas. Salah satu
cara yang terbaik untuk mendorong kreativitas adalah memberi
kewenangan kepada karyawan untuk berkreasi.
(2) Expecting and tolerating failure, yaitu memperkirakan dan menoleransi
kegagalan. Ide-ide kreatif akan menghasilkan keberhasilan atau
kegagalan. Orang yang tidak pernah menemui kegagalan bukan orang
kreatif.
(3) Encouraging curiosity. Berbesar hati jika menemukan kegagalan,
artinya kegagalan jangan dipandang sebagai sesuatu yang aneh.
(4) Viewing problems as challenges, yaitu memandang kegagalan sebagai
tantangan. Setiap kegagalan memberikan peluang untuk berinovasi.
(5) Providing creativity training, yaitu menyediakan pelatihan
berkreativitas. Setiap seorang memiliki kapasitas kreatif. Untuk
mengembangkannya diperlukan pelatihan. Pelatihan melalui buku,
seminar, workshop, dan pertemuan profesional dapat mendorong
karyawan untuk untuk meningkatkan kapasitas kreativitasnya.
(6) Providing support, yaitu memberikan dorongan dan bantuan, berupa
35 | K e w i r a u s a h a a n
alat dan sumber daya yang diperlukan untuk berkreasi, terutama waktu
yang cukup untuk berkreasi.
(7) Rewarding creativity, yaitu menghargai orang yang kreatif.
Penghargaan bisa dalam bentuk uang, promosi, dan hadiah lainnya.
(8) Modeling creativity, yaitu memberi contoh kreatif. Untuk mendorong
karyawan lebih kreatif, harus diciptakan lingkungan yang mendorong
kreativitas.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan
ekonomi global, menurut Zimmerer (1996: 53), kreativitas tidak hanya
penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif, akan tetapi juga sangat
penting bagi kelangsungan perusahaan .zurvive). Artinya, dalam
menghadapi tantangan global, diperlukan sumber daya manusia kreatif dan
inovatif atau berjiwa kewirausahaan. Wirausahalah yang bisa menciptakan
nilai tambah dan keunggulan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui
kreativitas dan inovasi, atau "thinking new thing and doing new thing or
create the new and different."
Zimmerer mengemukakan beberapa kaidah atau kebiasaan
kewirausahaan "entrepreneur "rules to live by" yaitu:
(1) Create, innovate, and activate, yaitu ciptakan, temukan, dan
aktifkan. Wirausaha selalu memimpikan ide-ide baru, dan selalu
bertanya "apa mungkin" atau "mengapa tidak" dan menggunakan
inovasinya dalam kegiatan praktis.
(2) Always be on the look out for new opportunities, yaitu selalu
mencari peluang baru. Wirausaha harus selalu mencari peluang
baru atau menemukan cara baru untuk menciptakan peluang.
(3) Keep it simple, yaitu berpikir sederhana. Wirausaha selalu
mengharapkan umpan balik sesegera mungkin, dan berusaha
dengan cara yang tidak rumit.
(4) Try it, fix it, do it, yaitu selalu mencoba, memperbaiki, dan
melakukannya. Wirausaha berorientasi pada tindakan. Bila ada ide,
wirausaha akan segera mengerjakannya.
(5) Shoot for the top, yaitu selalu mengejar yang terbaik, terunggul dan
ingin cepat mencapai sasaran. Wirausaha tidak pernah segan,
mereka selalu bermimpi besar. Meskipun tidak selalu benar, mimpi
besar adalah sumber penting untuk inovasi dan visi.
(6) Don't be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai
dari hal-hal yang kecil. Banyak perusahaan besar yang berhasil
36 | K e w i r a u s a h a a n
karena dimulai dari usaha kecil.
(7) Don't fear failure: learn form it, yaitu jangan takut gagal,
belajarlah dari kegagalan. Wirausaha harus tahu bahwa inovasi
yang terbesar berasal dari kegagalan.
(8) Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena
wirausaha bukan orang yang mudah menyerah.
(9) Go for it, yaitu untuk terns mengejar apa yang diinginkan. Orang
yang pantang menyerah selalu mengejar apa yang belum
dicapainya. Sebelum tujuannya tercapai, maka ia akan
mengejarnya.

2.5 Sikap Dan Kepribadian Wirausaha
Alex Inkeles dan David H. Smith (1974: 19-24) adalah salah satu
di antara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang
modern. Menurut Inkeles (1974: 24) kualitas manusia modern tercermin
pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang
dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam
kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman
baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistic terhadap fakta dan
pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan
pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan
dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi.
Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Gunar Myrdal, yaitu:
(1) Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.
(2) Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.
(3) Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai
masalah.
(4) Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.
(5) Selalu berencana dalam segala kegiatan.
(6) Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(7) Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu.
(8) Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip
masing-masing.
(9) Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972).
Menurut Harsojo (1978:5), modernisasi sebagai sikap yang
37 | K e w i r a u s a h a a n
menggambarkan:
(1) Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan.
(2) Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.
(3) Berorientasi pada masa kini dan masa depan.
(4) Meyakini kemampuan sendiri.
(5) Meyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(6) Menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan
lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan
sosial, misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang
terbuka terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan
kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka
(1975), "Pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk
pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak
lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman perjalanan yang
banyak" (Yuyun Wirasasmita, 1982:44). Dalam konteks ini, juga dijumpai
perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan
rasional dengan kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan
yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul
yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang pantas diteladani,
karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu
sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan
kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah
seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah
untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti
benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk
menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai
kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman
Ranupandoyo,1982: 1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-
kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu
menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode
produksi baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta
organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat
menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau
organisator penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989: 16),
38 | K e w i r a u s a h a a n
seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola
tingkah laku sebagai berikut:
(1) Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima
ide-ide baru.
(2) Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang
dan menerima risiko dalam pengambilan keputusan dan dalam
menghadapi ketidakpastian.
(3) Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi:
(a) Usaha perencanaan.
(b) Usaha untuk mengkoordinir.
(c) Usaha untuk menjaga kelancaran usaha.
(d) Usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha.
(4) Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan
mengarahkan tujuan usaha.
Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A.Turla (1986) pola
tingkah laku kewirausahaan di atas tergambar pula dalam perilaku dan
kemampuan sebagai berikut:
(1) Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan,
dan kemauan kuat.
(2) Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar-
personal, ke kepemimpinan, dan manajemen.
(3) Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menemukan produk dan harga,
periklanan dan promosi.
(4) Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,
perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.
(5) Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur
uang.
David McDelland (1961: 205) mengemukakan enam ciri perilaku
kewirausahaan, yaitu :
(1) Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil risiko yang
modest, dan bukan atas dasar kebetulan belaka.
(2) Energik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif.
(3) Tanggung jawab individual.
(4) Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya,
dengan tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.
39 | K e w i r a u s a h a a n
(5) Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang.
(6) Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan,
kepemimpinan, dan manajerial.

Telah dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator
dalam mengombinasikan sumber-sumber bahan baru, teknologi baru,
metode produksi baru, akses pasar baru, dan pangsa pasar baru
(Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono (1993) perilaku kreatif dan
inovatif tersebut dinamakan "entrepreneurial action", yang ciri-cirinya: (1)
Selalu mengamankan investasi terhadap risiko, (2) Mandiri, (3) Berkreasi
menciptakan nilai tambah, (4) Selalu mencari peluang, (5) Berorientasi ke
masa depan.
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian
wirausaha, yaitu nilai-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positif, dan
optimis, keberanian mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar dari
pengalaman.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja
(1977), faktor internal yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan
kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal dari ekstenal diri perlaku adalah
kesempatan atau peluang.

2.6 Motif Berprestasi Kewirausahaan
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat
berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi
(achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang
menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna kepuasan
secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980: 55). Faktor dasarnya
adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). la
mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya,
kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu
kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan dan keamanan (security
needs), kebutuhan social (social needs), kebutuhan harga diri (esneeds), dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
Teori Maslow, kemudian oleh Dayton Alderfer dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori existence, relatedness,
40 | K e w i r a u s a h a a n
and growth (ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi (existence) yaitu menyangkut
keperluan material yang harus ada (termasuk physiological need and
security need dari Maslow).
Kedua, ketergantungan (relatedness), yaitu kebutuhan untuk
mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need
dari Maslow).
Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan
intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk self-actualization dan
esteem need dari Maslow).
David C. McDelland (1971) mengelompokkan kebutuhan (needs),
menjadi tiga, yakni:

(1) Need for achievement (n'Ach): The drive to excel, to achieve in
relation to a set of standard, to strive to succeed.
(2) Need for power (n'Pow): The need to make other behave in a way
that they would not have behaved otherwise.
(3) Need for affiliation (n'Aff): The desire for friendly and dose
interpersonal relationships.
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n'Ach) terlihat dalam bentuk
tindakan untuk n melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien
dibanding sebelumnya. Wirausaha ke yang memiliki motif berprestasi
tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang
timbul pada dirinya.
(2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat
keberhasilan dan kegagalan.
(3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
(4) Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
(5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-
fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha
merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang
paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat
rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (n'Pow), yaitu hasrat untuk
mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya
adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih
41 | K e w i r a u s a h a a n
berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (Waff), yaitu hasrat untuk diterima
dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi
tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama dari pada persaingan,
dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993: 214), kebutuhan
yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer
saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederick Herzberg (1987) dalam teori
motivation-hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu
terhadap pekerjaannya merupakan salah satu dasar yang sangat menentukan
keberhasilan atau kegagalan seseorang. Ada dua faktor dasar motivasi yang
menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor yang membuat orang merasa
puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dis-
satisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan
kerja (job-satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan (
recognition), pekerjaan (the work itself), tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of
growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan
(dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status,
prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan
interpersonal (Gibson, 1990: 95).
Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964)
dalam teorinya yang disebut teori harapan (expectancy theory). Ia
mengernukakan bahwa "The strength of a tendency to act in a certain way
depend on the strength of an expectation that an act will be followed by a
given outcome and other attractiveness of that outcome to the individual".
Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arch tertentu
tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya
dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor
Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu: (1)
Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan, (2)
Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang
diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan
antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori
harapan (expectancy theory), yaitu:
(1) Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi
(M) dan ability (A).
42 | K e w i r a u s a h a a n

(2) Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama
(V1) dengan expectancy (E).
(3) Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah
valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan
instrumental (I).
Menurut Nasution (1982: 26), Louis Allen (1986: 70), ada tiga
fungsi motif, yaitu:
(1) Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor
yang melepaskan energi.
(2) Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan
menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan
itu.
Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa
orang berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F.
Burgess (1993: 6) ada tujuh motif:
(1) The desire for higher income.
(2) The desire for a more satisfying career.
(3) The desire to be self-directed.
(4) The desire for the prestige that comes to being a business owner.
(5) The desire to run with a new idea or concept.
(6) The desire to build long-term wealth.
(7) The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.
Dalam "Entrepreneur's Handbook", yang dikutip oleh Yuyun
Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang
berwirausaha, yakni:
(1) Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,
untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas
keuangan.

(2) Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat
dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa,
agar dapat bertemu dengan orang banyak.
(3) Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat,
untuk menata masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,
43 | K e w i r a u s a h a a n
demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan
kesetiaan suami/istri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.
(4) Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari
ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan
untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996: 3) ada beberapa peluang yang dapat
diambil dari kewirausahaan, yaitu:
(1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
(2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
(3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-
usaha seseorang.

RANGKUMAN
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif
dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar,
kiat dalam usaha atau perbaikan hidup. Hakikat dasar dari kewirausahaan
adalah kreativitas dan inovasi. Kreativitas, berat berpikir sesuatu yang baru
(thinking new things) sedangkarrinovasi adalah berbuat sesuatu yang baru
(doing new things). Kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan sebagai
suatu disiplin ilmu tersendiri karena memiliki objek, konsep, teori, dan
metode ilmiah.


Objek kewirausahaan meliputi kemampuan merumuskan tujuan
dan memotivasi diri, berinisiatif, kemampuan membentuk modal dan
mengatur waktu, mental yang kuat dan kemampuan untuk mengambil
hikmah dari pengalaman.
Watak, sifat, jiwa, dan nilai kewirausahaan muncul dalam bentuk
perilaku kewirausahaan dengan ciri-ciri: (1) Percaya diri, (2) Berorientasi
pada tugas dan hasil, (3) Berani menghadapi risiko, (4) Berjiwa pemimpin,
(5) Keorisinilan, dan (6) Berorientasi ke masa depan. Jiwa kewirausahaan
tidak hanya dimiliki oleh pengusaha dan berlaku dalam bidang bisnis
semata, tetapi juga dimiliki oleh setiap orang yang memiliki jiwa kreatif
dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga swadaya
masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok. Keberhasilan
44 | K e w i r a u s a h a a n
berwirausaha sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu kemauan,
kemampuan, peluang, dan kesempatan.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang berminat berwirausaha,
yaitu alasan keuangan, alasan sosial, alasan pelayanan dan alasan
pemenuhan diri. Beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan
meliputi:
(1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
(2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki.
(3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk menghargai
usahausaha seseorang.


























45 | K e w i r a u s a h a a n
BAB III
PROSES KEWIRAUSAHAAN



3.1 Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan
David C. McDelland (1961: 207), mengemukakan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi
(achievement), optimisme (optimism), sikap-sikapnilai (value attitudes) dan
status kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan
menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan
kewirausahaan (entrepreneunalaction) merupakan fungsi dan property
right(PR), competencylahility(C), incentive (I), dan external
environment(E).
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (propertyrig-ht, PR),
kemampuan/kompetensi (competency/ability, Q, dan insentif (incentive),
sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E).
Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abili-
ties) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang
kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka
dimensi kemampuan afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif
(cognitive abilities) merupakan bagian dari pendekatan kemampuan
kewirausahaan (entrepreneurial. Jadi, kemampuan berwirausaha (entre-
preneurial merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam
mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian
menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

3.2 MODEL PROSES KEWIRAUSAHAAN
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses
kewirausahaan diawali proses dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal berkembangnya
kewirausahaan. maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi, organisasi,
kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996:3). Faktor-faktor tersebut
membentuk locus of control, kreativitas, inovasi, .jmplementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar
46 | K e w i r a u s a h a a n
(Soeharto Prawirokusumo (1977: 5). Secara internal, inovasi dipengaruhi
oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari
lingkungan yang mempengaruhi di dengan adanya inovasi, antaranya
model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang
didukung oleh kejadian menjadi kewirausahaan melalui proses yang
dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan pemicu, diimplementasikan
keluarga.
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi.
Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor
individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control,
toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman,
usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal
dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, inkubator, sumber
daya, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan, faktor pemicu berasal dari
lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok.
seperti halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan
kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga
keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan faktor yang berasal
dari pribadi adalah komitmen, isi, kepemimpinan, dan kemampuan
manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah
kelompok, struktur, budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali
dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi,
sosiologi, organisasi, dan lingkungan.
Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang
dapat menggabungkan nilai-nilai sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku
dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis
(knowledge and practice). Jadi, pedoman-pedoman, pengharapan-
pengharapan dan nilai-nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun
kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku kewirausahaan.

3.3 Ciri-Ciri Penting Tahap Permulaan Dan Pertumbuhan
Kewirausahaan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di
Kabupaten Bandung yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan
47 | K e w i r a u s a h a a n
bahwa pada umumnya pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil
tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu:
(1) Tahap imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating).
(2) Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating and developing).
(3) Tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda
(creating new and different).

Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para
wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau
merintis usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam
menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan imita meniru yang sudah
ada. Teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, dan dupli pola
pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan tertentu
diperoleh dan melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan
keluarga maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang
berhasil karena proses pengamatan.

Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para
wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi
produk misalnya, wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui
diversifikasi dan diferensiasi dengan di desain sendiri. Demikian pula
dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai dikembangkan model-model
pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami perkembangan
yang lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit
perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin
berubah tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh
bentuk-bentuk monopsoni oleh para pedagang pengumpul seperti usaha
kecil pada umumnya. Beberapa wirausaha di antaranya ada juga yang
mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai market
follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang
pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap
menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri
sampai terus berkembang. Pada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan
dengan proses produksi yang ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap
hasil yang sudah ada mulai fiftibul dan adanya keinginan untuk mencapai
hasil yang lebih unggul secara menggebu-gebu. Pada tahap ini organisasi
usaha mulai diperluas dengan skala yang lugs pula, produk mulai
48 | K e w i r a u s a h a a n
diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan berdasarkan
kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar
(market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-
produk unik yang digerakkan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan
dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri
kecil tertentu, misalnya industri kecil sepatu dan industri konveksi mulai
menantang pasar (market challenger), sedangkan industri lainnya yang
menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern masih menjadi
pengikut pasar (market follower).

3.4 Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus
memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada
kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun
uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya
adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan
menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai
dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan,
baik dengan mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait
dengan kepentingan perusahaan.

3.5 FAKTOR PENYEBAB KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
WIRAUSAHA
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau
kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi
wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor
yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan
usaha barunya:
(1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak
memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan
kurang berhasil.
(2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik,
kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan
mengkoordinasikan, keterampilan mengelola
sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan
operasi perusahaan.
49 | K e w i r a u s a h a a n
(3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat
berhasil dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan
adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas
akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan
perusahaan tidak lancar.
(4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari
suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
(5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi
yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
(6) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya
dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
(7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah-setengah terhadap, usaha akan mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan Sikap setengah hati,
kemungkinan gagal menjadi besar.
(8) Ketidakmampuan dalam, melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan. Wirausaha yang kurang slap menghadapi dan
melakukan perubahan, tidak akan menjadi kewirausaha yang
berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh
apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat
peralihan setup waktu.
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan,
Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat
seseorang mundur dari kewirausahaan,
(1) Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap, awal maupun
tahap, pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus
memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam
kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi dan sewaktu-waktu juga
bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang
mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2) Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi
usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998),
50 | K e w i r a u s a h a a n
tingkat mortalitas/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78
persen. Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari
kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan
sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
(3) Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya
bekerja sendiri mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan
pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam
berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha
menjadi mundur. la kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan.
Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan
sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
(4) Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap.
Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan
mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat,
maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

3.6 Keuntungan Dan Kerugian Berwirausaha
Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan
keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri.

3.6.1 Keuntungan Kewirausahaan
(1) Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat
wirausaha menjadi seorang "bos" yang penuh kepuasan.

(2) Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal
atau perasaan bervariasi yang tinggi merupakan hal
menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep
usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi
wirausaha.
(3) Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa
kekayaan sebagai milik sendiri.

3.6.2 Kerugian Kewirausahaan
Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan
berwirausaha juga memiliki berapa kerugian, yaitu:
(1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja
51 | K e w i r a u s a h a a n
dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu
untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu
dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua
fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun
pengadaan dan pelatihan.
(3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena
wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan
milik sendiri, maka margin laba/ keuntungan yang diperoleh
akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

RANGKUMAN
Kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi yang dipicu oleh
faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi
kewirausahaan adalah locus of control, pendidikan, pengalaman,
komitmen, visi, keberanian mengambil risiko, dan usia. Sedangkan faktor
lingkungan adalah sosiologi, organisasi, keluarga, peluang, pesaing,
investor, dan kebijakan pemerintah.
Kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu (1) Proses
imitasi dan duplikasi (imiating and duplicating), (2) Proses pengembangan
(duplicating and developing) atau disebut juga proses benchmarking, (3)
Proses menciptakan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang
diawali dengan teknik pioduksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi
usaha baru, dan metode pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari
Schumpeter (1934).
Beberapa langkah untuk menjadi wirausaha yang sukses, di
antaranya: (1) Ada visi tujuan yang jelas, (2) Bersedia untuk mengambil
risiko uang dan waktu, (3) Berencana terorganisir, (4) Kerja keras sesuai
dengan tingkat kepentingannya, (5) Mengembakan hubungan yang baik
dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan lainnya, (6) memiliki tanggung
jawab terhadap keberhasilan ataupun kegagalan.
Adapun yang menyebabkan kegagalan kewirausahaan meliputi:
(1) Kurang kompeten dalam manajerial, (2) Kurang berpengalaman dalam
lapangan usaha yang akan dimasuki, (3) Kurang bisa mengendalikan
keuangan, (4) Gagal dalam perencanaan, (5) Kurang memadainya lokasi,
(6) Kurang pengawasan peralatan, (7) Sikap yang setengah hati, (8) Kurang
siap mengalami perubahan (peralihan).
52 | K e w i r a u s a h a a n
Beberapa keuntungan dengan berwirausaha bagian otonomi,
tantangan awal yang menyenangkan, dan kontrol atas keuangan. Sedangkan
kerugiannya adalah pengorbanan yang ditanggung sendiri, beban tanggung
jawab yang besar, dan kecilnya margin keuntungan yang mungkin
diperoleh.































53 | K e w i r a u s a h a a n
BAB IV
IDE DAN PELUANG KEWIRAUSAHAAN



4.1 Ide Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan bahwa (wirausaha dapat manambah
nilai suatu, barang dan jasa melalui inovasi) Keberhasilan wirausaha
dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa
inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu inovasi
merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar
menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan ketangguhan
kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian terletak pada kreasi baru
untuk menciptakan nilai secara terus-menerus. Wirausaha dapat
menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi
peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali usaha
(business driven). Sernua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada
inovasi, misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru Dengan
penemuan baru para pengusaha (business innovation) perusahaan
mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya membuat
ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen
tidak lagi tergantung pada konsumen (seller marked) seperti falsafah
pemasaran yang konvensional.
(Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha)
(Dalam mengevaluasi untuk menciptakan nilai-nilai potensial
(peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi
semua risiko mungkin terjadi dengan cara):

(1) Pengurangan kemungkinan risiko melalui melalui strategi yang
proaktif.
(2) Penyebaran risiko pada aspek yang paling mungkin.
(3) pengelolaan risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.
Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi, yaitu: (1) Risiko pasar atau
risiko persaingan, (2) Risiko finansial, dan (3) Risiko teknik. Risiko pasar
54 | K e w i r a u s a h a a n
terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar. Risiko finansial terjadi akibat
rendahnya hasil penjualan dan tingginya biaya. Risiko teknik terjadi
sebagai akibat adanya kegagalan teknik Pada hakikatnya, ketidakpastian
pasar terjadi akibat dari berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi,
teknologi, demografi, dan sosial politik.
Menurut Zimmerer (1996: 82) kreativitas sering kali muncul
dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru/ Ide itu
sendiri bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak
mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus menerus. Banyak ide
yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika
wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama
Pertanyaannya, bagaimana ide bisa_menjadi peluang. Ada beberapa cara,
antara lain:
(1) Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-
cara/metode yang lebih-lebih baik untuk melayani dan memuaskan
pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya.
(2) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
(3) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan
dilakukan atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan
dalam bentuk arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru
tentang barang yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang
berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide-
ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.
4.2 Sumber-Sumber Potensial Peluang
Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang
riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang
secara terus-menerus (proses penjaringan ide atau disebut proses screening
merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi
produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam penjaringan (screening) ide
dapat dilakukan sebagai berikut):
(1) Menciptakan Produk Baru dan Berbeda. Ketika ide dimunculkan
secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru,
maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa
yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus
menciptakan nilai bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna,
barang dan jasa itu harus bernilai bagi konsumen baik pelanggan
55 | K e w i r a u s a h a a n
maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus
benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam
mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang
perlu diperhatikan:
(a) permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan.
(b) Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu
menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada
konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat
meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa besarnya? Apakah
perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui oleh pembeli potensial? Berapa
persen target yang ingin dicapai dari segmentasi tersebut? Pertanyaan-
pertanyaan di atas penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru memfokuskan pada
segmen pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung
pada perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu
sendiri sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis
pasar yang meliputi aspek:
(a) Kemampuan untuk menganalisis demografi pasar.
(b) Kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah laku
pesaing.
(c) Kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing
dan kefakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan
peluang.
(2) Mengamati Pintu Peluang. Wirausaha harus mengamati
potensi-potensi yang memiliki pesaing, misalnya
kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru,
pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk
baru, dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang
dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk
mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan
mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing dalam
menanamkan modal barunya.

Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang
dimiliki pesaing dan peluang yang dapat kita peroleh, ada beberapa
pertanyaan penting, yaitu:
56 | K e w i r a u s a h a a n
(a) Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
pesaing dalam pengembangan produk, meliputi:
Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing
dalam pengembangan produk jika dibandingkan
kemampuan teknik yang kita miliki?
Bagaimana track-record pesaing untuk mencapai
sukses dalam pengembangan produk?
(b) Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
pesaing tentang kapabilitas dan sumber-sumber yang
dimiliki, meliputi:
Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk
melakukan investasi dalam pengembangan produk
baru dan produk awal?
Keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?
(c) Pertanyaan untuk menentukan apakah pintu peluang ada
atau tidak, meliputi:
Sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk
ke pasar dapat mendahului pesaing?
Apakah kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan cukup untuk membawa produk ke pasar
yang sedang dikuasai pesaing?
Apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup
untuk menguasai serangan pesaing?
Menurut Zimmerer (1996: 87) ada beberapa keadaan yang dapat
menciptakan peluang, yaitu:
(a) Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu
yang relatif singkat.
(b) Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan
teknik harus dipertimbangkan sebelumnya.
(c) Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan
strategi produknya.
(d) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.
(e) Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam
mempertahankan posisi pasarnya.
(f) Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber
untuk menghasilkan produk barunya.
57 | K e w i r a u s a h a a n
(3) Analisis Produk dan Proses Produksi Secara Mendalam.
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan
kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa
biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut?
Apakah biaya yang kita keluarkan lebih efisien daripada biaya
yang dikeluarkan oleh pesaing?
(4) Menaksir Biaya Awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh
usaha baru. Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan?
Berapa yang diperlukan untuk operasi, untuk perluasan dan
untuk biaya lainnya?
(5) Memperhitungkan Risiko yang Mungkin Terjadi, misalnya
risiko teknik, risiko finansial, dan risiko pesaing. Jangka
pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk
mempertahankan posisinya di pasar. Risi Pesaing meliputi
pertanyaan: (1) Kemungkinan kesamaan dan keunggulan
produk apa yang dikembangkan pesaing? (2) Tingkat
keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing dalam
pengembangan produknya? (3) Seberapa jauh dukungan
keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan
produk yang diperkenalkannya? (4) Apakah perusahaan baru
cukup kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?
Sedangkan risiko teknik berhubungan dengan proses
pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau
menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara aktual dapat
ditransformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas dan
karakteristiknya. Risiko finansial adalah risiko yang timbul sebagai akibat
ketidakcukupan finansial baik dalam tahap pengembangan produk baru
maupun dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan untuk
mendukung biaya produk baru.
Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman atau analisis
strength, de weakness, opportunity, and threat (SWOT) sangat penting
dalam menciptakan keberhasilan perusahaan baru.

