Anda di halaman 1dari 12

Games,coidKEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA
Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah kekerasan yang dilakukan di dalam rumah
tangga baik oleh suami maupun olehistri. Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya
adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di
dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan
darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah
tangga, tinggal di rumah ini. Ironisnya kasus KDRT sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut
dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum dipahami. Padahal perlindungan oleh
negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya


A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar
terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga
memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin
keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak
merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai
dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga.
Sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan
tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan
sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.

Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan hal yang
wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun
konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah
mengalaminya. Yang mejadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut.
Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila masalah
diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan mendapatkan pelajaran yang berharga
yaitu menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga
terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila masing-masing
anggota keluarga tidak mengedepankan kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi
yang sama-sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar. Disisi lain,
apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dalam keluarga.
Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan, hentakan-hentakan fisik sebagai
pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian maupun ekspresi wajah menyeramkan. Terkadang muncul
perilaku seperti menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat
dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.


B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
b. Apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
c. Apakah faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
d. Bagaimana cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah tangga.
b. Mengetahui bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga.
c. Mengetahui faktor-fartor apa saja yang menjadi penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga.
d. Mengetahui cara penanggulangan kekerasan dalam Rumah Tangga.



PEMBAHASAN

A. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hukum dalam Undang-undang
Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain menegaskan bahwa:
a. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari segala bentuk kekerasan
sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia tahun 1945.
b. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak
asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.
c. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan, hal itu harus
mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau
ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu
dibentuk Undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan unsur yang berat dalam
tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara
garis besar isi pasal yang berbunyi:
Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri
atau anak diancam hukuman pidana

B. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga
dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Prilaku
kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik
rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan
sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka
lainnya.
b. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat
pada seseorang.
Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-
komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau
,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
c. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya, memaksa
melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
d. Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum
yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri,
bahkan menghabiskan uang istri (http://kompas.com., 2006).

C. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masyarakat dan keluarga,
yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut:
a. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki
Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita, sehingga mampu
mengatur dan mengendalikan wanita.
b. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita (istri)
ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan
kekerasan.
c. Beban pengasuhan anak
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal
yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam
rumah tangga.
d. Wanita sebagai anak-anak
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-luasaan laki-laki untuk
mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan
kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib.
e. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima
sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim
dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang
bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

D. Cara Penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan cara-cara penanggulangan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:
a. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agamanya sehingga
Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
b. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena didalam agama itu mengajarkan
tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat
saling mengahargai setiap pendapat yang ada.
c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun
dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua
belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
d. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga. Sehingga
rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi
kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang
kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan.
e. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang
istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga
dapat diatasi dengan baik.



KESIMPULAN

Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang
memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.
Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan
dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah
tangga. Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana kebutuhan itu
sangat mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa
saling menghargai pendapat pasangannya masing-masing.
Seperti halnya dalam berpacaran. Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling
percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga harus
dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk
melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang
berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu,
terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil
orang atau yang lainnya. jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur
dengan orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi.
Banyak contoh yang kita lihat dilingkungan kita, kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu bisa menimbukan
kekerasan dalam rumah tangga.
Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar
tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di
dalam rumah tangga, bisa suami maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca
pada diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang
terjadi pada pasangan kita masing-masing.


CONTOH KASUS

Contoh Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang terjadi dimasyarakat :
Contoh kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang kami ambil adalah Kekerasan dalam Rumah
Tangga yang dialami oleh Cici Paramida. Dimana dalam kasus KDRTnya ini, wajah Cici Paramida babak
belur akibat peristiwa penabarakan yang diduga dilakukan suaminya, Suhaebi. Peristiwa itu sendiri berawal
ketika Cici yang mencurigai suaminya membawa perempuan lain mencoba mengejar mobil suaminya hingga
ke kawasan puncak, Kabupaten Bogor. Saat kedua mobil tiba di kawasan Gang Semen, Jalan Raya Puncak,
Cisarua, mobil Cici menyalip.
Cici kemudian turun dari mobil. Saat dia mau mendekati mobil itu, tiba-tiba mobil digas sehingga
menyerempet Cici. Akibatnya Cici Paramida tampak terluka di bagian wajah dan lengan seperti bekas
tersenggol. Kemudian atas Kekerasan yang dilakukan oleh Suhebi, Cici melaporkan tindakan kekerasan itu
polisi.
Dari contoh kasus diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa seorang suami seharusnya menjaga
kepercayaan yang diberikan oleh istrinya. Suatu hubungan akan berjalan harmonis apabila sebuah pasangan
dilandasi dengan percaya kepada pasangannya. Namun kejadian ini tidak akan terjadi apa bila sang istri
menanyaka secara baik baik kepada suaminya. Apakah benar ia bersama perempuan lain atau hanya sekedar
rekan kerjanya.
.

