Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food. Menurut
hasil penelitian Health Education Authority 2012, usia 15-34 tahun adalah konsumen
terbanyak yang memilih menu fast food (Beat, 2013). Walaupun di Indonesia belum ada
data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat
kita, bahwa rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda. Kehadiran
fast food di Indonesia sangat mempengaruhi pola makan para remaja di kota besar.
Tidak bisa dipungkiri dengan gaya hidup kota yang serba praktis para remaja sulit
menghindar dari fast food (Mahdiah et al, 2004). Fast food mengandung tinggi energi,
lemak, gula dan sodium (Na), tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium
dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang inilah yang apabila terlanjur menjadi
pola makan, akan berdampak negatif bagi status gizi remaja (Erdiawati et al, 2011). Soft
drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan
pemanis seperti gula. Konsumsi soft drink memiliki dampak buruk terhadap kesehatan
dan kalangan remaja cenderung mengkonsumsi minuman ini (Ravi et al, 2007).
Minuman ringan atau soft drink memberi kontribusi 7,1% dari total pemasukan energi,
pemanis buatan ditambahkan untuk memenuhi selera rasa yang digemari remaja,
tambahan pemanis ini mencapai 7 hingga 14%, diantaranya fruktosa dan sukrosa.
Tingginya kadar pemanis buatan ini meningkatkan asupan energi pada remaja (Jurgens
et al, 2005). Alasan tersebut diikuti jumlah yang besar dari konsumsi minuman ringan
pada remaja membuat hal ini patut diperhatikan sebagai faktor kontribusi obesitas
(Andreyeva et al, 2010). Penyajian kemasan yang menarik membuat minuman ringan
menjadi pilihan utama dibanding jenis minuman lain seperti air mineral, susu dan
sebagainya. Iklan-iklan minuman ringan dikemas dengan nuansa remaja, dan slogan-
slogan yang mempengaruhi pandangan tentang produk itu sendiri membuat minuman
ringan semakin lama menjadi bagian dari gaya hidup yang tak bisa dipisahkan dari
keseharian remaja kota-kota besar (Diya et al, 2010). Fenomena konsumsi fast food dan
soft drink akan menjadi permasalahan tersendiri, sehingga pengaruhnya terhadap tubuh
kita terutama dalah hubungannya dengan obesitas perlu segera diungkap.
Prevalensi obesitas meningkat pada tahun 2010 adalah 21,7% (10,0% berat
badan lebih dan 11,7% obesitas) (Riskesdas, 2010). Prevalensi overweight dan obesitas
di seluruh dunia mengalami kecenderungan yang terus meningkat dalam sekitar 30
tahun terakhir. Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah
kelompok umur remaja (Arisman, 2009). Obesitas kini dinyatakan oleh World Health
Organization (WHO) sebagai epidemi global, serta menjadi suatu masalah kesehatan
yang harus segera ditangani. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas yang
tertinggi terdapat di Amerika (62% untuk kelebihan berat badan pada kedua jenis
kelamin, dan 26% untuk obesitas) dan terendah di Asia Tenggara yaitu 14% kelebihan
berat badan pada kedua jenis kelamin dan 3% untuk obesitas (WHO, 2008). Saat ini gizi
lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Australia, New Zealand,
Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama populasi
kepulauan pasifik dan negara Asia tertentu. Di United State of America (USA), lebih
60% populasi dewasa mengalami overweight dan obesitas, pada anak remaja 2025%
mengalami obesitas. Menurut data yang dikumpulkan Center for Disease Control
(CDC), prevalensi obesitas mulai meningkat secara dramatis sejak 1980 (Simatupang,
2008). Sehingga masalah hubungan antara soft drink dan fast food dengan obesitas perlu
segera diungkap yang akhirnya tetap dapat meningkatkan sumber daya manusia kita.