4.3 Bekal Pengetahuan Dan Kompetensi Kewirausahaan
Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh
Lambing, (2000) bahwa kebanyakan responder yang menjadi wirausaha
berasal dari pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak
58 | K e w i r a u s a h a a n
kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, bersyaratan
utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan.
dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan, kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh
pengetahuan dan pengalaman usaha.
Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah
seseorang yang memiiki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan
berinovasi. la adalah jarang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda : (ability to create the new and different)
atau kemampuan kreatif dan inovati (Kemampuan aktif dan inovatif
tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk
dimulai usaha (start-up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang
baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang
(opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk
bearing) dan kemampuan untuk pengembangkan ide dan meramu sumber
daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama
untuk :
(1) menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new
service).
(2) Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).
(3) Merintis usaha baru (new businesess).
(4) Melakukan proses/teknik baru (the new technic).
(5) Mengembangkan organisasi baru (the new organization).


Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus
sebagai pelaksana usaha (businessman). sebagai perencana (planner),
wirausaha berperan:
(1) Merancang perusahaan (corporate plan).
(2) Mengatur strategi perusahaan (corporate strategy).
(3) Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corporate image).
(4) Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha
berperan:
(1) Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang
berbeda (create the new and different).
(2) Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating).
59 | K e w i r a u s a h a a n
(3) Meniru dan memodifikasi (imitating and modification).
(4) Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra
baru, dan organisasi baru.
Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan
sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali,
mengatur, mengawasi, menikmati, dan menanggung risiko. Seperti telah
dibahas pada Bab 3 bahwa untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang
harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas
kemampuan dan komitmen kecukupan modal baik uang maupun waktu,
kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak
cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability).
Menurut Casson (1982), yang dikutip Yuyun Wirasasmita (1993: 3) ada
beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
(1) Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha
yang akan dilakukannya atau ditekuninya.
(2) Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif
serta tidak mengandalkan pada sukses di masa lalu.

(3) Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis
misalnya pengetahuan teknik, desain, pemrosesan,
pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
(4) Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi,
dan berimajinasi.
(5) Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
(6) Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan
kemampuan memprediksi keadaan masa yang akan datang.
(7) Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi,
bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.
Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan
memiliki kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan &
Bradstreet Business Credit Service (1993: 1), ada 10 kompetensi yang
harus dimiliki, wirausaha, yaitu:
(1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa
yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausaha
harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya,
seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus
60 | K e w i r a u s a h a a n
memiliki pengetahuan tentang perhotelan. Untuk bisnis
pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan tentang
cara memasarkan komputer.
(2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui
dasar-dasar pengelolaan Ac bisnis, misalnya cara merancang
usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan ke perusahaan,
termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,
mengadministrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan
usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat,
cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan
secara efektif dan efisien.
(3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar
terhadap usaha yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai
pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-
sungguh, dan tidak setengah hati.
(4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup.
Modal tidak hanya berbentuk materi, tetapi juga moril.
Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama
dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang,
tenaga, tempat, dan mental.
(5) Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan
mengatur/mengelola keuangan secara efektif dan efisien,
mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta
mengendalikannya secara akurat.
(6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu
seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati
waktu sesuai dengan kebutuhannya.
(7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan,
mengatur, mengarahkan, menggerakan (memotivasi), dan
mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
(8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu
memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara
menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat, dan
memuaskan.
(9) Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi / cara
bersaing. Wirausaha, harus dapat mengungkap kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan
61 | K e w i r a u s a h a a n
ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan
analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap
pesaing.
(10) Copying with regulations and paperwork, yaitu membuat
aturan/pedoman yang jelas (tersurat, tidak tersirat).
Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus
memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M.
Memphil, Jr dan Douglas Doud (1993: 8) ada empat kemampuan utama
yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar
kewirausahaan berhasil, di antaranya:
(1) Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam
bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk
usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam
bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-
betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan
dan disajikan.
(2) Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam
menemukan pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan
dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. la harus
mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang
spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum
dikelola pesaing.
(3) Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam
bidang keuangan, mengatur pembelian, penjualan,
pembukuan, dan perhitungan laba/rugi. la harus
mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan
menggunakannya.
(4) Human relation competence, yaitu kompetensi dalam
mengembangkan hubungan personal, seperti kemampuan
berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. la harus
mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.

Sedangkan menurut Norman " M. Scarborough (1993),
kompetensi kewirausahaan yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis
tersebut, meliputi:
(1) Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam
melaksanakan tugas.
62 | K e w i r a u s a h a a n
(2) Berorientasi pada prestasi/kemajuan, cirinya:
(a) Selalu mencari peluang.
(b) Berorientasi pada efisiensi.
(c) Konsentrasi untuk kerja keras.
(d) Perencanaan yang sistematis.
(e) Selalu memonitor (check and recheck).
(3) Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:
(a) Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
(b) Mengenali pentingnya hubungan bisnis.
Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi
tersebut, cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal
kewirausahaan yang berupa pengetahuan dan bekal keterampilan
kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal pengetahuan yang perlu
dimiliki misalnya:
(1) Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan
lingkungan usaha yang ada di sekitarnya.
(2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
(3) Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.
(4) Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan
keahlian dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi
seorang wirausaha. Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di
antaranya pengetahuan tentang pasar dan strategi pemasarannya,
pengetahuan tentang konsumen (pelanggan), pengetahuan tJntang pesaing,
baik yang baru masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan tentang
pemasok, pengetahuan tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang
dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis
pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu,
sangat penting pengetahuan spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-
prinsip akuntansi dan pembukuan, jadwal produksi, manajemen personalia,
manajemen keuangan, pemasaran, dan perencanaan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi
dengan bekal keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil
menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung
memiliki tingkat keterampilan khusus cukup. Beberapa keterampilan yang
perlu dimiliki itu di antaranya:
63 | K e w i r a u s a h a a n
(1) Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan
memperhitungkan risiko.
(2) Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
(3) Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.
(4) Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi
(5) Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kamampuan kewirausahaan itulah
yang membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993),
pengusaha kecil harus memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian,
realistic, penuh harapan, dan penuh komitmen. Modal yang cukup, bisa
diperoleh apabila perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik
dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan nubungan baik itulah
akan menambah kepercayaan dari penyandang dana. Penggunaan Jana
tersebut harus efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus-menerus.
Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117) bahwa efektivitas manajer perusahaan
tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar
manajemen (Basic Management Skill) tersebut meliput:
(1) Technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas khusus, seperti sekretaris, akuntan-
auditor, dan ahli gambar.
(2) Human relations skill, yaitu keterampilan untuk
memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi dengan
orang lain dalam organisasi.
(3) Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir
abstrak, untuk mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi
yang berbeda, dan melihat situasi luar. Keterampilan
konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar
baru dan menghadapi tantangan.
(4) Decision making skill, yaitu keterampilan untuk
merumuskan masalah dan memilih cara bertindak yang
terbaik untuk mernecahkan masalah tersebut. Ada tiga
tahap utama dalam pengambilan keputusan, yaitu:
(a) Merumuskan masalah, mangumpulkan fakta, dan
mengidentifikasi alternatif pernecahannya.
(b) Mengevaluasi setiap alternatif dan memilih alternatif
yang terbaik.
(c) Mengimplementasikan alternatif yang terpilih,
64 | K e w i r a u s a h a a n
menindaklanjutinya secara periodik, dan mengevaluasi
keefektifan yang telah dipilih tersebut.
(5) Time management skill, yaitu keterampilan dalam
menggunakan dan mengatur waktu seproduktif inungkin.
Kemampuan mengusai persaingan, merupakan hal yang tidak
kalah pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan
dan kekuatan sendiri, dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki persaing.
seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993): "My best advice for
competing successfully is to find your own distinctive niche in the
marketplace". Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan yang
merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar
menghasilkan keunggulan. dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki pesaing merupakan peluang yang harus digali.
Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak
dalam berbagai hal, misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas
barang, distribusi, promosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran
pemasaran (marketing mix) secara strategis pada umumnya bisa dijadikan
peluang. Semua informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan
dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari pelanggan, karyawan,
lingkungan sekitar, distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran
dagang.
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi
seorang wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam Small Busines
Development Centre (5-6) bahwa wirausaha yang berhasil memiliki lima
kompetensi yang merupakan fungsi dari kapabilitas yang diperlukan, yaitu
technical, marketing, personnel, and management. Wirausaha sebagai
manajer dan sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai
keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap, tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi
perubahan. Menurut Small Business Development Center, untuk mencapai
keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:
(1) Individual skills and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap
individual.
(2) Knowledge of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang
akan dilakukan.
(3) Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan
tujuan perusahaan.
65 | K e w i r a u s a h a a n
(4) Take advantages of the apportunities, yaitu keunggulan dalam
mencari peluang-peluang.

(5) Adapt to the change, yaitu kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan.
(6) Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk
meminimalkan ancaman terhadap perusahaan.
Di samping bekal pengetahuan dan keterampilan di atas, pada
akhirnya seorang wirausaha harus memiliki perencanaan strategis yaitu
suatu proses penentuan tujuan, menetapkan langkah-langkah yang harus
diambil untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya perusahaan, misalnya
fasilitas, pasar, produk/jasa, dana, dan karyawan. Strategi tersebut sangat
penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumber daya seoptimal
mungkin. Dengan lebih proaktif dalam menghadapi perubahan, dan selalu
memotivasi karyawan maka peluang untuk mencapai keberhasilan lebih
mudah diwujudkan. Menurut Allan Fillet dan Robert W. Price (1991:1-2)
untuk mencapai keberhasilan dalam wirausaha khususnyq.perusahaan kecil,
ada beberapa klasifikasi strategi yang harus dimiliki, meliputi:
(1) Craft; firms are prepared by people who are technical
specialist.
(2) Promotion; promotion are typically dominated by their leader
and 'are designed to exploit some kind of innovative
advantages.
(3) Administrative; administrative firm have formal management
and are built around neccesary business function.
Menurut Alan C. Fillet' dan Robert W Pricer (1991: 1)".. karena
perusahaan kecil kerja, tergantung pada lingkungan setempat, maka
perusahaan tersebut akan berhasil bila
lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu,
pada umumnya perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau
human skill. Human skill adalah kemampuan untuk bekerja, memahami,
dan kemampuan untuk memotivasi orang- C, orang, baik sebagai individu
maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill merupakan me mental
ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Jadi,
ability ME diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai
tugas dalam perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana,
kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari keterampilan manajerial. Robert
66 | K e w i r a u s a h a a n
Katz yang dikutip oleh Stephen P. Robbins da (1993) mengemukakan
tentang management skill, yang meliputi kemampuan technical, human,
dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan dan "craft firm". Human skill adalah kemampuan
bersosialisasi, bergaul dan ka berkomunikasi, dan conceptualskill adalah
kemampuan merencanakan, merumuskan, ME meramalkan, atau
memprediksikan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
menjadi wirausaha yang berhasil seseorang harus memiliki bekal
pengetahuan kewirausahaan dan bekal keterampilan kewirausahaan. Bekal
pengetahuan yang terpenting adalah bekal pengetahuan bidang usaha yang
dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang peran dan tanggung
jawab, pengetahuan tentang kepribadian, kemampuan diri, pengetahuan
tentang manajemen dan organisasi bisms. Sedangkan bekal keterampilan
yang perlu dimiliki meliputi keterampilan konseptual dalam mengatur
strategi dan kreatif keuntungan risiko, keterampilan kreatif dalam
menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam berkomunikasi dan
memimpin dan mengelola, keterampilan berinteraksi, serta keterampilan
teknis bidang usaha (Soesarsono Wijandi, 1988: 29).

RANGKUMAN
Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam
kewirausahaan. Agar ide menjadi peluang, maka harus dievaluasi dengan
cara screening (penjaringan), yaitu: (1) Ide harus ,dimunculkan dalam
bentuk yang riil (barang dan jasa baru) yang berbeda di pasar. Barang dan
jasa yang berbeda tersebut harus menciptakan nilai (efisiensi) baik bagi
konsumen maupun pembeli potensial, (2) Mengamati pintu (asal usul)
peluang, (3) Menjamin jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan, (4)
Menaksir biaya awal, (5) Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi
beberapa keadaan yang menciptakan peluang, yaitu (1) Produk baru harus
segera dipasarkan, (2) Kerugian teknik harus rendah, (3) Ketika pesaing
tidak agresif mengembangkan strategi produk, (4) Pesaing tidak memiliki
teknologi canggih, (5) Pesaing tidak memiliki strategi dalam
mempertahankan posisinya, (6) Perusahaan yang baru kita rintis memiliki
sumber daya dan kemampuan dalam menghasilkan produknya.
Untuk menjadi wirausaha yang tangguh, ada 7 kemampuan
(kompetensi) yang harus dimiliki, yaitu: (1) Memiliki pengetahuan usaha
67 | K e w i r a u s a h a a n
yang akan dimasuki, (2) Kemampuan imajinasi, (D Kemampuan praktis,
(4) Kemampuan untuk berinovasi dan erkreasi, (5) Berpandangan ke depan,
(6) Kemampuan menghitung, (7) Kemampuan erkomunikasi. Untuk
memiliki kemampuan tersebut diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan. Bekal-bekal pengetahuan yang perlu dimiliki di antaranya
meliputi: (1) Pengetahuan tentang bidang usaha yang dilakukan, (2)
Pengetahuan tentang peran dan -anggung jawab, (3) Pengetahuan tentang
kepribadian dan kemampuan diri, (4) Ide dan Peluang dalam pengetahuan
tentang manajemen dan organisasi usaha. Sedangkan, bekal keterampilan
meliputi: (1) Keterampilan konseptual, (2) Keterampilan kreatif dalam
menciptakan nilai tambah, (3) Keterampilan memimpin dan mengelola, (4)
Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) Keterampilan teknik
usaha yang dilakukan.























68 | K e w i r a u s a h a a n
BAB V
MERINTIS USAHA BARU DAN MODAL
PENGEMBANGANNYA



5.1 Cara Memasuki Dunia Usaha
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha
atau memasuki dunia usaha, yaitu:
(1) Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan
usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan
manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang
dapat dirintis: (a) Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship),
yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang,
(b) Persekutuan (partnership), yaitu suatu ker a sama (asosiasi) dua
orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha
bersama, dan (c) Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu
perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal
saham-saham.
(2) Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli
perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh
orang lain dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah
ada.
(3) Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara
entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor /
parent compary) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak
monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja sama ini
biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana
bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan,
pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar,
promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-
sumber permodalan.

5.1.1 Merintis Usaha Baru
Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk
memasuki dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa
69 | K e w i r a u s a h a a n
wirausaha/Wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, mengelola, dan
memiliki keberanian menghadapi risiko/Sebagai pengelola dan pemilik
usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business
operator), ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, kemampuan
mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:
90), sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari
pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau
tempat-tempat profesional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara
mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut. Sebanyak Ada 15%
responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya
dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden (11%) dari wirausaha
yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan
sebanyak 46% lagi karena hobi.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan
wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama,
pendekatan "inside-out" atau disebut dengan "idea generation", yaitu
pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan
keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri, kemampuan,
latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan
dirintis. Kedua, pendekatan "the out-side in" yang juga disebut
"opportunity recognition ", yaitu pendekatan yang menekankan pada basis
ide bahwa suatu perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau
menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Opportunity recognition tidak lain
adalah pengamatan lingkungan (environment scanning) yaitu alat untuk
pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi.
Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000: 92) bersumber dari:
(1) Surat kabar.
(2) Laporan perodik tentang perubahan ekonomi.
(3) Jurnal perdagangan dan pameran dagang.
(4) Publikasi pemerintah.
(5) Informasi lisensi produk yang disediakan oleh broker,
universitas, dan perusahaan lainnya.
Menurut Lambing, keunggulan dari pendatang baru di pasar
adalah dapat mengidentifikasi "kebutuhan pelanggan" dan "kemampuan
pesaing".

70 | K e w i r a u s a h a a n
Berdasarkan pendekatan "inside out" di atas, bahwa untuk
memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha.
Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan
meliputi:
(1) Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana
memproduksi barangang dan jasa serta cara menyajikannya.
(2) Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana
menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
(3) Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana
memperoleh sumber- sumber dana dan cara menggunakannya.
(4) Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana
cara mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, dan
kemampuan komunikasi serta negosiasi.
Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang
dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide
dan kemauan. Seperti telah disinggung, bahwa ide dan kemauan tersebut
harus diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar.
Setelah ada ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana
dan fasilitas baik barang uang maupun orang. Sumber dana tersebut adalah
berasal dari badan-badan di keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau
orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Tentu saja, barang dan jasa
yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh
karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus
dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang
pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan
mudah laku dan segera mendatangkan keuntungan.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
(1) Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
(2) Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih.
(3) Tempat usaha yang akan dipilih.
(4) Organisasi usaha yang akan digunakan.
(5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
(6) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.



71 | K e w i r a u s a h a a n
Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki
Berapa bidang usaha yang bisa dimasuki, di antaranya:
(1) Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian,
kehutanan, perikanan, dan perkebunan.
(2) Bidang Usaha Pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir,
galian tanah, batu, dan bata.
(3) Bidang Usaha Pabrikasi (Manufacturing), meliputi usaha industri,
perakitan, dan sintesis.
(4) Bidang Usaha Konstruksi (Construction), meliputi usaha
konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, dan jalan raga.
(5) Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan
kecil (retailer), grosir, agen, dan ekspor-impor.
(6) Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha
perbankkan, asuransi, dan koperasi.
(7) Bidang Usaha Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha
potong rambut, salon, loundry, catering.
(8) Bidang Jasa-jasa Umum (Public service), meliputi usaha
pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.
(9) Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok.
Berdasarkan LM No.9/1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis
usaha wisata yang bisa dirintis yang terbagi ke dalam tiga
kelompok usaha wisata, yaitu:
(a) Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi:
Jasa biro perjalanan wisata.
Jasa agen perjalanan wisata.
Jasa pramuwisata.
Jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran.
Jasa impresariat.
Jasa konsultan pariwisata.
Jasa informasi pariwisata.
(b) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi:
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.
(c) Usaha sarana wisata, meliputi:
Penyediaan akomodasi.
72 | K e w i r a u s a h a a n
Penyediaan makanan dan minuman.
Penyediaan angkutan wisata.
Penyediaan sarana wisata dan sebagainya.

Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang Akan Dipilih
Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih,
langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha/Ada
beberapa bentuk kepemilikan usaha,yang bisa dipilih, di antaranya:
(1) Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu
perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang
berlebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk
didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, dan
memiliki daya rangsang yang lebih tinggi.
(2) Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh
dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu
perusahaan/Dalam persekutuan ada ada dua macam anggota, yaitu:
(a) Sekutu Umum (general partner), yaitu anggota Yang aktif dan
duduk sebagai pengurus persekutuan, (b) Sekutu terbatas (limited
partner), yaitu anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap
utang perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang
tersebut tidak aktif dalam perusahaan.
(3) Perseroan (corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya
terdiri atas para pemegang saham (peserolstockholder) Yang
mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang
perusahaan sebesar modal disetor.
(4) Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di
bawah nama bersama./Bila untung, maka keuntungan dibagi
bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung bersama. Dalam firma
terdapat tanggung jawab renteng antara anggota.

Tempat Usaha yang Akan Dipilih
Dalam menentukan tempat usaha harus, dipertimbangkan
beberapa hal di bawah ini:
(1) Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh
konsumen atau pelanggan atau pasar? Bagaimana akses
pasarnya?
73 | K e w i r a u s a h a a n
(2) Apakah tempat usaha dekat ke cumber tenaga kerja?
(3) Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong
lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya?
Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek
efisiensi dan efektivitasnya. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan
efisien baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen/Untuk menentukan
lokasi atau tempat usaha ada beberapa alternatif yang kita bisa pilih yaitu:
(1) Membangun bila ada tempat yang strategis.
(2) Membeli atau menyewa bila lebih strategic dan
menguntungkan.
(3) Kerjasama bagi hasil, bila memungkinkan.

Organisasi Usaha yang Akan Digunakan
Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau
cakupan usaha yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin
kompleks organisasinya sebaliknya semakin kecil lingkup usaha, maka
semakin sederhana organisasi ada lingkup atau skala usaha kecil, organisasi
usaha pada umumnya dikelola sendiri. Pengusaha kecil pada umumnya
berperan sebagai small business owner manager atau small business
operator. Meskipun pengusaha usaha kecil identik dengan owner business
manager, jika skala dan lingkup usahanya semakin besar, maka
pengelolaannya tidak bisa dikerjakan sendiri akan tetapi harus melibatkan
orang lain. Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu seperti bagian penjualan,
bagian pembelian, bagian administrasi, dan bagian keuangan masing-
masing memerlukan tenaga tersendiri dan perlu bantuan orang lain.

Dalam perusahaan yang lebih besar seperti Perseroan Terbatas
(PT) dan CV, maka organisasi perusahaan lebih kompleks lagi. Secara
hierarkis, organisasi perusahaan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat
umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim
manajer. Rapat pemegang saham dalam perusahaan besar adalah pemegang
kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat dewan komisaris dan dewan
direksi. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi tindak-tanduk direksi
dalam menjalankan perusahaannya. Untuk menjamin kelancaran
perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat beberapa
orang manajer. Gambar 6.3 menggambarkan struktur organisasi perusahaan
besar dalam bentuk organisasi garis/ lini.
74 | K e w i r a u s a h a a n
Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan fungsi manajemen, dalam
perusahaan kecil vitas fungsi manajemen relatif tidak begitu besar,
sedangkan fungsi kewirausahaan sangat besar perannya karena dasarnya
adalah kreativitas dan inovasi. Sebaliknya, dalam Jalah perusahaan besar
fungsi kewirausahaan relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi
manajemen sangat besar, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi litanajemen.
Oleh sebab itu, semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula fungsi
manajerial, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen dan
kemampuan. Sebaliknya semakin kecil kecil perusahaan, maka semakin
besar fungsi kewirausahaan karena yang mendasarinya adalah motivasi dan
kemauan.

Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan
usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah
lingkungan mikro dan lingkungan makro.

A. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaftan langsung
dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang
saham, majikan, manajer, direktur, distributor, pelanggan/konsumen, dan
lainnya. Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran yaitu dari laba
perusahaan (shareholder) ke manfaat bagi stakeholder, maka lingkungan
internal baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan
pada perusahaan akan sangat berpengaruh. Yang termasuk perorangan dan
kelompok perorangan dan kelompok yang bekepentingan terhadap
perusahaan dan mengharapkan kepuasan dari perusahaan (stakeholder
satisfaction), di antaranya:
(1) Pemasok (supplier). Pemasok berkepentingan dalam menyediakan
bahan baku/kepada perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan
pembeli/pelanggan, maka perusahaan tersebut harus memproduk
barang dan jasa yang bermutu tinggi. Hal ini bisa dicapai apabila
bahan baku dari pemasok berkualitas dan tepat waktu dan cukup
jumlahnya.
(2) Pembeli atau Pelanggan. Pembeli atau pelanggan merupakan
lingkungan yang sangat berpengaruh karena dapat memberi
75 | K e w i r a u s a h a a n
informasi bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa karena tidak
memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya akibat mutu, harga
dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk pindah dan
berlangganan kepada perusahaan lain.
(3) Karyawan. Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam
perusahaan. Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila
memperoleh manfaat dari perusahaan. Semangat kerja yang tinggi,
pelayanan yang baik, dan produktivitas yang tinggi akan terjadi
apabila mereka mendapat gaji yang cukup, masa depan yang
terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan yang teratur. Jika
tidak, maka karyawan akan bekerja kurang termotivasi, kurang
produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan perusahaan.
(4) Distributor. Distributor merupakan lingkungan yang sangat
penting dalam perusahaan, karena dapat memperlancar penjualan.
Distributor yang kurang mendapat manfaat dari perusahaan akan
menghambat pengiriman barang, sehingga barang akan terlambat
datang ke konsumen atau pasar.

B. Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang
dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang
meliputi:
(1) Lingkungan Ekonomi (Economic Environment)
Kekuatan ekonomi lokal, regional, nasional, dan global akan
berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya
perusahaaim banyak dipengaruhi oleh lingkungan economy variabel-
variabel ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat bunga dan fluktuasi
mata uang asing baik langsung maupun tidak akan berpengaruh pada
perusahaan Inflasi atau kenaikan harga-harga akan mempersulit para
pengusaha dalam memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan
suku bunga dan fluktuasi mata uang asing akan menyulitkan
perusahaan dalam mengkalkulasi keuangannya.
(2) Lingkungan Teknologi (Technological Environment)
Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahannya sangat
berpengaruh pada perusahaan. Perubahan teknologi yang secara drastis
dalam abad terakhir ini telah memperluas Skala industri secara
keseluruhan. Teknologi baru telah meciptakan produk-produk baru
76 | K e w i r a u s a h a a n
dan modifikasi produk lainnya. Demikian juga, bidang usaha jasa telah
banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi/Kemajuan teknologi
dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi
kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat/Oleh karena itu,
kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat
melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan
tersebut.
(3) Lingkungan Sosiopolitik (Socio Environment)
Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu
diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut
berpengaruh pada tingkah laku masyarakati Dalam beberapa hal,
perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap perubahan
pemerintahan, dan secara tidak langsung berdampak pada perubahan
ekonomi misalnya dengan adanya kekacauan politik dan kerusuhan
yang terjadi selalu membawa sentimen pasar. Perubahan investasi
pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh pada
kondisi ekonomi. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat
bermanfaat apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari
lingkungan tersebut.
(4) Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demography and Life
Style Environment)
Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh
perubahan demografi dan gaya hidup/Kelompok-kelompok
masyarakat, gaya hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur
masyarakat bisa menjadi peluang. Pada prinsipnya, semua lingkungan
di atas isa menciptakan peluang bagi wirausaha.
Dari berbagai lingkungan seperti di ataslah peluang baru dalam
bisnis diperoleh. Zimmerer (1996: 98) menganalisis peluang baru dari
lingkungan tersebut dengan menyebutnya pengamatan lingkungan
(environment scanning), yaitu suatu proses di mana semua sektor kritis
lingkungan yang mempengaruhi perusahaan baru diamati, dievaluasi,
distributor, dan diuji untuk menentukan pengaruh perubahan yang terjadi
dalam lingkungan tersebut terhadap potensi perusahaan. Maksud dari
proses pengamatan ini adalah untuk mengidentifikasi peluang-peluang baru
atau tantangan baru yang tercipta akibat perubahan lingkungan.


77 | K e w i r a u s a h a a n
Hambatan-Hambatan Dalam Memasuki Industri
Menurut Peggy Lambing (2000: 95) ada beberapa hambatan untuk
memasuki industri baru, yaitu:
(1) Sikap dan Kebiasaan Pelanggan. Loyalitas pelangan kepada
perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang
sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui
sikap dan kebiasaan pelanggannya.
(2) Biaya Perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang
diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan
penggantian alat serta sistem yang lama.
(3) Respons dari pesaing yang ada yang secara agresif akan
mempertahankan pangsa pasar yang ada.

Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta
Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi
perusahaan terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan
nama perusahaan, serta keorisinalan produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mengetahui pentingnya hak
perlindungan perusahaan. Perlindungan produk-produk perusahaan sangat
penting untuk menghindari usaha-usaha meniru dan menduplikasi yang
dilakukan oleh pihak lain. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan
bebas ditiru dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan
mematikan perusahaan penemu.
Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bisa diperoleh adalah
hak paten, hak merek dagang, dan identitas perusahaan lainnya.
(1) Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwewenang
atas penemuan uk yang diberi kewenangan untuk membuat, men gunakan
dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam
jaminan/Pemberian hak monopoli rroduk tersebut dimaksudkan untuk
mendorong kreativitas dan inovasi para penemu.
Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-
betul baru (bukan baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila
alat tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak
paten hanya diberikan kepada emu yang sebenarnya, bukan pada seseorang
yang menemukan penemuan orang yang telah diberikan hak paten, tidak
boleh diduplikasi dan dijual oleh siapa pun tanpa izin (lisensi) dari
78 | K e w i r a u s a h a a n
penemunya/Ada beberapa langkah untuk mendapatkan paten, yaitu:

Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru
Untuk menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul
baru, penemu harus menganalisis dan menguji alat baru dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut: Apakah alat ini telah digunakan oleh
orang lain, sebelum penemuan ini diajukan untuk mendapat hak paten?
(a) Apakah telah diberikan paten sebelum temuannya diajukan?
(b) Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum
diberikan tanggal hak paten?
(c) Bila ketiga kriteria tersebut telah dilakukan sebelum diberikan
hak paten, maka penemuan itu akan kehilangan hak untuk
memperoleh paten?

Langkah 2: Dokumentasikan Alat yang Ditemukan Tersebut
Untuk melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka
penemuan harus memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut
ditemukan, misalnya tanggal ide itu tersirat, penjelasan alat yang
digunakan, dan gambaruya.


Langkah 3: Telusuri Paten-paten yang Telah Ada
Hal ini dilakukan untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru
kita temukan itu telah ada atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah
alat yang ditemukan itu memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten.
Langkah 4: Pelajari Hasil Telusuran
Penemu harus mempelajari hasil telusuran terlebih dahulu
sebelum memutuskan mengajukan lamaran hak paten. Jika paten yang telah
ada betul-betul seperti paten yang akan diusulkan, maka pihak yang
berwewenang tidak akan menjamin hak paten bagi penemuan baru. Akan
tetapi, meskipun alat yang kita temukan itu memiliki fungsi yang sama
dengan alat yang ada, namun memiliki perbedaan dalam cara-cara dan
macammacamnya, maka paten dapat dijamin.

Langkah 5: Mengajukan Lamaran Paten yang berisi:
(a) Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli.
(b) Deskripsi penemuan yang disebut spesifikasi dan batas
79 | K e w i r a u s a h a a n
penemuan yang disebut Maim, yang mengidentifikasi sifat-
sifat penemuan baru.
(c) Gambar penemuan.

(2) Merek Dagang
Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam
perdagangan atau perusahaan/PV merek dagang pada umumnya berbentuk
simbol, nama, logo, slogan, atau tempat dagang yang oleh perusahaan
digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk
membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang (trademark)
pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di pasar. Untuk menetapkan
merek, harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi
pelanggan, sehingga menjadi merek terkepal.
(3) Hak Cipta
Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi
pencipta dari keorisinilan ciptaannya Misalnya, karangan, musik, lagu, hak
untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.

6.1.2 Membeli Perusahaan Yang Sudah Didirikan
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan
yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain
risiko lebih rendah, lebih mudah, dan memiliki peluang untuk membeli
dengan harga yang bisa ditawar/Membeli perusahaan baru sedikit
risikonya, karena kemungkinan gagal lebih kecil, sedikit waktu, dan tenaga
yang diperlukan/Di samping itu, membeli perusahaan yang sudah adapun
memiliki peluang harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan
merintis usaha baru. Namun demikian bahwa membeli perusahan yang
sudah ada juga mengandung kerugian dart permasalahan baik eksternal dan
internal:
(1) Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan
ukuran peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam
menghadapi lingkungan eksternal ini, misalnya: apakah perusahaan
yang dibeli memiliki daya saing harga di pasar, khususnya dalam
harga dan kualitasnya? Bagaimana segmen pasarnya? Sejauh mana
agresivitas pesaingnya? Apakah ada industri yang dominan?
Bagaimana ukuran dan pertumbuhan pasarnya? Apakah ada perubahan
teknologi yang dapat mempengaruhi perusahaan yang dibeli? Setiap
80 | K e w i r a u s a h a a n
pembelian perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang
mempengaruhinya.
(2) Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, awalnya masalah image atau reputasi perusahaan.
Misalnya masalah karyawan, masalah konflik antara manajemen dan
karyawan yang sukar diselesaikan oleh konflik yang baru, masalah
lokasi, dan masalah masa depan perusahaan lainnya. belum melakukan
kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa yang
harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimerer
(1996) aspek-aspek itu meliputi:
(a) Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan
perusahaan tersebut?
(b) Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?
(c) Di mana lokasi perusahaan tersebut?
(d) Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan itu?
(e) Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih
menguntungkan daripada merintis sendiri usaha baru?
Tidaklah mudah untuk membeli perusahan-perusahaan yang sudah
ada. Seorang berwirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus
mempertimbangkan di berbagai keterampilan, kemampuan, dan
kepentingan pembelian perusahaan tersebut, pembeli juga harus
memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, di
antaranya:
(a) Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.
(b) Bank investor yang melayani perusahaan.
(c) Kontak-kontak perusahaan seperti pemasok, distributor,
pelanggan, dan yang lainnya yang erat kaitannya dengan
kepentingan perusahaan yang akan dibeli.
(d) Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan
dibeli.
(e) Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh
perusahaan yang akan dibeli.

Zimmerer tampak lebih eksplisit daripada Lambing tentang alasan
mengapa seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis
untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu:

81 | K e w i r a u s a h a a n
(a) Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah kekayaannya
berbentuk nyata (tangible) atau tidak nyata (intangible)? Apakah
masih prospektif dan layak guna (up-to-date) Berta efisien? Ada
beberapa jenis kekayaan yang harus diperhatikan, misalnya tangible
asset (peralatan daftar piutang, susunan leasing, business record), dan
intangible asset (merek dagang, paten, hak cipta, goodwill), lokasi, dan
penampilan.
(b) Potensi produk dan jasa yang dihasilkan. Potensi pasar apa yang
dimiliki barang dan jasa yang dihasilkan? Ada dua aspek yang harus
dianalisis, yaitu: (1) Komposisi dan karakteristik pelanggan, (2)
Komposisi dan karakteristik pesaing yang ada.
(c) Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus
dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan
dan balik nama dari penjual ke pembeli.
(d) Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual. Bagaimana
kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual tersebut apakah sehat
atau tidak? Misalnya, bagaimana potensi keuntungan yang akan
diperoleh? Bagaimana laporan rugi labanya selama lima tahun terakhir
ini? Bagaimana pajak pendapatannya? Bagaimana kompensasi laba
bagi pemilik?

Setelah itu, langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian
suatu perusahaan, adalah:
(1) Yakinkan bahwa Anda tidak akan merintis usaha baru.
Pertimbangkan, alasan membeli perusahaan daripada merintis
usaha usaha baru atau franschising.
(2) Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah Anda
mampu mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan,
tujuan, dan kepribadian Anda.
(3) Pertimbangkan gaya hidup yang Anda inginkan. Apa yang
diharapkan dari perusahaan tersebut? Uang , kebebasan, atau
fleksibilitas?
(4) Pertimbangkan lokasi yang diinginkan. Tempat yang
bagaimana yang Anda inginkan?
(5) Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah Anda ingin
memiliki perusahaan ini selama-lamanya atau hanya untuk
kesenangan?
82 | K e w i r a u s a h a a n
(6) Jajaki penyandang dana sebelumnya.
(7) Persiapkan bahwa Anda akan menjadi pedagang.
(8) Tetapkan perusahaan yang ingin dibeli.
(9) Pilihlah penjual terbaik. Apa alasan menjual perusahaan
tersebut?
(10) Adakan penelitian sebelum Anda menyetujuinya.
(11) Buatlah surat perjanjian dalam bentuk yang spesifik,
misalnya jangka waktu pembayaran berakhir.
(12) Jangan lupa untuk menilai karyawan.
(13) Yakinkan bahwa harga yang ditawarkan itu mencerminkan
nilai perusahaan.

6.1.3 Franchising (Kerja Sama Manajemen/Waralaba)
Franchising merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat
populer di seluruh dunia. Produk-produk franchising telah menjadi produk
global. Dealer-dealer mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga
lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis franchising telah
memberikan fasilitas jasa yang lugs bagi para dealer (franchisee) seperti
pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual,
serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha franchising
terlihat di pusat-pusat perdagangan seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya,
bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.

Franchising merupakan kerja sama manajemen yang biasanya
berkembang dalam perusahaan eceran.Seperti telah dikemukakanbahwa
anchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu
perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain
untuk melaksanakan usaha yang memberi lisensi franchisor dan penyalur
disebut franchisee. Dalam franchising, perusahaan yang hak monopoli
menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari pemberi
lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek dagang dan zriur
penyelenggaranya secara standar. Perusahaan induk (franchisor)
mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah,
bimbingan, latihan karyawan, dan perbekalan material yang berlanjut.
Dukungan awal meliputi salah satu keseluruhan dari aspek-aspek berikut
ini:
(1) Pemilihan tempat.
83 | K e w i r a u s a h a a n
(2) Rencana bangunan.
(3) Pembelian peralatan.
(4) Pola arus kerja.
(5) Pemilihan karyawan.
(6) Periklanan.
(7) Grafik.
(8) Bantuan pada acara pembukaan.
Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula
meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
(1) Pencatatan dan akuntansi.
(2) Konsultasi.
(3) Pemeriksaan dan standar.
(4) Promosi.
(5) Pengendalian kualitas.
(6) Nasihat hukum.
(7) Riset.
(8) Material lainnya.

Dalam kerja sama franchising, perusahaan induk memberikan
bantuan manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra
(goodwill), pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan
franchisee. Tidak sedikit bentuk franchising yang dilakukan antar-negara,
misalnya McDonald's, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut. Cola, Pepsi
Cola, Hoka-hoka Bento, dan lain sebagainya. Bidang otomotif, misalnya
dealer mobil dan motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa bensin. Di
bidang lain, bentuk kerja sama ini adalah di bidang elektronik, obat-obatan,
dan hotel. Di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan
negara-negara di Eropa,franchising tumbuk cepat dan semakin meluas.
Bidang-bidang yang perkembangannya cukup menonjol seperti rekreasi,
hiburan, perjalanan, dan wisata dengan kenaikan 34,1%; jasa-jasa
perusahaan 30,7%; akuntansi, kredit, agen pengumpul, dan jasa perusahaan
umum 21,19%; percetakan dan foto kopi 20,8%; dan jasa-jasa lainnya. Di
Indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan franchising namun
berbeda adalah "bapak angkat" atau "kemitraan". Dalam kerja sama sistem
bapak angkat atau kemitraan kebanyakan hanya diberikan bantuan
permodalan, pemasaran, dan bimbingan usaha.
Dasar hukum dari penyelenggaran franchising adalah kontrak
84 | K e w i r a u s a h a a n
antara perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat
saja membatalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja
sama tersebut melanggar persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan
dalam persetujuan.
Menurut Zimmerer (1996) keuntungan dari kerja sama franchising
adalah:
(1) Belatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari
franchisor.
(2) diberikannya bantuan finansial. Biasanya biaya awal
pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber modal dari
perusahaan franchisee sangat terbatas.

(3) Keuntungan dari penggunaan nama, merek, produk yang telah
dikenal.

Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), keuntungan
franchising meliputi:
(1) Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa
nasihat pemilihan lokasi, analisis fasilitas layout, bantuan
keuangan, pelatihan manajemen, seleksi karyawan, dan
bantuan pelatihan.
(2) Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu
menyajikan prediksi dan pengujian tentang kemungkinan
untuk menghasilkan keuntungan. Mendapat pengakuan yang
segera, yaitu cepat dikenal karena sudah memiliki reputasi dan
berpengalaman, misalnya, sebulan, seminggu, bahkan
beberapa hari saja sudah dikenal
(3) Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang
besar besar, maka pembayaran untuk pembelian bahan baku,
peralatan, jasa asuransi akan relatif murah.
(4) Cakupan periklanan dan pengalaman. periklanan secara
nasional dengan pengalaman yang jauh lebih baik sehingga
biaya periklanan menjadi sangat murah.
(5) Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang
besar, usaha franchising memiliki metode yang lebih efisien
dalam perbaikan proses produksi.

85 | K e w i r a u s a h a a n
Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, kerja sama
franchising tidak selalu menjamin keberhasilan, karena sangat tergantung
pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin
terjadi menurut Zimmerer adalah:
(1) Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
(2) Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee.
(3) Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya
kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada
pihak franchisor dengan harga yang sama.




























86 | K e w i r a u s a h a a n
BAB VI
PERENCANAAN MODAL PERUSAHAAN


Wirausahawan yang merencanakan sebuah perusahaan baru atau
mengembangkan perusahaan yang telah berjalan dihadapkan pada dilema
mencari modal, baik modal awal untuk memulai suatu usaha bisnis baru
atau modal untuk pengembangan perusahaan yang telah beroperasi. Pada
umumnya mereka tidak mengetahui bahwa banyak kemungkinan
mendapatkan sumber modal yang dapat digunakan untuk memulai
perusahaan baru.
Suatu hal yang perlu diketahui adalah memahami bukan saja
berbagai sumber modal, tetapi juga harapan dan persyaratan yang ada pada
sumber-sumber modal. Apabila tidak mengetahui hal tersebut,
wirausahawan akan mendapat kesulitan untuk mendapat modal awal guna
mewujudkan rencana usaha.

1. Sumber Permodalan
Suatu perusahaan wirausaha pada umumnya bermula dari
sebuah usaha kecil dengan modal dana pribadi. Ketika usaha
berkembang, seorang wirausahawan kemudian mencari akses untuk
mendapatkan modal yang lebih besar dengan cara meminta bantuan
kepada keluarga dan teman. Selanjutnya wirausahawan yang berhasil
mengembangkan usaha akan mencari lebih banyak saluran untuk
mencari modal, seperti berhubungan dengan bank dan investor
perorangan di luar perusahaan. Wirausahawan yang berpandangan
prospektif memanfaatkan tiga sumber pendanaan awal: (1) tabungan
pribadi, (2) teman dan keluarga, dan (3) investor perorangan.

1.1. Tabungan Pribadi
Tabungan pribadi merupakan modal yang siap digunakan
untuk membiayai aktivitas awal sebuah usaha baru. Tabungan ini
selain berupa uang tunai dapat pula berupa barang atau sesuatu yang
bernilai seperti tanah, bangunan, kendaraan, dan barang berharga
lainnya. Barang-barang tersebut apabila perlu dapat dijadikan
agunan pada saat mengajukan pinjaman keuangan ke sebuah bank
komersial.
87 | K e w i r a u s a h a a n

1.2. Teman dan Saudara

Teman dan saudara atau kerabat dapat menjadi sumber dana
modal pada tahap awal untuk sebuah usaha bisnis yang dilakukan oleh
wirausahawan. Mencari pinjaman keuangan kepada mereka lebih
mudah daripada mengajukan pinjaman ke suatu lembaga keuangan.
Cara ini bukannya tidak berisiko. Karena dengan memberikan bantuan
pinjaman dana modal, mereka merasa berhak untuk ikut mengatur
jalannya perusahaan. Sekurang-kurangnya mereka dapat memberikan
masukan. Selain itu, risiko retaknya hubungan pribadi dapat terjadi.
Oleh karena itu prosedur formal peminjaman keuangan harus tetap
ditempuh. Misalnya, menggunakan Surat perjanjian dengan waktu
jatuh tempo yang ditetapkan atau persetujuan bersama di antara kedua
pihak. Untuk menjaga hubungan pribadi pihak peminjam harus
berupaya untuk menepati perjanjian, atau mengembalikan pinjaman
lebih cepat.

2. Utang vs Ekuitas
Menggunakan utang untuk pembiayaan sebuah perusahaan
baru mencakup pembayaran kembali dan bunganya atas penggunaan
uang pinjaman. Pembiayaan ekuitas meliputi penjualan sebagian dari
pemilikan dalam perusahaan. Bagi wirausahawan utang memberikan
beban pembayaran kembali bersama dengan bunganya, sedangkan
pembiayaan ekuitas memaksa wirausahawan untuk melepaskan tingkat
pengendalian tertentu. Alternatif yang diambil oleh wirausahawan
adalah mengambil utang agar pemilikan perusahaan tetap berjalan, atau
melepaskan suatu persentase untuk menghindari utang. Pada umumnya,
wirausahawan menempuh kombinasi yang paling sesuai dari kedua
alternatif tersebut.

2.1. Pendanaan Utang
Banyak perusahaan berpendapat bahwa pendanaan utang
perlu. Pinjaman jangka pendek (satu tahun atau kurang) seringkali
diperlukan untuk modal kerja dan dibayar kembali dengan dana di luar
penjualan. Utang jangka panjang (berjangka waktu antara satu sampai
dengan lima tahun) digunakan untuk membiayai pembelian properti
atau perlengkapan, dengan aset yang dibeli berfungsi sebagai
jaminan atas pinjaman. Sumber dana utang pada umumnya bank
komersial.
88 | K e w i r a u s a h a a n
Dewasa ini banyak bank komersial di setiap daerah di
Indonesia pada umumnya menawarkan pinjaman dengan jaminan yang
dapat diterima, atau aset dalam bentuk tertentu dengan jangka waktu
antara satu sampai dengan lima tahun. Dalam memberikan jaminan
pinjaman bank, wirausahawan harus dapat memberikan keterangan
tentang beberapa hal sebagai berikut:

2.1.1 Rencana penggunaan dana pinjaman
Apa yang anda rencanakan dengan uang pinjaman? Menjawab
pertanyaan ini kiranya tidak mengemukakan penggunaan dana untuk
usaha berisiko tinggi. Bank mencari kemungkinan perusahaan yang
paling aman dalam memberikan pinjaman.

2.1.2. Jumlah dana yang diperlukan
Beberapa wirausahawan mengajukan pinjaman ke bank tanpa
mempunyai ide yang jelas tentang jumlah uang yang dibutuhkan. Hal
yang diketahui hanya bahwa mereka memerlukan uang.


2.1.3. Waktu memerlukan uang
Sebelum mempunyai rencana yang jelas sebaiknya tidak pergi ke
bank untuk segera mendapatkan uang. Strategi seperti ini
menunjukkan bahwa wirausahawan tidak mampu membuat
perencanaan yang baik, dan apabila demikian pihak bank biasanya
tidak akan memberikan pinjaman.

2.1.4. Jangka waktu pinjaman yang sesuai
Jangka waktu yang singkat lebih memungkinkan pihak bank
untuk meluluskan pengajuan pinjaman. Waktu pengembalian harus
sesuai dengan batas waktu yang tersebut dalam rencana perusahaan.

2.1.5. Cara pembayaran pinjaman
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang paling penting.
Bagaimana kalau rencana perusahaan salah? Adakah pendapatan lain
yang dapat dialihkan untuk melunasi pinjaman? Apakah ada aset
yang dapat dijadikan agunan atau jaminan? Meskipun seandainya ada
sejumlah aset atau kekayaan tetap, pihak bank mungkin tidak tertarik
karena biasanya hasil penjualan aset tidak cukup untuk melunasi
pinjaman.

3. Merencanakan pinjaman
Meminjam uang merupakan kenyataan umum yang hampir tidak
89 | K e w i r a u s a h a a n
terhindarkan pada saat permulaan suatu usaha bisnis. Meskipun
seseorang mempunyai uang yang cukup untuk memulai suatu usaha
bisnis, meminjam uang merupakan hal yang dapat dianjurkan.
Dengan uang pinjaman dari suatu lembaga keuangan akan
membatasi jumlah uang pribadi yang diinvestasikan dalam usaha bisnis
yang didirikan. Ketika perusahaan telah melunasi semua utang, seluruh
aset dan laba menjadi milik wirausahawan. Namun, pada umumnya
lembaga keuangan mudah meluluskan pengajuan pinjaman modal
karena mereka mengetahui bahwa kekurangan modal merupakan
alasan umum bagi kegagalan perusahaan kecil. Jangka waktu dan
jumlah pinjaman yang dapat disetujui oleh pihak lembaga keuangan
ditentukan oleh kualitas rencana keuangan perusahaan. Oleh karena
itu, agar pengajuan pinjaman dapat diset ujui diperlukan strategi
yang utuh dan mencerminkan potensi keberhasilan.

4. Strategi Pengajuan Pinjaman
Sebelum mengajukan permintaan pinjaman sejumlah dana
modal diperlukan persiapan untuk melakukan pendekatan.
Perusahaan harus menyiapkan proyeksi aliran kas dan laporan
keuangan yang menunjukkan rencana pembiayaan selama beberapa tahun
ke depan. Pendekatan permintaan pinjaman disesuaikan dengan sifat
pihak pemberi pinjaman. Misalnya, bank lebih berfokus pada
pinjaman aliran kas daripada pinjaman berdasar aset. Dalam pengajuan
pinjaman harus dipastikan bahwa strategi pemasaran diikhtisarkan
dengan rinci untuk menjamin proyeksi keuangan.

4.1. Daftar Pengajuan Pinjaman
Jumlah yang pasti permintaan pinjaman dan jangka waktu yang
diinginkan.
Tujuan peminjaman dan penggunaannya.
Cara dan waktu pembayaran kembali
Jaminan yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman.
Kemungkinan yang akan terjadi pada perusahaan jika pinjaman
tidak diperoleh

5. Persetujuan Pinjaman
Salah satu bagian terpenting dari proses pinjaman adalah yang
terjadi setelah permintaan pinjaman dipenuhi. Untuk menjaga
hubungan baik dengan pihak pemberi pinjaman perlu diciptakan
rasa percaya bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik.
90 | K e w i r a u s a h a a n
Menandatangani perjanjian pinjaman adalah memberikan jaminan
kepada pihak pemberi pinjaman yang dapat membawa konsekuensi
serius apabila pihak peminjam tidak memenuhi kewajiban. Jika pihak
peminjam menyetujui persyaratan pembayaran kembali yang
tidak realistic dan tidak bersedia memenuhinya, pihak pemberi
pinjaman dapat menghentikan pinjaman. Oleh karena itu diperlukan
beberapa langkah strategi.
Memberikan penjelasan tentang perusahaan secara ringkas.
Memproyeksikan perubahan-perubahan umum yang akan
dilakukan selama 2 sampai 5 tahun ke depan.
Konsultan dari luar yang mendukung perusahaan dan alasan-
alasannya.
Ringkasan pengalaman dan pendidikan personel inti.
Memberikan uraian ringkas tentang produk dan jasa yang
ditawarkan.
Menjelaskan cara memasarkan, menjual, dan mendistribusikan
penawaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Menyebutkan konsumen dan cara memenuhi kebutuhan mereka.
Mengetahui pesaing dan cara yang efektif melakukan persaingan.

Bank bukan satu-satunya sumber pendanaan utang. Kadang ada
perusahaan baru yang mendapat pendanaan jangka panjang untuk suatu
jenis perlengkapan tertentu dari perusahaan manufaktur yang
membuatnya, yang digolongkan dalam bagian harga pembelian dalam
bentuk utang jangka panjang. Perusahaan manufaktur bersedia
melakukannya ketika terdapat pasar aktif untuk perlengkapan bekas,
sehingga jika mesin harus diperbaiki, mesin tersebut dapat dijual
kembali. Selain itu, perusahaan baru dapat memperoleh dana
pinjaman jangka pendek melalui negosiasi dengan pemasok. Meskipun
demikian, jenis kredit perdagangan ini membatasi keleluasaan
perusahaan dalam memilih pemasok dan mungkin dapat mengurangi
kemampuannya untuk pendanaan utang mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam segi manfaat:


Kelebihan :
Tidak ada penyerahan kepemilikan.
Pemberian pinjaman lebih besar memberi peluang untuk pengembalian
ekuitas lebih besar.
Dalam periode tingkat bunga rendah, biaya kesempatan
(opportunity cost) ditetapkan karena biaya pinjaman rendah.
91 | K e w i r a u s a h a a n
Kekurangan:
Bunga dibayar secara reguler (bulanan).
Problem aliran kas berkesinambungan dapat diintensifkan karena
pertanggungjawaban pelunasan.
Sulitnya pemanfaatan utang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan.