Al-Quran surat An-Nisa ayat 19


Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.

Makna ayat secara global:
A- Allah sangat menghargai wanita dan menjaga hak-hak mereka dengan baik. Salah satu buktinya adalah Allah
menghapuskan tradisi jahiliyah yang dilakukan oleh orang-orang Arab. Tradisi tersebut adalah menjadikan wanita seperti
barang yang dapat diwariskan apabila suaminya meninggal. Anak suami (bukan dari wanita yang dicerai) atau kerabatnya
mempunyai hak penuh atas wanita yang ditinggal mati.

Dalam tradisi jahiliyah ada 4 macam perlakuan anak suami atau kerabatnya kepada wanita yang menjadi istri mayyit,
yaitu:
1. Dinikahi tanpa mahar karena dia sudah dianggap seperti harta yang turun kepada ahli waris.
2. Dinikahkan dengan orang lain tapi maharnya diminta sebagai harta warisan.
3. Tidak diperbolehkan menikah sampai dia mau mengganti dengan harta warisan yang didapatkan dari bapaknya.
4. Tidak diperbolehkan menikah dengan siapa pun sampai mati lalu harta wanita tersebut jadi milik mereka.

Perbuatan di atas adalah perbuatan yang sangat jahat dan zhalim. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menghapus
tradisi tersbut. Islam datang membawa keadilan bagi manusia. Wanita juga manusia seperti laki-laki. Tak sepantasnya
laki-laki semena-mena terhadap wanita. Orang yang mengaku beriman tidak akan mungkin melakukan kezhaliman
seperti di atas.

B- Disamping itu, dalam ayat ini Allah ingin mengingatkan dengan perintahNya kepada para lelaki supaya mereka bergaul
dengan pasangan mereka dengan baik. Tidak semena-mena. Sebenci apapun harus tetap baik kepada mereka. Sebab
bisa saja lelaki membenci istrinya padahal banyak kebaikan yang ada pada istri tersebut. Ayat ini meski berkaitan dengan
suami istri, tetapi juga berlaku dalam berbagai aspek dalam bergaul kepada orang lain. Bila kita membenci sesuatu, maka
jangan lupa bahwa bisa saja Allah menjadikan banyak kebaikan dalam apa yang kita benci. Sehingga di sini kita diingatkan
untuk selalu obyektif dan tidak berlebihan dalam membenci sesuatu atau seseorang.


Penjelasan dan hikmah dari ayat 19:

1. Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menentukan kepada siapa ayat ini ditujukan. Ada yang mengatakan:
Pertama :

ini
ditujukan kepada para ahli waris mayyit. Sehingga maknanya menjadi larangan bagi para ahli waris untuk menganggap
istri yang ditinggal mati mayyit itu seperti barang yang bisa diwariskan secara paksa dan mereka juga dilarang untuk
mempersulit pernikahan istri tersebut dengan lelaki yang diinginkan dengan tujuan adalah untuk mengeruk manfaat dari
sebagian apa yang telah diberikan kepada istri tersebut yaitu mahar atau warisan. Mereka mengambil dengan paksa
mahar yang sudah diberikan kepadanya oleh suami yang meninggal dengan cara dinikahi atau dinikahkan dengan orang
lain lalu maharnya diambil atau dicegah untuk menikah dengan orang lain dan memberikan syarat boleh menikah asal
mengembalikan mahar tersebut. Perbuatan semacam itu sangat dilarang oleh Islam.

Kedua: Potongan ayat

ditujukan kepada para ahli waris


mayyit sedangkan

ditujukan kepada para suami. Jadi suami tidak


boleh mempersulit kehidupan istrinya dan menjadikan dia susah dengan tujuan agar bisa mengambil kembali sebagian
mahar yang sudah diberikan, karena mungkin saja istri tidak kuat dengan perlakuan suaminya lalu dia minta cerai
sehingga sebgaian mahar harus dikembalikan ke suami. Cara semacam ini merupakan kelicikan sang suami yang sangat
ditentang oleh Islam.

2. Di dalam Islam sudah menjadi ketetapan bahwa apabila seorang istri yang minta cerai itu karena kesengajaan (kelicikan)
suami, maka tidak ada kewajiban istri untuk mengembalikan mahar. Tetapi kalau talak itu murni dari permintaan istri,
maka sebagian mahar harus dikembalikan.

3. Seorang suami boleh mentalak istri dan mengambil kembali mahar yang dulu telah diberikansebagian atau
seluruhnya, apabila istri melakukan secara benar-benar jelas telah mealkukan perzinaan atau perselingkuhan.