Hubungan antara konsumsi soft drink dengan output gizi dan kesehatan mulai
diteliti, namun hasilnya masih bervariasi. Konsumsi soft drinks dapat meningkatkan
intake energi dan berat badan. Selain itu, konsumsi soft drinks juga berhubungan
dengan intake susu, kalsium, beberapa zat gizi lain yang dapat meningkatkan berbagai
macam masalah kesehatan seperti diabetes (Vartanian et al, 2007). Fast food umumnya
mengandung lemak, kolesterol, garam dan energi yang sangat tinggi. Kandungan gizi
yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi pola makan, akan berdampak negatif
pada keadaan gizi pada remaja (Khomsan, 2003). Hasil penelitian Padmiari (2002) di
Denpasar, diperoleh ada hubungan fast food dengan penelitian Ismael (1999) di
Yogyakarta, bahwa ada hubungan antara pengalaman mengkonsumsi fast food dengan
obesitas, dengan prevalensi 8,5% pada anak perempuan dan10,5% pada anak laki-laki
(Hamam, 2005). Analisis tentang hubungan antara fast food dan soft drink dengan
obesitas dapat dijelaskan dengan Ilmu Gizi.
Berbagai faktor diduga turut menyumbang pada peningkatan angka obesitas di
dunia. Selain faktor genetik, pola makan dan minuman yang kaya energi dan jarang
berolahraga diduga berperan penting dalam peningkatan kasus kegemukan di dunia
(Ramachardran dan Snelatha, 2010). Salah satu bentuk minuman yang digemari saat ini
adalah soft drink atau minuman ringan. Soft drink identik dengan makanan cepat saji
berenergi tinggi. Soft drink dan fast food keduanya banyak mengandung gula, terutama
gula buatan (Dunford, 2010). Gula buatan terbukti tidak baik untuk kesehatan karena
dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan kegemukan atau obesitas. Tingginya
tingkat gula dalam soft drink dan fast food dapat menambah asupan energi yang lebih
besar dan menjadi pengaruh umum untuk mengkonsumsi karbohidrat olahan
(Drewnowski et al, 2007). Selain itu fast food juga mengandung sejumlah lemak, dan
sebagai lemak akan terakumulasi dalam tubuh. Pengkonsumsi akan bertambah berat
badannya dan bisa menjadi obesitas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fast
food dan soft drink jika dikonsumsi terus menerus, keduanya dapat memicu gangguan
metabolik, termasuk resistensi insulin, menambah risiko kegemukan, memicu kadar
trigliserida, dan gangguan toleransi glukosa (Librantoro et al, 2013). Obesitas adalah
suatu akumulasi lemak dalam jaringan adipose yang abnormal atau berlebihan, sehingga
mencapai suatu tarap yang menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas dapat
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan makanan dan energy expenditure.
Keadaan ini memuncak akibat dari akumulasi lemak yang terlalu banyak pada jaringan
adiposa, hati, otot, pankreas dan organ lain yang berhubungan dengan metabolisme.
Lemak yang berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diabsorpsi oleh
saluran pencernaan, sehingga kadar lemak dalam serum akan meningkat. Jika lemak
tubuh yang disimpan tidak digunakan dari waktu ke waktu, hal itu akan menyebabkan
kelebihan berat badan atau obesitas (WHO, 2003). Berdasarkan uraian data-data di atas,
obesitas masih merupakan masalah gizi yang dinilai kompleks. Peningkatan prevalensi
obesitas dari tahun ke tahun selalu bertambah, maka dari itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi fast food dan soft drink terhadap
kejadian obesitas terutama pada remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan selera konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada
remaja umur 15-17 tahun?
2. Apakah ada hubungan selera konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas pada
remaja umur 15-17 tahun?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan selera konsumsi fast food dan soft drink terhadap kejadian
obesitas pada remaja umur 15-17 tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan selera konsumsi fast food terhadap kejadian obesitas
pada remaja umur 15-17 tahun.
b. Mengetahui hubungan selera konsumsi soft drink terhadap kejadian obesitas
pada remaja umur 15-17 tahun.

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dalam tata laksana selera
konsumsi dan penanganan kasus kelebihan berat badan pada ramaja umur 15-17 tahun
baik laki-laki maupun perempuan.
2. Teoritis
Dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan ilmu gizi tentang
pengaruh pola konsumsi fast food dan soft drink dengan kejadian obesitas pada remaja
umur 15-17 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

Anda mungkin juga menyukai