6. Sumber Pendanaan Lain
Selain bank komersial sumber pendanaan utang lainnya antara lain
kredit perdagangan, anjak piutang, perusahaan keuangan, perusahaan
leasing, asosiasi simpan pinjam, dan perusahaan asuransi.
Kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan oleh pemasok
yang menjual barang secara kredit. Kredit ini dicantumkan dalam
neraca wirausahawan sebagai piutang, dan pada umumnya harus
dibayar dalam jangka antara 30 sampai dengan 90 hari. Perusahaan
baru, kebanyakan perusahaan kecil, memperoleh kredit ini apabila
tidak didapat pendanaan dalam bentuk lain. Pemasok menawarkan
kredit ini sebagai suatu cara untuk menarik konsumen baru.
Pendanaan piutang adalah pendanaan jangka pendek yang
menyertakan baik jaminan yang dapat diterima seperti aktiva untuk
pinjaman. Pinjaman piutang dibuat oleh bank komersial. Pinjaman
bank diberikan berdasarkan jaminan yang diterima. Bank dapat
meluluskan per mint aan pinjaman baik dengan atau tanpa
r encana not ifikasi (pemberitahuan). Dengan rencana notifikasi,
pembeli produk diberikan informasi bahwa rekening mereka telah
dipercayakan pada bank, yang memasukkan mereka ke rekening
peminjam. Jika dengan rencana non notifikasi, peminjam
menagih rekeningnya sebagaimana biasa dan kemudian
membayarkannya ke bank sebagai pembayar utang.
Anjak piutang (factoring) adalah penjualan piutang. Dengan
pengaturan ini piutang dijual, dengan nilai yang telah dikurangi,
untuk perusahaan anjak piutang. Beberapa perusahaan dana
komersial juga melakukan anjak piutang. Dengan suatu pengaturan
yang baku, pelaku anjak piutang (factor) akan membeli seluruh
piutang klien segera setelah klien membuat piutang dengan
pengiriman barang kepada konsumen.
Perusahaan pembiayaan adalah pemberi pinjaman berdasar aktiva
yang meminjamkan uang dengan jaminan aktiva seperti piutang,
persediaan, dan peralatan. Manfaat yang berhubungan dengan
perusahaan pembiayaan komersial adalah bahwa perusahaan lebih
wring memberikan pinjaman yang tidak diberikan oleh bank.
92 | K e w i r a u s a h a a n
Perusahaan baru yang tidak dapat mendapat pinjaman tambahan
dari bank dan factor beralih ke perusahaan pembiayaan.

7. Pembiayaan Ekuitas
Modal ekuitas ialah uang yang diinvestasikan dalam perusahaan
tanpa obli
g
asi legal untuk membayar jumlah pokok atau membayar bunga
etas investasi tersebut. Dengan demikian penggunaan pembiayaan ekuitas
tidak memerlukan pembayaran kembali dalam bentuk utang. Meskipun
demikian hal tersebut memerlukan pembagian kepemilikan dan laba
dengan pihak sumber pembiayaan. Karena tidak diperlukan pembayaran
kembali, modal ekuitas dapat lebih amen bagi perusahaan baru.
Modal ekuitas dapat ditingkatkan melalui penawaran saham umum
dengan melakukan Go public, istilah yang digunakan untuk menunjukkan
perusahaan yang meningkatkan modal melalui penjualan efek pada pasar
umum. Manfaat pendekatan go public adalah sebagai berikut:
Ukuran jumlah modal. Penjualan efek merupakan salah satu cara
tercepat peningkatan jumlah modal dalam waktu yang singkat.
Likuiditas. Pasar umum memberikan likuiditas untuk pemilik karena
mereka siap menjual saham.
Nilai, Pasar menentukan nilai pada saham perusahaan
dengan bergantian untuk ditempatkan pada korporasi.
Citra. Citra perusahaan yang diperdagangan secara luas seringkali
lebih kuat dalam pandangan pemasok, penyandang dana, dan
konsumen.

8. Pasar Modal Ventura
Pemodal ventura merupakan sumber dana ekuitas yang penting bagi
perusahaan baru. Mereka terdiri dari para profesional berpengalaman yang
memberikan jasa keuangan untuk perusahaan baru yang sedang
berkembang, meliputi:
Modal awal dan modal ekspansi
Riset pasar dan strategi untuk perusahaan yang tidak memiliki
sendiri bagian pemasaran
Konsultasi manajemen, audit manajemen, dan evaluasi
Hubungan dengan konsumen prospektif, pemasok, dan pelaku
bisnis penting dari perusahaan lain
Bantuan negosiasi perjanjian teknis
Membantu dalam pembentukan manajemen dan pengendalian
akuntansi
Membantu dalam penyerapan tenaga kerja dan pengembangan
perjanjian karyawan
93 | K e w i r a u s a h a a n
Membantu dalam mengatasi risiko manajemen dan menyusun
program asuransi
Bimbingan dan panduan dalam memahami dan mengikuti berbagai
peraturan pemerintah

9. Informasi yang Keliru. tentang Pemodal Ventura
Karena banyak orang salah beranggapan tentang fungsi dan
peran pemodal ventura, sejumlah informasi yang keliru bermunculan.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Perusahaan Modal Ventura menginginkan untuk dapat
ikut campur dalam pengendalian perusahaan dan
mengarahkannya. Tidak ada perusahaan modal ventura yang dengan
sengaja bermaksud untuk ikut mengendalikan perusahaan kecil.
Pemodal ventura tidak berhasrat untuk mengoperasikan perusahaan.
Mereka tidak akan ikut campur dalam pengambilan keputusan untuk
mengatur aktivitas harian perusahaan. Perusahaan penerima modal
juga tidak perlu membuat laporan harian. Pihak pemodal ventura
menginginkan wirausahawan dan tim manajemen mengoperasikan
perusahaan secara menguntungkan. Pihak pemodal menginginkan
dihubungi pada pengambilan keputusan yang signifikan.
Pemodal Ventura pu
g
s dengan pengembalian hasil investasi yang
layak. Pemodal ventura mengharapkan pengembalian hasil investasi
yang sangat tinggi, melampaui batas,
pengembalian yang tidak masuk akal. Mereka dapat
memperoleh pengembalian yang layak dari ratusan perusahaan
perdagangan umum. Mereka dapat menerima pengembalian yang
wajar dari berbagai jenis investasi yang tidak mempunyai
tingkat risiko dalam membiayai perusahaan kecil.Karena setiap
investasi modal ventura mengandung risiko tinggi, harus sama
dengan pengembalian hasil investasi yang tinggi.
Pemodal Ventura cepat berinvestasi. Untuk meningkatkan modal
ventura diperlukan waktu yang lama. Rata-rata diperlukan
waktu antara enam sampai delapan minggu dari pembicaraan
pertama untuk meningkatkan modal ventura. Jika wirausahawan
mempunyai rencana perusahaan yang dipaparkan dengan baik, is
akan dapat meningkatkan uang dalam jangka waktu tersebut.
Pemodal Ventura tertarik pads penemuan teknologi baru.
Pemodal ventura hanya bersedia memberikan modal kepada
perusahaan dengan manajemen yang baik. Jika seorang
wirausahawan mempunyai ide yang baik tetapi Tatar belakang
manajerialnya buruk dan tidak mempunyai pengalaman di
bidang industri, ia harus berusaha merekrut orang yang tabu
94 | K e w i r a u s a h a a n
tentang industri dalam timnya. Ide yang baik memang penting,
tetapi tim manajemen yang baik lebih penting.


Pemodal Ventura hanya memerlukan ringkasan informasi yang
sederhana sebelum berinvestasi. Rencana perusahaan yang rinci
dan tersusun dengan baik merupakan syarat utama untuk
menarik perhatian investor modal ventura sehingga mereka
menyetujui r encana perusahaan t ersebut. Set iap pemodal
ventura, sebelum melibat kan dir i, menghendaki
wirausahawan menguasai seluruh rencana perusahaan dan
menuliskan seluruhnya secara rinci.


10. Kriteria untuk Evaluasi Proposal Perusahaan Baru
Selain evaluasi ide produk dan kekuatan manajemen, ada
beberapa kriteria pengevaluasian proposal perusahaan baru yang
dikelompokkan dalam enam kategori sebagai berikut:
Kepribadian wirausahawan
Pengalaman wirausahawan
Ciri produk atau jasa
Karakteristik pasar
Pertimbangan keuangan
Sifat tim perusahaan
Kriteria yang dipandang penting pada waktu peninjauan proposal
perusahaan baru disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Kriteria yang Dipandang Penting dalam Evaluasi Perusahaan Baru
Kriteria Persentase
Ketahanan dalam melakukan upaya intensif 64
Keramahan sikap pada pasar 62
Menunjukkan sifat kepemimpinan 50
Melakukan evaluasi dan mengatasi risiko dengan
baik
48
Investasi yang dapat dicairkan 44
Pertumbuhan pasar yang pesat 43
Reputasi yang relevan dalam perusahaan 37
Menguasai pengetahuan perusahaan dengan baik 31
Proteksi yang sesuai 29
95 | K e w i r a u s a h a a n
BAB VII

MENDIRIKAN PE RUSAHAAN KECIL


Perusahaan kecil adalah perusahaan yang dikelola secara mandiri,
dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok kecil pemilik modal dengan
ruang lingkup operasi terbatas. Jumlah pekerja dalam perusahaan kecil
berkisar antara 10 hingga 50 orang. Jenis perusahaan kecil yang banyak
diminati antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: .
1. Usaha Bidang Jasa, perusahaan yang menyediakan jasa untuk
konsumen dan perusahaan lain. Usaha jasa perseorangan
meliputi salon kecantikan, restoran, pompa bensin, dan
cuci/cetak film.
2. Perdagangan Eceran, Usaha ini menjual barang secara langsung
kepada konsumen. Di kawasan tempat tinggal yang tidak luas
banyak didapati toko-toko roti, toko buku dan majalah, toko
kaset dan CD, dan sebagainya sebagai wujud usaha kecil di
bidang bisnis eceran.
3. Grosir. Usaha ini merupakan perantara di antara produsen barang
dan konsumen. Pengusaha grosir pada umumnya menyalurkan
makanan dan minuman, pakaian, peralatan rumah tangga,
bahan bangunan, dan berbagai produk lain.

1. Memulai dan Mengelola Perusahaan Kecil
Sebuah pepatah Cina mengatakan: "Perjalanan seribu mil dimulai
dengan satu langkah" Pemyataan pepatah itu patut dijadikan pedoman
oleh pelaku usaha baru. Langkah pertama merupakan komitmen untuk
menjadi pengusaha kecil. Selanjutnya menentukan pilihan bidang usaha:
menawarkan barang atau jasa. Seperti halnya pengusaha besar, pelaku
usaha kecil pun harus mampu meyakini bahwa mereka memahami sifat
usaha yang mereka lakukan. 5ebagai contoh adalah sebuah usaha
persewaan video. Mereka yang berhasil pada umumnya berpikir bahwa
mereka menjalankan bisnis hiburan keluarga. Jika seorang pelaku usaha
kecil berusaha membuka persewaan video tanpa melihat kelengkapan
persediaan yang dimilikinya, perusahaannya akan dikalahkan oleh
pesaing yang memahami cakupan operasi yang sesungguhnya.
Sebuah usaha dapat dimulai dengan cara membeli perusahaaan
yang telah ada dan beroperasi, dan ada pula yang diawali dari tangkah
pertama pada titik awal. Usaha yang dimulai dari titik nol berisiko lebih
besar bila dibandingkan dengan membeli perwsahaan yang telah
beroperasi. Pendiri usaha baru hanya dapat membuat prediksi dan
96 | K e w i r a u s a h a a n
proyeksi tentang prospek usahanya. Dengan demikian kesuksesan atau
kegagalan sangat dilentukan oleh pengidentitikasian kesempatan
berbisnis. Untuk mengetahui kesempatan, wirausahawan harus ma_rtyu
men,g_etahui konsumen, harga produk yang akan ditetapkan, jumlah
produk yang akan dijual, pesaing, membuat keunggulan produk dari yang
dibuat oleh pesaing.
Cara paling tepat untuk menjawab beberapa permasalahan tersebut
cara yang dapat ditempmh adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pasar adalah dengan cara
bekerja di dalam pasar tersebut sebelum memasuki dunia usaha.
Misalnya, jika suatu ketika seseorang bekerja di sebuah toko buku, dan
kini ia bermaksud untuk membuka toko sendiri, pengalamannya
mendorong timbulnya ide tentang jenis buku yang diperlukan dan akan
dibeli oleh konsumen.
Membaca Yellow Pages yang terdapat pada buku petunjuk telepon untuk
mengetahui potensi pesaing. Mengunjungi tempat usaha sejenis yang
mungkin dapat menjadi pesaing akan memberi wawasan tentang
kelebihan dan kekurangannya.
Melakukan kajian dengan membaca majalah dan buku-buku tentang
usaha kecil pun akan membantu dalam survei pasar.

2. Membuka Usaha
Mengawali usaha sendiri berarti berhadapan dengan kesempatan
dan risiko pada waktu yang bersamaan. Apabila berhasil memanfaatkan
kesempatan untuk mengembangkan perusahaan, imbalan yang didapatkan
berupa keuntungan atau laba. Sebaliknya apabila gagal maka akan
menanggung rugi. Ada sejumlah alasan yang mendorong orang untuk
membangun bisnis sendiri. Dua alasan yang paling sering dikemukakan
ialah: pertama, perusahaan yang dibangun sendiri membuka kemungkinan
untuk menjadi lebih kaya daripada perusahaan lain yang dikelola dengan
baik. Kedua, dapat menjadi tuan bagi diri sendiri dan melakukan
pekerjaan untuk diri sendiri.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mulai
terjun dalam pengelolaan perusahaan kecil yang meliputi:
perencanaan perusahaan pembiayaan modal pengenalan pasar
pengelolaan karyawan pencatatan akuntansi

2.1. Perencanaan Perusahaan.
Pada tahap awal, wirausahawan memerlukan rencana perusahaan yang
berupa pernyataan yang telah tertulis yang disusun dengan rinci yang
menerangkan sifat perusahaan, pasar sasaran, dan kelebihan-kelebihan
97 | K e w i r a u s a h a a n
perusahaan terhadap pesaing, dan sumber dana serta kualifikasiikasi
pemiliknya.
Rencana perusahaan memberikan penekanan kepada pemilik
perusahaan kecil agar pesaing, memproduksi barang atau jasa
yang mempunyai ciri khas yang inovatif untuk ditawarkan kepada
pasar. Rencana perusahaan secara umum meliputi hal-hal sebagai
berikut:
Uraian ringkas tentang industri dan keterangan rinci tentang
produk atau jasa yang ditawarkan.
Analisis pasar yang membicarakan ukuran pasar, kebutuhan
produk (jasa) baru, dan sifat persaingan.
Rencana Pemasaran yang meliputi lokasi, lambang iklan dan
peragaan
Rencana operasi yang meliputi ramalan penjualan , pro yeksi
keuangan, prosedur akuntansi, dan persyaratan sumber daya
manusia.
Rencana permodalan yang lengkap yang menerangkan jumlah
uang pemilik yang diinvestasikan.
Keterangan tentang pengalaman dan keahlian pemilik perusahaan.




3. Pembiayaan Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil memerlukan sumber dana yang aman untuk
membiayai modal awal. Karena sesuatu dapat terjadi secara tidak
terduga, akan lebih baik apabila sebuah perusahaan kecil mempunyai
sumber daya modal yang cukup.
Sumber daya modal bagi perusahaan kecil dapat diperoleh dari berbagai
kemungkinan sebagai berikut:

3.1. Investasi Pemilik.
Semuaperusahaan kecil yang baru berdiri pada umumnya bermodalkan
tabungan pribadi pemiliknya. Pemilik perusahaan perorangan menjual
barang miliknya seperti mobil, saham, dan lain sebagainya untuk modal
awal usaha.

3.2. Investasi dari Keluarga dan Teman.
Modal dari keluarga dan teman merupakan sumber modal yang sering
digunakan dalam memulai suatu usaha. Dalam hat ini pemilik harus
berhati-hati dan cermat dan mengelola modal dengan pemisahan yang
98 | K e w i r a u s a h a a n
jelas. Apabila pemilik usaha gagal dalam hat pengelolaan investasi akan
berakibat rusaknya hubungan pribadi di kemudian hari.

3.3. Bank.
Meskipun mungkin tidak mudah mendapatkan modal dari bank, pihak
bank mendapat keuntungan dengan menarik bunga ringan atas pinjaman
yang diberikannya. Untuk memberikan sejumlah kredit, bank terlebih
dahulu perlu mengetahui proposal penggunaan uang yang akan
dipinjamkan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Perusahaan Kecil
4.1. Kelebihan Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil mempunyai kelebihan dalam beberapa hal sesuai
dengan perusahaan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut:

4.1.1 Fleksibel.
Perusahaan kecil pada umumnya dikelola oleh pemiliknya sehingga
mampu lebih cepat bereaksi terhadap perubahan pasar. DI samping itu
juga dapat mengembangkan ide produk dan kesempatan pasar tanpa
harus melalui proses persetujuan yang panjang.

4.1.2. Lebih efsien dalam pengoperasian.
Perusahaan kecil lebih sederhana bila dibandingkan dengan perusahaan
besar. Jumlah pekerja yang terlibat langsung dalam produksi atau
penjualan produk perusahaan lebih sedikit, Dengan demikian perusahaan
kecil dapat beroperasi dengan biaya keseluruhan dalam jumlah yang
relatif tidak besar. Jika pe.rusahaan kecil memerlukan bantuan, mereka
dapat memanfaat jasa pihak luar sesuai dengan keperluan. Pendekatan ini
menjadikan perusahaan kecil mendapatkan
.
laba dari penjualan produk
dengan harga yang lebih murah daripada produk perusahaan besar.


4.1.3. Pelayanan yang akrab.
Perusahaan kecil lebih mempunyai kemungkinan untuk memberi
pelayanan yang akrab dan sentuhan pribadi. Di perusahaan kecil seperti
rumah makan, toko pakaian, toko mebel, agen perjalanan, konsumen lebih
mungkin untuk mendapat perhatian secara pribadi. Pemilik yang
sekaligus juga manajer perusahaan kecil melalui hubungan langsung
dengan konsumen ini, mendapatkan umpan balik tentang cara yang baik
dalam memenuhi kebutuhan pasamya.

99 | K e w i r a u s a h a a n
4. 2. Ke kur ang an Pe r us ahaan Kec i l
DI samping kelebihan-kelebihan seperti tersebut di atas, perusahaan
kecilpun mempunyai beberapa kekurangan.

4.2.1 KeterbatasanKecakapan Manajerial
Pemilik perusahaan kecil mungkin tidak memiliki variasi keterampilan
yang luas untuk menghadapi perubahan yang terjadi dengan cepat.
Banyak orang mendirikan perusahaan tidak banyak mempunyai latar
belakang bisnis. Beberapa diantara mereka mempunyai pengalaman
dalam satu bidang bisnis tetapi bukan pada jenis bisnis yang mereka pilih
untuk mereka mulai. Sementara yang lain mempunyai keterampilan
dalam bidang teknis tetapi tidak mempunyai kemampuan manajemen.

4.2.2. Kesulitan Mengembangkan Dana.
Kesulitan lain yang dihadapi perusahan kecil adalah sulitnya men
dapatkan dana pembiayaan perusahaarv dalam jumlah yang cukup.
Perusahaan kecil harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar
dalam hal persediaan investasi yang sama. Memperbesar pinjaman dapat
mengundang kesulitan, karena perusahaan baru lebih berisiko daripada
perusahaan yang telah mapan. Pada umumnya tingkat bunga yang
dibebankan oleh bank atau pemilik modal untuk perusahaan kecil lebih
tinggi daripada yang dikenakan pada perusahaan besar.

Sumber daya pribadi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan kecil pada
umumnya merupakan sumber dana yang digunakan.Permasalahan yang
merupakan kendala bagi be-rdirinya perusahaan kecil selain yang tersebut
di atas adalah bahwa wirausahawan lebih memiliki semangat daripada
kecakapan
manajerial dan modal. Modal (uang) memberikan kemungkinan bagi
wirausahawan untuk memulai usaha; membeli barang dan jasa yang
diperlukan, tenaga kerja, dan tempat usaha. Beberapa alasan keuangan
yang menjadi penyebab wirausahawan tidak dapat bertahan lama adalah :
Memulai usaha dengan modal yang terlalu kecil.
Memulai usaha dengan modal yang terlampau besar tetapi kurang
cc:rmat dalam penggunaan.
Meminjam uang tanpa perencanaan pembayaran kembali.
Mencoba terlalu banyak untuk melakukan sesuatu tanpa modal
yang cukup.
Wirausahawan, seperti orang pada umumnya, tidak memiliki kecakapan
yang tinggi dalam mendapatkan, mengelola, dan menggunakan uang.
Modal yang tidak memadai atau pengelolaan keuangan yang lemah dapat
merusak suatu usaha meskipun ide dasar usahanya baik dan produknya
100 | K e w i r a u s a h a a n
diterima oleh pasar. Salah satu rahasia mendapatkan uang untuk memulai
suatu perusahaan adalah mengetahui di mana mencarinya.
Salah
-
satu permasalahan besar yang dihadapi oleh wirausahawan pemula
adalah salah informasi dan kekurangan informasi tentang manajemen
permodalan dan keuangan.

5. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan
Setiap orang yang memulai bisnis baru senantiasa bersikap,oLtimis.
Tetapi optimisme itu pudar bersama den-an kegagalan usaha. lni terjadi
pada dua tahun pertama. Hanya sekitar 20% dari perusahaan-perusahaan
bam yang mampu bertahan. Banyak atasan yang dikemukakan oleh para
usahawan pemula sehubungan dengan kegagalan mereka, seperti terlalu
banyaknya pesaing, tingkat bunga bank yang tinggi, perekonomian yang
tidak menentu, dan berbagai alasan lain. Meskipun demikian, sebenamya
alasan utama ke_gagalan mereka adalah kesalahan manajemen yang
mereka terapkan. Kesalahan manajemen menempati persentase tertinggi
dalam kegagalan pmsakaaan, yakni 90%.

5.1. Pasar Terlalu Padat
Membuka sebuah perusahaan karena mengikuti jejak orang lain dengan
mendirikan perusahaan yang sama atau sejenis tanpa perbedaan antara
perusahaan yang baru didirikan dengan perusahaan yang sudah ada.
Maka perusahaan yang baru hanya akan menjadi salah satu di antara
mereka yang mengerjakan pekerjaan yang sama. Pasar terlalu padat
merupakan alasan klise yang diungkapkan oleh mereka yang mengalami
kegagalan bisnis karena banyaknya produk sejenis.
Keputusan untuk membuka perusahaan di lokasi dalam wilayah yang
telah banyak berdiri perusahaan sejenis mungkin didasarkan atas
kemampuan dalam menawarkan sesuatu yang lebih baik daripada
pesaing yang ada dalam hal harga, kualitas, distribusi, dan sebagainya.
Membuka usaha di lokasi yang telah banyak berdiri usaha sejenis
memerlukan pertimbangan yang cermat dan teliti meskipun pendatang
baru_ mempunyai kelebihan atas pesaing. Misalnya, memiliki potensi
untuk menawarkan produk di bawah harga pesaing. Ada pertanyaan
yang harus dijawab apabila skenario tersebut diterapkan:
Apakah pesaing akan menyesuaikan harga dengan harga yang
diterapkan oleh pendatang baru? Apabila demikian apa alasan
mereka, dan jika tidak apa pula alasannya?
Jika pendatang baru memulai perang harga, sampai kapan akan di
terapkan?
101 | K e w i r a u s a h a a n
Dengan memberikan harga lebih murah, apakah manfaat lain dari
penawaran, seperti lokasi dan kualitas, sama dengan atau lebih
baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing?
Sebelum membuka usaha di lokasi yang demikian, pertanyaan-pertanyaan
tersebut harus terlebih dahulu dijawab dengan pasti karena biasanya
orang-orang yang mempunyai modal (uang) paling banyak akan mampu
bertahan di tengah persaingan pasar mcakipun di sana banyak perusahan
yang sama atau sejenis.

5.2. Tidak ada Pembeli
Perusahaan pendatang mungkin menawarkan produk dan jasa dengan
kualitas prima, tetapi jika tidak ada yang membeli produk atau jasa yang
ditawarkan itu berarti tidak berdagang. Ada satu cerita tentang orang
Eskimo yang mencoba menjual penyejuk udara (air conditioner) di Kutub
Selatan. Seperti cerita tersebut, banyak wirausahawan yang baru memulai
usaha mengabaikan kenyataan bahwa belum pasti orang membeli produk
yang mereka tawarkan jika mereka membuka usaha.
Perencanaan awal yang mengutamakan pemasaran dan penjualan
merupakan faktor penting untulc l:eberhasilan
-
usaha. Analisis pasar harus
mampu mengungkapkan jumlah~konsumen prospektif yang berada dl
wilayah pasar yang akan dilayani. Analisis pasar juga harus mampu
mengidentifikasikan karakter konsumen yang lebih diutamakan, dan
konsumen yang paling mungkin untuk membeli. Misalnya:
Mereka pria atau perempuan, telah berkeluarga ataukah masih
lajang?
Apakah kategori usia atau pendapatan mereka merupakan faktor
yang perlu dipertimbangkan?
Apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai?
Oleh karena itu hendaknya wirausahawan sebagai pendatang baru di
dunia bisnis tidak membuka perusahaan tanpa terlebih dahulu mengetahui
dengan baik tentang pemasaran dan jangan membuka perusahaan sebelum
mengetahui dengan tepat konsumen yang paling prospektif, apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana produk atau jasa akan dijual kepada
mereka.