4. Salah satu tujuan menikah adalah untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Pernikahan itu menghalalkan sesuatu
yang haram dilakukan terhadap ajnabi. Yang semula memasukkan ke neraka, dengan menikah jadi memasukkan ke
surga. Maka, jangan sampai tujuan itu tidak tercapai. Orang Islam yang benar-benar melaksanakan ajaran Islam dengan
baik tidak mungkin menzhalimi keluarganya. Rasulullah saw. bersabda : khairukum khairukum li ahlihi, artinya sebaik-
baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Maka dari itu, hendaknya setiap pasangan, baik suami mapun
istri sama-sama menjaga perasaan pasangannya.

5. Nusyuz atau pembangkangan dalam rumah tangga tidak hanya dilakukan oleh istri saja. Suami juga bisa melakukan
nusyuz. Salah satu nusyuz yang dilakukan oleh suami adalah dengan memperlakukan istri secara kasar dan tanpa
perasaan supaya istri tidak betah hidup bersama suami tersebut sampai dia meminta cerai dan suaminya mengambil
kembali mahar yang dulu pernah diberikan. Nusyuz lainnya adalah suami tidak mau memberikan nafkah lahir atau batin
kepada istri. Dalam Islam, seorang suami dilarang keras berbuat semena-mena terhadap istri. Bila dia telah memilih
seorang perempuan untuk dijadikan istrinya, maka dia pun harus bertanggungjawab untuk merawatnya dengan baik,
memaklumi kekurangannya dengan berusaha untuk membantunya berbenah diri, mensyukuri kelebihannya dan
membantu untuk mempertahankannya, dll.

6. Sebagai seorang suami, jangan selalu menuntut hak untuk dibaiki terus tetapi melupakan kewajiban kepada istri. Tidak
hanya istri yang dituntut untuk melayani suami tetapi juga suami berkewajiban untuk melayani istri, berpenampilan baik
di hadapan mereka, dll. Baik istri maupun suami harus bisa saling menjaga hati pasangannya, dengan cara masing-masing
harus berpenampilan baik, supaya tidak melihat kepada orang lain.

7. Di dalam surat Al-Baqarah: 187, Allah menggambarkan antara suami dengan istri itu ibarat pakaian;hunna libasun lakum
wa antum libasun lahunn. Fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat badan. Maka, suami maupun istri harus
menutupi kekurangan masing-masing dan tidak menyebar-nyebarkannya.

8. Bila seseorang ingin dalam berumahtangga mendapatkan sakinah, mawaddah wa rahmah, maka dia harus melandaskan
rasa cinta kepada pasangannya hanya karena Allah. Kalau tidak dilandaskan karena Allah, seseorang pasti akan kecewa
dan menyesal, cepat atau lambat. Oleh karena itu, bagi yang belum menikah, belajarlah untuk mengikhlaskan niat. Nikah
itu hanya karena Allah saja. Untuk menyempurnakan agama, meraih keridhaan Allah bersama-sama, dan melahirkan
generasi yang dapat meninggikan kalimat Allah. Jangan menikah hanya karena memandang kebagusan fisik, atau melihat
dia anak siapa atau apapun yang tidak syari. Pandanglah din-nya (agamanya) dan akhlaknya, sebab itu lebih cenderung
kepada keikhlasan dalam menikah.

9. Kata

(dengan kebaikan) di sini dalam segala bentuk, yaitu perilaku, ucapan, perasaan dll. Artinya suami
dituntut untuk memperlakukan istrinya dengan sebaik mungkin dalam segala hal. Karena Wanita kebanyakan
menggunakan perasaannya. Tidak seperti laki-laki yang sering menggunakan logikanya. Bila sedang berseteru dengan
perempuan, jangan sekali-kali menggunakan akal atau logika. Tapi bidiklah perasaannya, niscaya dia pasti akan melunak.
Karena itu, suami harus punya dada yang lapang dalam menghadapai istri. Semarah apapun kita, jangan sampai
mendekati kata-kata talak untuk istri. Ingatlah bahwa talak itu jalan yang halal tetapi paling dibenci oleh Allah. Kecuali
dalam kondisi yang tidak mungkin ada jalan lain kacuali dengan bercerai. Sebisa mungkin bila terjadi perselisihan, carilah
solusi dengan baik dan tanpa tergesa-gesa. Sebab ketergesaan itu menyebabkan penyesalan di akhir kejadian. Bila
kemarahan sedang memuncak, hendaklah diam saja. Api jangan dibalas dengan api. Tetapi siramlah api dengan air,
niscaya api itu akan mereda.