6. Uns ur Pe mbawa Ke be r has i l an Pe r us aha an
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan usaha kecil,
unsur-unsur yang membawa keberhasilan perlu pula dibahas dalam bab
Mi. Banyak perusahaan kecil yang kandas sebelum jauh melangkah ke
arena bisnis. Sementara itu, ada beberapa perusahaan kecil yang maju,
berkembang, dan sukses. Salah satu misi utama perusahaan baru adalah
"misi waspada", yakni, secara konstan senantiasa mewaspadai tanda-
102 | K e w i r a u s a h a a n
tanda peringatan akaD..kegagalan, usaha sebagaimana telah diuraikan
dalam pembahasan terdahulu.
Pada waktu yang bersamaan, wirausahawan baru juga harus
memperhatikan aspek-aspek keberhasilan perusahaan.
Banyak orang memulai usaha di bidang yang mereka sukai. Orang
yang menyukai bidang memasak akan membuka restoran. Hal ini
merupakan sifat manusiawi yang dapat merupakan titik awal keberhasilan.
Meskipun demikian, hal tersebut bukanlah faktor utama
.
bagi kesuksesan
usaha.

7. Mencari Kesempatan dan Ide Usaha
Mencari ide bisnis yang tepat berarti menentukan sifat yang
diperlukan untuk mecapai keberhasilan dan setelah itu baru menetapkan
jenis usaha yang paling sesuai.
Wirausahawan mendapatkan ide tentang perusahaan yang mereka
dirikan dari berbagai sumber yang meliputi pekerjaan yang pernah
dilakukan, hobi atau minat, kesempatan, saran orang lain,
pendidikan/kursus, teman/keluarga, dan berbagai sumber lain. Sumber ide
yang paling banyak
.
dijadikan dasar pendirian usaha oleh wtrausahawan
adalah pekerjaan yang pernah dilakukan atau dijalani. Memulai suatu
usaha yang telah pernah dialami lebih banyak membuka kesempatan
untu'k berhasil. Memilih usaha dari berbagai sumber ide tersebut diatas
dengan tingkat potensi pertumbuhan yang tinggi juga merupakan factor
pendorong tingkat keberhasilan. Potensi pertumbuhan berubah dari tahun
ke tahun, tergantung pada kecenderungan pasar. Misalnya, pertumbuhan
populasi remaja, kaum bujangan, dan orang dewasa merupakan
kecenderungan demografis yang menciptakan kesempatan usaha.
Orang yang membuka usaha baru harus membuat ketentuan apakah
perusahaannya akan berupa usaha mandiri, usaha patungan, atau
perusahaan yang lebih besar. Pemilihan jenis usaha bergantung pada
jumlah karyawan, persyaratan permodalan, pertimbangan pajak, dan
tingkat risiko.
Membuka usaha baru diusahakan tidak meniru produk perusahaan
lain yang telah mapan. Apabila tindakan ini yang dilakukan maka ibarat
memasuki medan pertempuran besar dan mencoba bertahan di sana.
Membangun usaha didasarkan atas ide cemerlang, dan mengembangkan
produk berkualitas prima untuk menarik perhatian dan menyerap
konsumen ke dalam pasar yang diciptakan untuk mendapatkan
keuntungan yang layak. Ini berarti diperlukan konsep yang inovatif
sebagai basis usaha. Lebih daripada itu, kreativitas harus diterapkan
secara berkesinampingan untuk mendukung keberhasilan perusahaan
103 | K e w i r a u s a h a a n
dalam jangka panjang. Kreativitas dibedakan dalam dua klasifikasi :
kreativitas ekstemal dan kreativitas intemal.

7.1. Kreativitas Ekstemal
Kreativitas ekstemal dapat didorong dengan melatih rasa keingintahuan
tentang perkembangan baru, ide baru, dan semua yang sedang terjadi
secara sistematis. Sementara hal itu dilakukan, seorang wirausahawan
membangun gudang informasi tentang berbagai hal, termasuk fakta,
kesan, citra dan gambaran-gambaran, serta berbagai ragam ide. La akan
dapat memperoleh ide yang muncul secara tiba-tiba, menangkap ide
tersebut dan memanfaatkannya dengan cepat.

7.2. Kreativitas Intemal
Suatu ketika seorang wirausahawan akan mengalami ide yang melintas
secara tiba-tiba dalam pikiran saat ia terlibat dalam kreativitas intemal.
Dalam upaya seperti ini, pikiran akan tertuju ke gudang informasi seperti
yang tersebut dalam uraian terdahulu. Pengetahuan dapat ditransfer atau
disalurkan. la akan tiba-tiba melihat cara-cara baru untuk memadukan ide
dari berbagai bidang yang berbeda untuk mendapatkanJawaban yang
lebih baik atas
problema
.
atau
u
untuk metakukan perbaikan pada produk atau jasa yang
telah ada. Kadangkadang ide-ide ini menyusup secara tidak terduga ke
dalam pikiran. Kemudian secara tidak disadari la mendapatkan jawaban
atas pengamatan yang ia lakukan.

8. Pengembangan Rencana Perusahaan
Sekali seorang wirausahawan mempunyai konsep dasar untuk
suatu produk, maka kesempatan untuk berhasil harus ditetapkan dan
tyjuan ditentukan untuk mengembangkan usaha. Proses perencanaan
merupakan langkah terpenting dalam mengawali suatu usaha. Rencana
itu harus dituangkan dalam bentuk rencana tertulis yang menerangkan
rincian tentang ide untuk mendirikan sebuah perusahaan baru dan cara
melaksanakannya.
Menulis rencana usaha yang baik dapat memakan waktu berbilang
bulan. Banyak pelaku usaha, dengan penuh semangat memulai
menjalankan perusahaan, mengabaikan perencanaan. Segera mereka
terkurung dalam kesibukan operasi harian dan tidak mempunyai banyak
waktu lagi untuk membuat perencanaan. Menulis perencanaan memaksa
seorang wirausahawan untuk menganalisa dengan cermat atas konsep,
keputusan pemasaran, produksi, penataan pegawai, dan pemodalan.


104 | K e w i r a u s a h a a n
9. Pembiayaan Perusahaan
Setelah rencana usaha selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah
mendapatkan biaya yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan.
Jumlahnya tergantung pada jenis perusahaan yang akan anda dirikan dan
rencana investasi wirausaha. Perusahaan yang dimulai dengan gaya
wirausaha tidak banyak memerlukan modal awal. Utang, sejumlah dana
yang dipinjam yang harus dikembalikan dengan bunga dalam jangka
waktu yang telah dinyatakan, merupakan salah satu sumber pembiayaan
modal.

10. Bentuk Perusahaan

10.1. Usaha Mandiri
Perusahaan dapat berupa usaha mandiri, usaha modal bersama
(partnership), koperasi, dan perseroan terbatas. Usaha mandiri paling
banyak dikenal karena mudah dilakukan sehubungan dengan
prosedumya yang sederhana sehingga dapat didirikan, dimiliki,
dioperasikan, dan dibiayai secara perorangan, dan semua keuntungan
usaha menjadi milik sendiri. Usaha ini pada umumnya berupa toko
kelontong, toko pengecer, rumah makan, toko obat, toko besi, toko roti,
dan sebagainya.
Usaha mandiri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari usaha mandiri dapat diuraikan sebagai berikut:
Mudah didirikan dengan biaya yang relatif rendah
Usaha miandiri merupakan perusahaan yang paling mudah
didirikan karena tidak memerlukan biaya besar dan prosedur
yang rumit. Orang yang memiliki sejumlah dana dapat memulai
usaha.
Keuntungan usaha masuk ke kantung pribadi.
Pemilik usaha kecil menguasai semua laba yang didapat dari
pengoperasian perusahaan. Ini menjadi pendorong bagi pemilik
perusahaan untuk senantiasa berupaya menjalankan usahanya
Oengan seefisien mungkin untuk mengembangkan laba.
Pengawasan langsung pada operasi perusahaan.
Dengan pengawasan langsung yang dilakukan sendiri, pemilik
perusahaan menjadi pengelola sekaligus juga pimpinan
perusahaan. Pengendalian secara langsung rahasia perusahaan
tidak terbocorkan ke pihak lain. Pemilikan tunggal memudahkan
untuk melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap perubahan
kondisi bisnis.


105 | K e w i r a u s a h a a n


Beberapa kekurangan atau kelemahan yang dapat diuraikan sebagai
berikut: .
Pertanggungjawaban hukum tidak terbatas
Dalam pandangan hukum, usaha mandiri dan perusahaan besar
tidak berbeda. Dengan demikian pemilik perusahaan
bertanggung jawab atas semua utang perusahaan, meskipun
apabila utang mereka melebihi nilai perusahaan. Dalam hal
tuntutan hukum atau kegagalan perusahaan, pemilik harus
mempertanggung jawabkan sendirl dan dengan keterpaksaan
harus menjual kekayaan pribadinya-rumah, mobil, investasi -
untuk memenuhi tuntutan terhadap perusahaan.
Kesulitan mengembangkan modal
Dengan pertanggungjawaban hukum yang tidak terbatas,
pemilik perusahaan mandiri menghadapi kesulitan dalam
mengembangkan modal untuk perusahaan mereka. Hal itu
disebabkan oleh tidak terlindunginya aset perusahaan dari
tuntutan kreditor perorangan. Misalnya, seorang pelaku usaha
mandiri yang tidak mampu membayar kontraktor yang
membangun rumahnya, aset perusahaannya dapat disita untuk
membayar tagihan kontraktor. Untuk membiayai modal
perusahaan, tidak jarang pemilik harus menggunakan uang
pribadi. Bahkan pemilik usaha mandiri yang telah berhasil
terpaksa harus melakukan merger dengan perusahaan lain untuk
memperoleh modal guna mengembangkan perusahaan.
Keterbatasan keahlian manajemen
Keberhasilan usaha mandiri ditentukan oleh bakat pemiliknya.
Pemilik usaha mandiri sepenuhnya bertanggung jawab atas
semua keputusan perusahaan. Tetapi tidak setiap pemilik usaha
mandiri memiliki kecakapan yang sama dalam semua bidang
yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan. Misalnya,
penemu suatu produk belum tentu mampu menjadi manajer
produksi.

Sulit mendapatkan karyawan berpotens
Perusahaan yang merupakan usaha mandiri menghadapi
kesulitan dalam mendapatkan atau mempertahankan karyawan
yang potensial. Ukuran perusahaan yang kecil seringkali
membatasi imbalan yang dapat ditawarkan. Kesempatan
karyawan untuk berkembang dan mendapatkan promosi pun
terbatas. Perusahaan mandiri jarang memberikan fasilitas seperti
106 | K e w i r a u s a h a a n
perumahan, bonus, kendaraan, pensiun dan imbalan selain upah
atau gaji kepada karyawan karena besamya biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan.
Kehidupan perusahaan tidak,stabil
Jangka waktu operasi sebuah perusahaan yang dikelola oleh
seseorang secara mandiri tidak pasti, tergantung pada
kemampuan pemiliknya untuk mengoperasikannya. Pelaku
usaha mandiri kadang-kadang kehilangan minat dalam usaha
yang mereka jalankan, terlibat masalah keuangan yang rumit,
atau ingin mengubah bidang usaha dengan sesuatu yang baru.
Apabila pelaku usaha mandiri meninggal dunia atau mengalami
cacat fisik, perusahaannya mungkin berhenti.
Seluruh kerugian ditanggung oleh pelaku usaha
Pelaku usaha mandiri menerima semua laba usaha yang
dijalankannya. Sebaliknya, ia juga harus menanggung sendiri
seluruh kerugian yang diderita perusahaannya.

10.2. Usaha Bersama / Partnership
Bentuk perusahaan kecil yang dapat dengan mudah didirikan ialah usaha
bersama atau dalam istilah bisnis disebut partnership. Perusahaan ini
dikelola oleh dua orang atau lebih dengan tujuan mendapatkan laba. Dal
am partnership pelaku bisnis tidak lagi terlibat seorang diri dalam
menjalankan perusahaan. Ada orang lain yang membantu dalam
pengelolaan dan pengoperasian perusahaan yang memiliki kecakapan di
bidang tertentu dalam mengoperasikan perusahaan.
Meskipun untuk mendirikan usaha partnership masih tergolong mudah,
pengelola yang terdiri lebih dari satu orang memerlukan perjanjian
formal. Ini untuk menghindari perselisihan di antara pengelola usaha.
Perselisihan yang terjadi dapat merugikan usaha yang dijalankan dan
hubungan pribadi. Surat perjanjian bisanya dibuat dengan bantuan pihak
yang tahu tentang hukum. Perjanjian dibuat dalam bentuk perjanjian
tertulis yang menyebutkan persyaratan dan jangka waktu kerjasama:
apakah setiap partner memberikan kontribusi dalam bentuk uang, skill
(keahlian), atau perlengkapan/peralatan usaha; manajemen tugas
masing-masing, kompensasi (gaji, pembagian laba); dan prosedur
penyelesaian apabila terjadi konflik; dan distribusi aset perusahaan.
Usaha bersama memiliki beberapa faktor positif dan negatif sebagai
berikut:
Mudah didirikan.
Mendirikan usaha patungan diperlukan adanya partner yang
sependapat dalam mewujudkan bentuk usaha yang disetujui
107 | K e w i r a u s a h a a n
bersama kemudian dinyatakan dalam perjanjian tertulis untuk
dijadikan dasarpembagian kewajiban dan hak masing-masing.
Ketersediaan modal.
Karena partnership merupakan usaha patungan yang dipikirkan
secara bersama-sama oleh para pengelolanya, usaha MI lebih
mudah dalam mendapatkan modal. Kemampuan finansial
partner
-
juga mendukung peningkatan kemampuan untuk
menda,patkan biaya yang lebih besar.
Keanekaragamara kecakapan dan kezhlian
Usaha patungan yang ideal sekaligus membawa orang-orang
yang mempunyai latar belakang berbeda sehingga saling
melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Ini lebih baik
daripada berkumpulnya orang-orang yang memiliki kecakapan
dan pengalaman yang sama. Perpaduan keeakapan dan keahlian
untuk menentukan tujuan, mengelola pengaturan perusahaan,
dan memecahkan persoalan dapat membantu keberhasilan usaha.

Keluwesan Para partner
usaha aktif dalam mengelola perusahaan sehingga bentuk
perusahaan ini dapat dengan cepat mengantisipasi perubahan
lingkungan usaha.


Faktor-faktor negatif usaha bersama
Ketidakterbatasan kewajiban.
Setiap usaha patungan mempunyai tanggung jawab yang tidak
terbatas atas utang perusahaan. Sebenamya, partner yang
manapun dapat melaksanakan kewajiban seorang diri atas utang
semua partner dan keputusan hukum, seperti kesalahan
manajemen, tanpa memandang siapapun di antara mereka yang
men jadi penyebab. Seperti halnya pada usaha mandiri,
kegagalan perusahaan dapat disebabkan oleh kerugian atas aset
pribadi partner secara umum

Berpotensi terjadi konflik antara partner.
Setiap partner merupakan wakil perusahaan dalam usaha
patungan. Dengan demikian seorang partner dapat melakukan
suatu tindakanuntuk perusahaan, misalnya menanda tangani
kontrak yang mengikat semua partner yang terlibat dalam
pengoperasian perusahan. Pertanggungjawaban bersama ini
dapat menjadi kendala hubungan di antara para partner yang jika
tidak teratasi dapat menjadi penyebab berakhimya kerjasama.
108 | K e w i r a u s a h a a n

Pembagian laba.
Mereka yang terlibat dalam usaha patungan harus membagi laba,
meskipun dengan jumlah pembagian yang tidak sama.
Pengambilan keputusan pembagian keuntungan secara adil dapat
menjadi permasalahan. Jika setiap partner memberikan
kontribusi modal berupa waktu, kecakapan, keahlian, dan
finansial dalam volume yang sama formula pembagian
keuntungan akan lebih mudah. Tetapi apabila jumlah kontribusi
mereka bervariasi dalam volumenya maka pembagiannya
menjadi lebih sulit. Misalnya, dalam usaha patungan di bidang
pengembang perumahan, seorang menyediakan modal berupa
uang dan yang lain memberikan sumbangan tenaga dan
manajemen. Dalam kasus seperti ini, sulitlah untuk menentukan
nilai kontribusi setiap partner yang terlibat dalam usaha tersebut.



























109 | K e w i r a u s a h a a n
BAB VIII

MENDIRIKAN PERUSAHAAN KELUARGA


Perusahaan keluarga mempunyai ciri yang berbeda dengan perusahaan
kecil lainnya. Jenis perusahaan ini ditandai dengan keterlibatan anggota
keluarga baik dalam pemilikan maupun dalam operasi perusahaan.
Misalnya pengambilan keputusan diwamai nilai formal yang bemuansa
keluarga.

1. Keterlibatan Keluarga dalam Perusahaan
Perusahaan keluarga ditandai dengan keterlibatan dua orang atau
lebih anggota keluarga dalam perusahaan. Lingkup dan luas keterlibatan
anggota keluarga dalam operasi dan pemilikan perusahaan bervariasi
menurut ukuran perusahaan. Misalnya, dalam sebuah perusahaan
katering berskala kecil, kepala rumah tangga dapat berperan sebagai
manajer, isteri berperan sebagai bendahara dan pemasar, anak-anak
dibagi peran sesuai dengan tugas yang diberikan kepada mereka masing-
masing.

2. Hubungan Antara Keluarga dan Perusahaan
Pada umumnya perusahaan keluarga diatur berdasarkan tatanan
bisnis formal dalam nuansa kekeluargaan, meskipun kedua lembaga
tersebut berbeda dalam tujuan dan nilai. Perusahaan bertujuan mencari
laba berdasarkan nilai-nilai etika bisnis, dan keluarga bertujuan mencari
kesejahteraan. Dalam perusahaan keluarga tujuan dan nilai-nilai kedua
lembaga yang berbeda tersebut dipertemukan oleh kepentingan mencari
kesejahteraan. Apabila kesejahteraan perusahaan dapat terwujud dengan
tercapainya target perusahaan, maka kesejahteraan keluarga akan
terpenuhi.
Setiap individu yang terlibat dalam perusahaan keluarga, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam perusahaan keluarga
mempunyai kepentingan dan pandangan yang berbeda-beda tentang
situasi perusahaan. Gambar 9-1 menunjukkan tingkat keterlibatan
individu sebagai anggota keluarga, karyawan, pemilik perusahaan, dan
kombinasi dari ketiganya.
Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan ketegangan yang
dapat berkembang menjadi konflik. Hubungan antar anggota keluarga
dalam perusahaan lebih peka daripada hubungan di antara karyawan
yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Misalnya, peningkatan
disiplin bagi karyawan yang mempunyai hubungan keluarga lebih sulit
110 | K e w i r a u s a h a a n
daripada mereka yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan
pemilik perusahaan.

3. Prioritas Kepentingan antara Perusahaan dan Keluarga
Menentukan skala prioritas antara kepentingan keluarga dan
kepentingan perusahaan dalam suatu perusahaan keluarga bukan hal
yang mudah. Pengambilan keputusanpun tidak dapat ditetapkan dengat
tepat karena kepentingan dua lembaga, keluarga dan perusahaan,
seringkali berbaur dan mengaburkan kebijaksanaan. Misalnya,
hubungan kerja antara pemimpin perusahaan yang dijabat oleh seorang
ayah dengan supervisor yang dijabat oleh anak atau menantu. Hubungan
keluarga berdampak pada obyektivitas proses evaluasi peninjauan
kebijaksanaan perusahaan. Dalam suatu dilema yang mengharuskan
seseorang memilih satu di antara dua altematif antara mengutamakan
kepentingan keluarga dan perusahaan, pada umumnya orang lebih
memprioritaskan kepentingan keluarga, dan masalah perusahaan
merupakan urutan prioritas sesudahnya. Hal ini didasarkaan atas
pertimbangan bahwa keluarga merupakan basis perusahaan sehingga
penyelamatan keluarga menjadi prioritas utama. Meskipun demikian,
dalam kenyataan pengambilan keputusan tentang prioritas bukan hal
yang mudah.

4. Faktor Positif Keterlibatan Keluarga dalam Perusahaan
Pengelolaan perusahaan keluarga dapat dilakukan berdasarkan
hubungan pribadi antar personel yang telah terjalin sejak awal. Antara
seorang dan yang lain telah mengenal karakter dan kepribadian masing-
masing. Hal ini merupakan faktoryang dapat memudahkan komunikasi.
Selain itu rasa kebersamaan dalam memiliki perusahaan dapat menjadi
pendorong motivasi karena setiap keuntungan yang diperoleh
perusahaan akan menjadi milik mereka.
Pada waktu perusahaan mengalami penurunan laba atau menderita
rugi, semua pihak yang terlibat dalam perusahaan tidak akan
meninggalkan perusahaan untuk mencari pekerjaan lain. Mereka secara
bersama-sama mengorbankan kepentingan pribadi dengan sumber daya
yang dimiliki untuk menyelamatkan perusahaan. Misalnya, menunda
keperluan yang berkaitan dengan keuangan, dan menginvestasikan
uangnya untuk mengembangkan perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan keluarga mempunyai komitmen yang tinggi dalam
mempertahankan dan mengembangkan perusahaan.



111 | K e w i r a u s a h a a n
5. Peran Hubungan Keluarga dalam Perusahaan
Tujuan mendirikan perusahaan keluarga adalah masa depart yang
baik bukan saja bagi pendiri, melainkan juga untuk generasi penerus
secara turun temurun. Pendiri perusahaan akan mewariskan kepada anak
mereka. Perusahaan keluarga berkembang secara berkesinambungan
dari satu generasi keturunan ke generasi selanjutnya. Perusahaan
keluarga harus dikelola secara seimbang antara kepentingan bisnis dan
keluarga, terutama dalam skala prioritas pemanfaatan waktu dan
aktivitas.
Wirausahawan pemilik perusahaan keluarga sejak dini telah
memikirkan saat yang tepat untuk melakukan suksesi kepada generasi
penerus. Suksesi perlu didasarkan atas beberapa pertimbangan yang
matang dalam beberapa aspek sebagai berikut:
Kapasitas kemampuan dan kecakapan dalam mengelola
perusahaan yang dimiliki oleh anak sebagai penerus.
Minat anak sebagai calon penerus terhadap dunia bisnis.
Pengalaman dan latar belakang pendidikan yang mendukung
kepemimpinan.
Waktu yang tepat untuk melibatkan anak dalam operasi
perusahaan sebelum mempromosikannya ke posisi yang sesuai.
Penunjukan anak secara obyektif berdasarkan bakat,
kemampuan, dan kepemimpinan sebagai penerus dalam
memimpin perusahaan.
Hubungan bisnis yang meskipun dilakukan secara fonnal tidak
berdampak negatif terhadap hubungan keluarga, khususnya antara
orang tua dan anak.

6. Potensi Konflik dalam Perusahaan Keluarga
"I'idak setiap anggota keluarga berminat untuk terlibat dalam
pengoperasian perusahaan keluarga. Hal ini antara lain disebabkan oleh
rasa ingin membuktikan kemampuan untuk berusaha secara mandiri sejak
awal karir. Orang yang mempunyai kepribadian dan rasa percaya diri, dan
bakat kepemimpinan serta jiwa yang bebas senantiasa berkeinginan untuk
mencoba sesuatu yang barula tidak ingin dianggap bahwa
keberhasilannya merupakan warisan keluarga.

6.1. Potensi Kerjasama dan Konflik dalam Perusahaan Keluarga
Setiap anak dalam sebuah keluarga mempunyai perangai, kebiasaan, dan
bakat yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Anak yang
berbakatdalam berwirausaha banyak membantu dalam pengembangan
perusahaan keluarga, sebaliknya anak yang malas tetapi menginginkan
bagian keuntungan dari perusahaan keluarga akan menjadi sumber
112 | K e w i r a u s a h a a n
permasalahan bagi perkemhangan perusahaan. Terlebih lagi, apabila
anak-anak telah menikah potensi konflik pun semakin besar. Menantu
yang mempunyai kualifikasi sebagai wirausahawan dengan tingkat
pendidikan dan pengalaman yang sesuai apabila mereka ikut terlibat
secara aktif dan positif akan merupakan potensi bagi pengembangan
perusahaan. Sebaliknya, menantu yang hanya ingin ikut menikmati hasil
tanpa terlibat dalam operasi perusahaan akan menjadi sumber konflik
keluarga yang potensial.
Konflik akan terjadi lebih rumit apabila keluarga terpecah menjadi
beberapa kubu perselisihan dalam mempmebutkan perusahaan sebagai
warisan. Apabila hal ini terjadi pada sebuah perusahaan keluarga maka
biasanya akan terjadi kemunduran yang fatal, dan bahkan menjadi
penyebab yang potensial bagi berhentinya perusahaan keluarga.

7. Suksesi Perusahaan
7.1. Pokok Persoalan dalam Suksesi
Ada tiga pokok persoalan yang mempengaruhi pertimbangan suksesi.
Pertama, tekanan dan kepentingan baik dari dalatn maupun dari pihak luar
perusahaan merupakan faktor penting dalam pertimbangan strksesi.
Kedua, konfilik yang terjadi dalam keluarga juga merupakan faktor
penyebab terjadinya suksesi, dan ketiga adalah kejadian tidak terduga
yang memaksa terjadinya suksesi.

7.2. Tekanan dan Kepentingan di Dalam Perusahaan
Ada dua macam tekanan yang terjadi di dalam perusahaan: pertama,
yang berasal dari anggota keluarga; dan kedua, yang berasal dari
karyawan yang bukan keluarga.