10. Apabila seorang suami menuntut istrinya untuk menjadi cantik, maka suami juga harus konsekwen dengan perintahnya
itu. Jangan hanya menuntut saja. Untuk mempercantik diri, tentu butuh kepada washilahnya. Misal: uang dll. Dan juga,
bila suami ingin istrinya tampil cantik di matanya, maka seharusnya dirinya juga harus tampan di mata istrinya. Seperti
Ibnu Abbas yang selalu tampil bagus dan rapi, ketika ditanya mengapa, dia menjawab, Aku berbuat seperti ini untuk
istriku, karena dia berhak melihatku tampan. Sehingga, seorang suami jangan hanya selalu menuntut istri untuk
memenuhi segala kebutuhannya. Suami juga harus melihat kepada dirinya; apakah dirinya juga sudah memenuhi hak
dan kebutuhan istri

a. KDRT dalam perspektif Agama
B a h w a k e k e r a s a n d a l a m r u m a h t a n g g a d a l a m p e r s p e
k t i f I s l a m menggambarkan secara implisit bahwa agama hadir dimuka
bumi ini denganajaran membawa kasih sayang, perdamaian dan
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusi a. Pesan-
pesan keadi l an dan pengakuan hak asasi manusi at er cer mi n dal am
bent uk hak-
hak. Per empuan di ber i kan kesempat an unt uk berekspresi bukan
hanya dalam hal mengurus rumah tangga dan berdagang,tetapi juga turut
andil dalam persoalan politik. Cerminan dari sejarah masasilam
semestinya dijadikan sandaran bagi umat beragama agar tidak
terlalu jauh menempatkan benih kecurigaan terhadap perilaku dan sikap perempua
n(istri) yang berakibat ruang berekspresi menjadi tertutup, sehingga
sangatlahwa j a r t e r j a d i p e r l a wa n a n d a r i i s t r i , d a n s e mu a i t u b i
s a d i l a k u k a n o l e h
21p e r e mp u a n ( i s t r i ) k a r e n a d i b a t a s i o l e h p e r s p e k t i f ya n g me
n g h a d i r k a n perempuan tidak berdaya dan muncul kecenderungan tindak
kekerasan yangdilakukan oleh suami dengan berbagai alasan.Dalam konsep-
konsep
Fiqih
ada t ahapan-t ahapan sanksi yang har usdiberikan kepada pihak istri,
apabila istri melakukan pelanggaran atau masuk dalam kategori
Nusyus
,
misalnya suami harus memberikan peringatan kepadaistri sampai dengan tiga
kali. Tetapi apabila istri tetap membangkang
makahar us di pukul . Dal am ki t ab
fiqih
klasik konsep
nusyus
diartikan sebagaitindakan pembangkangan yang dilakukan
istri terhadap suami. Pemahamanya n g k u r a n g t e r h a da p a j a r a n a g a
ma j u g a b i s a me n ye b a b k a n t e r j a d i n ya kekerasan dalam rumah
tanggal. Hal ini disebabkan adanya beberapa hadist yang apabi l a kur ang
di pahami dan di menger t i maksud yang t ersi r at dari kandungannya,
akan menimbulkan penafsiran yang salah arah dan bahkan halitu pula yang
menyebabkan timbulnya kekerasan dan menjadi acuan
dalammasyarakat sehingga mereka menganggap bahwa kekerasan atau tin
dakankekerasan yang dilakukan terhadap istri bukanlah suatu hal yang
melanggarhukum. Terkait dengan hal ini Rasulullah pernah menyatakan dalam
hadistnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah
:Ar t i nya : Dar i Ai syah, bahwasanya Rasul ul l ah SAW. Ber sabda :
kal ausekiranya aku memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, tentu
aku


22perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya. Dan sekiranya
seorangl aki -
l aki memer i nt ahkan i st ri nya supaya ber pi ndah dari gunung mer ah
keg un u ng h i t a m, d a n g u n u n g h i t a m k e g u n u n g me r a h , t e n t u
k e wa j i b a n n ya adalah dia
melakukannya.Da r i g a mb a r a n h a d i s t d i a t a s , d a p a t d i k a t a k a n b a
h wa s e o r a n g s u a mi memiliki hak penuh atas seorang istri. Bila
seorang suami telah
memenuhik e wa j i b a n n ya ma k a d i a a k a n b e r h a k u n t u k me n d a p a t
k a n h a k n ya , ya i t u mendapatkan perlakuan lemah lembut dan penuh kasih
sayang dari
suaminya.Menurut Penel i t i an yang di l akukan ol eh Yayasan Lembaga
KonsumenI ndonesi a ( YLKI ) , mengapa or ang mel akukan t i ndakan
kekerasan, sal ahsatunya karena didorong oleh rasa keagamaan. Dengan kata
lain banyak dalil-
dal i l keagamaan secar a t ekst ual sebenar nya t i dak mendorong t er j a
di nyakeker asan, namun sangat memungki nkan di t afsi rkan unt uk m
el egi t i masi tindak kekerasan

TUGAS AGAMA



NAMA: DIKHY SEPTIAN
DWIKI ARDIAN S
KELAS: XI-MULTIMEDIA-1

Anda mungkin juga menyukai