7.2. 1. Anggota Keluarga
Apabila anggota keluarga bekerja sebagai karyawan akan
menimbulkan berbagai problem tentang cara suksesi. Salah satu di
antaranya adalah mereka menghendaki perusahaan tetap berdiri
sehingga mereka bersama dengan anggota keluarga masing-masing
dapat mengelolanya. Kadang-kadang kasus ini menimbulkan keinginan
untuk mendapat bagian atau bahkan menguasai perusahaan.
Kemungkinan lain yang dapat timbul adalah persaingan di antara
sanak keluarga. Misalnya, setiap anak pemilik merasa bahwa pemilik
harus melibatkannya dalam operasi perusahaan. Apabila hanya satu di
antara sanak keluarga yang memenangkan persaingan dan berhasil
menguasai perusahaan, hal ini akan menyebabkan dijualnya
perusahaan atau kebangkrutan.

113 | K e w i r a u s a h a a n
7.2.2 Karyawan Yang Bukan Anggota Keluarga
Karyawan yang bukan anggota keluarga berpotensi menekan manajer
yang juga pemilik perusahaan sebagai upaya untuk melindungi
kepentingan mereka. Misalnya, karyawan seringkali berpikir bahwa
pemilik harus memberi mereka kesempatan untuk membeli saham
perusahaan. Keinginan seperti itu sering diajukan kepada pemilik dan
dapat menjadi suatu bentuk tekanan dalam perencanaan suksesi.

7.3. Tekanan dan Kepentingan dari Pihak Luar
Di luar perusahaan terdapat tekanan dan kepentingan baik dari anggota
keluarga maupun dari elemen non-keluarga.

7.3.1. Anggota Keluarga
Anggota keluarga yang meskipun tidak berperan aktif dalam
perusahaan mereka dapat memberikan tekanan. Orang-orang ini
seringkali berpegang pada keyakinan bahwa mereka mempunyai hak
waris atas perusahaan. Pada umumnya tekanan juga dinyatakan dengan
keterlibatan mereka dalam perusahaan. Beberapa anggota keluarga
memaksa manajer-pemilik untuk memberi peluang kerja kepada
mereka. Permintaan ini seringkali ditolak sejak awal dengan alasan
bahwa perusahaan tidak memerlukan tambahan personel, atau
memerlukan staf yang memiliki kecakapan di bidang tertentu dengan
pengalaman yang cukup, maka dengan demikian permintaan tersebut
dapat dihindari.

7. 3.2. Unsur Di luar Keluarga
Tekanan lain berasal dari faktor lingkungan luar. Salah satu di antaranya
adalah persaingan yang senantiasa mengubah strategi dan mendesak
manajer-pemilik untuk melakukan penyesuaian pertimbangan pasar.
Faktor lain meliputi konsumen, teknologi, dan pengembangan produk
baru

8. Konflik Keluarga
Suksesi yang tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan
konflik dalam keluarga yang menyebabkan kebangkrutan atau dijualnya
perusahaan. Konflik dalam keluarga telah banyak menyebabkan
terhentinya perusahaan kecil. Peristiwa ini berakibat dijualnya seluruh
aset perusahaan.
Problem yang menyebabkan terjadinya konflik keluarga dapat
dihindari. Cara yang paling mudah dilakukan adalah menyiapkan pewaris
yang akan meneruskan bisnis, namun hal ini memerlukan persyaratan
yang tidak sederhana, seperti bakat, kepemimpinan, kecakapan, dan
114 | K e w i r a u s a h a a n
sebagainya. Beberapa pendiri perusahaan kurang berminat untuk
membagi kewenangan dalam porsi yang memadai karena hal itu akan
berdampak kurang menguntungkan bagi kekuasaan mereka dalam
perusahaan. Lebih dari itu, ada persoalan umum tentang usia anak terlalu
muda untuk mengambil alih perusahaan, tanpa mempertimbangkan usia
kronologis mereka. Persoalan lain adalah interpretasi anggota keluarga
terhadap pokok permasalahan tersebut.

9. Kejadian yang Memaksa'Ierjadinya Suksesi
Kejadian yang memaksa terjadinya suksesi ialah peristiwa yang
menyebabkan pergantian manajer-pemilik. Wirausahawan meskipun
dengan terpaksa, harus merelakan posisinya untuk digantikan oleh orang
lain demi kesinambungan hidup perusahaan. Kejadian-kejadian sebagai
berikut merupakan peristiwa yang memaksa terjadinya suksesi:
Kematian, menyebabkan ahli waris harus segera mencari penerus untuk
melanjutkan pengoperasian perusahaan.
Sakit atau sebab lain yang mengakibatkan ketidakmampuan fisik.
Patah semangat yang menyebabkan seseorang mengundurkan diri dari
perusahaan. Pengunduran diri atau pensiun dint yang dilakukan tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu. Kemunduran usaha yang parah sehingga
menyebabkan manajer-pemilik mengambil keputusan untuk melepaskan
kendali atas perusahaan.
Kesulitan finansial yang menyebabkan pihak pemberi pinjaman meminta
penggantian manajer-pemilik sebelum pemberian pinjaman dana yang
diperlukan untuk perusahaan diberikan.

10. Alasan Dasar Suksesi
Pewaris kewirausahaan adalah orang yang cerdik, kreatif, dan mempunyai
motivasi diri. nrang ini seringkali memberikan ide yang kritis untuk
pengemhangan produk haru dan masa depan perusahaan. Pewaris
manajerial adalah orang yang memperhatikan efisiensi, pengawasan
intemal, dan efektivitas penggunaan sumber daya. Orang ini seringkali
memberikan stabilitas dan pengarahan harian yang diperlukan untuk
keberlangsungan perusahaan.
Pada saat wirausahawan mencari pewaris dari kalangan dalam,
biasanya la mencari anak laki-laki atau perempuan, kemenakan laki-laki
atau perempuan dengan tujuan pemberian tanggung jawab operasional
secara bertahap diikuti dengan strategi kepemilikan dan penguasaan
perusahaan. Keterlibatan pendiri perusahaan dan keturunannya
merupakan faktorpenting dalam keberhasilan perusahaan. Wirausahawan
harus dapat mengubah dirinya dari pemimpin menjadi pelatih, dari pelaku
115 | K e w i r a u s a h a a n
menjadi penasihat. Pewaris harus dapat menghargai keterikatan pendiri
pada perusahaan dan peka pada rasa memiliki dalam diri orang tersebut.
Apabila melihat ke masa depan, untuk memilih seorang penerus
dari dalam perusahaan, pendiri seringkali memberikan pelatihan kepada
suatu tim manajer eksekutif yang terdiri dari baik anggota keluarga
maupun pihak diluar keluarga. Hal ini memungkinkan untuk membangun
tim manajemen yang berpengalaman yang mampu melahirkan penerus
dalam suksesi. Pendiri berasumsi bahwa pemimpin alamiah akan muncul
dari kelompok.
Penerus usaha bisnis tidak selalu dipilih dari anggota keluarga.
Pendiri perusahaan dapat memilih penerus usaha dari pihak luar. Ini
dilakukan hanya dalam kondisi yang bersifat sementara. Wirausahawan
mungkin tidak melihat potensi yang sesuai di antara mereka yang ada
dalam lingkup keluarga sebagai penerus usaha bisnis sehingga diambil
keputusan untuk mempekerjakan manajer profesional, sementara
menunggu pewaris mencapai kedewasaan berpikir dan kematangan
kepribadian untuk pengalihan pengoperasian perusahaan.
Bentuk lain pengalihan penanganan perusahaan kepada pihak luar
yang bukan anggota keluarga ialah penunjukan seorang ahli yang
berpengalaman dalam mengentaskan perusahaan dari kesulitan finansial.
Pada saat orang ini diperlukan, pendiri biasanya memberikan
pengendalian menyeluruh kepada spesialis tersebut yang kemudian
menyerahkan peremajaan perusahaan kepada pemimpin yang lain.

11. Mengembangkan Strategi Suksesi
Ada beberapa tahapan penting dalam pengembangan strategi
suksesi: (1) memahami aspekaspek kontekstual, (2) mengidentifikasikan
tingkat kemampuan suksesor/penerus kendali bisnis, (3) memahami
kekuatan-kekuatan yang berpengaruh, dan (4) melaksanakan rencana
suksesi.

11.1. Memahami Aspek-aspek Knntekstual
Lima aspek pokok yang harus dipertimbangkan dalam suatu suksesi
yang efektif dapat diuraikan sebagai berikut:
Waktu Terlebih dahulu wirausahawan menyiapkan rencana
untuk smksesor, kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan orang
yang tepat. Problem terbesar yang dihadapi oleh pemilik adalah
peristiwa yang memaksakan tindakan dan hasil pada waktu yang kurang
tepat untuk menyelenggarakan pergantian yang paling sesuai.
Jenis Perusahaan. Ada beberapa wirausahawan yang dapat
dengan mudah melakukan suksesi, tetapi ada pula yang mengalami 6a1
sebaliknya. Pada umumnya, hat ini ditentukan oleh jenis perusahaan.
116 | K e w i r a u s a h a a n
Seorang wirausahawan yang menguasai penerapan teknologi tinggi
tidak mudah untuk digantikan. Demikian pula dengan orang yang
menguasai hubungan dengan seluruh industri perusahaan merupakan
faktor kunci bagi keberhasilan perusahaan. Sebaliknya, orang yang
menjalankan tugas yang memerlukan keahlian atau pengetahuan terbatas
dapat digantikan tanpa banyak kesulitan.
Kecakapan Manajer Keahlian, hasrat, dan kemampuan
penggantian dalam suksesi akan menentukan potensi masa depan dan
arah perusahaan. Pada saat industri mencapai tingkat kematangan,
tuntutan kepada wirausahawan juga akan mengalami perubahan. Industri
yang menggunakan teknologi tinggi akan membawa kemajuan yang
menyebabkan pemasaran menjadi semakin penting. Wirausahawan yang
menguasai teknologi dan memahami pemasaran, atau yang menguasai
kemampuan untuk mengembangkan orientasi ke arah kemajuan akan
mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan daripada mereka
yang meskipun menguasai teknologi tetapi tidak mempunyai latar
belakang pemasaran.
Faktor Lingkungan. Perubahan lingkungan bisnis memerlukan
anti sipasi, salah satu diantaranya dilakukan dengan suksesi. Meskipun
sebuall perusahaan telah menerapkan teknologi maju, perusahaan
memerlukan personel yang andal dalam pemasaran.

11.2. Mengidentifikasikan Kemampuan Suksesor
Dalam mengidentifikasikan kemampuan suksesor ada beberapa karakter
atau ciri yang harus dimiliki oleh suksesor sebagai penerus pengelolaan
bisnis. Tingkat pentingnya masing-masing karakter berbeda menurut
situasi. Meskipun demikian, pada umumnya semua karakter tersebut
mempunyai arti sesuai dengan skala prioritas. Kemampuan menurut
keperluan pada umumnya meliputi:
Pengetahuan bisnis yang memadai atau masa jabatan yang
memberinya
pengetahuan dalam bidang yang sesuai (khususnya pemasaran
atau keuangan)
Kejujuran dan kemampuan berdasarkan bakat
Kesehatan fisik yang prima
Kecerdasan dan persepsil
Semangat kerja yang tinggi
Kecocokan dengan bisnis perusahaan
Kegigihan
Kestabilan dan kedewasaan mental
Kemampuan mengatasi permasalahan
117 | K e w i r a u s a h a a n
Kreativitas
Kemampuan menyusun dan mengorganisir rencana
Bakat mengembangkan orang kemampuan, dan kecakapan lain

11.3. Memahami Kekuatan yang Berpengaruh
Menempatkan orang yang memiliki sifat sesuai dengan dan keinginan
bukan hal mudah. Jika harapan tidak tercapai, penekarian perhatian dapat
ditujukan pada seleksi suksesor yang mempunyai potensi untuk
mengembangkan ciri-ciri sebagaimana yang telah disebutkan di atas
dalam kerangka waktu yang sesuai. Pemilihan ini harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: (1) budaya perusahaan
dan keluarga, dan (2) perhatian pemilik. Kekuatan yang berpengaruh
dalam bidang-bidang tertentu adalah sebagai berikut:
Budaya perusahaan dan keluarga:
- Lingkungan perusahaan
- Tahap perkembangan perusahaan
- Norma dan tradisi perusahaan
- Pengaruh, kekuatan, dan budaya keluarga
- Nilai dan motivasi diri pemilik

Perhatian pemilik
- Kepemimpinan dan kepercayaan pemilik
- Keterlibatan keluarga dalam unit kerja
- Penetapan peran masa depan keluarga dalam perusahaan
- Jaminan kompetensi kepemimpinan di masa depan dalam perusahaan
- Pendidikan anggota keluarga dan non-keluarga tentang peran inti
- Mempertahankan sumber daya dari pihak non-keluarga dalam
perusahaan

12. Melaksanakan Rencana Suksesi
Suksesi dapat menimbulkan masalah. Untuk menghindarinya ada cara-
cara efektif yang dapat dilakukan. Berikut dipaparkan empat tahapan
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suksesi.

12.1. Mengidentifikasikan Suksesor
Untuk mendapatkan suksesor sebagai penerus manajemen perusahaan
bukan hal yang mudah. Manajer/pemilik harus dapat mengenali karakter
dan pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan tugas manajemen
dengan baik. Suksesor harus dapat melakukan yang terbaik dalam
mengoperasikan perusahaan. Bertahan dan berkembang harus menjadi
prioritas utama. Kendala terbesar merupakan ujian merupakan penentu
dalam memilih pribadi suksesor yang tepat.
118 | K e w i r a u s a h a a n
12.2. Permufakatan Rencana
Suksesi yang efektif memerlukan perencanaan. Pada perusahaan besar
perencanaan disusun melalui serangkaian rapat yang didesain untuk
menjamin alih wewenang agar berlangsung secara kronologis dan alur
kerja berjalan dengan baik. DaIam perusahaan yang lebih kecil pada
umumnya diperlukan pembahasan yang rinci tentang tanggung jawab
yang akan dialihkan kepada suksesor. Pada perusahaan besar suksesi
dilaksanakan mengikuti ketentuan pada semua jenjang. Mekanisme alih
kewenangan berlaku dalam waktu singkat. Prosedur dasar merupakan
sesuatu yang berlaku secara rutin. Hal ini berbeda dengan suksesi yang
berlangsung di perusahaan kecil. Manager-pemilik perusahaan tidak
terbiasa dengan perubahan yang demikian. Suksesi di perusahaan kecil
mengikuti perencanaan yang rinci.
Tidak seorangpun pemilik perusahaan membiarkan orang lain
menggantikan posisinya untuk melakukan perubahan secara dramatis;
tidak ada seorangpun wirausahawan yang menginginkan melihat upaya
yang dilakukan sepanjang hidupnya terlepas dari tangannya. Jika orang
yang melepaskan jabatannya mempunyai pengaruh terhadap
pengambilan keputusan untuk masa mendatang, kini saatnya untuk
memanfaatkan. Sebaliknya jika segala sesuatu tidak berjalan dengan
baik, hal ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan posisinya
tidak berpengaruh terhadap suksesor.
119 | K e w i r a u s a h a a n
BAB IX

PERUSAHAAN WARALABA / FRANCHISE



1. Latar Belakang Sejarah Waralaba
Waralaba atau Franchise merupakan salah satu sistem distribusi yang
digunakan oleh produsen untuk mengirimkan barang atau jasa kepada
konsumen, dan melakukan fungsi distribusi yang berkembang. Dewasa
ini perusahaan fi-anchise berkembang pesat hingga mencapai jumlah
ribuan di seluruh dunia.
Istilah franchise berasal dari kata dalam bahasa Prancis
Franchise " yang berarti "membebaskan dari perbudakan." Istilah
tersebut berangsur-angsur berubah menjadi hak kebebasan untuk
memberi kepada orang lain. Kini arti franchise adaiah memberi hak
positif untuk menggunakan atau melakukan sesuatu secara komersial.
Pada umumnya hak tersebut mencakup penggunaan nama atau metode
kerja yang telah dikenai yang dimiliki oleh orang lain. Definisi
franchise menurut Asosiasi Franchise Intem asional: franchise adalah
hubungan antara dua pihak (franchisor dan franchise) di mana
pengetahuan, citra, keberhasilan, manufaktur dan teknikpemasaran
pihak franchise diperoleh dari pihak franchisor. Seseorang yang
membeli lisensi franchise dia membeli perusahaan yang telah dikemas.
Waralaba telah dikenal sejak Abad Pertengahan sebagai metode
mendirikan tempat penjualan (outlet) untuk menjual produk
manufaktur. Di zaman modem, tidak lama sesudah Perang Saudara di
Amerika Serikat, perusahaan mesin jahit Singer pertama kali
mengenalkan sistem waralaba. Sistem ini berangsur-angsur surut dan
franchise tidak menjadi bagian penting dari sistem distribusi sampai
dengan industri mobil dan minuman ringan menggunakannya pada
awal abad duapuluhan. Franchise mengalami perkembangan yang
berarti dalam tahun 1930-an pada waktu perusahaan-perusahaan
minyak menggunakannya sebagai sistem distribusi utama.
Waralaba atau franchise telah berkembang luas, dan kini
merupakan salah satu cara untuk memiliki perusahaan kecil dengan
cara menjalin kontrak franchise antara seorang wirausahawan untuk
dapat menggunakan nama, logo, dan merek dagang perusahaan barang
dan/atau jasa yang telah mapan dikenal luas, misalnya Kentucky Fried
Chicken, Mc Donlas, Pizza Hut, UPS dan lain-lainnya. Perusahaan
yang menyediakan produk berupa jasa dan/atau atau barang disebut
120 | K e w i r a u s a h a a n
.
Franchisor, dan pihak yang menjual produk di wilayah tertentu disebut
franchise.. Pihak kedua ini membayar kontrak franchise.
Perjanjian franchise. adalah kontrak perijinan pemakaian nama,
merek dagang, dan logo perusahaan franchisor yang di dalamnya
dicantumkan ikhtisar peraturan pengoperasian fi
-
anchise, jasa yang
disediakan oleh,franchisor, dan persyaratan keuangan. Di samping itu,
franchise.menyetujui untuk membeli perlengkapan sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh franchise., mengikuti sistem penjualan dan
pelayanan dan peraturan pengoperasian perusahaan, melibatkan diri
dalam promosi bersama, dan senantiasa menjaga hubungan dengan
franchise.. Sebagai imbalan,,franchisor biasanya memberikan bantuan
berupa petunjuk dan pelatihan, bantuan manajemen, prosedur akuntansi
dan manajemen, pelatihan karyawan, bantuan keuangan, dan rencana
bangunan serta pemilihan tempat usaha. Untuk memenuhi persyaratan
keuangan diperlukan sejumlah investasi minimum yang pembayarannya
dapat diangsur sesuai dengan kesepakatan diantara kedua pihak,
pembayaran iuran pertama, dan pembayaran bulanan yang dapat
didasarkan atas persentase penjualan.

2. Jenis Perusahaan Waralaba/Franchise
Terusahaan waralaba/Franchise dilakukan pada berbagai produk
dan jasa seperti minuman, makanan cepat saji, es krimr, jasa cuci
(laundry), hotel, dan sebagainya. Usaha waralaba dapat diklasifikasikan
dalam empat jenis dengan ciri yang saling berbeda antara yang satu
dengan yang lain.



2,1. Sistem Waralaba Pabrik-Pengecer
Pada umumnya pabrik memberi izin usaha kepada semua toko pengecer
(outlet) untuk menyimpan sediaan dan memasarkan jajaran prodaknya.
Contohnya meliputi kendaraan bermotor, peralatan pertanian, produk
minyak dan gas, dan sepatu.

2.2. Sistem Waralaba Pabrik-Grosir
Perusahaan minuman, terutama minuman ringan dan bir mendominasi
waralaba jenis ini. Pada waralaba minuman ringan pabrik memasok bahan
dasar kepada grosir yang menambahnya dengan bahan, kemasan produk,
dan kemudian mendistribusikannya kepada pengecer lokal. Dalam sistem
ini franchise melakukan aktivitas produksl dan mendistribusikan kepada
produknya ke tingkat pengecer. Seperti dalam ketentuan pada sistem
121 | K e w i r a u s a h a a n
pabrik-pengecer, franchise mengawasi produk untuk didistribusikan atau
sifat dan cirinya.

2.3. Sistem Waralaba Grosir-Pengecer
Dalam sistem ini grosir mensponsori waralaba eceran;
.
franchisor
mencari pengecer independen untuk menjadi franchise dengan cara
kontrak.

2.4. Waralaba Nama Perusahaan
Sistem waralaba nama perusahaan paling diminati dan teiah berkembang
dengan cepat dalam dua dekade terakhir. Dalam tatanan ini franchisor
memiliki nama perusahaan yang telah dikenal dan metode untuk
pengoperasian toko pengecer (outlet) yang terbukti menguntungkan.
Misalnya, restoran McDonalds, Kentucky Fried Chicken, hotel Holiday
Inn, Sheraton Inn, dan lain-lain.

3. Sifat Hubungan Waralabal / Franchise
Inti hubungan waralaba / franchise berupa perjanjian kontrak
yang mengatur kebebasan franchise untuk melakukan atau menggunakan
sesuatu yang merupakan milik atau hak franchisor. Ikatan perjanjian ini
mengatur hubungan dan pengendalian distribusi produk atau jasa yang
dijual oleh franchise. Franchise, wirausahawan atau investor membayar
sejumlah tertentu yang disetujui untuk memperoleh hak menjual suatu
produk atau jasa tertentu, menggunakan merek dagang, cap, teknik
pengoperasian, atau proses teknis yang dimiliki oleh franchisor.
Hubungan fi
-
anchise tidak hanya mencakup lisensi untuk
menggunakan merek dagang tertentu atau teknik perusahaan sebagai
imbalan suatu pertimbangan tertentu. Lebih dari itu ada dua keuntungan
dalam hubungan antara franchise dan franchisor sebagai berikut:
pertama, keberhasilan perusahaan waralaba menguntungkan kedua pihak
sehingga perjanjian kontrak dapat diperpanjang; dan kedua, franchise
bersedia menjaga standar operasi tertentu yang ditetapkan oleh fi
-
anchisor.
Pada umumnya bentuk hubungan franchise mencakup
pengendalian manajemen dan pengambilan keputusan bersama,
pertukaran manajemen yang spesifik atau keahlian teknis, dan, biasanya,
manfaat produk atau jasa dikembangkan oleh franchisor.





122 | K e w i r a u s a h a a n
4. Evaluasi Hubungan WaralabalFranchise

4.1. Franchisor
Dengan mengetahui motif franchisor akan membantu franchise untuk
mengevaluasi prospeknya secara obyektif sebagai anggota sistem
distribusi franchisor.

4.1.1 Akuisisi Modal
Pada tahun-tahun belakangan ini alas an utama bagi perusahaan untuk
menerima distribusi waralaba memerlukan modal. Perusahaan makanan
cepat saji yang telah dikenal luas menggunakan pembayaran terlebih
dahulu yang dibayar oleh franchise sebagai sumber utama modal kerja.
Cara ini merupakan teknik pembiayaan yang menarik karena pada
umumnya modal dikumpulkan dalam waktu yang lama sebelum tempat
usaha (outlet) dibuka. Ketentuan ini menjadikan pihak, franchisor
menerima uang dalam jumlah besar dalam bentuk pinjaman tanpa bunga
dari franchise.


4.1.2. Mengurangi Biaya Pemasaran
Usaha waralabalfYanchise dapat mengurangi biaya pemasaran. Jika
perusahaan mempunyai toko, perusahan harus membayar semua biaya
pengoperasian perusahaan yang tersebar di beberapa lokasi, biaya
seperti tenaga kerja, overhead, administrasi personel, pelatihan
karyawan, merupakan pengeluaran yang secara kontinu harus dibayar
tanpa memperhatikan volume penjualan.

4.1.3. Kewirausahaan
Franchisor yang berhasil percaya bahwa manajer-wirausahawan lokal
merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan sistem waralaba. Bagi
franchisor pada umumnya, franchise yang baik adalah orang yang dapat
mentaati suatu cara melakukan usaha yang telah ditetapkan tanpa
bermaksud untuk berupaya melakukan improvisasi. Seringkali
franchisor mencari orang yang bertipe "prajurit", yakni, mereka yang
dapat bekerja dengan baik menurut jenjang pangkat, di antara atasan
yang memberi perintah dan pribadi yang mengikuti mereka. Franchisor
mendapati bahwa, franchise lebih mungkin untuk bekerja keras dalam
pemasaran dan dalam pengendalian biaya operasi daripada karyawan
yang digaji di perusahaan yang dimiliki oleh toko pengecer (outlet).
Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan sistem waralaba
(franchise) dan franchise berkaitan erat dengan efektivitas franchisor
123 | K e w i r a u s a h a a n
menciptakan kondisi yang mendukung bagi kewirausahaan di antara
manajer-pemilik waralaba (franchise).
Faktor pribadi seseorang merupakan faktor penting dalam
menentukan kesesuaian hubungan franchise dan dirinya sebagai seorang
franchise. Franchise dalam sistem yang berjalan dengan baik cenderung
menganggap dirinya sebagai wirausahawan dan pelaku bisnis lokal yang
patut diperhitungkan.
Pada umumnya pelaku bisnis ingin berbisnis untuk dirinya, tetapi
ragu untuk mengambil langkah drastis pada awal perusahaan bisnis yang
sepenuhnya mandiri. Kurangnya pengalaman berbisnis merupakan
alasan keraguan wirausahawan untuk berjalan sendiri dalam
menjalankan perusahaan. Meskipun pada umumnya orang mengetahui
bahwa menjalankan perusahaan kecil merupakan keinginan, mereka
kurang memiliki ide, produk, jasa, atau lokasi perusahaan yang spesifik.
Franchise mempunyai daya tarik tersendiri bagi pelaku bisnis
seperti tersebut di atas. Membeli fr
-
anchise dapat memberikan beberapa
manfaat sebagai berikut:
Perusahaan dan metodenya secara keseluruhan telah teruji.
Franchise dapat bermula dengan produk atau jasa yang telah dikenal
dan diterima konsumen.
Catatan keberhasilan dalam bidang keuangan dan pemasaran dapat
diketahui dan yang dianggap sesuai dapat diterapkan pada franchise
tertentu yang akan dibeli.
Dapat memperoleh bantuan dari ahli dalam berbagai bidang yang
berhubungan dengan pembukaan dan pengoperasiar} perusahaan
seperti pemilihan lokasi, tata letak toko, barang dagangan,
pengendalian sediaan, dan akuntansi.
Pada umumnya franchise menerima indentitas dan partisipasi
kelompok dalam sistem franchise. Menurut pengamatan banyak
franchise yang tidak menginginkan mandiri sepenuhnya, melainkan
lebih menginginkan untuk menjadi bagian dari perusahaan besar yang
berhasil.

5. Evaluasi Perjanjian Waralaba (Franchise)
Perjanjian atau kontrak waralaba (franchise) menyatakan
tanggungjawab franchisor dan franchise. Perjanjian harus menyebutkan
dengan jelas segala sesuatu yang akan dipasok oleh franchisor pada
awal franchise dan bentuk jasa yang akan diterima oleh franchise. Lebih
dari itu,perjanjian juga menyebutkan dengan rinci cara pengoperasian
perusahaan. Komitmen dan pertanggungjawaban yang tidak jelas akan
menimbulkan perselisihan hukum. Semua janji dan persetujuan, baik
secara lisan maupun tertulis, harus diperiksa oleh pengacara atau kuasa
124 | K e w i r a u s a h a a n
hukum dan disebutkan dalam k.ontrak franchise. Berikut dipaparkan
elemen-elemen yang pada umumnya disebutkan dalam perjanjian
franchise.


5.1. Biaya Awal dan Biaya Perpanjangan
Franchisor biasanya memerlukan biaya franchise yang besamya
bervariasi. Tujuan keperluan biaya untuk memperoleh modal kerja bagi
franchisor, dan untuk biaya pengeluaran lokasi usaha, pelatihan, dan
jasa lain yang diperlukan untuk memberi jaminan untuk pembuatan
"toko eceran (outlet) franchise. Lebih dari itu, biaya lm juga untuk
mengasuransikan pribadi franchise dalam pengoperasian perusahaan.
Beberapa toko eceran dan tempat-tempat penjualan jasa tidak membayar
biaya awal. Franchise membayar sewa untuk penggunaan fasilitas
franchisor dan franchisor mendapatkan laba dari menjual produk
kepada franchise. Misalnya, pabrik minuman ringan, franchisor
menjual sirup yang menjadi bahan dasar minuman kepada Franchise
yang membotolkan minuman, selanjutnya bahan dasar diolah menjadi
produk yang dapat dipasarkan.
Dalam,franchise bisnis jasa, seperti akuntansi, biro perjalanan, dan
penyalur tenaga kerja, biaya awal hanya dikenakan pada uang yang
didapat. lni dikarenakan biaya,ti
-
amchise meliputi penggunaan nama,
metode operasi, dan bentuk usaha franchisor, tetapi tidak ada kelanjutan
hubungan.

5.2. Lokasi Usaha dan Fasilitas
Keberhasilan usaha franchise sangat ditentukan oleh lokasi usaha. Pada
masa lalu, fi-anchisor menerima franchise dan kemudian mencari lokasi
untuk toko/outlet. Kemudian pada masa sekarang praktik se,perti itu
diubah. Franchisor niengidentifikasikan dap membeli tempat untuk
outlet dan kemudian menerima franchise. Faktor utama penyebab
perubahan prosedur tersebut adalah: pertama, perkembangan usaha
franchise menyebabkan jumlah lokasi yang strategis mengalami
penurunan tajam. Kedua, harga tanah men-alarm kenaikan ketika
diketahui bahwa perusahaan franclaise terkemuka menginginkan tempat
tertentu. Ketiga, pemerintah daerah setempat membatasi kontribusi
ketersediaan lokasi strategis yang semakin berkurang.
Franchisor dalam membeli properti bisnis seringkali memanfaatkan
jasa perantara. Meskipun demikian, faktor yang lebih penting adalah
franchisor menjadi lebih seksama dalam penelitian dan pemilihan
tempat yang potensial untuk outlet. Seringkali sejumlah besar dana
125 | K e w i r a u s a h a a n
dikeluarkan untuk riset pemasaran dan studi kelayakan yang diperlukan
untuk mengevaluasi suatu lokasi toko.

5.3. Pelatihan Bisnis
Pada umumnya franchisor yang mempunyai reputasi terkemuka
menawarkan pelatihan menyeluruh tentang pengoperasian perusahaan.
Mereka memerlukan pelatihan seperti itu sebagai syarat mendapatkan
franchise. Perlu diketahui harapan franchisor pada franchise berkenaan
dengan jenis usaha yang akan dioperasikan. Pada umumnya, franchisor
lebih men gutamakan, franchise yang belum berpengalaman karena
mereka lebih mudah diberi pelatihan tentang cara franchisor
mengoperasikan perusahaan.
Pelatihan franclrise sebaiknya tidak terbatas pada materi tentang
kebijakan, prosedur, dan metode, tetapi juga harus ditekankan pada sifat
kewirausahaan dan kecakapan manajerial yang diperlukan. Problem
pada permulaan dan pengoperasian usaha franchise tidak berbeda
dengan yang dialami oleh pelaku usaha kecil. Pelatihan juga harus
bertujuan menyiapkan manajer franchise untuk jam menghadapi stres
karena jam kerja yang lama pada beberapa bulan pertama. Biaya
pelatihan pada umumnya sudah termasuk dalam biaya yang dibayarkan
kepada franchisor.

5.4. Usaha Franchise
Perjanjian franchise seringkali diatur dengan standar yang kaku dan
menyatakan prosedur operasi yang harus diikuti oleh franchise.
Pengendalian perusahaan ini menjamin praktik yang konsisten di antara
tokoloutletdan berfungsi untuk meningkatkan nilai merek dagang,
identitas, dan citra konsumen. Hal ini berarti bahwa persyaratan operasi
yang ditentukan oleh franchisor dapat berpengaruh pada setiap aspek
usaha fran-chise, yang meliputi tatanan dan desain toko, perlengkapan dan
perabot yang digunakan, produk dan kualitas yang dihasilkan, dan upaya
promosi.
Kuatnya pengendalian franchisor yang diterapkan langsung berpengaruh
pada kebebasan dan sifat kewirausahaan franchise. Franchise harus
mengetahui mekanisme yang diterapkan pada pengaturan pengoperasian
perusahaan. Lima cara yang dapat diterapkan franchisor dalam
mengendalikan franchise adalah sebagai berikut:

Perjanjian Franchise. Perjanjian kontrakfranchise secara khusus
menerangkan rincian standar, peraturan, dan prosedur yang harus diikuti.
Perjanjian juga mengatur jangka waktu kontrak dan persyaratan yang
126 | K e w i r a u s a h a a n
menyebutkan bahwa kontrak dapat dihentikan. Franchise terikat secara
hukum dalam kontrak.

Kebijakan Franchisor. Pada umumnya franchisor menjelaskan
secara rinci peraturan dan panduan dalam petunjuk kerja resmi.
Petunjuk kerja ini meliputi penyelenggaraan perusahaan seperti
jam kerja, gaji karyawan, pemutusan hubungan kerja karyawan,
kualifikasi karyawan, penyimpanan dan produk.
Persetujuan Franchisor. Pada umumnya, franchisor menghendaki
franchisor untuk mendapatkan persetujuan untuk keputusan
perusahaan tertentu. Misalnya, persetujuan ftanchisor mungkin
diperlukan sebelum franchise dapat mengembangkan perusahaan,
atau menambah produk atau jasa baru.
Rekomendasi Franchisor Kadang-kadang franehisor hanya
merekomendasikan cara untuk melaksanakan tugas atau aktivitas
perusahaan tertentu daripada menetapkan prosedur.
Laporan Franchise. Laporan tentang penjualan, pendapatan,
biaya, dan iaba disampaikan setiap bulan atau setiap kuartal.
Perwakilanfranchisorakan membahas laporan tersebut bersama
dengan franchise.
Franchisor akan menggunakan satu atau kombinasi beberapa metode
pengaturan ini. Franchise harus memahami cara tertentu penerapan
mekanisme pengendalian ini.

6.Jangka Waktu, Pemutusan Hubungan dan Pengalinan Kontrak
Aspek lain hubungan antara frunchisor dan franchise yang perlu
diketahui dengan cermat adalah jangka waktu kontrak, rincian tentang
pemutusan hubungan, dan persyaratan tentang pemindahan hak atau
penjualan hak franchise.

6.1. Jangka Waktu
Jangka waktu kontrak fr
-
anchise pada umumnya berlaku antara 10
sampai dengan 20 tahun. Pada umumnya jangka waktu kontrak franchise
ditentukan oleh sewa guna usaha atas properti tempat outlet berada.
Perjanjian franchise dan perjanjian sewa guna properti disatukan dalam
suatu dokumen karena franchise tanpa tempat yang khusus tidak
mempunyai nilai.

6.2. Pemutusan Hubungan
Franchisor berhak menunda, atau menolak perpanjangan kontrak fi-
anelrise yang tidak dapat bekerja sama, salah kelola, atau gagal dalam
usaha berdasarkan alasan-alasan yang layak. Meskipun demikian
127 | K e w i r a u s a h a a n
pemutusan kontrak franchise harus dipelajari dengan seksamra.
Franchise seringkali berada pada posisi yang kurang menguntungkan
dalam penentuan hak franchisor untuk menunda atau menolak
perpanjangan kontrak. Franchisor mengancam fYanchise dengan
penundaan agar mereka menerima keputusan perusahaan atau kewajiban
yang tidak didasari alasan rasional. Franchise dapat member
-
ikan
peringatan secara hati-hati jika franchisor meminta tingkat pembelian
sediaan minimum dengan harga tinggi, atau kuota penjualan yang tidak
rasional. Perencanaan dan pengambilan keputusan harus didasarkan atas
analisis dan strategi yang cermat, bukan rasa takut pada permintaan
franchisor yang tidak rasional.

6.3. Pengalihan Kontrak
Perjanjian franchise akan menetapkan persyaratan yang menetapkan
bahwa franchise dapat dijual dan dialihkan hak pengoperasiannya. Pada
umumnya franchise tidak berhak untuk menjual perusahaan atau
mewariskannya kepada All waris tanpa persetujuan resmi dari
frunchisor.
Franchisor biasanya memberikan hak untuk membeli kembali outlet
franchise karena pemutusan hubungan kontrak. Jika franchise tidak
menggunakan hak untuk memperbarui kontrak, franchisor dapat
melakukan transaksi dengan pihak lain untuk mendapatkan penawaran
kontrak baru.
Pada umumnya franchisor cenderung membeli kembali outlet franchise
dan mengoperasikannya sendiri. Sementara itu, beberapa fYanchisor
menawarkan sebagian atau semua outlet yang dibelinya kembali kepada
perusahaan yang lebih besar.

7. Melakukan Sendiri Riset Pasar
Menangani sendiri riset pasar merupakan unsur yang harus
diperhatikan dalam memilih bisnis fzozzrchise yang tepat. Franchisor
yang ingin mengembangkan distribusi dengan cepat mengutamakan
kesempatan franchise dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat. lni
dapat dilakukan den-an kajian tentang lokasi atau penelitian konsumen
yang dilakukan den-an cemial oleh franchise untuk mendukung
pemyataan dan cara menunjukkan daya tarik lokasi toko pengecer/outlet
yang strategis. Dengan melakukan sendiri riset pasar dapat file ngurangi
kemungkinan tcrjadinya manipulasi.
Sebelum berinvestasi dalam bisnis franchise, seseorang harus
terlebih dahulu mengCtahui keahlian khusus franchisor dalam
pemasaran, terutama dalam bidang inovasi produk, lokasi perusahaan,
merek dagang dan citra perusahaan, periklanan, dan kreativitas dalam
128 | K e w i r a u s a h a a n
promrosi penjualan. Semua ini merupakan tanggung jawab dan manfaat
yang dibeli dengan menanam sejumlah investasi pada fi
-
anchise tertentu.

7.1. Inovasi Produk.
Perkembangan produk yang dibuat oleh franchisor, keunikan sifatproduk
yang ditawarkan, kesesuaian produk dengan persyaratan yang diinginkan
konsumen, dan rencana produk yang akan dibuat franchisor perlu
diketahui oleh
.
ti
-
anchise melalui observasi pada rangkaian sejumlah
franchisedengan cara melakukan wawancara dengan pemilik franchise
yang ada dan konsumen, dan melihat laporan peninjauan yang dilakukan
oleh franchisor
-
. Jika hasil observasi tidak memuaskan dapat diartikan
bahwa,frazachisor berusaha meniual franchise daripada perusahaan yang
memenuhi kebutuhan konsumen dan menjual produk yang kualitasnya
ditingkatkan secara berkesinambungan.
Konsep pemasaran mengutamakan konsumen. Produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan franchise harus mampu memenuhi kebutuhan
konsumen. Pengeluaran sejumlah hesar uang untuk periklanan, lokasi
perusahaan, dan modal tidak d.rpnt menggantikan produk bermutu rendah
dan pelayanan yang kurang memuaskan.

7.2. Lokasi Perusahaan
Pada umumnya keberhasilan perusahaan franchise sangat ditentukan oleh
lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh konsumen. Mengetahui
jumlah dan tipe konsuillen, dan jarak antara mereka dengan toko/outlet
merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Karcn,r itu, di samping
kualitas produk dan kebutuhan, jarak antara toko dan tempat konsumen
bermukim merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan.
franchisor menerapkan beberapa strategi lokasi. Toko/outlet dapat
ditempatkan di antara toko-toko yang menjual produk sejenis, serupa tapi
tidak sama dengan produk dijual oleh toko lain. Dapat pula franchiseor
megambil kebijakan untuk tidak bersaing secara langsung dengan toko
lain. Untuk itu mereka menempatkan outlet yang berdiri sendiri di tengah
daerah pertokoan. Ada pula franchisor yang menempatkan outlet di
dalam mat, atau bersebelahan dengan outlet pengecer lain di pusat
perbelanjaan.
Rancangan yang diterapkan oleh franchisor untuk menentukan lokasi
outlet ditentukan oleh strategi segmentasi pasar. Franchisorsebagai
pihak pertama harus dapat menunjukkan kepada pihak kedua yang akan
mengikat perjanjian kontrak franchise tentang data yang berupa
dokumentasi, kajian riset pasar yang profesional tentang pangsa pasar
yang sesuai denganlokasiperusahaan.
129 | K e w i r a u s a h a a n
Jika outlet yang akan dibeli tergolong bam, pihak kedua harus meninjau
den-an cemnat kajian pasar franchisor dengan memeriksa data tentang
lalu lintas konsumen, misalnya dengan menghitung jumlah kendaraan
dan orang yang melintasi toko daiam jangka waktu tertentu.

7.3. Citra Produk dan Periklanan
Pemasaran produk dan jasa yang dijual oleh outlet franchise
memerlukan periklanan dengan jaringan luas yang efektif. Makanan
cepat saji, perhotelan, otomotif dan produk atau jasa lain memerlukan
investasi besar dalam periklanan untuk menciptakan nama atau merek
dagang yang dikenal berskala nasional. Pesan Man didesain dengan
cermat agar dikenal luas oleh konsumen dan diulang berkali-kali untuk
menekankanperhc dasar2 produk dan jasa franchisor dari produk
pesaing. Pada umumnya
.
franchise r mc;nggelar periklanan nasional
bertujuan untuk menarik konsumen agar mengunjmgi outlet mereka.
Dua aspek penting dalam hubungan periklanan antara franchi,sor
dan
.
franchise perlu diketahui. Pertama, mengetahui komitmen keuangan
dalam periklanan franchisor
-
tentang cara pembagian pembiayaan
periklanan antara franchisor dan franchise, jumlah pengeluaran
investasi awal untuk periklanan, dan kontribusi yang perlu diberikan
selama kampanye periklanan berskala nasional. Kedua, mengetahui sifat
program periklanan dengan menanyakan kepada franchise tentang
rencanaperiklanan untuk tahun yang akan datang. Gambaran dalam
bentuk angka diperlukan untuk mengetahui besamya pasar periklanan
dibandingkan dengan pasar yang dicapai oleh franchisor lain.
Berdasarkan pengalaman seseorang sebelum mengikat kontrak fr
-
anchise, dapat diketahu3 efektivitas bauran media massa seperti radio,
TV, billboard, majalah, surat kabar merupakan sarana yang tepat untuk
mencapai pasar potensial bagi outlet yang akan dioperasikan.
Franchisor harus dapat menunjukkan kajian media yang membuktikan
efektivitas kampanye periklanan. Analisis harus dapat menunjukkan
karakteristik demogratis dan sifat pembelian konsumen. DI samping itu
franchisor juga harus dapat menunjukkan rencana penjadwalan di pasar
lokal dengan menggunakan media dan besamya biaya yang diperlukan.


8. Faktor Keunggulan dan Kekurangan Usaha Waralaba (Franchise)
Sebelum memulai suatu usaha, seorang wirausahawan perlu
mengetahui faktor untungl rugi dengan membandingkan antara membeli
hak waralaba dan membuka usaha nonwaralaba. Berikut diungkapkan
beberapa faktor kelebihan dan kekurangan dalam membeli franchise
waralaba:
130 | K e w i r a u s a h a a n
Bantuan dan pelatihun manajemen : Pengusaha waralaba
(franchise) dengan pengalaman pribadi yang kurang memadai dapat
memperoleh pelatihan dari induk perusahaan (franchisor). Program
pelatihan yang telah tersusun dengan baik tentang cara memulai dan
menjalankan perusahaan diberikan kepada pemilik usaha waralaba.
Konsep perusahaan, produk, dan nama yang tetczh dikenat:
Pengusaha waralaba mendapatkan perusahaan yang telah dikenal
dan kualitas produknya telah dipercaya pasar. Konsumen
mengetahui bahwa keunggulan kualitas produk yang ditawarkan
oleh waralaba seperti Pizza Hut tidak diragukan. Pewaralaba
mendapat perusahaan yang telah terbukti memiliki catatan
prestasi, prosedur operasi yang baku, dan periklanan yang
tersebar di seluruh pelosok negeri. Dengan demikian risiko dapat
ditekan, dan kesempatan mendapat keuntungan menjadi lebih
besar.
Buntuan keuangan: Memulai suatu usaha diperlukan uang dalam
jumlah besar, data wirausahawan seringkali mempunyai sumber
daya yang terbatas. Perusahaan waralaba memberikan bantuan
keuangan dengan beberapa cara. Pertama, bergabung dengan
perusahaan yang telah dikenal luas secara nasional, biasanya
pewaralaba mendapat kesempatan lebih baik untuk memperoleh
dana pinjaman. DI samping itu, perusahaan induk waralaba
(franchise
-
) memberikan petunjuk tentang manajemen keuangan,
penyerahan kepada pihak yang memberi pinjaman, dan bantuan
dalam persiapan pengajuan pinjaman. Banyak perusahaan induk
waralaba yang juga menawarkan rencana pembayaran, kredit
jangka pendek untuk pembelian perlengkapan dari perusahaan
waralaba.
Kepemilikan : Pengelolaan waralaba memiliki perusahaan secara
pribadi. Pemilik dapat menikmati kemandirian, insentif, dan laba
usaha mandiri. DI samping itu, pemiiik juga dapat merasakan
nikmatnya menjadi pimpinan perusahaan meskipun harus
mentaati lebih banyak peraturan dan prosedur dibandingkan
dengan memiliki usaha yang sepenuhnya berdasarkan atas modal
sendiri.

Faktor-faktor kelemahan pada franchise :
Biaya awal yang tinggi : Biaya pada awal usaha waralaba
bervariasi, bergantung pada jenis perusahaan. Biaya-biaya itu
meliputi biaya pembukaan usaha waralaba yang hanya dapat
dilakukan satu kali, pembelian tanah, bangunan, dan
perlengkapan, dan dana untuk penyediaan bahan serta biaya
131 | K e w i r a u s a h a a n
pengoperasian pecusahaan. DI samping biaya-biaya tersebut
pewaralaba masih harus membayar biaya periklanan nasional
yang dihitung berdasarkan persentase penjualan. Pewaralaba juga
harus membayar royalti yang dibebankan atas penjualan sebesar
2% sampai dengan 20% dari hasil penjualan. Biaya lain yang
harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembimbingan dan
pengarahan manajemen.
Pembatasan kebebasan beroperasi: Pengoperasian usaha
waralaba tidak seleluasa pengoperasian usaha yang didirikan
dari titik permulaan. Pewaralaba harus mengikuti berbagai
ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan induk
(franchisor). Sediaan dan pasokan harus sesuai dengan standar
perusahaan induk. Pembelian harus dari pemasok yang telah
ditentukan atau dari perusahaan induk. Lebih daripada itu,
wilayah pemasaran pewaralaba dibatasi pada wilayah atau
tempat tertentu yang membatasi pertumbuhan perusahaan.




132 | K e w i r a u s a h a a n
BAB X

PRODUKSI DAN MANAJEMEN OPERASI



Setiap perusahaan memiliki fungsi produksi dalam menciptakan
beberapa jenis produk atau jasa Perusahaan harus mempertimbangkan
cara pembuatan produk atau pengiriman jasa. Oleh karena itu, setiap
perusahaan memerlukan manajemen operasi. Cakupan tugasnya
berhubungan erat dengan pemasaran, keuangan, akuntansi, dan bidang-
bidang fungsi lain dalam perusahaan.

1. Proses Produksi
Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi dan produk yang
dihasilkan harus jelas. Divisi perlengkapan pada perusahaan elektronik
National Gobel , misalnya, mengubah baja, karet, tembaga, dan bahan
lainnya menjadi mesin cuci, mesin pengering, kipas angin, blender, dan
sebagainya.
Produksi, pembuatan barang dan jasa, merupakan fungsi penting
dalam setiap perusahaan. Melalui proses produksi, perusahaan
mengubah bahan menjadi produk. Pengelolaajl proses konversi dalam
produksi memerlukan peran manajemen operasi.

Proses Produksi Dasar
Manajer operasi mengklasifikasikan proses produksi dengan dua
cara. Pertama, menerangkan cara konversi bahan menjadi produk.
Kedua, menerangkan penetapan waktu proses.

Konversi Bahan menjadi Produk
Ada dua proses dasar untuk mengubah bahan menjadi produk. Pertama,
bahan mentah dibagi menjadi satu atau lebih produk. Misalnya,
penyaringan minyak bumi diubah menjadi bensin, minyak tanah, dan
bahan kimia. Kedua, jenis proses yang merupakan kebalikan proses
pertama. Bahan dasar dikombinasikan untuk menghasilkan produk baru,
atau ditransformasikan menjadi produk yang berbeda.

2.2. Produksi Berkesinambungan, Repetitif, dan Terpisah
Penetapan waktu produksi merupakan suatu metode klasifikasi. Proses
berkesinambungan memerlukan jangka waktu yang panjang beberapa
hari, nninggu atau bulan tanpa menghentikan peralatan. Kebijakan proses
berkesinambungan paling tepat diterapkan pada jumlah produksi besar,
133 | K e w i r a u s a h a a n
tidak banyak variasi dengan suku cadang berstandar baku, seperti paku,
gelas, dan kertas. Biaya per-unit rendah dan produksi mudah dijadwalkan.
Proses repetitif dilakukan dengan menggunakan modul, bagian atau unit
yang dibuat terlebih dahulu. Misalnya, proses ini diterapkan pada
pembuatan mesin cuci. Mesin dirakit terlebih dahulu sebagai modul
terpisah, kemudian dipasang pada mesin.
Proses terpisah, pengerjaan produksi dalam waktu singkat digunakan
untuk membuat sejumlah produk yang berbeda-beda. Mesin dimatikan
dan disesuaikan untuk membuat produk-produk tersebut pada waktu yang
berlainan. Proses ini paling sesuai untuk produksi jumlah kecil dengan
variasi yang tinggi. Misalnya, aneka produk cetakan seperti brosur,
undangan, surat atau edaran untuk anggota organisasi, dan laporan.

3, Perencanaan Produksi
Suatu bagian penting pada manajemen operasi adalah perencanaan
produksi, yakni penetapan jenis dan jumlah sumber daya yang diperlukan
untuk membuat produk. Perencanaan produksi yang baik
menyeimbangkan tujuan yang mungkin menimbulkan konflik:
memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen sambil tetap
mempertahankan biaya rendah, mempertahankan laba yang tinggi sambil
tetap men jaga kesesuaian persediaan.

3.1. Memilih Lokasi
Sebuah keputusan penting yang harus ditetapkan terlebih dahulu dalam
perencanaan produksi adalah penempatan fasilitas. Pemilihan lokasi
berpengaruh terhadap biaya operasi, harga produk, dan kemampuan
bersaingperusahaan. Misalnya, pengiriman bahan mentah dan barang jadi
sebesar 25 persen dari biaya total produk. Penempatan fasilitas dimana
biaya pengiriman dan biaya-biaya lain yang rendah merupakan bagian
keberhasilan perusahaan. Setelah produksi dimulai tidak mudah
memindahkan pabrik atau fasilitas jasa.

3.1.1. Faktor Kuarltitatif
Biaya pene.tapan lokasi diberbagai tempat berbeda-beda. Oleh karena itu
diperlukan analisis sebelum menetapkan lokasi suatu perusahaan.
Biaya tenaga kerja sangat penting baik untuk perusahaan manufaktur
maupun perusahaan jasa. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
meliputi tingkat kecakapan pekerja, pelatihan yang diperlukan, tingkat
upah, dan produktivitas pekerja. Jarak perusahaan yang mudah dijangkau
oleh konsumen dan sumber bahan mentah yang mudah dicapai juga
merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan untuk menetapkan
pelayanan yang lebih baik pada tingkat biaya yang rendah.
134 | K e w i r a u s a h a a n

3.1.2. FaktorKualitatif
Pemilihan lokasi perusahaan tidak mudah untuk diukur. Kualitas
kehidupan dalam suatu komunitas seperti pendidikan, rekreasi, aktivitas
budaya, suasana, dan pelayanan umum merupakan faktor yang memberi
kesempatan kepada perusahaan untuk menjual produk berkualitas baik
dengan harga yang lebih tinggi. Perusahaan produk berteknologi tinggi
menempatkan kualitas kehidupan pada urutan pertama dalam daftar
prioritas.

4. Arti Lokasi bagi Perusahaan
Keputusan lokasi perusahaan atau tempat usaha merupakan faktor
penting dalam pengambilan keputusan. Dua alasan penting tentang
pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

4.1. Persaingan
Lokasi perusahaan atau tempat usaha berpengaruh terhadap kemampuan
bersaing dan berbagai aspek operasi perusahaan. Bagi perusahaan
manufaktur, lokasi berpengaruh pada biaya langsung. Biaya transportasi
ke dan dari lokasi perusahaan maupun biaya tenaga kerja dan berbagai
penyediaan bahan untuk proses produksi. Dalam pemberian pelayanan
lokasi dapat mempengaruhi permintaan jasa dan efektivitas operasi
secara keseluruhan. Lokasi juga dapat berpengaruh secara mental
terhadap hubungan intemal antar karyawan dan hubungan ekstemal
dengan pihak luar. Tata letak atau penataaan fasilitas juga berpengaruh
terhadap biaya operasi dan koordinasi atau supervisi.

4.2. Biaya
Kegagalan pengambilan keputusan tentang lokasi dapat mengakibatkan
biaya mahal dalam jangka panjang. Keputusan membeli tanah atau
mendirikan bangunan memerlukan biaya besar. Waktu yang digunakan
dan usaha yang dilakukan untuk pekerjaan yang tidak tepat dan
kemudian harus dibenahi tidak akan tergantikan.

5. Faktor Lokasi
Keputusan lokasi seringkali melibatkan serangkaian faktor yang dapat
berpengaruh terhadap pendapatan, biaya, atau keduanya karena dapat
berpengaruh terhadap laba. Faktor lain yang pengaruhnya terhadap laba
tidak mudah untuk diukur adalah pertimbangan pemilihan lokasi.
Beberapa faktor lokasi operasi perusahaan dibahas dan dikelompokkan
dalam tiga kategori umum.

135 | K e w i r a u s a h a a n
5.1. Faktor Hubungan Pasar
Strategi pasar harus dipertimbangkan berdasarkan penempatan fasilitas
usaha. Ramalan permintaan membantu menentukan pasar barang atau
jasa. Setiap produk ada pihak-pihak yang membutuhkannya. Keputusan
lokasi yang merupakan tempat penyediaan kebutuhan tersebut harus
diperhitungkan berdasarkan lokasi dan tingkat permintaan untuk setiap
produk baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Lokasi
pesaing juga dapat berpengaruh terhadap tingkat disukai atau lidaknya
suatu lokasi. Meskipun demikian ada beberapa perusahaan yang
menghendaki berdekatan dengan pesaing, dan adapula yang bersikap
sebaliknya. Kemudahan untuk dijangkaunya suatu lokasi usaha oleh
konsumen dapat mempengaruhi jumlah pembeli potensial dan
pendapatan perusahaan. Strategi pemasaran merupakan faktor penting
untuk dipertimbangkan bersama dengan faktor-faktor operasi pada
waktu lokasi telah ditetapkan.

5.2. Faktor Biaya untuk Fasilitas yang Beru,jud
Banyak keperluan untuk operasi perusahaan harus diadakan dengan
biaya iriahal. Keputusan lokasi merupakan salah satu di antaranya.
Perlciraan biaya jangka panjang harus digunakan karena fasilitas operasi
dapat dimanfaatkan selama empat puluh sampai lima puluh tahun, atau
bahkan lebih dari itu.

5.2.1. Transportasi.
Ketersediaan berbagai jenis sarana transportasi dapat memberikan
keluwesan dan aarana pengangkutberbagai bahan dengan biaya rendah.
Tarip pengiriman daiam volurme tertentu perkilometer bervariasi
menurut jenis baham yang diangkut. Berat relatif dan ongkos muat
untuk barang yang keluar dan masuk juga berpengaruh terhadap
keputusan lokasi.
Setiap mata rantai dalam rangkaian logistik akan mendapat tnasukan
dari satu sumber atau beberapa sumber dan mendistribusikan produknya
ke beberapa pengguna berikutnya. Faktor bahan yang akan diproses
sangat diperhatikan oleh beberapa perusahaan ketika mengambil
keputusan lokasi. Jika perusahaan ditempatkan dengan sumber bahan
disebut lokasi berorientasi bahan. Perusahaan manufaktur cenderung
berorentasi bahan jika perusahaan mempunyai sumber bahan mentah
tunggal dan mengirimkan produknya ke berbagai arah. Lebih mudah
mengangkut kertas daripada kayu dan air, sehingga pabrik kertas
biasanya berlokasi tidakjauh dari sungai dan dalam wilayah di sekitar
hutan.
136 | K e w i r a u s a h a a n
Beberapa pabrik manufaktur berlokasi tidak jauh dari konsumen jika
produk yang dihasilkan mudah rusak atau busuk, sangat berat, atau
berukuran sangat besar maka perusahaan memilih lokasi berorientasi
pasar. Demikian puia perusahaan yang produksinya dikonsumsi di
wilayah yang tidak luas, lokasi pabrik dapat berorientasi pasar, terlebih
jika bahan mentah didatangkan dari beberapa wilayah dengan biaya
transportasi yang tidak mahal. Operasi pergudangim barang jadi dan
barang eceran juga berorientasi pasar. Demikian pula dengan perusahaan
jasa karena mereka memerlukan hubungan langsung dengan konsumen.

5.2.2. Ketersediaan Energi dan Biaya
Banyak pabrik manufaktur menggunakan sumber energi dalam jumlah
besar, seperti listrik atau gas alam, untuk mengoperasikan proses
produksi. Fasilitas nonmanufaktur menggunakan berbagai sumber daya
tersebut untuk pemanasan atau pengaturan udara di ruang-ruang kerja.
Bahan bakar menjadi langka dan mahal di banyak lokasi dan akan
semakin menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi.

5.2.3. Biaya Tempat dan Pembangunan
Biaya yang langsung berhubungan dengan lokasi fasilitas adalah biaya
pemhelian tempat dan pembangunan fasilitas. Biaya per luas tertentu
bervariasi antara satu wilayah dan wilayah yang lain. Biaya per 1000
meter misalnya, kadang-kadang bervariasi karena tanah dengan harga
yang tidak mahal mungkin memerluk<m pengeluaran yang lebih besar
untuk mempersiapkan tempat dan memhangun gedung.

5.3. Faktor-Faktor Tidak Berujud
Disukai atau tidaknya suatu lokasi tidak selalu dapat diukur dengan
uang.Orang harus diberikan penjelasan dengan cara yang bijaksana agar
bersedia untuk bekerja di suatu lokasi atau tempat tertentu, karena itu
daya tarik suatu lokasi dan lingkungannya sebagai tempat untuk tinggal
dan menghidupi keluarga merupakan faktor yang penting.

5.3.1. Sikap Masyarakat
Hubungan dengan komunitas penduduk di sekitar lokasi harus menjadi
bagian terpadu dari keputusan lokasi. Opini publik di suatu wilayah
tertentu mungkin kurang sesuai untuk jenis perusahaan tertentu, meskipun
tidak ada peraturan formal secara tertulis tentang hal tersebut. Perusahaan
yang berlokasi di lokasi seperti tersebut di atas akan menghadapi risiko
pembatasan, pajak yang tinggi, atau reaksi masyarakat yang tidak
diharapkan di masa mendatang. Permasalahan akan timbul jika
masyarakat merasa terganggu oleh asap, kebisingan, bau, atau dampak
137 | K e w i r a u s a h a a n
lain yang tidak diharapkan. Pertemuan dengan tokoh dan wakil
kelompok dalam masyarakat mer
-
upakan suatu langkah yang bijaksana
sebelum membuat komitmen yang memerlukan biaya tinggi.

5.3.2. Potensi Ekspansi
Suatu tempat untuk mendirikan perusahaan manufaktur atau
nonmanufaktur perlu dipertimbangkan kemungkinan dapat atau tidaknya
untuk perluasan perusahaan. Ukuran dan garis batas tanah harus
memungkinkan untuk perluasan tata letak fasilitas perusahaan tanpa
mengorbankan efisiensi.

6. Tata Letak Fasilitas
Tata letak fasilitas merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan produksi. Idealnya temrpat proses,
perlengkapan, dan wilayah kerja diatur menurut pola yang paling
efisien. Kttentuan altematif ini juga berlaku di perusahaan jasa,
meskipun demikian pcrusatraan ja,a hnmrs lebih memperhatikan cara
mempengaruhi konsumen. Di sebuah supermarket, misalnya, letak
tangga elektrik (elevator) ditempatkan di bagian tengah atau di bagian
pinggir toko. Diletakkan di tengah akan memudahkan pemindahan
barang dari satu bagian ke bagiao iang lain di lantai yang berbeda, tetapi
menghalangi pandangan konsumen ke arah barang yang, dipajang.
Ada tiga macam tata letak fasilitas: proses, produk, dan posisi tetap.

6.1. Tata Letak Proses
Tata letak proses mengatur arus kerja sekitar proses, pengelompokan
bersama.r semua karyawan yang mengLrjakan pekerjaan sejenis. Produk
berjalan melalui satu bagian atau departemen ke bagian yang lain.
Misalnya, semua pekerjaan pengelasan dikerjakan di satu tempat,
pekerjaan perakitan di tempat yang lain. Proses ini merupakan langkah
yang paling sesuai untuk perusahaan yang memproduksi berbagai
produk dalam jumlah kecil.
6.2. Tata Letak Produk
Llntuk proses produksi berkesinambungan tata letak (jajaran perakitan)
produk diterapkan. Pada waktu jumlah produk yang besar memerlukan
proses secara terus menerus tanpa terputus-putus, bagian atau
departemen yang mengerjakannya diatur dalam satu baris. Pabrik mobil,
perkakas, dan pemrosesan makanan pada umumnya menerapkan tata
letak produk. Perusahaan jasa dapat pula menerapkannya untuk operasi
pemrosesan rutin. Misalnya, perusahaan pemrosesan film yang bekerja
pada malam hari menerapkan teknik jajaran perakitan.

138 | K e w i r a u s a h a a n
6.3. Tata Letak Posisi Tetap
Tidak setiap produk dapat dipindah-pindahkan dalam pemrosesannya.
Tata letak posisi tetap memungkinkan produk tetap berada di satu
tempat, karyawan dan mesin bergerak sebagaimana diperlukan. Produk
yang sukar atau tidak dapat dipindahkan, seperti kapal, pesawat terbang,
proyek bangunan (rumah, jalan, jembatan) merupakan produk yang
pengerjaannya menerapkan tata letak posisi tepat. Ruang yang terbatas
menyebabkan beberapa bagian produk harus dikerjakan di lokasi yang
berbeda. Tata letak posisi tetap juga sering diterapkan oleh perusahaan
jasa, seperti pada pengendalian hama, dan pengecatan rumah.

7. Keputusan Membuat atau Membeli
Keputusan lain yang harus diambil oleh perusahaan adalah
membuat sendiri suku cadang atau membeli dari sumberlain di
luarperusahaan.Ini disebut keputusan membuat atau membeli. Produk
standar yang kecil seperti mur, baut, paku keling, dan paku biaya lebih
murah membeli daripada membuat. Faktor penting lain dalam keputusan
ini ialah apakah sumber luar dapat menyediakannya dengan kualitas
tinggi dan apakah perusahaan perlu merahasiakan gambaran desain dari
pesaing. Jumlah keperluan yang dibutuhkan pun memerlukan berbagai
pertimbangan. Mungkin lebih efektif dalam hal biaya dengan membeli
suku cadang daripada membuatnya apabila hanya untuk satu produk di
antara berbagai produk yang lain.

8. Mengurangi Biaya Melalui Keputusan Membeli
Fungsi pembelian merupakan bagian penting dari strategi
produksi perusahaan. Biaya bahan dan persediaan untuk perusahaan
manufaktur lebih dari separoh pendapatan penjualan.
Empat jenis biaya penting yang harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan produksi adalah bahan mentah dan bagian-
bagiannya, tenaga kerja, perlengkapan, dan energ,. Semuanya saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Perusahaan dapat
mengurangi biaya perlengkapan dengan membeli perlengkapan
bertenaga listrik berefisiensi rendah tetapi kebijakan ini berakibatkan
kemungkinan naiknya tarif listrik. Kuncinya keputusannya terletak pada
semua biaya secara menyeluruh.

9. Manajemen Persediaan
Persediaan perusahaan adalah pemasokan barang yang berada
dalam penyimpanan untuk digunakan dalam produksi atau untuk dijual
kepada konsumen. Manajemen persediaan adalah penetapan jumlah
persediaan yang harus tersedia, dipesan, diterima, disimpan, dan
139 | K e w i r a u s a h a a n
disalurkan. Tujuan manajemen persediaan adalah untuk
mempertahankan tetap rendahnya biaya pesanan dan penyimpanan
persediaan sementara tetap menjaga ketercukupan pasokan untuk
produksi dan penjualan. Persediaan merupakan investasi besar untuk
perusahaan, sebesar 40 persen dari jumlah keseluruhan investasi.
Dengan demikian manajemen persediaan mempunyai tanggungjawab
yang besar kepada manajer operasi.
Manajemen persediaan yang baik menjamin kualitas produk,
operasi yang lebih efektif, dan peningkatan laba. Sebaliknya,
manajemen persediaan yang buruk dapat mengakibatkan kekecewaan
konsumen, keuangan, dan bahkan kebangkrutan perusahaan.

10. Tingkat Persediaan
Menentukan jumlah persediaan yang cukup merupakan tantangan
terbesar yang dihadapi oleh manajer operasi. Dengan jumlah persediaan
yang besar, perusahaan dapat memenuhi produksi dalam jumlah besar
dan permintaan konsumen. Agen pembelian mungkin juga membeli
dalam jumlah besar untuk mendapat keuntungan dari jumlah diskon.
Tetapi persediaan dalam
jumlah besar bergantung pada jumlah uang yang dimiliki oleh
perusahaan, besamya biaya penyimpanan dan umur persediaan dalam
penyimpanan sebelum usang. 5atu cara untuk menetapkan tingkat
persediaan adalah dengan memperhatikan tiga jenis biaya: biaya
penyimpanan persediaan, biaya frekuensi pemesanan kembali, dan biaya
penyimpanan persediaan dalam jumlah yang cukup. Manajer dapat
mengukur ketiga biaya tersebut dan berusaha mengurangi,
Untuk pengendalian tingkat persediaan, seringkali manajer
melacak penggunaan barang tertentu yang ada dalam persediaan.
Perusahaan pada umumnya menyimpan persediaan perpetual, yakni
daftar persediaan yang senantiasa diperbarui tingkat, pesanan,
penjUalan, dan penerimaannya untuk semua barang.

11. Perencanaan Persyaratan Bahan
Sistem pengendalian persediaan maupun produk berbasis
komputer yang popular materials requirement planning (MRP) atau
pereneanaan persyaratan bahan. MRP menggunakan jadwal induk untuk
menjamin agar bahan, tenaga kerja, dan perlengkapan yang diperlukan
untuk
produksi dapat ditempatkan di lokasi yang paling sesuai dengan jumlah
menurut ketetapan dan tersedia pada waktu yang tepat. Jadwal ini
didasarkan pada prakiraan pe.rmintaan atas produk perusahaan. Dengan
demikian dapat ditetapkan dengan tepat jumlah produk yang akan dibuat
140 | K e w i r a u s a h a a n
dan pekerjaan yang akan dilakukan selama beberapa minggu atau bulan
ke depan. Semua unsur MRP dikoordinasi dengan menggunakan
program komputer yang rinci dan cermat. Tujuan MRP adalah untuk
menjamin kelancaran arus produk jadi. Manfaat MRP sangat dirasakan
olch perusahaan manufaktur produk yang rumit seperti perakitan mobil.




12. Si st em Just - I n- Ti me
Sistem just-in-time (JIT) pada mulanya dikembangkan oleh
perusahaan otomotii' Toyota di Jepang pada pertengahan tahun 1970-an.
Dewasa ini sistem MI banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan, baik
perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Sistem MI digunakan
untuk mengurangi persediaan. Berdasarkan rasa percaya bahwa bahan
akan tiba tepat pada waktu dibutuhkan untuk produksi sehingga tidak
perlu harus menyimpannya di suatu tempat. Dengan demikian sistem
JIT sangat membantu dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan.
Perusahaan manufaktur menggunakan jadwal MRP untuk menetapkan
waktu diperlukannya bagian suatu produk yang akan diproduksi dan
kemudian memesannya agar pesanan diterima tepat waktu. Tujuannya
adalah agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dengan
sistem JIT persediaan dapat ditarik melalui proses produksi dalam
menanggapi permintaan konsumen.

Kewirausahaan
Sistem J1T merupakan bag Ian dari set uruh strategi manufaktur
dan bukan semata tu
.
juan dalam sistem itu sendiri. JIT memerlukan
kerja tim antara penjual dan personel pembelian dan produksi.
Keterlambatan dalam pengiriman pasokan dapat menyebabkan
terlambatnya produksi.

12.1. Manfaat, Problem, dan Implementasi JIT
Sebagaimana uraian penjelasan tentang JIT tersebut di atas, sistem ini
memiliki beber
-
apa manfaat: mengurangi persediaan dan ruang, respon
konsumen yang lebih cepat karena waktu yang lebih singkat,
meningkatkan efisiensi, kualitas yang lebih baik, meningkatkan
komunikasi dan timkerja, lebih mengutamakan identifikasi
permasalahan dan pemecahannya. Ada empat jenis manfaat yang dapat
diperoleh dari penerapan JIT: penghematan biaya, peningkatan
pendapatan, penghematan investasi, dan peningkatan kualitas karyawan.

141 | K e w i r a u s a h a a n


12.1. 1. Penghematan Biaya
Biaya dapat dihemat dengan berbagai cara, seperti pengurangan per
-
sediaan, efisiensi bahan, mengurangi kerusakan, mengurangi pembahan
baik yang disebabkan oleh konsumen maupun oleh mesin, menghemat
ruang, mcngurangi jam kerja, mengurangi pengulangan pekerjaan, dan
dampak lain. tZerttang penghematan biaya dapat mencapai antara 20
sampai dengan 25 pcnsen.

1.2.1.2. Peningkatan Pedaipatan
Pendapat dapat ditingkatkan melalui kualitas pelayanan kepada
konsumen dan mutu produk yang lebih baik. Respon yang lebih cepat
terhadap kebutuhan konsumen menyebabkan tingkat penjualan yang
lebih tinggi. Lebih daripada itu, perolehan pemdapatan akan lebih cepat
pada produk dan jasa baru yang berujung pada peningkatan pendapatan.

12.1.3. Penghematan Investasi
Penghematan investasi dapat dilakukan melalui pengurangan ruangan
(kurang lebih sepertiga) diperlukan untuk kapasitas yang sama,
pengurangam persediaan, dan volume kerja pada fasilitas yang sama
berkembang secara signifikan, tidak jarang perkembangannya mencapai
100 persen.

12.1.4. Peningkatan kualitas tenaga kerja
Pekerja pada perusahaan JIT lebih menyukai pekerjaan mereka. Mereka
Iebih senang bekerja dalam tim karena tidak banyak permasalahan yang
harus dihadapi. Mereka juga lebih terlatih dalam keluwesan dan
ketrampilan yang diperlukan JIT
(pemeriksaan, perawatan) dan menikmati perkembangan yang mereka
rasakan dalam melaksanakan tugas. Dengan demikian mereka bekerja
lebih baik dan lebih produktif.

13. Pengendalian Produksi
Setiap perusahaan perlu memiliki sistem untuk mengetahui bahwa
produksi dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Koordinasi
bahan, perlengkapan, dan sumber daya manusia untuk mencapai
efisiensi produksi disebut pengendalian produksi. Dua aspek penting
dalam pengendalian produksi adalah penataan alur dan penjadwalan
produksi.

13.1. Penataan Alur Produksi
142 | K e w i r a u s a h a a n
Penataan alur produksi merupakan langkah awal dalam pengendalian
produksi yang mengatur arus pekerjaan, rangkaian mesin dan operasi,
untuk mengatur tata urutan perkembangan produksi dari awal hingga
akhir proses. Penataan ditentukan menurut jenis barang dan tata letak
fasilitas. Setelah alur kerja diatur, dibuatkan panduan kerja tertulis
sebagai petunjuk pengoperasian fasilitas produksi yang berisi informasi
tentang tahaptahap khusus dan tahap urutannya. Petunjuk penataan alur
produksi dapat pula mencakup informasi tentang pengoperasian,
misalnya waktu yang diperlukan untuk menyiapkan mesin untuk
memproduksi barang yang dihasilkan.


13.2. Penjadwalan Produksi
Penjadwalan produksi berhubungan erat dengan penataan alur produksi.
Manajer produksi menyiapkan jadwal yang menunjukkan rangkaian
produksi yang paling efislen, dan selanjutnya berupaya memastikan
bahwa bahan berada di tempat yang benar pada waktu yang tepat.
Penjadwalan merupakan faktor penting baik pada perusahaan
manufaktur maupun perusahaan jasa. Manajer produksi di sebuah
perusahaan menjadwalkan pengiriman bahan, peralihan waktu kerja, dan
proses produksi. Perusahaan angkutan membuat jadwal pengemudi,
karyawan kantor, dan perawatan kendaraan angkutan. Penjadwalan di
perguruan tinggi berarti pengaturan waktu kuliah dan pencraturan
penggunaan ruang kelas.

14. Manajemen Mutu
Kemampuan sebuah perusahaan untuk memproduksi barang atau
jasa berkualitas baik merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan. Banyak perusahaan, seperti mobil, elektronik,
perlengkapan rumah tangga, yang ditinggalkan oleh konsumen karena
kurangnya perhatian terhadap mutu produk. Bagi seorang konsumen,
mutu adalah cara kerja produk sesuai dengan tujuan pembuatannya. Dari
sudut pandang perusahaan, mutu adalah kesesuaian produk dengan
seperangkat standar. Pengendalian mutu adalah penciptaan standar
kualitas dan pengukuran kesesuaian barang jadi atau jasa dengan standar
tertentu. Pengawasan mutu suatu produk semata hanya pemeriksaan
produk sebelum dikeluarkan menuju pasar.
Manajemen mutu secara menyeluruh / mengacu pada penerapan dasar-
dasar kualitas dalam seluruh aspek operasi perusahaan yang
menekankan bahwa semua karyawan yang terlibat dalam penyajian
produk atau jasa yang meliputi pemasaran, pembelian, akuntansi, dan
pengiriman dana memberikan kontribusi pada kualitas. Kontribusi
143 | K e w i r a u s a h a a n
tersebut difokuskan pada perbaikan operasi untuk mencapai efisiensi
yang lebih besar. Dengan demikian perusahaan mengutamakan
kepuasan konsumen.
144 | K e w i r a u s a h a a n
DAFTAR PUSTAKA



Drucker F. Peter. 1994. Inovation and Entrepreneurship: Practicer and
Principles, Terj. Rusdi Naib, Jakarta: Gelora Aksara Pratama hal 4.
Hamel Gary. C. K Prahalad 1994. Competing for The Future: Breakthrough
Strategies for Seizing Control of Your Industry and Creating The
Markets for Tomorrow. USA: Hardvard trepreneurship Business
School Press.
Hariss Michael. 2000. Human Recourses Management, USA: hal 19.
Zimmerer. W Thomas, Norman M. Scarborough. 1996. Entrepreneurahip
and New Venture Formation, New Jersey: Prentice Hall International
Inc. hal 51.
Ahmad Sanusi.1974. Menelaah Potensi Perguruan Tinggi-untuk Marquis,
Donal G. 1972. Anatomi Inovasi yang Berhasil. Membina Program
Kewirausahaaan dan Mengantar Majalah Inovasi: American
Management Association
Pewirausaha Muda, Makalah Seminar. Bandung: KOPMA- Inc.hal. 3,
5.
Challanges of Managing a Small Business. Small Business to Modern
Business. Terj. Kusuma Wiriadisastra.
Departement. Winconsin: Murray Hill. USA:Pentice Hall Inc.hal. 16, 55.
Drucker, Peter F. 1969. The Age of Discontinuity, Guideli es to Robbins, P
Stephen. 1993. Organizational Behavior: Concept
Our Changing Society. London: Pan Books 1971. hal. 4. Controversies and
Applications. Sixth Edit. New York:
Gibson, Ivancevich, Donnely. 1982. Organisasi dan Reinhalt. Winston
Inc.

Kaplan, Paul F, Cynthia Hsien Huang. 1973. Orientasi Ber- Bandung:
Sinar Baru. hal. 23, 24, 33.
Lambing Peggy, Charles R Kuehl. 2000 Entrepreneurship.
Jatinangor: PIBI-IKOPIN dan FNSt. hal. 10, 12.
New Jersey: prentice Hall. Inc. hal. 14-17. Sri Edi Swasono. 1979.
Kasus: Manusia Indonesia dalam Pem
Nfarzuki Usman. 1997. Kewirausahaan dalam Birokrasi Salah Satu
bangunan. Pustaka. No. 8 TH II. hal. 38.
Wasty Soemanto. 1984. Pendidikan Kewirausahaan. Bandung:
Yuyun Wirasasmita. 1994. Kewirausahaan: Buku Pegangan. Binaaksara.
hal. 5.

145 | K e w i r a u s a h a a n
Weiner Myron.1966. Modernization, The Dynamic of Growth. Yuyun
Wirasasmita, Faisal Affif, M. Kusman Silaeman.1992.
Voice of America Forum: Lectures. hal. 256-271.Aspek-aspek
Kewiraswastaan: Pandangan dan Beberapa Hasil
Winardi. 1998. Benzhmaking Sebagai Salah Satu Alat Manajemen
Penelitian. Bandung: LM-FE UNPAD. hal. 33-34,44.

Anda mungkin juga menyukai